Kebangunan Rohani Katolik Dekenat Tangerang

Pentakhtaan Salib merupakan pembuka Kebangunan Rohani Katolik yang dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2014 di Aula Gereja Santa Helena Lippo Karawaci. Kebangunan Rohani ini sungguh bernuansa Katolik karena dilakukan dalam kebersamaan dengan sepuluh imam dan Persekutuan Doa Pembaharuan Karismatik Katolik Dekenat Tangerang yang terdiri dari dua belas paroki. Tema Kebangunan Rohani Katolik ini adalah ‘RASAKAN KUASA ALLAH BEKERJA DI DALAMMU’: “Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku” (Mazmur 138:7). Lebih dari seribu umat merindukan curahan kuasa-Nya.

Lagu “Kurasakan Kasih-Mu Tuhan” mengawali doa pemulihan. Doa pemulihan itu kuhaturkan kepada Allah atas nama umat-Nya. Hati semakin dekat denganNya. Kasih Tuhan sangat nyata bagi umat-Nya. Kasih Tuhan memulihkan hati. Kasih Tuhan memulihkan yang terluka. Kasih Tuhan menyembuhkan raga. Kasih Tuhan dahsyat, sempurna, dan kuat. Kasih-Nya menyelamatkan yang tersesat. Kasih-Nya mengubah masalah menjadi berkat. Kasih Tuhan memberikan ketentraman hati. Hidup menjadi baru dan berseri. Ucapan syukur atas “kasih Tuhan” itu terungkap dalam tetesan air mata dan doa-doa yang tanpa kata. Doa penumpangan tangan para imam atas kepala umat meneguhkan iman mereka. Mereka meyakini bahwa berkat Tuhan senantiasa menyertai mereka.

Seorang gadis mensharingkan pengalamannya atas pemulihan Tuhan atas dirinya. Pemulihan Tuhan atas luka batinnya terhadap orang tuanya. Ketika aku menumpangkan tanganku di atas kepalanya, ia membisikkan kata-kata ke telingaku: “Romo, aku disembuhkan Tuhan dari luka batinku terhadap orang tuaku. Ketika memandang Salib-Nya, aku tiba-tiba bisa mengampuni mereka”. Ia adalah anak tunggal dari sebuah keluarga. Ketika duduk di kelas Taman Kanak-Kanak, ia hampir setiap hari melihat ayah dan ibunya bertengkar hebat. Kata-kata “caci maki” keluar dari mulut mereka. Ayah dan ibunya pada akhirnya mengambil keputusan untuk berpisah. Harta dan dirinya menjadi rebutan mereka. Yang menyakitkan hatinya adalah ibunya memilih sebuah ruko dan menyerahkan dirinya dalam asuhan ayahnya. Ia merasakan dirinya tidak berarti. Batinnya tertekan karena harus menyenangkan ayah dan ibunya secara adil. Batinnya menjadi semakin terluka ketika kedua orangtuanya memiliki pasangan baru. Ia merasa sendirian. Ia semakin hidup dalam kepura-puraan. Ia harus tetap tersenyum terhadap kedua orang tua tirinya walaupun keadaan hatinya sebenarnya berbeda. Perasaan kecewa sering diungkapkannya dengan tangisan walaupun tiada orang yang peduli kepadanya. Kemarahan dan kebencian sering dilampiaskannya dengan teriakan walaupun tiada yang mendengarkannya. Perasan tidak dicintai menggodanya untuk melakukan bunuh diri. Ketika sedang memikirkan cara bunuh diri, seperti gantung diri, lompat dari bangunan tinggi, atau potong urat nadi, doa yang tidak pernah ia tinggalkan menghalanginya untuk melakukan bisikan iblis ini. Doa pemulihan itu membawa kegalauannya ke salib Tuhan: “Tuhan, aku sudah tidak kuat menjalani hidupku”. Ia merasakan Tuhan Yesus berbicara dengan jelas di atas kayu salib: “Anakku, hidupmu adalah anugerah terbesar dariKu”. Yesus kemudian sangat nyata menunjukkan lambung-Nya kepadanya: “Anakku, luka hatimu adalah luka hatiku”. Setelah menunjukkan lambung-Nya, Tuhan Yesus memperlihatkan luka-luka tubuh-Nya: “Sakitnya hidupmu adalah sakitnya diriku karena tusukan paku di tangan dan kakiku serta tancapan mahkota duri di kepala-Ku”. Kata-kata Yesus menyembuhkan kehausannya akan cinta: “Anakku, engkau tidak menanggung beban hidupmu sendirian karena Aku bersamamu. Semuanya itu aku lakukan untukmu karena aku mencintaimu”. Ia kemudian berdoa dengan kata-kata yang sangat indah: “Tuhan, betapa terberkatinya diriku karena memperoleh cinta-Mu di tengah gersangnya cinta manusia terhadap diriku. Tuhan, cintamu memompakan semangat baru dalam hidupku. Aku mengampuni orangtuaku karena aku yakin bahwa mereka mempunyai penderitaan sendiri yang tak kutahu sehingga mereka memperlakukan aku sedemikian rupa yang membuat hatiku terluka”.

Pengalamannya dan tentu pengalaman banyak umat yang hadir dalam Kebangunan Rohani Katolik ini aku rangkumkan dalam kata-kata dengan judul “Menikmati Kasih Sejati” .

Kasih sejati tak akan pernah berhenti dan berganti.

Kasih sejati itu senantiasa dibawa sampai mati.

Kasih sejati jauh lebih berharga daripada berlimpahnya harta.

Kasih sejati jauh lebih mempesona daripada gebyarnya dunia.

Sumber kasih sejati itu adalah Tuhan sendiri.

Kasih Tuhan itu hanya dapat ditimba dengan iman.

Kasih Tuhan itu memancarkan kebahagiaan bagi hati yang mensyukurinya.

Pada akhir kata, terimakasih kepada para panita Kebangunan Rohani Katolik dari Dekenat Tangerang yang telah melayani dengan sepenuh hati. Terimakasih juga bagi para donatur yang berbaik budi. Berkat Tuhan senantiasa disiapkan bagi anda karena anda senantiasa ingin mengabdi: “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum” (Amsal 11:25).

Tuhan memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC