Sudahkah aku ‘ingin melihat Kristus’?

[Minggu Biasa XXXI:  Keb 11:22-12:2; Mzm 145: 1-14; 2Tes 1:11- 2:2; Luk  19:1-10]

Seandainya aku bertubuh pendek seperti Zakheus, mungkin aku dapat lebih menghayati makna Injil hari ini. Bukan saja hanya berbadan pendek, tetapi keadaannya sebagai  kepala tukang pajak, membuat Zakheus berbeda dari orang kebanyakan. Banyak orang tak suka kepadanya karena tukang pajak saat itu dikenal suka mengambil keuntungan dari menagih orang lebih banyak dari seharusnya. Tapi rupanya belas kasih Tuhan tidak mengecualikan  Zakheus, yang sepertinya tidak masuk hitungan di mata orang banyak. Injil mencatat bahwa Tuhan Yesus melintasi kota Yerikho, di mana Zakheus tinggal. Sebelumnya Yesus baru saja menyembuhkan orang buta sebelum masuk kota, dan orang ramai membicarakannya, sehingga Zakheus penasaran ingin melihat Yesus, Sang Penyembuh itu. Zakheus membuang gengsinya sebagai orang kaya, menyingkirkan rasa malunya dan mau bersusah-payah memanjat pohon ara, hanya untuk satu tujuan sederhana: untuk melihat seperti apakah Yesus itu.

Sudahkah aku merindukan Tuhan Yesus seperti Zakheus? Paus Yohanes Paulus II dalam salah satu khotbahnya tentang perikop ini tanggal 2 November 1980, pernah mengatakan demikian, “Apakah aku ingin ‘melihat Kristus’? Apakah aku sudah melakukan segala sesuatu untuk ‘melihat Dia’? Pertanyaan ini, dua ribu tahun kemudian, tetap relevan seperti pada saat itu, ketika Yesus berjalan melintasi kota-kota dan desa-desa di tanah air-Nya. Ini adalah pertanyaan yang relevan bagi kita masing-masing hari ini: Apakah aku mau melihat Dia? Apakah aku sungguh-sungguh mau? Apakah aku mungkin malah memilih untuk tidak melihat-Nya dan berharap Ia tidak melihat aku (setidaknya dalam cara berpikirku dan dalam perasaanku)? Dan jika aku telah melihat-Nya dalam cara tertentu, apakah aku lebih memilih untuk melihat-Nya dari jauh, tidak terlalu dekat, tidak mau mengambil resiko di hadapan mata-Nya, supaya tidak terlalu dalam memahami …. supaya tidak harus menerima keseluruhan kebenaran yang ada di dalam Dia, yang datang dariNya – dari Kristus?”

Sungguh, Tuhan Yesus melihat ke dalam hati setiap orang. Yesus mengetahui kesungguhan hati Zakheus dan Ia sungguh menghargainya. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Luk 19:5) Betapa mengejutkan perkataan Yesus ini bagi Zakheus, sebab perkataan ini begitu akrab, seperti ucapan seorang teman lama yang tidak sungkan mampir. Zakheus yang tadinya hanya bermaksud melihat Yesus sekilas saja, kini malah mendapat perhatian ekstra, sebab Yesus mau datang ke rumahnya! Wow! Zakheus-pun segera turun dan menyambut Yesus dengan suka cita. Ia telah menerima suka cita yang dari Tuhan, melalui perjumpaannya dengan Yesus. Suka cita ini  ternyata mendorong Zakheus untuk memulai hidup yang baru dengan mengikuti ajaran Kristus. Ia tidak mau lagi memeras orang lain. Ia mau memberikan setengah dari miliknya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat kepada orang-orang yang pernah diperasnya. Ini adalah tindakan ganti rugi  yang melampaui apa yang disyaratkan dalam hukum Taurat Musa (lih. Kel 22:4). Pengalamannya menerima kemurahan dan belas kasih Tuhan Yesus, menjadikan Zakheus-pun bermurah hati dan berbelas kasih kepada orang lain.

Tuhan Yesus, mari datanglah di rumah hatiku. Akupun rindu mengalami suka cita di dalam Engkau seperti Zakheus. Ubahlah aku menjadi lebih baik seturut kehendak-Mu, dan mampukanlah aku, yang telah menerima kemurahan dan belas kasih-Mu, untuk dapat bermurah hati dan berbelas kasih kepada sesamaku.”

0 0 votes
Article Rating
19/12/2018
6 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
johanes
10 years ago

Dear Katolisitas,
2 korintus bab 12
1. apakah yg dimaksud dengan “aku tahu seorang Kristen”? (ay 2) siapa dia?
2. Apakah maksud perkataan “entah didalam tubuh aku tidak tahu, entah diluar tubuh aku tidak tahu”? (ay 2)
3. Apakah maksudnya “aku juga tahu tentang orang itu”? (ay 3) siapakah dia?
4. Apakah maksudnya “ia tiba-tiba diangkat ke firdaus”? (ay 4), “ia mengatakan kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia” (ay 4)
5. Apakah maksudnya “seorang utusan iblis untuk mengocoh aku”? (ay 7)

mohon penjelasan.
Salam dalam kasih Yesus, johanes.

Stefanus Tay
Admin
Reply to  johanes
10 years ago

Shalom Johanes, Dalam 2Korintus 12, digambarkan seseorang yang telah diangkat ke Surga. Untuk mengerti siapa dia, maka kita melihat ayat 1, yaitu “Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.” Rasul Paulus menuliskan surat ini. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa di ayat 2, orang tersebut adalah Rasul Paulus sendiri. Namun, dalam kerendahan hatinya, dia tidak menyebutkan namanya sendiri, namun menggunakan kata yang merujuk pada orang ketiga. Rasul Paulus tidak menjelaskan secara lebih mendetail bagaimana Dia diangkat ke Surga, karena orang yang mengalami ecstacy, tidak terlalu… Read more »

pardohar
pardohar
11 years ago

Syalom,
sukacita yang berasal dari Tuhan, dirasakan oleh Zakheus berbeda dengan sukacita yang ia dapatkan dari dunia ini.
Sukacita dari dunia tidak dapat dirasakan oleh orang lain, sedangkan sukacita sorgawi dapat dirasakan juga oleh orang lain disekitarnya.

Mungkinkah perkenanan Tuhan itu dapat selaras dihadapan Tuhan dan di hadapan manusia juga. Ataukah orang yang berkenan di hadapan Tuhan itu pasti tidak berkenan di hadapan manusia. Contohnya kalau kita tidak kurupsi maka kita akan diasingkan dan hidup menyendiri seperti orang asing di kelompoknya.

Mohon penjelasan nya.

Salam damai Kristus,
Pardohar

Stefanus Tay
Admin
Reply to  pardohar
10 years ago

Shalom Pardohar, Kehidupan kekristenan sejati adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan. Kasih kepada Allah inilah yang menjadi motivasi umat Kristen untuk mengasihi sesama. Dengan demikian, semakin dia mengasihi Allah dengan sungguh, maka dia akan semakin mengasihi sesama, karena Allahlah yang terlebih dahulu mengasihi mereka. Dengan hidup seperti ini, maka secara akal sehat, seharusnya orang-orang yang mengasihi Allah dan sesama juga akan berkenan di hadapan manusia. Namun, masalah muncul ketika umat Kristen tidak dapat menjadi saksi Kristus yang baik. Atau masalah lain adalah ketika orang-orang di sekitar kemudian menganggap bahwa orang Kristen yang sesungguhnya baik justru mengganggu hati… Read more »

pardohar
pardohar
Reply to  Stefanus Tay
10 years ago

Syalom, Terimakasih bpk. Stef atas penjelasannya. Saya setuju dengan pendapat bapak Stef, bahwa kita umat Kristen harus menjadi saksi Kristus yang baik dan benar. Dengan demikian Kasih Allah memerintah dalam hidup kita, karena Tuhan tidak mungkin menyakiti dirinya sendiri. Jadi hidup kita bersama Tuhan Yesus di bumi ini ada saat susah maupun saat lapang, karena saya yakin apapun yang terjadi tetap ada penyertaan Tuhan. Maka dengan demikian kita telah memiliki kebahagiaan yang everlasting (lebih lama bahagia, sejak kita percaya Yesus ). Sering saya menemukan ada sebuah pelayanan yang tidak menganggap saudara seiman adalah anggota Tubuh Kristus sendiri. Sering terjadi kesalahpahaman… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  pardohar
10 years ago

Shalom Pandohar, Prinsip yang perlu kita pegang adalah kita semua adalah pendosa yang dikasihi Allah. Bukti kasih Allah adalah Dia sendiri telah menjadi manusia, menderita, wafat, dan bangkit untuk menyelamatkan kita semua. Kesadaran ini, sudah seharusnya memberikan kekuatan kepada kita untuk terus berjuang dalam kekudusan. Jadi, kalau memang kita mempunyai kesalahan di masa lalu atau masa kini, maka kita harus meninggalkannya, melihat ke depan dan terus berjuang dalam kekudusan dengan mengandalkan rahmat Allah. Kita tidak bertoleransi terhadap dosa, karena kita tahu bahwa dosa menyedihkan hati Allah. Tidak bertoleransi terhadap dosa adalah untuk senantiasa berkata tidak terhadap dosa. Ini adalah perjuangan… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
6
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x