[Minggu Biasa XXXIV: Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam: 2Sam  5:1-3; Mzm 122:1-5; Kol 1:12-20; Luk 23:35-43]

Istilah ‘raja’ umumnya menggiring pikiran kita kepada gambaran seseorang yang berkuasa dan dilayani banyak orang. Banyak raja di sepanjang sejarah dunia bahkan naik tahtanya dengan kekerasan dan perang. Namun Kristus, Raja kita, tidaklah dapat disamakan dengan raja menurut ukuran dunia. Ia datang ke dunia bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (lih. Mat 20:28). Ia yang adalah Allah, rela merendahkan diri dengan mengambil rupa manusia, agar dapat menunjukkan kasih-Nya kepada kita dengan menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib. Dengan pengorbanan-Nya, Kristus menebus dosa-dosa kita manusia yang dikasihi-Nya, dan dengan wafat-Nya Ia mengalahkan dosa dan maut. Dengan demikian Kristus, yang sulung dari segala ciptaan, juga menjadi yang sulung, yang pertama bangkit dari alam maut (Kol 1:18) untuk membawa semua orang percaya ke dalam kemuliaan Surgawi. Betapa dalamnya misteri iman ini, yaitu bahwa kemuliaan Kristus Sang Raja tak terpisahkan dari pengorbanan-Nya di kayu salib. Demikianlah Kristus menunjukkan jalan bagi kita agar kelak mencapai kemuliaan bersama-Nya, yaitu jika kita memikul salib kita dengan setia, terus berjuang menghindari dosa, dan mau mengasihi dan mengampuni sampai akhir hayat. Jika kita mengikut teladan Kristus, kita dapat berpengharapan bahwa Ia akan melayakkan kita untuk mendapat bagian dalam kerajaan terang (Kol 1:12). Dengan pengharapan ini, kita dapat berkata dengan iman, seperti penjahat yang bertobat itu, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Luk 23:42)

Sabda Allah mengajarkan kepada kita, bahwa kepenuhan Kerajaan Allah mencapai puncaknya di akhir zaman kelak, di saat terciptanya langit dan bumi yang baru, dengan Kristus sebagai Sang Raja yang mendamaikan dan mempersatukan segala sesuatu (Kol 1:20), sehingga Allah ada di dalam semua (1Kor 15:28). Namun demikian, menyongsong saat yang indah itu, kita tidak dapat hanya menunggu saja, tanpa berbuat apa-apa. Sebab jika demikian, itu namanya kita tidak berjaga-jaga dan mempersiapkan diri menjelang kedatangan Tuhan kembali. Padahal jika kita berharap akan mengambil bagian dalam kemuliaan Kristus sebagai Raja dalam kerajaan Surga, bukankah sejak sekarang kitapun sudah sepantasnya menempatkan Kristus sebagai Raja dalam kehidupan di dunia ini? Merajanya Kristus dalam hidup kita maksudnya adalah kita mengutamakan Kristus dalam pikiran, kehendak dan perbuatan kita. Paus Pius XI, mengajarkan dalam surat ensikliknya, Quas primas, “Ia [Kristus] harus meraja dalam pikiran kita, yang harus tunduk dengan ketaatan yang sempurna dan iman yang teguh kepada kebenaran-kebenaran yang diwahyukan dan kepada ajaran-ajaran Kristus. Ia [Kristus] harus meraja dalam kehendak kita, yang harus menaati hukum-hukum Tuhan. Ia harus meraja dalam hati kita, yang harus menyingkirkan kecondongan terhadap keinginan daging  dan menempatkan kasih kepada Tuhan di atas segala sesuatu… Ia harus meraja dalam anggota-anggota tubuh kita … yang harus melayani sebagai alat-alat bagi pengudusan jiwa kita….

Hari ini kita menutup tahun liturgi dengan merayakan Tuhan Yesus sebagai Raja Semesta Alam, suatu perayaan yang menjadi puncak keseluruhan rencana keselamatan Allah. Kristus telah memilih salib sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan kemuliaan-Nya sebagai Raja. Maka, biarlah pertanyaan ini bergema di dalam hati kita masing-masing: “Sejauh mana aku telah menjadikan Kristus sebagai Raja, di dalam pikiran, kehendak, hati dan tubuhku? Sejauh mana aku melihat salib sebagai jalan yang harus juga kutempuh untuk mencapai kemuliaan bersama Kristus?”

1 COMMENT

  1. saya menyukai tulisan ini,rasanya setiap tulisan yang dibuat Mba Ingrid dan Mas Stevanus Tay, selalu membangkitkan keingintahuanku kepada pendalaman iman katolik. sungguh sangat membantu doa harian yang disajikan ini, karena membuat kita semakin sering membaca kitab suci. bahkan saya mencoba untuk setiap hari.. terimakasih

    [Dari Katolisitas: Syukurlah, puji Tuhan. Ya, semoga kita semua semakin terdorong untuk membaca Kitab Suci, merenungkannya dan melaksanakan ajaran-ajaran di dalamnya.]

Comments are closed.