Pertanyaan:
Shaloomm…!!
saya merupakan follower dari website Katolisitas walau tidak melalu twitter. Saya sangat terkesan dengan penelasan2 yang di berikan begitu gampang di mengerti dan menggelitik saya untuk menanyakan sebuah pertanyaan tentang buku yang di tulis oleh Alberto Rivera yang mengaku pernah menjadi Imam yang kemudian keluar dari Iman Katolik yang menurutnya sesat?? trims
GBU
Bambang
Jawaban:
Shalom Bambang,
Kisah tentang Alberto Rivera yang lebih lengkap dapat anda baca di link ini, silakan klik. Demikian sekilas ringkasannya:
Alberto Rivera (1935-1997) adalah salah satu tokoh anti -Katolik yang mengklaim pernah menjadi imam Yesuit, dan ditugasi untuk menghancurkan gereja- gereja Protestan; namun kemudian ia beralih menjadi seorang evangelis Protestan. Kisah ini kemudian dipublikasikan dalam komik karangan Jack Chick, dengan judul Alberto. Di dalam komik itu diceritakan kisah- kisah yang kontroversial yang memojokkan Vatikan, seolah Vatikanlah yang menciptakan agama- agama lain, termasuk juga gereja- gereja Protestan, komunisme, Mormornism dan New Age Movement. Tentu saja komik tersebut kemudian ditolak juga oleh gereja- gereja Protestan sendiri. Selanjutnya penerbit- penerbit Protestan, seperti Christianity Today, Cornerstone, dan Forward mengadakan penyelidikan terhadap Rivera, dan penyelidikan itu menunjukkan bahwa klaim- klaim yang dibuat oleh Rivera adalah penipuan.
Berikut ini adalah hasil penyelidikan Gary Metz yang dimuat dalam Christianity Today:
“Ia dituntut di pengadilan Los Angeles pada saat itu (1981) oleh seorang bernama Rivera, atas nama Hispanic Baptist Church, yang dimulainya, yang meminjam uang $ 2,025 untuk investasi di properti, tetapi tidak pernah membeli tanah tersebut. Ketika orang itu ditanya untuk uangnya kembali, ia menerima sebuah kwitansi yang menyatakan “kontribusi” sebesar $ 2,025 ….” (Gary Metz, “Jack Chick’s Anti-Catholic Alberto Comic Book Is Exposed as a Fraud,” Christianity Today, March 13, 1981.)
Berikutnya Christianity Today juga menuliskan kasus penipuan yang dilakukan oleh Alberto Rivera, saat ia bekerja di pusat the Church of God of Prophecy di Tennesee, Oktober 1967. Juga ditemukan bahwa klaimnya sebagai imam adalah palsu. Demikian pula tahun 1969, Rivera pernah dua kali ditahan di Florida. Kasus pertama adalah karena penipuan kartu kredit di BankAmericard, sebesar $2000, dan kasus kedua adalah karena ia mengendarai mobil tanpa izin.
Christianity Today melaporkan kasus penipuan yang lain, yaitu tentang klaim Rivera bahwa ia menyelamatkan adiknya yang menderita sekarat di biara di London. Dikatakan bahwa Rivera menghubungi jemaat Anabaptis untuk membantunya melaksanakan niatnya ini. Tetapi ternyata yang dihubungi sebenarnya adalah Delmar Spurling dari the Church of God of Prophecy. Dan Rivera tidak menyelamatkan adiknya di biara, sebab ia bukan biarawati, tetapi seorang pembantu rumah tangga di London.
Christianity Today juga melaporkan tentang penipuan klaim Riviera bahwa ia seorang imam di Madrid-Alcala, Spanyol (1967). Sebab setelah di-check, keuskupan tersebut menyatakan bahwa tidak pernah ada imam di keuskupan mereka yang bernama Alberto Rivera. Keuskupan tersebut menyatakan bahwa Rivera bukanlah imam, dan paspor yang dimilikinya diperoleh dengan penipuan. Selanjutnya Christianity Today juga menemukan bahwa Rivera tidak saja bukan seorang imam Yesuit tetapi juga ia mempunyai dua orang anak selama dia mengklaim hidup selibat sebagai seorang Yesuit.
Publikasi Cornerstone kemudian mengungkapkan penipuan klaim Rivera yang lain. Rivera tidak pernah menjadi uskup seperti yang diklaim olehnya. Ketika ditanya mengapa ia memakai gelar ini, akhirnya Rivera mengatakan sebenarnya ia memang tidak pernah ditahbiskan menjadi uskup, namun ia memakai gelar ini sebagi prestise.
Selanjutnya masih ada banyak lagi kebohongan yang disampaikan oleh Rivera, yang dapat dibaca di link di atas. Sungguh kita dapat menjadi terperangah bahwa seseorang dapat dengan sedemikian merancang suatu penipuan yang sangat njelimet dan ngawur macam itu. Maka kita cukup hanya perlu menggunakan akal sehat kita untuk menilai apakah kesaksian Alberto Rivera tentang Gereja Katolik tersebut layak untuk dipercaya, sebab bahkan untuk mengisahkan kehidupannya sendiri ia tidak menyampaikan kebenaran. Tidak mengherankan bahwa pernyataannya tentang Gereja Katolik dan ajarannya juga banyak yang keliru, yang menunjukkan bahwa ia tak paham dengan doktrin Katolik dan sejarah Gereja. Klaimnya bahwa otak di belakang Inquisition adalah pastor- pastor Yesuit juga keliru, sebab Inquisition terjadi sekitar tahun 1200, sedang ordo Yesuit baru berdiri sekitar tahun 1540.
Demikian, Bambang, tak ada yang perlu dirisaukan tentang apa yang disampaikan oleh Alberto Rivera tentang Gereja Katolik. Sebab kebenaran akan memberi kesaksian terhadap dirinya sendiri. Orang yang tidak menyampaikan kebenaran akan menuai kontradiksi, yang membuktikan sendiri bahwa apa yang disampaikannya keliru. Dan nampaknya inilah yang terjadi pada Alberto Rivera.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terpujilah Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan semua takbir kebenaran
bertobatlah saudara saudara ku yang terkasih…
Tuhan Yesus memberkati
Bu Ingrid dan Pak Stef saya minta verifikasi dong, Apa benar buku yang berjudul The Secret History Of The Jesuits yang ditulis oleh Edmond Paris yang menceritakan tentang keterlibatan Vatikan (Gereja Katolik) dalam hal penyebab terjadinya Perang Dunia 2, yang diklaim Paris bersumber dari mantan imam dan informasi resmi Katolik serta informasi politik lainnya. Apa Bu Ingrid dan Pak Stef pernah membaca buku tersebut ?
Shalom Berto,
Terus terang saya belum pernah membaca buku tersebut, namun hanya membaca resensinya. Dari ringkasan yang saya baca, dan dari fakta bahwa Edmond Paris sendiri yang bukan merupakan scholar/ sejarahwan, saya berkesimpulan bahwa kebenaran buku itu layak dipertanyakan. Sumber Wikipedia tidak mencatat nama Edmond Paris sebagai ahli sejarah, namun sebagai pelayar dunia (kemungkinan Edmond Paris yang lain). Maka, tidak perlu resah dengan buku- buku semacam itu yang tidak menyertakan data yang akurat dan dapat dipercaya sebagai sumbernya (misalnya: nama sumber dengan jelas, tahun dan dokumen yang dikutip, tidak hanya berupa hipotesa ataupun informasi lisan dari sumber anonim ataupun ‘mantan imam’, tanpa menyebut siapa namanya, tahun berapa, di mana, agar dapat diverifikasi kebenarannya).
Menarik juga untuk disimak adalah karena di pengantar buku itu, yang memberi pengantar adalah Alberto Rivera. Rivera adalah seorang tokoh anti Katolik, yang menulis buku- buku anti Katolik; dan tulisan- tulisannya tersebut terbukti sebagai ‘fraud‘/ penipuan, demikian pula juga data kehidupannya sendiri yang juga dipenuhi kebohongan, seperti yang pernah dibahas di artikel di atas ini, silakan klik. Silakan membaca artikel itu dan semoga anda mendapat gambaran sekiranya apakah kita dapat mempercayai tulisannya ataupun tulisan yang direkomendasikan olehnya.
Maka nampaknya untuk informasi tentang Jesuits, lebih baik membaca buku lainnya, yaitu buku karangan Marcus Hellyer, dengan judul Catholic Physics: Jesuit Natural Philosophy in Early Modern Germany yang merupakan thesis sejarah, penuh dengan referensi- referensi (ratusan referensi) yang akurat tentang data sejarah, tentang apa yang dilakukan oleh para imam Jesuit terhadap sistem pendidikan di Eropa, yang akhirnya juga meluas ke bagian- bagian lainnya di dunia. Buku macam ini lebih setia kepada kebenaran sejarah, karena tidak direkayasa, dan tidak bersifat hipotesa, dan segalanya dapat di-check akurasinya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Kepada teman-teman seiman yang selalu melirik rumput tetangga lebih hijau, tengoklah harta karun Gereja Katholik yang tidak pernah habis. Pernah membaca ‘spiritualitas bau”, bisa di klik http://kuasadoa.com. Maksudnya janganlah selalu melihat di tempat orang lain jauh lebih hebat dari milik kita sendiri. Temukan harta karun Gereja yang luar biasa. “Carilah kerajaan surga dan kebenarannya, yang lain akan ditambahkan” (Mat 6:33). Jika ingin mencari kebenaran, maka Yesus akan memuaskan-Nya, tapi carilah di lingkungan Gereja ini, karena dilihat dari usianya Gereja sudah lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Tuhan berkati.-***
Boleh kita membaca buku-buku rohani yang memang kebanyak diterbitkan oleh penerbit Protestan, namun kita juga harus tetap kritis lho.
Shalom Vian,
Sebaiknya kita membaca terlebih dahulu buku-buku Katolik yang telah mempunyai nihil obstat dan imprimatur. Bacalah juga Katekismus Gereja Katolik, sehingga dapat memberikan pondasi iman Katolik yang kokoh. Tentu saja, kita juga harus membaca Alkitab. Bahaya bagi umat Katolik yang kurang mempunyai pondasi iman Katolik yang kokoh dan kemudian membaca buku-buku rohani non-Katolik adalah dapat terpengaruh dan secara tidak sadar dapat mempunyai iman yang bertentangan dengan iman Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Syallom Pak Stef…
Memang benar kata Bapak….kita harus banyak-banyak membaca buku-buku Katolik yang telah mempunyai nihil obstat dan imprimatur…dengan demikian bila kita membaca buku non Katolik sudah mempunyai bekal yang kuat untuk mampu bersikap kritis terhadap buku-buku non katolik tersebut.
Terima kasih Pak Stef atas tanggapannya…jujur saya banyak belajar dari Katolisitas mengenai bagaimana memberikan tanggapan atau argumentasi yang tepat kepada audiens….
Tuhan memberkati..
Shalom…
Saran saja : Sebaiknya hati-hati membaca buku-buku, baik yang beli sendiri, maupun yang di berikan dari orang lain, dulu saya juga sering beli & baca buku base on judulnya yang menarik atau ulasan di belakang cover buku yang menarik, tapi sampai hari ini buku2 yg saya beli itu tidak pernah di baca habis malah saya tinggalkan. Saat ini saya jika ingin membeli buku saya lihat dulu apakah buku itu ada Imprimatur & Nihil Obstat. di toko buku Rohani banyak sekali buku-buku yang bisa menggoyahkan iman katolik jika asal baca, mungkin bagus untuk mereka tapi tidak cocok untuk saya.
At least dengan adanya Katolisitas, pengetahuan akan iman katolik dan lain2 yang berhubungan dengan iman katolik semakin menguatkan saya, dan yang pasti jajan beli buku juga jadi berkurang…karena jika ingin cari sesuatu info saya search di katolisitas dulu.
JBU..
Sam,
Kl ttg iman, saya setuju untuk semakin mendalami iman Katolik. Tp untuk ungkapan iman aku lebih suka tidak memakai label Katolik meskipun ungapan iman saya itu jg berasal dari pengetahuan saya tentang iman saya sebagai orang Katolik. Di zaman sekarang ini saya rasa tidak terlalu penting untuk membuat orang itu Katolik atau tidak. Yang penting adalah bagaimana kita melihat banyak orang miskin di Indonesia. Bagaimana kita bisa bersama banyak orang menjadi mereka orang-orang yang dikasihi Tuhan. Bagi saya ungkapan iman itu lebih penting dari hanya sekedar definisi iman. Banyak baca memang penting untuk menambah pengetahuan. Tp bagi saya lebih penting lagi kl dengan banyak baca kita bisa punya ungkapan iman lewat perbuatan kita yang benar, mengasihi sesama kita sebagai saudara, tidak memandang apa pun agamanya. Kalau aku percaya Tuhan sendiri yang akan menilai, bukan aku, bukan orang lain.
Salam,
GBU
Shalom Kris,
Terima kasih atas komentarnya. Sudah seharusnya sebagai umat Katolik, kita harus mengimani apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik dan melaksanakan ajaran itu dalam kehidupan nyata. Namun, kalau kita mengatakan bahwa pada zaman sekarang, kita tidak perlu untuk membuat seseorang Katolik, maka ini bertolak belakang dengan apa pesan Kristus dalam Mat 28:19-20 dan juga apa yang didengungkan oleh Gereja dalam beberapa dokumen, termasuk dalam dokumen Konsili Vatikan II – Lumen Gentium, yang menekankan bahwa Gereja Katolik yang menerima mandat Kristus untuk menyerukan karya keselamatan Kristus, senantiasa bersifat misioner. Namun, tentu saja kita harus melakukan evangelisasi dengan bijaksana, tanpa paksaan, dan menghormati harkat dan martabat manusia. Berpartisipasi dalam menciptakan masyarakat yang adil adalah manifestasi dari kasih kita kepada Allah, dan telah diserukan oleh Gereja Katolik dalam beberapa pengajaran tentang ajaran sosial Gereja, yang dibahas secara singkat di sini – silakan klik. Dengan kata lain, semakin orang mengetahui dan mengasihi iman Katolik, maka dia akan mau belajar dan dengan sukacita akan menjalankan imannya. Dan kalau ada yang hanya sekedar tahu iman Katolik namun tidak menjalankannya adalah sama seperti yang dituliskan oleh rasul Yakobus bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. (lih. Yak 2:26). Oleh karena itu, menjadi tantangan bagi kita semua untuk mengetahui dan mengasihi iman Katolik kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shaloomm…!!
saya merupakan follower dari website Katolisitas walau tidak melalu twitter. Saya sangat terkesan dengan penelasan2 yang di berikan begitu gampang di mengerti dan menggelitik saya untuk menanyakan sebuah pertanyaan tentang buku yang di tulis oleh Alberto Rivera yang mengaku pernah menjadi Imam yang kemudian keluar dari Iman Katolik yang menurutnya sesat?? trims
GBU
[Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.