[Hari Raya Pentakosta: Kis 2:1-11; Mzm 104:1,24-34; 1Kor 12:3-7, 12-13; Yoh 14:15-16, 23-26]
“Minggu ini ‘kan Pentakosta, ya? Tapi sebenarnya bukankah kita sudah menerima Roh Kudus waktu dibaptis, dan menerima sakramen Penguatan. Lalu sebenarnya di perayaan Pentakosta ini, mengapa kita minta Roh Kudus lagi, ya? Kan sudah dicurahkan…”
Pertanyaan serupa mungkin pernah kita dengar. Atau bahkan suatu kali juga menjadi pertanyaan kita sendiri. Sabda Tuhan membantu kita memahami, bahwa Roh Kudus memang dapat dicurahkan berkali-kali atas kita. Sebab di malam hari Kebangkitan-Nya, ketika Kristus menampakkan diri kepada para murid-Nya, Ia telah menghembuskan Roh Kudus kepada mereka, “Seperti Bapa telah mengutus Aku, kini Aku mengutus kamu… Terimalah Roh Kudus” (Yoh 20:21-22). Namun di hari Pentakosta, Roh Kudus kembali dicurahkan, kali ini dengan cara yang lebih mengagumkan, yaitu dengan tiupan angin keras yang mengguncang tempat para murid berkumpul, dan lidah-lidah api yang hinggap pada mereka, dan merekapun dapat berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain (Kis 2:1-4).
Para Bapa Gereja menjelaskan bahwa Roh Kudus yang diutus itu membuat kita yang menerimanya dapat “recipere Deum atau capax Dei”, artinya menerima Allah dan diberi kemampuan untuk melakukan karya-karya Allah. Paus Fransiskus dalam homili Pentakosta tahun 2015 yang lalu, menjelaskan bahwa Roh Kudus memberi kita kemampuan tersebut, dengan tiga cara, yaitu membimbing kita pada seluruh kebenaran (lih. Yoh 16:13), memperbarui muka bumi (Mzm 103:30) dan memberi kita buah-buah-Nya (lih. Gal 5:22-23).
Pertama, dalam Injil, Yesus menyebut Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran (Yoh 14:17) yang akan membawa para murid-Nya kepada pengertian akan apa-apa yang telah Yesus katakan dan lakukan, terutama tentang kematian dan kebangkitan-Nya. Kita melihat betapa ini memang terjadi pada rasul. Setelah kematian Yesus, para rasul sangat ketakutan dan mengunci diri di suatu ruangan, untuk melindungi diri mereka sendiri. Namun setelah Roh Kudus dicurahkan, mereka tidak takut lagi, dan tidak malu menjadi murid Kristus. Dipenuhi Roh Kudus, mereka kemudian memahami “seluruh kebenaran” bahwa kematian Yesus bukanlah kekalahan, namun pernyataan tertinggi dari kasih Allah. Kasih Allah itu, dalam Kebangkitan Kristus telah mengatasi kematian dan meninggikan Yesus sebagai Tuhan dan Penebus umat manusia. Kebenaran ini menjadi Kabar Gembira bagi seluruh umat manusia.
Kedua, Roh Kudus membarui muka bumi, karena Ia adalah Roh yang sama yang telah memberikan hidup kepada semua makhluk ciptaan. Dengan pembaruan ini, kita diingatkan untuk menghargai semua ciptaan Tuhan. Sebab Allah telah menempatkan kita manusia, dalam sebuah “taman” di mana kita hidup, bukan untuk dieksploitasi dan dirusak, tetapi untuk dijadikan subur dan dikelola dengan baik (lih. Kej 2:15). Sebab di setiap makhluk ciptaan, kita dapat melihat kemuliaan Allah Pencipta, sebagaimana dikatakan dalam Mazmur, “Ya Tuhan Allah kami, betapa mulianya nama-Mu, di seluruh bumi!” (Mzm 8:2,10)
Ketiga, Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia menunjukkan buah-buah yang dinyatakan dalam hidup orang-orang yang berjalan dalam tuntunan Roh Kudus (lih. Gal 5:22). Di satu sisi, Rasul Paulus menjabarkan kehidupan menurut daging, dari orang-orang yang menutup diri terhadap Tuhan; namun kemudian St. Paulus menjabarkan pula buah-buah Roh dalam kehidupan orang-orang yang berjalan dalam pimpinan Roh Kudus (Gal 5:6,25).
Dunia ini membutuhkan orang-orang yang tidak menutup diri sendiri, tetapi orang-orang yang mau membuka diri untuk dipenuhi dengan Roh Kudus. Kita menjadi orang-orang yang “tertutup” jika kita hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, orang yang terlalu cepat menghakimi orang lain, orang yang sudah merasa benar sendiri sehingga mengabaikan apa yang Tuhan Yesus ajarkan, orang yang tidak mau melayani orang lain, dan seterusnya. Kita memerlukan Roh Kudus untuk dapat menjadi orang-orang yang mampu mewujudkan iman, harap, kasih, dalam tindakan nyata. Dunia sekitar kita membutuhkan buah-buah Roh Kudus, “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan hati, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan pengendalian diri” (Gal 5:22). Semoga Roh Kudus yang dicurahkan atas kita dan yang akan kembali dicurahkan kepada kita, memampukan kita untuk hidup dalam iman yang hidup dan kasih yang nyata, supaya kita selalu dapat hidup dalam damai dengan semua orang.
“Datanglah Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu
dan nyalakanlah di dalamnya api cinta-Mu.
Utuslah Roh-Mu dan semuanya akan dijadikan baru.
Dan Engkau akan membaharui muka bumi.
Ya, Allah, yang dengan terang Roh Kudus,
telah mengajar hati umat-Mu,
berilah agar dengan Roh Kudus yang sama,
kami dapat menjadi benar-benar bijaksana, dan
senantiasa menikmati penghiburan-Nya,
melalui Kristus Tuhan kami. Amin.”