‘Anak-anak Allah’ (Ay 2:1) yang dimaksud di sini adalah para malaikat. St. Thomas Aquinas, dalam penjelasannya mengenai Kitab Ayub (Commentary on the Book of Job, Ch.1, the 2nd lesson) mengajarkan demikian:

Perlu diketahui bahwa penyelenggaraan ilahi mengatur segala sesuatu dengan ketentuan bahwa sesuatu yang lebih rendah diatur melalui sesuatu yang lebih tinggi…. Demikianlah maka jiwa manusia diarahkan melalui mahluk rohani yang lebih tinggi. Tradisi Gereja mengajarkan bahwa beberapa di antara para mahluk rohani tersebut, adalah mahluk rohani yang baik, yang tidak pernah melawan kehendak Allah, dan mereka ini kadang disebut sebagai para malaikat di dalam Kitab Suci yaitu pembawa pesan, sebab mereka memaklumkan pesan ilahi kepada manusia. Kadang mereka disebut anak- anak Allah, sebab mereka diciptakan seperti Tuhan (‘are made like to God‘) dengan mengambil bagian di dalam kemuliaan-Nya. Namun, terdapat juga beberapa mahluk rohani yang jahat, bukan karena dari kodratnya ataupun penciptaannya, sebab Tuhan adalah pencipta kodrat setiap ciptaan-Nya; dan karena Allah yang adalah Kebaikan yang tertinggi tidak dapat menjadi sebab bagi apapun yang tidak baik; tetapi roh-roh ini adalah jahat karena kesalahan mereka sendiri. Roh-roh ini disebut sebagai setan di dalam Kitab Suci, dan pemimpin mereka disebut Iblis, atau Setan, yang artinya permusuhan. Kedua jenis mahluk rohani ini mempengaruhi manusia untuk bertindak, malaikat mempengaruhi manusia untuk berbuat baik, sebaliknya setan mempengaruhi manusia untuk berbuat jahat…. Maka untuk menunjukkan bahwa baik hal-hal yang baik maupun yang jahat yang dilakukan oleh manusia ada di bawah penghakiman ilahi, maka teks mengatakan, “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN.” (Ayb 2:1)

Dengan demikian, ‘istilah ‘anak- anak Allah’ (sons of God) di kitab Ayub tidak untuk dipertentangkan dengan Kristus ‘Anak Allah yang tunggal’ (the only Son of God) sebagaimana tertulis dalam Yoh 1:18, 3:16; 1 Yoh 4:9. Sebab para malaikat disebut sebagai ‘anak- anak Allah’ karena mereka diciptakan menyerupai Allah dan mengambil bagian dalam kemuliaan Allah; namun istilah ‘anak-anak Allah’ di sana tidak menunjukkan kesetaraan dengan Allah. Sedangkan istilah ‘Anak Allah yang Tunggal’ dengan konteks ayat- ayat lain yang menjabarkannya memberi implikasi bahwa Sang Anak, yaitu Sang Firman Allah (lih. Yoh 1:1) tersebut adalah Allah sendiri, sebab Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30), dan Ia setara dengan Allah Bapa dan Roh Kudus (lih. 1 Yoh 5:7). Demikian juga ayat yang menyebutkan bahwa kita semua yang telah dibaptis adalah ‘anak- anak Allah’, juga tidak untuk dipertentangkan dengan Kristus Sang Anak Allah yang tunggal, sebab kita disebut ‘anak- anak Allah’ karena kita diangkat sebagai anak- anak-Nya di dalam Kristus (lih. Gal 3:26) melalui Pembaptisan sehingga kita mengambil bagian dalam kodrat ilahi (lih. 2 Kor 5:17; 2Pet 1:4; Gal 4:5-7); sedangkan Kristus Sang Sabda Allah lahir (begotten) dari Allah Bapa sejak awal mula, sebelum segala abad (lih. Yoh 1:1).

Selengkapnya tentang penjelasan St. Thomas Aquinas tentang Kitab Ayub, dapat dibaca di link ini, silakan klik.

2 COMMENTS

  1. Shalom,

    saya belum mengerti pemahaman tentang anak Allah. Ketika manusia pertama di ciptakan yaitu Adam apakah ia tidak memiliki kuasa yang cukup untuk menjadi anak anak Allah yang benar.

    Mohon penjelasan,

    [dari katolisitas: Kita jangan melupakan bahwa manusia pertama diciptakan Allah dalam kondisi tidak berdosa. Dengan demikian, manusia pertama mempunyai kapasitas untuk tidak berdosa, walaupun juga bisa berdosa.]

  2. Pak Stefanus Tay & Ibu Ingrid Tay yang saya hormati,

    Tempo hari ada rekan protestan yang bertanya “Dimana tempat terjadinya bertemunya Iblis, dengan Allah berserta anak-anak dalam kitab Ayub tsb?”

    saya bingung menjawab apa, saya hanya menjawab alakadarnya dengan mengatakan :
    pertemuan itu terjadi bukan di Surga dan lebih mengarah di tempat penantian [Karena disurga tidak ada sesuatu yang najis/Iblis].

    tetapi apakah di tempat penantian ada sesuatu yang najis?
    ini yang belum dapat saya jawab, mohon bantuannya Pak Stef dan Ibu Ingrid.

    Salam

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah ditanggapi, silakan klik di sini, dan membaca point 2]

Comments are closed.