Pernyataan Yesus tentang akhir jaman dalam ayat Mrk 13: 32, memang mengundang bermacam interpretasi, namun sebaiknya kita berpegang pada apa yang menjadi pengertian Bapa Gereja, karena demikianlah yang dipegang oleh Gereja Katolik. Ayatnya berbunyi demikian, “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja.”
Jika kita hanya membaca sepintas, atau mengambil arti harafiah pernyataan ini, maka kita dapat mengambil kesimpulan yang tidak sesuai dengan arti yang semestinya.
Hal ini yang terjadi, setidaknya yang dimengerti oleh 2 kelompok ini:
1. Themistius dan para pengikutnya, di abad ke 6, mengartikan ayat tersebut bahwa Yesus benar-benar tidak tahu akan hal saat akhir jaman ini. Heresi ini dikenal dengan nama Agnoetae: Penyangkalan akan kemahatahuan Allah atau Kristus.
2. Para penganut Protestant Kenotic Christology (Kristologi Kenotik menurut Protestan) yang berpendapat bahwa melalui Inkarnasi maka Tuhan Yesus melepaskan kepenuhan sifat-sifat keilahian-Nya, sehingga Sang Sabda menjadi terbatas dalam hal omniscience, omnipresence dan omnipotence. Martin Luther mendasari pendapatnya ini dengan teks dari Flp 2:6-11. Teori ini dikembangkan secara ekstrim oleh teolog Protestan, Wolfgang Friedrich Gess (1819-91) yang menyatakan bahwa melalui Inkarnasi terjadi perubahan besar dalam Trinitas, karena Allah Bapa ‘berhenti’ menghasilkan Sabda, sehingga Roh Kudus hanya bersumber pada Allah Bapa, dan tidak melibatkan Kristus. Secara objektif dapat kita lihat bahwa teori ini dapat mengarah kepada penyangkalan akan kesamaan substantial antara Allah Bapa dan Yesus (Allah Putera), yang hampir sama dengan heresi Arianisme pada awal abad ke 4.
Gereja Katolik TIDAK mengartikan ayat tersebut seperti kedua pendapat di atas. Sebab Gereja Katolik berpegang pada apa yang tertera di banyak ayat di dalam Alkitab yang menyatakan kesetaraan Yesus dengan Allah Bapa, sebagai Firman yang adalah Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia (Yoh 1:1, 14), sebagai Pribadi kedua dari Trinitas (lihat kembali artikel ini (silakan klik) dan ini (silakan klik) tentang banyaknya bukti Alkitabiah tentang ke-Allahan Yesus dan kesetaran-Nya dengan Allah Bapa). Kesetaraan ini mencakup segala hal, termasuk dalam hal pengetahuan akan hari dan saat Penghakiman Terakhir.
Pengajaran Gereja Katolik tentang hal ini berdasarkan dari pengajaran Magisterium Gereja yang ditegaskan di dalam:
1. Konsili Nicea (325), yang menegaskan doktrin Ke-Allah-an Yesus: bahwa Kristus adalah Tuhan, “consubstantial”/ sehakekat dengan Allah Bapa. Konsili ini diadakan untuk menegakkan pengajaran Gereja yang pada waktu itu diserang oleh faham sesat Arianisme.
2. Konsili Chalcedon (451), yang membacakan “The Tome of Leo”, bunyinya, “Jadi di dalam keutuhan dan kesempurnaan Yesus sebagai manusia, Allah telah menjelma, lengkap di dalam segala sesuatunya sebagai Allah, lengkap di dalam segala sesuatunya sebagai manusia, ….. menaikkan derajat manusia, tanpa mengurangi derajat-Nya sebagai Allah: sebab dengan mengosongkan Diri-Nya, Ia yang tidak kelihatan membuat Diri-Nya menjadi kelihatan;Pencipta segala sesuatumenginginkan DiriNya menjadi mahluk yang mortal, bukan karena kegagalan kekuasaan-Nya, namun karena pernyataan belas kasihan-Nya. Oleh karena itu, Ia yang tetap Allah, mengambil rupa manusia, bahkan menjadi seorang hamba. Sebab, kedua sifat itu [ke-Allahan dan kemanusiaan-Nya] tetap mempertahankan karakterkeduanya tanpa menghilangkan satu sama lain: dan ke-AllahanNya tidak menghapuskan karakter hamba, ke-hamba-anNya tidak mengurangi karakter ke-Allahan-Nya.”
Patriarkh Alexandria, bernama Eulogius, bersama dengan uskup-uskup Yerusalem, Stephanus dan Sophronius mengecam heresi Agnoetae (abad ke-6) tersebut. Eulogius mengirimkan surat kepada Paus Gregorius Agung tentang hal ini, dan Paus menanggapinya dengan meneguhkan keputusan Eulogius. Paus menyatakan:
“Allah Putera yang Mahatahu mengatakan bahwa Ia tidak tahu harinya [akhir zaman], yang menyebabkan Ia tidak menyatakannya, bukan disebabkan oleh sebab Ia sendiri tidak tahu, tetapi karena Ia tidak mengizinkan hal tersebut diketahui sama sekali…. Putera Tunggal Allah yang menjelma menjadi manusia yang sempurna untuk kita, sungguh mengetahui hari dan saatnya Penghakiman Terakhir di dalam diriNya sebagai manusia, namun demikian Ia tidak mengetahui hal itu dari kapasitasnya sebagai manusia…. Sebab untuk maksud apa bahwa Ia yang menyatakan DiriNya sebagai Kebijaksanaan Allah yang menjelma, jika ada sesuatu yang tidak diketahui olehNya sebagai Kebijaksanaan Allah? … Juga tertulis bahwa, …. Allah Bapa menyerahkan segala sesuatu ke dalam tanganNya [Yesus Kristus di dalam Yoh 13:3]. Jika disebutkan segala sesuatu, tentu termasuk hari dan saat Penghakiman Terakhir. Siapa yang begitu naif untuk mengatakan bahwa Allah Putera menerima di dalam tangan-Nya sesuatu yang tidak diketahui olehNya?” ((Denz 248; Ep Sicut aqua frigida to the Patriarch of Alexandria Eulogius. PL 77: 1096-1099.))
St. Maximus (580-662): Jika para nabi saja dapat mengetahui hal- hal di masa depan yang akan terjadi, betapa lebih lagi Kristus dapat mengetahui semua itu melalui kesatuan-Nya dengan Sang Sabda ((Lihat Quaestiones et dubia 66 (I, 67), PG 90: 840)).
Sedangkan untuk menanggapi Kristologi Kenotik menurut Protestant, Paus Pius XII dalam memperingati Konsili Chalcedon yang ke 1500, menulis surat ensiklik Sempiternus Rex pada tahun 1951, yang mengecam penyalah-artian ayat Filipi 2:7 pada mereka yang berpikir bahwa tidak ada keilahian di dalam Sabda yang menjadi manusia dalam diri Kristus. Menurut Bapa Paus, ini adalah maksud yang keliru, seperti halnya heresi Docetism yang mengklaim sebaliknya. Selanjutnya Bapa Paus menegaskan kembali apa yang telah ditetapkan di dalam The Tome of Leo, “Ia yang sungguh-sungguh Allah telah lahir, lengkap di dalam ke-Allahan-Nya, dan lengkap di dalam kemanusiaan-Nya.”
Demikian yang dapat kami tuliskan mengenai Mrk 13:32. Di atas semua ini kita perlu dengan rendah hati menerima, bahwa pihak Magisterium Gereja adalah yang paling dapat menginterpretasikan ayat-ayat Alkitab dengan benar, dalam kesatuan dengan ayat-ayat yang lain di dalam Alkitab, dan Tradisi Suci Gereja.
Shalom,
.
Kedatangan Yesus: Bagaimana kita tahu kapan kedatangan Yesus untuk kali kedua?
.
Oleh kerana setiap helaian rumput mendapat sejumlah cahaya matahari, maka izinkan saya membahagikan “that apportioned light” sebagai pendapat peribadi untuk tujuan “pembahagian”:
.
1) Memang benar Yesus berfirman bahawa Allah Anak tidak tahu melainkan Allah Bapa sahaja (Matius 24) namun kita tahu Tuhan trinitas itu adalah Satu Roh; maka maksud Yesus bukanlah dia tidak tahu selama-lamanya melainkan ia berfirman bahawa ia sengaja mengatakan bahawa ketika Ia masih dibaluti daging, maka ia tidak tahu kerana pemberitahuan tentang “hari dan jam” bukanlah keutamaan “MissionNya” untuk datang dalam sebagai Anak Manusia. KeutamaanNya adalah untuk menebus dosa-dosa umat manusia di atas Kayu Salib; maka Ia harus menyelesaikan “mission” Nya sebagai Domba Tuhan untuk menghapuskan dosa-dosa dunia (interpretasi secara kontekstual). Semua kehendak Tuhan terbit dari Allah Bapa. Maka kedatangan Yesus yang kedua haruslah terlebih dahulu diputuskan oleh “Mission” Allah, dan baharulah Bapa menyerahkan kuasa Penghukuman/keadilan kepada Allah Anak seperti yg dinubuatkan dalam Kitab Daniel. Raja Daud bernyanyi bahawa ”Judgment is pronounced in the Court of Heaven.” Keputusan Sorga itu akan disampaikan kepada hamba-hambaNya di bumi.
2) Dalam kitab Amos: Dijelaskan bahawa Tuhan tidak akan berbuat sesuatu tanpa memberitahu RancanganNya/RahsiaNya terlebih dahulu kepada hamba-hambaNya (Amos 3: 7). Maka, kedatanganNya haruslah diberitahu terlebih dahulu sebelum ia datang iaitu melalui umat perjanjianNya tidak kira yg hidup secara suci atau sebaliknya.
3) Dalam kitab Genesis 8: 22, “All the days of the earth, seedtime and harvest, cold and heat, summer and winter, night and day, shall not cease.”
Kita diperdengarkan Lirik bisikan puitis jantung YHVH mengenai dengan Rancangan damai Tuhan kepada umat Manusia; Kita tahu bahawa pekerjaan Tuhan ataupun “missions” ilahi adalah didasarkan pada FIRMAN. Yesus berfirman bahawa Ia datang utk mengenapi Lukas 24: 44. “Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Kedatangan Yesus untuk kali kedua pun masih berdasarkan kepada Firman atau sabda Yesus dalam Lukas 24: 44. Maka kita tahu, pekerjaanNya atau “missionNya” untuk Penghukuman/Pengadilan berdasarkan kepada Semua Hukum, Nubuatan, dan juga Mazmur (Mazmur adalah merujuk kepada semua Lyrics Tuhan baik dari Mazmur mahupun dari lain-lain buku dalam Alkitab). Kedatangan Yesus utk kali kedua atau Second Advent adalah untuk mengenapi Judgment yang akan digenapi berdasarkan Hukum-hukum, Nubuatan-nubuatan dan juga Mazmur/ Lyrics.
4) Lyrics Puisi Matius 24: 29 adalah “pronouncement” khusus mengenai “Judgment.” Kejadian 8:22 mengandungi lirik “Siang dan malam tidak akan berhenti” selagi bumi masih dapat bertahan secara rohani. Kita tahu “siang dan malam” adalah alegori “Damai” yang digenapi oleh Raja Damai. “Siang dan malam” adalah zaman “diperdamaikan oleh Domba Tuhan.” Perdamaian ini akan terus berlangsung selagi Bapa belum mengumumkan Judgment disorga: “Judgment is pronounced in the Court of Heaven.” Bila “Judgment” diputuskan disorga maka Lyrics,”Day and night shall never cease” akan bertukar menjadi “without daytime and without night time” yang memberi maksud; Tuhan tidak lagi diikat oleh Perjanjian Perdamian oleh Raja Damai–Yesus Kristus, Pengantara dari Ordo Melchizedec. “Tanpa malam dan tanpa Siang” jelas dinubuatkan dalam Zechariah 14: 6-7, Matius 24: 29 dan Juga Wahyu 6: 12-13 adalah Judgment Tuhan.
5) Semua aktiviti manusia dilaksanakan dalam “nombor”: dari sijil kelahiran sehingga sijil kematian, ianya harus dinomborkan. Semuanya pekerjaan Manusia dilakukan dalam “Nombor.” Jika Sorgawi bekerja atau jika Allah Trinitas berkerja maka ia akan mengutus “Nama.”
Apakah makna pengumuman “nama”?
Perutusan “nama” dari Allah Trinitas adalah bermaksud “Missions” atau “pekerjaan Tuhan.” “Nama” menyinkapkan predestinasi, kuasa, tujuan dan karakter dan terma-terma perjanjian yang mengikat perutusan nama itu. Ketika Yesus datang untuk dibaptis oleh Nabi Yohanes Pembaptis, nabi Yohanes mengumumkan nama “Mission” Yesus iaitu “Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia.” Hal ini terjadi lebih kurang tiga tahun sebelum Yesus benar-benar mengenapi pekerjaanNya sebagai Jurupenebus. Hakikatnya, Hukum, Nubuatan dan Lirik/Mazmur adalah FIRMAN namun fungsiannya jelas boleh dibedakan. Nama Yesus sebagai “Domba Allah” datang untuk mengenapi semua Hukum (termasuk hukum penebusan melalui “rite of expiation” Perjanjian Lama), Nubuatan, dan juga Lirik.
.
Maka justeru itu, sebelum kedatangan Yesus untuk kali kedua, “Nama” Nya haruslah diumumkan terlebih dahulu oleh umat PerjanjianNya. “Mission/Pekerjaan” Ilahi yang dinyatakan dalam perutusan “Nama” haruslah dikumandangkan seperti Nabi Yohanes Pembaptis yangg mengumumkan nama Yesus sebagai Jurupenebus iaitu “Domba Allah”–-yg menghapuskan dosa-dosa dunia. Sebelum Yesus kembali, “namaNya” haruslah diumumkan terlebih dahulu oleh hamba-hamba Tuhan dari GerejaNya. NamaNya apabila kembali adalah “Judment” (disebut sebagai “the lamb with seven horns, seven eyes and seven spirits”). “NamaKu adalah Penghukuman,” kata Yesus Kristus. Nama “Domba Allah” adalah berarti memperdamaikan umat manusia yang “wounded” kepada Roh Tuhan yang Mahasuci selama mana Lyrics jantung Tuhan beralun “siang dan malam tak henti” namun bila Lyrics bisikan jantung Tuhan bertukar menjadi ” tanpa siang dan tanpa malam” (Zechariah 14: 6-7) maka itu berarti namaNya sudah menjadi nama baru. Pekerjaan ilahiNya (”Mission”) beralih kepada Judgment dan ia akan bermula secara jelas pada hari Ia turun seperti yg dicatatkan pada Kisah Para Rasul 1: 10-11 10Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, 11 dan berkata kepada mereka: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.”
Shalom Gunang,
Saya rasa kita setuju bahwa manusia perlu tahu tanda-tanda hari kiamat. Hal ini telah dituliskan di sini – silakan klik. Sebenarnya pertanyaannya sederhana, apakah kita sebagai manusia perlu dan dapat tahu tentang hari dan saat kiamat? Tentang hal ini, kami telah berdiskusi dengan begitu banyak orang di sini – silakan klik, dan diskusi panjang tentang hal ini, dapat Anda baca juga di sini – silakan klik. Pada akhirnya, biarlah kita dengan penuh kerendahan hati menerima kebijaksanaan Allah yang tidak mau mengungkapkan tentang hari dan saatnya kepada manusia. Dan yang Allah minta dari kita adalah untuk senantiasa berjaga-jaga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
shalom tim katolisitas
saya ingin bertanya sedikit jika Yesus memang tahu kapan hari kiamat terjadi,tapi tidak memberitahukannya, bukankah berarti bahwa Yesus berbohong? dan dengan demikian melanggar perintah jangan menipu?bukankah Allah tidak dapat berbuat dosa (berbohong)? mohon penjelasannya…
Shalom Alex,
Pertama-tama perlu kita sadari bahwa tidak ada yang mengharuskan Tuhan Yesus untuk memberitahukan kepada manusia tentang kapankah saatnya akhir dunia/ kiamat. Tidak ada seorangpun dapat memaksa Tuhan/ mengharuskan Tuhan untuk melakukan atau menyatakan sesuatu. Tuhan berhak melakukan segala sesuatunya menurut kebijaksanaan-Nya. Maka, tidak memberitahukan/ tidak menyatakan kapan akhir dunia, tidak sama dengan berbohong. Dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, Yesus memang tetap adalah Allah, sehingga Ia mempunyai dua kodrat dalam diri-Nya, yaitu kodrat manusia dan kodrat Allah. Para Bapa Gereja (terutama St. Athanasius dan kemudian diperjelas oleh Paus Gregorius Agung) menjelaskan bahwa Tuhan Yesus tahu akan saatnya hari kiamat itu, namun Ia tidak mengetahuinya dari kodrat-Nya sebagai manusia.
Mari kita lihat kembali teksnya:
“Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.” (Mrk 13:32)
Dengan penjelasan ini, maka kita tidak dapat mengatakan ataupun menganggap bahwa Tuhan Yesus berbohong. Sebab memang pada saat mengatakan “Anak-pun tidak” maksudnya adalah diri-Nya tidak mengetahuinya dari kodrat-Nya sebagai manusia. Namun sebagaimana penjelasan para Bapa Gereja, Tuhan Yesus tetap mengetahui hari dan saatnya, dari kodrat-Nya sebagai Allah. Sebab sebagai Putera Allah dan Kebijaksanaan Allah Bapa, Kristus mengetahui segala sesuatu. St. Hieronimus menjelaskan, demikian: Kristus adalah Firman Allah ada bersama-sama dengan Allah dalam kekekalan (lih. Yoh 1:1-2) dan “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia [Kristus] dan tanpa Dia [Kristus] tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” (Yoh 1:3). Nah, hari penghakiman terjadi di akhir zaman, di dalam waktu, yang dijadikan oleh Allah, oleh Firman-Nya, yaitu Kristus. Maka Tuhan Yesus yang sudah ada sejak kekekalan bersama-sama dengan Allah Bapa, sudah pasti mengetahui hari kiamat yang jatuh pada saat yang tertentu dalam sejarah manusia itu [sebab kekekalan melampaui kejadian sesaat dalam sejarah manusia]. Jika Kristus Putera Allah mengetahui segala sesuatu sejak kekekalan, bagaimana mungkin Dia dianggap tidak tahu akan bagian tertentu dari keseluruhan pengetahuan-Nya itu?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
markus 13:32 merupakan ayat yang eksplisit dan menurut saya tidak butuh penjelasan lain karena jika misalnya hal itu dikatakan pada orang awam, maka orang tersebut pasti akan paham maksudnya. di ayat itu dan sebelumnya atau sesudahnya tidak pernah ada perkataan yesus yang dapat digunakan untuk menafsiri ayat tersebut. jika memang apologi yang digunakan adalah supaya informasi kapan hari akhir tesebut tidak bocor ke dunia, maka ayat itu sebetulnya cukup hanya sampai pada kata “….hanya bapa yang tahu”. argumen yang lebih logis, meski saya juga kurang setuju, adalah bahwa yesus tidak mengetahui informasi tersebut karena sedang menjelma menjadi manusia.
[dari katolisitas: Jadi, apakah Anda mempercayai bahwa ketika Yesus berinkarnasi, maka Dia tetap Allah? Dan apakah Anda setuju bahwa Allah mengetahui segala sesuatu?]
jawabannya sederhana yakni karena Yesus tidak mengkehendakinya, dan bila Ia berkehendak utk mengetahui kiamat maka ‘terjadilah’, tapi Yesus tidak mengkehendakinya dalam kondisi dan kerendhaannya sebagai manusia (karena itu ALLAH BAPAK meninggikan NamaNya), seperti juga ia tidak berkehendak mengubah batu menjadi roti ketika Ia lapar, maka janganlah mencobai Tuhan Allahmu.
[dari katolisitas: Memang Yesus tidak ingin mengungkapkannya kepada manusia, namun Yesus tahu kapan akhir zaman akan terjadi, karena Dia adalah sungguh Allah.]
Berkah dalem
mohon maaf, Saya ingin tahu sumber yang menyatakan : ” Dalam tradisi Yahudi, jika seorang mengatakan tahu sesuatu, maka orang tersebut harus mengatakan apa yang dia tahu tersebut.Oleh karena itu Yesus tidak memberi tahu kalau dia tahu kiamat karena Dia tidak memperbolehkan seorang pun tahu kapan kiamat itu.”
begitu lah kira2.dulu pernah di tulis di sini, tapi knp sekarang hilang
kalau tidak salah yg menulis St.Agustine
[dari katolisitas: Sepanjang pengetahuan kami, St. Agustinus tidak pernah mengatakan hal tersebut. Ada yang tahu?]
pada artikel berikut terdapat kutipan St. Agustine yang mungkin saya maksud,http://www.mountainretreatorg.net/articles/only_the_father_knows.shtml
Lalu di sini ada yang membahas ttg hal tersebut dan di publikasikan dalam jurnal ilmiah http://www.ptsco.org/supposedignorance.htm
sangat baik untuk di pelajari
[Dari Katolisitas: pesan ini disatukan karena masih satu topik, dari pengirim yang sama]
http://www.ccel.org/ccel/schaff/npnf106.vii.xlix.html
tambahan dr St.Agustine
Shalom Johanes,
Terima kasih atas masukan Anda, tentang ajaran St. Agustinus tentang Mrk 13:32 yang dikutip di link tersebut. Di sana memang disebutkan bahwa menurut St. Agustinus, Yesus mengatakan tidak tahu tentang hari dan saatnya, karena Ia tidak mau menyatakannya. Namun demikian, pada dasarnya, St. Agustinus juga mengajarkan hal yang serupa dengan ajaran para Bapa Gereja pendahulunya, bahwa sebagai Putera Allah, Sang Kebijaksanaan Ilahi, dan Sang Sabda Pengetahuan Allah, Ia pasti mengetahui tentang hari dan saat akhir zaman.
Namun ada dari pernyataan di artikel di link tersebut yang tidak tepat. Yaitu, tentang Communicatio idiomatum, yang berkaitan dengan adanya kedua kodrat (kodrat Allah dan kodrat manusia) dalam diri Yesus. Communicatio idiomatum itu bukan baru diajarkan oleh Martin Luther. Bahwa karena kesatuan yang istimewa antara kedua kodrat Kristus, maka sifat-sifat dari Sang Sabda Ilahi itu dapat ditujukan kepada Kristus manusia, dan sebaliknya sifat-sifat Kristus manusia dapat ditujukan pula kepada Sang Sabda, itu telah diajarkan sejak zaman para Bapa Gereja awal. St. Ignatius dari Antiokhia (tahun 100 AD) sudah mengajarkan tentang hal itu, walaupun pengajaran yang lebih jelas tentang hal ini disampaikan di Konsili Efesus tahun 431 dan Konsili Kalsedon tahun 451, di mana dirumuskan secara lebih rinci ajaran tentang hypostatic union (persatuan hipostatik) antara kedua kodrat Kristus. Martin Luther dan para penerus Lutheranism inilah yang mengartikan Communicatio idiomatum ini secara berbeda dengan pemahaman Bapa Gereja, dengan mengatakan bahwa untuk sementara waktu Kristus ‘berhenti’ atau secara terbatas saja mempunyai, atau bahkan untuk sama sekali tidak mengambil sifat-sifat ilahi pada saat menjelma menjadi manusia, atau umum dikenal sebagai berbagai pandangan Protestant tentang Teologi pengosongan diri dalam diri Kristus (Protestant Kenotic Theology).
Selanjutnya tentang Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia, dan tentang Communicatio Idiomatum ini telah pernah ditulis di artikel ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
dear admin.. :)
saya mau bertanya sedikit mengenai tanggapan Pope Benedictus XVI tentang prediksi kiamat kalender maya.
Beliau mengatakan “Jesus does not describe the end of the world, and when he uses apocalyptic images, he is not acting the prophet”.
“On the contrary, he wants to stop his disciples of every epoch from being curious over dates, forecasts, and wants to give them the key to … the right road to walk today and tomorrow to enter into the eternal life,” he added.
maksudnya disini tidak bertindak sebagai prophet bagaimana ya? karena saya yakin akan banyak interpretasi dan dari pihak yang kurang paham akan semakin bertanya tanya.. adakah satu artikel khusus/ tulisan dari Pope sendiri yang menjelaskan tentang ini.
saya mohon maaf sebelumnya kalau mungkin saya salah menyadur berita, karena saya tinggal di negara yang adalah nomer 7 atheis di dunia, banyak yang bertanya-tanya tentang pernyataan tersebut.
Terimakasih..
Salam penuh kasih..
Fransisca
Shalom Fransisca,
Untuk memahami maksud Paus Benediktus XVI dalam hal ini, perlu kita membaca keseluruhan teks khotbahnya tanggal 18 November 2012 tersebut, yang terdapat di link ini, silakan klik. Untuk memahami konteks kalimat yang Anda tanyakan, maka kita perlu mengetahui apakah sebenarnya inti yang disampaikan dalam khotbah Paus saat itu.
Paus mengatakan bahwa perikop tentang akhir zaman yang tercatat dalam Injil, baik Injil Markus, Matius maupun Lukas, memang merupakan teks yang sulit, baik dari segi isi maupun bahasanya. Teks membicarakan tentang masa depan yang melampaui ukuran pemahaman kita, sehingga Yesuspun menggunakan gambaran dan kata-kata yang diambil dari Perjanjian Lama untuk melukiskan kejadian ini. Namun di atas semua itu, Yesus memperkenalkan inti yang baru, yaitu Diri-Nya sendiri, sebab Ialah yang akan menghubungkan saat ini dan masa depan. Nubuat para nabi akhirnya akan menemukan penggenapan di dalam Pribadi Yesus Sang Mesias. Ketika matahari menjadi gelap dan kuasa langit goncang, Yesus Sang Anak Manusia akan datang dengan kemuliaan-Nya (lih. Mrk 16:24-26). Yesuslah yang sesungguhnya menjadi “the True Event” (Kejadian yang sesungguhnya) yang akan terjadi pada akhir zaman itu. Kedatangan-Nya kembali merupakan sesuatu yang teguh dan permanen di tengah-tengah pergolakan dunia.
Maka pada saat mengisahkan tentang keadaan akhir dunia itu, Yesus tidak bertindak sebagai “pelihat” (disebut sebagai ‘seer‘ atau ‘prophet‘/ nabi, sebab salah satu kekhasan nabi dalam Perjanjian Lama adalah bahwa Allah dapat memberikan ‘penglihatan’/ vision akan sesuatu hal kepadanya, untuk kemudian disampaikan artinya kepada bangsa Israel). Yesus tidak bertindak demikian dalam hal ini. Sebaliknya, Ia hendak mencegah para murid-Nya untuk berusaha mengetahui hari dan saat akhir zaman dan meramalkannya. Yesus berkehendak memberikan kuncinya yang terpenting, artinya yang mendasar, dan yaitu dengan menunjukkan jalan yang benar, agar kita dapat berjalan melaluinya hari ini dan di masa mendatang, sampai memasuki kehidupan yang kekal. Dan jalan ini adalah Diri-Nya sendiri. Yesus menyebutkan tentang keadaan akhir dunia yang bergejolak, akhir dari langit dan bumi, untuk menyampaikan perbandingan yang kontras, antara kefanaan dunia ciptaan dengan Diri-Nya sendiri dan Firman-Nya, yang tidak pernah berakhir/ berkesudahan. Firman-Nya ini, yang tiada berubah, akan menjadi hakim atas segala perbuatan kita, saat Kristus mengadili kita di akhir zaman.
Demikianlah yang dikatakan oleh Paus Benektus XVI, mendekati akhir khotbahnya:
“Other words in today’s Gospel confirm this. Jesus says: “heaven and earth will pass away, but my words will not pass away” (v. 31) Indeed we know that in the Bible the word of God is at the origin of the Creation: all the creatures, starting with the cosmic elements — sun, moon, the firmament — obey the word of God, they exist since they have been “called into being” by it. This creative force of the divine word is concentrated in Jesus Christ, the Word made flesh, and also passes through his human words, which are the true “firmament” that directs the thought and journey of man on earth.
For this reason Jesus does not describe the end of the world and when he uses apocalyptic images, he does not act as a “seer”. On the contrary, he wishes to prevent his disciples in every epoch from being curious about dates and predictions; he wants instead to provide them with a key to a profound, essential interpretation and, above all, to point out to them the right way on which to walk, today and in the future, to enter eternal life.
Everything passes away, the Lord reminds us, but the word of God does not change and before it each one of us is responsible for his or her own behaviour. We are judged on this basis.
Dear friends, in our day too there is no lack of natural disasters nor, unfortunately, of war and violence. Today too we need a permanent foundation for our life and our hope, especially because of the relativism in which we are immersed. May the Virgin Mary help us to accept this centre in the Person of Christ and in his word.”
Demikianlah yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan pertanyaan Anda, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
untunglah GK punya Magisterium. kalau mengandalkan “hanya kitab suci” pastilah bingung seperti mereka yang hanya punya “hanya kitab suci”
Salam sejahterah buat pengungjung,
Menurut hemat saya, bagi sekelompok orang yang mendebatkan tentang hari kiamat sampai mengesampingkan Ketuhanan Yesus adalah, sikap yang keliru menanggapi firman Allah. Oleh karena itu, team katolisitas menanggapi komentar anda sekalian dengan menekankan pada titik untuk berjaga-jaga sepanjang masa. Sehingga dengan demikian, ajaranNya tidak disalah artikan.
terimaksih.
Aquilino Amaral
Dear Ibu Inggrid,
Terima kasih atas penjelasan akan topik apakah Tuhan Yesus tau akan hari kiamat. Saya dapat menerimanya dengan baik dan sangat masuk akal jika Tuhan Yesus tau karena Dia adalah Tuhan, dan atas kebijaksanaanNya utk tdk mengungkapkannya.
Menurut saya (mohon koreksi jika salah), ada alasan lain melengkapi yg sudah diutarakan oleh Ibu Inggrid kenapa Tuhan Yesus tdk menyampaikan kapan waktunya, yaitu
1. Tuhan Yesus secara kodrat manusia tdk mengungkapkan hari H-nya karena Tuhan Yesus tidak ingin hari H itu dikaburkan oleh keduniawian, yaitu penanggalan duniawi. Spt diketahui, penanggalan duniawi saat Tuhan Yesus hidup belumlah penanggalan Masehi. Penanggalan Romawi pasti berbeda dgn penanggalan China, penanggalan Jawa, penanggalan Arab, dll. Jadi jika Tuhan Yesus mengatakan mengenai hari H jatuh pada (misal) 29 Februari 2012 maka org Yahudi akan bingung karna penanggalan Masehi belum digunakan. Jika menggunakan penanggalan Romawi, maka Tuhan Yesus secara keAllahanNya tau bahwa penanggalan Romawi di tahun 2000 tdk digunakan lagi sehingga tdk akan terlalu valid. Maka jika Tuhan Yesus mengatakan tanggal tsb, maka akan memicu berbagai penafsiran mengenai kapan sebenarnya hari H berdasarkan suatu penanggalan di masa depan. Maka dgn pemikiran saya (maaf, ini cuma pemikiran saya, jika salah mohon koreksi) bahwa kodrat Tuhan Yesus sebagai manusia yg tdk mengungkapkan hari H akan sangat masuk akal berkaitan dgn sistem2 penanggalan dunia.
2. Jika ternyata Tuhan Yesus mengatakan hari H-nya, berkaitan dgn poin no 1 saya di atas, maka jika ternyata penafsiran2 yg tdk tepat berkaitan dgn sistem penanggalan, maka kesalahan penafsiran tsb bisa membawa pada “corrupt” thd sabda Yesus yg adalah Tuhan. Padahal yg salah adalah penafsiran tanggal yg tdk bersesuaian.
Demikian tanggapan saya. Mohon koreksi jika salah.
Selamat menyambut pesta Paskah
Glenn
Shalom Glenn,
Kita juga dapat melihat dari sisi yang lain, mengapa Yesus tidak mengungkapkan tanggal persis dari kedatangan-Nya yang kedua, yaitu agar manusia dapat senantiasa berjaga-jaga. Kalau Yesus mengungkapkan bahwa kedatangan-Nya misalnya seribu tahun lagi dalam penanggalan Yahudi, maka orang-orang mungkin cenderung untuk tidak berjaga-jaga dan dapat hidup seenaknya. Padahal, di satu sisi, semua orang harus berjaga-jaga kalau suatu saat Tuhan memanggil kita menghadapnya dalam kematian. Kalau Tuhan mengungkapkan bahwa kedatangan-Nya sudah dekat, misal 10 tahun lagi, maka orang-orang akan tidak berbuat apa-apa, seperti yang terjadi pada jemaat di Tesalonika.
Dengan demikian, kita dapat melihat kebijaksanaan Kristus, yang tidak ingin mengungkapkan tanggal kedatangan-Nya ke-2 secara persis kepada manusia. Walaupun demikian, Kristus juga telah memberikan tanda-tanda dari kedatangan-Nya. Jadi, mari kita bersama-sama melakukan sikap yang diinginkan oleh Kristus, yaitu senantiasa berjaga-jaga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
SHALOM? Saya mau bertanya ” Yesus adalah ALLAH maha tahu dan maha sempurna, sewktu ada yang bertanya kapankah engkau datang yg ke 2 kalinya? Lalu Yesus menjawab”tidak seorangpun yg tahu malaikat-malaikat tidak dan anakpun tidak, hanya Bapa yg tahu. Jadi pertanyaannya “Kenapa anak tidak tahu sedangkan Yesus adalah ALLAH DAN TUHAN maha tahu dan juga maha sempurna. TERIMAKASIH TUHAN ALLAH MEMBERKATI. AMEN
[dari Katolisitas: silakan membaca penjelasannya di artikel di atas, “Tahukah Yesus akan hari kiamat?” , silakan klik]
SYALOM ….. IJINKAN SY INGIN BERTANYA 2 HAL TENTANG TINJAUAN THEOLOGI & KATOLIK ;
1. APAPUN TIDAK MENGUBAH IMAN KEPADA YESUS MESKI SY HARUS BERTANYA DEMIKIAN = ADA AYATNYA TAPI SAYA LUPA, SPT INI ; TUHAN YESUS MENJAWAB MURIDNYA, TIDAK ADA SEORANGPUN YANG TAHU KAPAN DATANGNYA HARI AKHIR, ANAKPUN TIDAK. PERTANYAAN SAYA ; MENGAPA TUHAN YESUS YANG NOTABENE JUGA TUHAN ALLAH MENYATAKAN SEPERTI ITU? SY YAKIN ADA MAKSUD TUHAN BERSABDA DEMIKIAN TETAPI SY SAJA YANG TIDAK TAHU. MOHON PENCERAHAN.
2. MENGAPA PASTUR TIDAK BOLEH MENIKAH? MENGINGAT MANUSIA ADALAH TETAP MANUSIA BUKAN TUHAN ; BUKAN TUHAN YESUS, YG TENTUNYA SEWAKTU2 BS SAJA MEMPUNYAI NAFSU MANUSIAWI MESKI TERPENDAM. APAKAH HANYA KARENA SEMATA2 PELAYANAN & TANGGUNG JAWABNYA SUPAYA BISA TERFOKUS PENUH? APAKAH MELAYANI TUHAN & SESAMA WALAUPUN ITU SEBAGAI PEMIMPIN JEMAAT/ UMAT HARUS TIDAK MENIKAH, APAKAH “SEMISAL” SEORANG PASTUR MENIKAH & TETAP MENJABAT PASTUR ITU “BERDOSA DIMATA TUHAN?”. AYAT PEMBIMBINGNYA DARI KITAB APA? APAKAH TIDAK LEBIH BAIK BERPASANGAN SEHINGGA “TERUJI” BENAR BAGAIMANA BISA MENYATAKAN KASIH SAYANGNYA KEPADA KELUARGA DALAM HIDUP YANG REAL . APAKAH “SEMISAL SAJA” PAKAI SISTEM PAHALA/ UPAH ; APAKAH PASTUR YANG TIDAK MENIKAH TERSEBUT JELAS2 PAHALANYA LEBIH BANYAK ATAU LEBIH BAIK & BENAR DIBANDINGKAN SESAMANYA, APAKAH TIDAK MENJADI TERJEBAK MENGINGKARI KEDUNIAWIANNYA ( KARENA MEMANG MASIH DIDUNIA ) KEMANUSIANNYA / TDK BISA MENIKMATI BERKAH BERPASANGAN DARI TUHAN ATAU … BAGAIMANA? SY BENAR2 TIDAK MENGERTI?
Shalom Andri,
1. Tentang apakah Tuhan Yesus mengetahui atau tidak tentang akhir dunia, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
2. Tentang mengapa pastor tidak menikah, silakan anda membaca di sini, silakan klik, dan juga di tanya jawab di bawahnya, terutama di jawaban ini, silakan klik, dan jawaban ini, silakan klik. Jangan anda lupakan, mereka yang masuk ke seminari sebenarnya sudah mengetahui bahwa kehidupan selibat tak terpisahkan dalam panggilan hidup mereka. Mereka tidak dipaksa untuk tidak menikah. Maka orang- orang yang merasa panggilan hidupnya adalah menikah/ hidup berkeluarga, tentu tidak apa- apa, namun tidak dapat menjadi imam. Baik menjadi imam ataupun hidup berkeluarga memang sama- sama dapat melayani Tuhan, namun tidak dapat diingkari bahwa mereka yang selibat demi mewartakan Kerajaan Allah, memberikan dirinya secara lebih total kepada Allah.
Selanjutnya, jika ada topik yang ingin anda ketahui, anda dapat menggunakan fasilitas pencarian di sudut kanan homepage, ketik topik yang ingin anda ketahui, lalu enter. Semoga anda sudah menemukan pembahasannya di sana, silakan klik di judulnya. Jika masih ada pertanyaan tentang topik tersebut, silakan bertanya di bawah artikel tersebut. Atau silakan masuk ke rubrik Arsip, dan temukan di sana berbagai topik tentang iman Katolik. Jika pembahasannya belum ada, silakan anda masuk ke rubrik Buku Tamu, dan ketiklah pertanyaan anda.
Akhirnya, kami mohon agar anda tidak menulis dengan huruf besar semua, karena dalam bahasa internet, hal itu menunjukkan bahwa yang menulis sedang berteriak/ marah. Kami percaya anda tidak sedang marah kepada kami, dan karenanya mohon janganlah menulis dengan huruf kapital semua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Jika Yesus itu Tuhan semesta alam, kenapa tidak tahu kapan hari kiamat, bukankah Roh Yesus itu menyatu dengan Bapa, kenapa Yesus bilang hanya Bapa yang tahu
[Dari Katolisitas: Silakan membaca kembali artikel di atas. Berpegang pada pengajaran St. Gregorius, Gereja Katolik mengajarkan, “Allah Putera yang Mahatahu mengatakan bahwa Ia tidak tahu harinya [akhir zaman, sehingga] Ia tidak menyatakannya, bukan disebabkan oleh sebab Ia sendiri tidak tahu, tetapi karena Ia tidak mengizinkan hal tersebut diketahui sama sekali…. Putera Tunggal Allah yang menjelma menjadi manusia yang sempurna untuk kita, pasti mengetahui hari dan saatnya Penghakiman Terakhir di dalam diri-Nya sebagai manusia, namun demikian Ia tidak mengetahui hal itu dari kapasitasnya sebagai manusia…. Harap dipahami bahwa ada dua kodrat dalam diri Yesus, yaitu kodrat-Nya sebagai Allah dan kodrat-Nya sebagai manusia. Maka dari kodrat-Nya sebagai Tuhan, Kristus mengetahui tentang hari dan saat-Nya akhir zaman, namun pengetahuan ini tidak diperoleh-Nya dari kodrat-Nya sebagai manusia, dan karena itu Ia mengatakan demikian, dalam ayat Mrk 13:32 tersebut.]
syalom,,
dalam artikel di atas dikatakan : “pasti mengetahui hari dan saatnya Penghakiman Terakhir di dalam diriNya sebagai manusia, namun demikian Ia tidak mengetahui hal itu dari kapasitasnya sebagai manusia….”
mohon bisa dijelaskan lebih lanjut mengenai pernyataan tersebut karena saya belum mengerti betul…
“di dalam diriNya sebagai manusia” dan “dari kapasitasnya sebagai manusia”….
kalau bisa disertakan dengan contoh konkret….
trima kasih
[Dari Katolisitas: pertanyaan berikut ini digabungkan karena masih satu topik]
syalom,,
maaf, saya mau menambahkan pertanyaan saya,,
di atas juga dikatakan bahwa Tuhan Yesus tidak mengizinkan hal tersebut (kiamat) untuk diketahui..
Maksudnya bagaimana..?
Trima kasih
Lian
Shalom Lian,
Adanya kedua kodrat dalam diri Yesus, yaitu kemanusiaan dan ke- AllahanNya, itu yang menjadikan adanya dua kehendak dan dua pengetahuan dalam Diri Yesus, ketika Ia menjelma menjadi manusia. Ada dua prinsip kehendak ini kita lihat misalnya pada waktu Ia berdoa di sakrat mautnya, di mana, kehendak-Nya sebagai manusia menginginkan agar piala kesengsaraan itu berlalu daripada-Nya, sedangkan kehendakNya sebagai Allah, tentu sama dengan kehendak Allah Bapa, yaitu menyelesaikan tugas misi- Nya dengan wafat di kayu salib, seperti yang telah berkali- kali diberitahukanNya kepada para murid (sedikitnya tiga kali)- bahwa Ia akan diserahkan ke tangan orang Yahudi untuk disalibkan, demi menyelamatkan umat manusia. Walaupun demikian, kehendak Yesus sebagai manusia pada akhirnya mengikuti kehendak-Nya sebagai Allah, saat Ia berkata, “tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42)
Demikian pula dengan adanya dua pengetahuan dalam diri Yesus, seperti sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Maka, pengetahuan tentang kapan persisnya hari dan saatnya akhir dunia, itu tidak diperoleh dari kodrat-Nya sebagai manusia. Namun demikian, karena Yesus adalah Allah, Ia pasti mengetahui tentang saat dan hari akhir dunia itu dari kodrat-Nya sebagai Allah, karena Ia mempunyai persamaan hakekat dengan Allah Bapa. Jika Allah Bapa mengetahuinya, maka Yesus sebagai Allah Putera juga mengetahuinya.
Maka walaupun Yesus mengetahui tentang hari dan saat-nya akhir dunia, tetapi di dalam kebijaksanaan-Nya, Ia tidak menyatakan hal itu kepada manusia. Tentu Allah mempunyai pertimbangannya sendiri mengapa demikian, yaitu agar manusia dapat terus berjaga- jaga sambil menantikan saatnya. Prinsip berjaga- jaga inilah yang diajarkan-Nya, dan ini masih berlaku sampai sekarang. Itulah sebabnya maka kita tidak perlu mempercayai jika ada orang memprediksikan secara tepat, hari dan saatnya akhir dunia, karena ini menyalahi Sabda Tuhan Yesus sendiri yang menyatakan, “Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” (lih. Mat 25:13, 24:42). Buktinya, sudah banyak orang sepanjang sejarah yang memprediksikan akhir dunia sampai ke hari dan tanggalnya, tetapi faktanya tidak ada satupun perkiraan itu yang terpenuhi, sebab dunia masih eksis sampai sekarang.
Agaknya sikap “berjaga- jaga” itulah yang harus kita miliki, sambil menantikan saat kedatangan Yesus, entah pada saat kematian kita ataupun pada saat akhir jaman nanti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Comments are closed.