Sakramen Perminyakan Suci yang aku berikan kepada  seorang bapak yang menderita kanker stadium final pada tanggal 15 Desember 2012  mengubah hati dan pikirannya.

Ia menerima penyakitnya dengan tegar walaupun hatinya menangis.

Ia mengatakan  tanpa sebuah kata kepada istri dan anaknya  untuk tidak gundah :

“Lihatlah  aku tegar,

Aku masih tersenyum,

Aku masih bisa bercanda,

Aku tidak bersedih,

Aku tidak mengeluh.

Semuanya karena ada Tuhan dan kamu, istri dan anakku”.

Hidupnya semakin bersemangat sehingga ia bisa bekerja kembali selama delapan bulan karena penyakitnya tiba-tiba tak terdeteksi  lagi.

Ia menulis sejuta kenangan dalam hari-hari penantiannya.

Kenangan yang indah karena hidupnya semakin mencintai Tuhan dan keluarganya.

Setiap malam dihabiskannya dengan doa bersama.

Tuhan memang akhirnya memanggilnya dengan bibir tersenyum indah pada Pesta Maria Ratu Surgawi pada tanggal 22 Agustus 2013.

Senyuman bibirnya menjadi sebuah prasasti kenangan kekal selepas kepergiannya sebagaimana kesaksian istrinya yang aku rumuskan  :

“Aku telah mengukir kebahagiaan dalam cerita kehidupan.

Kini aku telah menghargai waktu yang singkat dalam kehidupan.

Apapun yang terjadi harus  aku maknai sepenuh hati dalam waktu yang masih ada.

Tuhan semakin bermakna dan Kitab Suci benar-benar menjadi jalan Tuhan yang membimbing pada kebenaran.

Pengorbananku  yang ikhlas  akan menghangatkan cinta yang ada”.

 

Tangisan berubah menjadi tangisan damai karena makna kehidupannya yang  indah yang terpatri di dalam jiwa orang-orang yang ditinggalkannya.

Pesan indah untuk dihidupi : hidup yang singkat  akan bermakna bila ucapan dan sikap kita mencerahkan.

Oleh Pastor Felix Supranto, SS,CC