Kesaksian Ingrid
Yang kuingat tentang masa kecilku adalah rangkaian memori yang indah. Aku berasal dari keluarga Katolik yang bahagia, dan aku dibaptis sejak bayi. Bersama dengan kakakku semata wayang, aku menjalani kehidupan masa kecil tanpa kekurangan kasih sayang dari orangtua. Kedua orangtuaku adalah dokter, sehingga sejak kecil aku diajarkan untuk selalu peduli kepada penderitaan orang lain. Selain itu, mereka mengajarkan kami anak- anaknya untuk mencintai iman Katolik, dan untuk hal ini aku sungguh berterima kasih kepada orangtuaku. Papi dan Mami sudah mendorongku dan kakakku sejak usia dini untuk terlibat dalam kegiatan gerejawi di paroki. Berdoa bersama menjadi kebiasaan kami dalam keluarga. Mungkin karena pengaruh lingkungan yang sedemikian, pernah terbersit dalam pikiranku untuk menjadi seorang biarawati. Namun karena pengalaman traumatik di masa remaja dengan salah seorang biarawati, maka aku mengurungkan niatku ini. Maka selepas SMA, aku melanjutkan studi di jurusan teknik arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan. Di sanalah aku bertemu dengan Stef, yang akhirnya menjadi suamiku. Di hari Minggu Pesta Keluarga Kudus 29 Desember 1996, kami mengikat janji perkawinan di hadapan Tuhan.
Setelah menikah, kami tinggal di Jakarta, dan seperti umumnya pasangan muda, kami sama- sama bekerja, walau tidak di kantor yang sama. Aku menyukai pekerjaanku, demikian juga Stef. Di tahun 1998, saat Stef dipindahtugaskan oleh kantornya ke Makati, Filipina, aku tidak berpikir dua kali untuk ikut. Belum setahun kami tinggal di sana, kami menerima undangan perkawinan dari adik Stef, dan kami memutuskan untuk mengambil waktu liburan ke kampung halaman. Di dalam pertemuan keluarga itulah banyak di antara kerabat Stef yang bertanya, mengapa kami tak kunjung mempunyai momongan. Saat itu perkawinan kami memasuki tahun ketiga. Mereka menganjurkan agar aku memeriksakan kandunganku, dan untuk alasan ini aku memutuskan untuk tinggal lebih lama di Jakarta, sementara Stef kembali lebih dahulu ke Makati.
Kabar yang kuterima di kamar periksa ginekolog (dokter kandungan) itu sepertinya yang menjadi salah satu titik awal episode yang menentukan dalam kehidupanku. Dokter itu memberitahukan kepadaku bahwa ada benjolan sebesar telur bebek di rahimku. Namanya leiomyoma, kalau tidak salah. “Kita lihat nanti,” ujarnya, “jika ternyata saat operasi ditemukan banyak benjolan dan berpotensi mengganggu, maka kemungkinan dapat dilakukan hysterectomy (pengangkatan rahim).” Perkataan ini bagiku seperti petir di siang bolong. Aku terlongong-longong, seperti mimpi rasanya. Mimpi buruk. Aku takut, bukan saja terhadap operasi yang harus kujalani, tetapi juga terhadap resiko bahwa aku tidak akan dapat mengandung dan melahirkan sang buah hati yang begitu kudambakan. Aku juga takut mengecewakan papa dan mama mertuaku, karena mereka sangat mengharapkan cucu dari kami, mengingat Stef adalah satu-satunya anak laki-laki dari tujuh bersaudara. Tambahan lagi, aku takut membuat Stef bersedih hati, sebab Stef sangat menyukai anak- anak. Kami berdua memang mengharapkan agar dapat dikaruniai anak-anak oleh Tuhan. Akankah Stef menerima keadaanku, kalau aku mengakibatkan harapannya tak tercapai? Sungguhkah pupus harapanku untuk menjadi seorang ibu? Bermacam pikiran bercampur aduk dalam benakku. Saat itu benar- benar menjadi saat tergelap dalam hidupku. Aku membayangkan kepedihan hatiku, bahwa sepanjang umur hidupku, aku tak akan mendengar seorang anakpun memanggilku, “Mama”. Tak kuasa aku membendung air mataku. Tanpa kata, tanpa suara, namun hatiku mengaduh, perih seperti ditusuk sembilu.
Aku tak tahu bagaimana harus memberitahukan kabar tak terduga ini kepada Stef, suamiku. Sebab aku tahu dia pasti akan sama terpukulnya dengan aku. Kupandang salib Tuhan Yesus di dinding kamarku. “Tuhan Yesus, bantulah aku mengatakan kepadanya …. Tuhan kasihanilah aku dan kuatkanlah aku….” Akhirnya aku membulatkan hati untuk menelpon Stef dan menceritakan kepadanya tentang penyakitku dan segala resikonya. Ada jeda panjang di ujung sana, namun ia mengatakan kata-kata penghiburan ini, yang tak akan pernah kulupakan seumur hidupku: “Ingrid, dalam keadaan apapun, jangan kuatir; sebab aku akan selalu mengasihimu dan tidak akan pernah meninggalkan kamu. Mari kita hadapi semua ini bersama- sama…”
Tak banyak orang yang tahu akan kepedihan hati kami. Orang- orang di sekitar kami bahkan menyangka bahwa kami tidak menghendaki kelahiran anak, sebab kami berdua nampak sebagai pasangan yang workaholic. Kerja sampai larut malam itu sudah makanan sehari- hari bagi kami: Stef di perusahaan multinasional software komputer, dan aku di konsultan arsitektur. Aku sangat menikmati pekerjaanku sebagai seorang arsitek, sehingga dapat dikatakan, pekerjaan menempati urutan pertama di pikiranku, baru kemudian yang lain-lain. Setidaknya itu terlihat dari begitu banyaknya waktu yang kugunakan untuk urusan pekerjaan. Walau aku tak pernah benar- benar jauh dan meninggalkan Tuhan, namun nampaknya prioritas hidupku saat itu sungguh keliru. “Mungkin Tuhan ingin mengajariku untuk mengubah cara hidupku melalui penyakit ini,” demikian aku menghibur diriku sendiri.
Aku melewati hari- hari menjelang operasi dengan berdoa dan mengikuti Misa Kudus setiap hari.. Tak pernah rasanya aku berdoa sekhusuk itu. Sepertinya saat itu mata hatiku dibukakan, bahwa apa yang selama ini kuanggap penting, bukanlah apa- apa, sebab yang terutama adalah hidup berpaut pada Tuhan. Seluruh hidupku ada di dalam tangan Tuhan; segala yang ada padaku adalah milik Tuhan dan suatu saat nanti akan kembali kepada-Nya. Namun jauh di relung hatiku aku bertanya kepada Tuhan, “Mengapa harus melalui cara yang seperti ini? Mengapa semua ini harus terjadi padaku, Tuhan?” Di tengah-tengah pergumulan ini, aku diajak untuk mengikuti Misa Kesembuhan di Lembah Karmel, Puncak. Di sana, Tuhan menjamahku dengan rahmat penyembuhan-Nya yang luar biasa. Begitu memandang Sakramen Maha Kudus di altar, aku berlutut dan air mataku menetes tanpa henti. Aku tahu Tuhan Yesus hadir di sana, memandangku dengan penuh kasih. Di hadapan-Nya aku melihat segala dosa dan kesalahanku…. juga begitu banyaknya kesempatan di mana aku menghindar daripada-Nya dengan dalih macam- macam… dan begitu dalamnya aku tenggelam di dalam duniaku sendiri. “Tuhan Yesus, ampunilah aku. Kasihanilah aku yang berdosa ini….” Aku berpasrah dan menyerahkan hidupku sepenuhnya kepada-Nya. Di dalam Misa Kudus itulah pertama kalinya dalam hidupku aku mengalami dekapan kasih Tuhan yang sedemikian indah, dan tak ada kata-kata yang mampu melukiskannya. Sepertinya ada aliran hangat yang mengalir di sekujur tubuhku dan hatiku dipenuhi dengan damai sejahtera. Nampaknya perkataan Rasul Paulus ini terjadi padaku saat itu, “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Flp 4:7) Segala ketakutanku hilang sirna. Aku tidak lagi takut akan penyakitku, dan akan segala resikonya. Aku tidak takut akan tanggapan orang lain, jika sampai aku tidak mempunyai anak. Aku tidak takut akan masa depanku. Hatiku tenang sekali. Dari mana datangnya ketenangan ini, kalau bukan dari Tuhan sendiri. Betapa berbedanya keadaanku dengan saat pertama kali aku tiba di sana. “Terima kasih, Tuhan Yesus.” Aku tahu, inilah jawaban Tuhan atas doa-doaku. Walau Tuhan Yesus tidak membuang benjolan di rahimku secara ajaib, namun Ia melakukan hal yang lebih besar daripada itu. Tuhan Yesus membuang penyakitku yang lebih parah, yaitu ketakutan dan kesombonganku, kedua hal yang tak dapat diambil oleh dokter yang terpandai sekalipun, kedua hal yang sekian lama telah memisahkan aku dari Tuhan. Namun Yesus menjamahku dan membebaskan aku, dan aku diubah-Nya menjadi seseorang yang baru.
Beberapa hari kemudian, aku menjalani operasi, dan berkat pertolongan Tuhan, semuanya berjalan baik. Dokter kandunganku mengatakan bahwa sesungguhnya masih ada kemungkinan bagiku untuk mengandung, karena rahimku masih dapat berfungsi dengan normal. Ia bahkan mengatakan bahwa nampaknya alasan kami belum memperoleh keturunan bukan karena adanya myoma itu, sebab posisi dan letaknya tidak menghalangi pembuahan. Maka ia menyarankan agar Stef diperiksa, “Anda check-up saja, untuk memastikan segala sesuatunya baik- baik saja,” demikian ujar sang dokter kepada Stef. Tak satupun dari kami menyangka bahwa akan ada masalah. Tetapi dugaan kami keliru. Sebab saat Stef diperiksa keesokan harinya, ternyata hasilnya sungguh mencengangkan. Jelas tertulis di sana, bahwa kemungkinan kami untuk memperoleh keturunan secara medis benar- benar tidak ada. Kasus yang terjadi pada Stef sangatlah langka, dan sulit dijelaskan. Sekarang giliran Stef yang sangat terpukul, sebab berakhirlah sudah mimpi kami untuk dikaruniai sang buah hati. Namun aku bersyukur kepada Tuhan, sebab Ia telah menguatkanku saat itu, sehingga aku dapat menghibur Stef dengan perkataan yang sama yang pernah diucapkannya kepadaku, “Stef, tak usah kuatir akan apa yang terjadi. Aku akan tetap mengasihimu dan tidak akan meninggalkanmu. Mari kita hadapi semua ini bersama- sama…”. Saat itu aku diingatkan akan begitu dalamnya makna janji perkawinan kami: yaitu untuk saling mengasihi dan setia satu sama lain di dalam untung dan malang, sehat dan sakit, sepanjang hidup.
Dalam kebisuan malam itu, kami saling memandang tanpa kata, namun air mata kami sudah cukup mengisahkan segalanya. Stef mengajakku berdoa bersama seperti biasa, tetapi terus terang, kami tidak tahu lagi apa yang harus kami ucapkan. Sepertinya kami kehilangan kata- kata. Namun kemudian, seperti digerakkan oleh Roh Kudus, kami mengambil rosario kami masing-masing, dan mulailah kami mendaraskan doa rosario bersama. Sebagaimana anak yang datang dengan hati yang hancur ke hadapan ibunya, demikianlah kami datang ke hadapan Bunda Maria, memohon agar ia mendoakan kami kepada Yesus, Putera-Nya. Butir demi butir rosario kami lalui dengan tetes air mata, dan dengan kepasrahan yang penuh, “Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini ….” Dengan bertelut kami berdoa, memohon agar Tuhan Yesus menyatakan kehendak-Nya atas kami, dan memampukan kami menerimanya dengan ucapan syukur. Dan sungguh, Tuhan itu sungguh ajaib, Ia mendengar dan menjawab doa-doa kami. Beban kami diangkatnya, dan sedikit demi sedikit Ia membimbing kami untuk semakin mengenali rencana-Nya.
Pembaharuan rohani kami sebagai pasangan suami istri dimulai di bulan Juni sampai Agustus tahun 2000, saat kami mengikuti LISS– Life in the Spirit Seminar (Seminar Hidup dalam Roh Kudus), yang diadakan di kapel St. Nino de Paz, Greenbelt, Makati. Awalnya, Stef tidak terlalu antusias, tetapi ketika minggu demi minggu berlalu, ia berubah. Bagiku memang ini bukan SHDR yang pertama, sebab aku sudah pernah mengikutinya di Jakarta sekitar 7 tahun sebelumnya. Namun mengikutinya sekali lagi bersama Stef, sungguh merupakan pengalaman yang jauh lebih mengesankan, juga karena seminar itu diadakan dalam 11 minggu, lebih panjang rentang waktunya daripada SHDR yang umum diadakan di tanah air. Kami benar- benar tersentuh oleh berbagai kesaksian, pengajaran maupun lagu-lagu pujian dan penyembahan yang dinyanyikan di sana. Apalagi orang- orang di Filipina terkenal dengan talenta musik yang sangat istimewa.
Di akhir LISS, kami seolah diubah oleh Roh Kudus menjadi pribadi yang lain dari sebelumnya. Kasih Tuhanlah yang memperbaharui kami. Di hari- hari berikutnya kami begitu bersemangat untuk berdoa dan membaca Kitab Suci. Kami mengalami betapa Tuhan hadir di setiap saat dalam kehidupan kami. Setiap hari kami menghabiskan waktu berjam- jam untuk membaca dan mempelajari Kitab Suci. Kami membuka rumah kami untuk pertemuan kelompok sel untuk melakukan Bible sharing. Kami juga menggabungkan diri dengan komunitas persekutuan doa dan komunitas lainnya yang mempunyai seorang pastor pembimbing rohani sebagai pengajar. Dalam pertemuan- pertemuan itu kami mendengarkan berbagai pengajaran tentang iman Katolik. Kami tidak lagi tertarik untuk menonton film ataupun sinetron, melainkan menjadi begitu haus untuk menyimak pengajaran iman Katolik melalui siaran EWTN (Eternal Word Television Network. Kami mulai membeli banyak buku literatur Katolik, dan dengan penuh semangat kami membacanya. Kami seperti orang yang jatuh cinta yang kedua kalinya kepada Kristus dan Gereja-Nya. Siang dan malam hati ini rindu untuk disegarkan oleh Sabda Tuhan. Kami seolah menemukan mutiara yang terindah di dalam hidup, dan segala yang lain menjadi tiada berarti. “Tuhan Yesus, hanya Engkaulah tujuan hidup kami, dan hanya di dalam Engkau, kami menemukan kebahagiaan kami yang sesungguhnya.”
Tuhan Yesus membuka jalan bagi kami. Ia memberikan kekuatan dan menolong kami sehingga kami tidak kehilangan pengharapan. Ia telah menjawab doa- doa kami. Mungkin jawaban-Nya tidak sama dengan apa yang kami inginkan, namun yang jelas, jawaban Tuhan jauh lebih baik daripada yang kami harapkan. Kini kami berdua menganggap bahwa keadaan kami yang tidak dikaruniai anak merupakan keadaan yang membawa berkat, sebab keadaan ini telah memberikan kepada kami waktu yang lebih banyak untuk melayani Dia dan sesama. Betapa hati kami bersyukur karenanya! Ya, Tuhan telah mengubah duka cita kami menjadi suka cita. Mungkin panggilan hidup kami adalah untuk memperluas jangkauan ikatan keluarga kami kepada banyak orang dalam keluarga besar umat Allah, dan dengan demikian menjadikan mereka sebagai saudara, saudari, dan ya, anak- anak kami sendiri di dalam Tuhan Yesus. Sungguh indah rencana Tuhan di dalam hidup kami, dan kami senantiasa bersyukur karenanya.
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.…” (Yes 55:8-9)
Kesaksian Stefanus Tay
Aku terlahir dari keluarga sederhana dan keluarga besar, yaitu tujuh bersaudara, dengan aku menjadi anak laki-laki satu-satunya. Sedari kecil, keadaan ini membuatku merasa bahwa aku yang nantinya akan menjadi tulang punggung keluargaku. Setelah bersekolah di kota kecil kelahiranku sampai SMP, aku meneruskan pendidikan di SMA kolese De Britto, Yogyakarta. Di lingkungan inilah, aku merasakan kedekatan dengan Tuhan. Sering aku memulai hari dengan misa pagi sebelum mulai pelajaran. Lama kelamaan, aku mendengar ada suara lirih di dalam hatiku, agar aku dapat menjadi seorang imam. Masih terpatri dalam ingatanku, di hari ketiga acara retret akhir tahun, di pagi-pagi buta, aku berlutut di dalam kapel dan dengan hati yang berat aku berdoa, “Tuhan, aku mohon ampun, karena aku tidak dapat menjawab panggilan-Mu sebagai seorang imam, karena sebagai anak laki-laki satu-satunya, aku harus membantu keluargaku.”
Pada saat lulus SMA, aku mendaftar jurusan psikologi UGM, Jogja dan jurusan arsitektur Parahyangan, Bandung, di mana aku diterima di dua universitas tersebut. Setelah melalui pertimbangan yang cukup panjang, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil kuliah di Bandung. Di tempat inilah, aku bertemu dengan Ingrid, yang kemudian menjadi istriku. Kemudian, baru kuketahui ternyata Ingrid juga diterima di jurusan psikologi Universitas Indonesia dan arsitektur Parahyangan. Yang mencengangkan adalah, dia juga sebelumnya berniat menjadi suster, namun kemudian niat ini tidak diteruskan. Sungguh Tuhan mempunyai selera humor yang tinggi, mempertemukan dua orang dengan begitu banyak persamaan. Setelah lulus kuliah, kemudian kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan kemudian menikah pada tahun 1996. Kehidupan pernikahan kami lalui dengan kesibukan pekerjaan. Pendek kata, pekerjaan menjadi prioritas kehidupan kami, sampai kemudian krisis ekonomi di Asia Tenggara menjadi salah satu simpul yang penting yang mengubah kehidupan kami.
Menyikapi krisis ekonomi tersebut, kantor di mana aku bekerja, menawarkanku untuk dipindahtugaskan ke Filipina, untuk memulai bisnis di sana. Setelah mendiskusikannya dengan Ingrid, istriku, akhirnya kami memutuskan untuk pindah ke Makati di Manila, ibukota Filipina di bulan Agustus 1998. Kupikir ini adalah sebuah kesempatan yang baik bagiku, dan aku berkata kepada diriku sendiri, “Akan kubuktikan bahwa aku dapat mengatur segalanya dengan lebih baik daripada orang lain.” Sungguh suatu sikap yang sombong.
Di Filipina, aku harus memulai bisnis mulai dari nol. Kami datang dengan membawa dua buah koper, tidak ada kantor dan tidak ada rekan kerja. Pada dasarnya, aku harus memulai segala sesuatunya sendiri, dan inilah yang membuatku akhirnya menjadi gila kerja. Aku sering bekerja 18 jam sehari, mempersiapkan presentasi dan bermacam strategi marketing, sampai aku benar- benar kelelahan. Tetapi herannya, usahaku sepertinya sia-sia belaka dan masih saja belum dapat mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaanku. Aku menjadi stress, sebab aku sadar bahwa sewaktu- waktu aku dapat dipecat karenanya. Mimpiku untuk menjadi karyawan yang terbaik lenyaplah sudah.
Mengetahui keadaanku, Ingrid menganjurkan agar aku mampir di kapel yang setiap hari kulalui di tengah jalan menuju ke kantor, untuk mempersembahkan segalanya kepada Tuhan. Aku tak begitu yakin pada awalnya, tetapi kulakukan juga, sebab kupikir, aku tak punya pilihan lain dan tidak ada ruginya. Keesokan harinya aku mulai berangkat ke kantor 15 menit lebih awal untuk mampir di gereja sebentar dan berdoa sejenak di hadapan sakramen Mahakudus. “Di hadapan altar aku tertunduk dan berkata, “Tuhan, kasihanilah aku. Aku sungguh-sungguh menghadapi masalah besar. Tolonglah aku untuk mengatasi masalah pekerjaanku ini.” Namun sedikit demi sedikit, doa yang sungguh sangat egois ini lama kelamaan berubah menjadi doa penyerahan diri, “Tuhan, kasihanilah aku. Bantulah aku agar mengetahui kehendak-Mu dan untuk menyerahkan segala sesuatunya kepada-Mu.” Sejak saat itu aku mulai berusaha untuk menghadiri Misa Harian. Dalam ketidakberdayaanku aku datang kepada Tuhan dan Tuhan menjawab doa-doaku. Dalam tiga bulan, banyak hasil yang baik yang telah tercapai dan aku berhasil mencapai kuota yang ditargetkan oleh perusahaan. Pada saat yang bersamaan, sesungguhnya Tuhan telah membentuk hatiku untuk dapat berpasrah dan menaruh kepercayaan kepada-Nya. Kelihatannya, semua baik adanya. Namun rupanya itu hanya merupakan pendahuluan untuk sebuah kejutan yang kuterima tak lama kemudian.
Suatu sore di bulan Juli 1999, saat aku masih bekerja di kantor, aku menerima interlokal dari Ingrid di Jakarta. Ia mengatakan kepadaku tentang hasil pemeriksaan dokter yang menunjukkan bahwa di rahimnya ada benjolan yang cukup besar. Tenang saja suaranya ketika memberitahukan kepadaku tentang hal ini, tetapi aku tahu hatinya telah hancur karena sedih. Aku juga terkejut akan adanya kemungkinan ia menjalani hysterectomy (pembuangan rahim) jika benjolan yang ditemukan telah menyebar, ataupun ditemukannya dalam jumlah banyak. Aku tercenung, membayangkan kemungkinan terburuk, yaitu nihilnya kemungkinan untuk mempunyai anak. Kemungkinan yang sungguh menyedihkan. Namun aku bersyukur bahwa di tengah kesedihanku, aku masih mampu berkata demikian kepadanya, “Ingrid, apapun yang terjadi, jangan kuatir, sebab aku selalu mengasihimu dan tidak akan meninggalkanmu. Mari kita hadapi semua ini bersama- sama.” Kami berdua terdiam, seolah-olah terpaku menyembunyikan kesedihan masing-masing.
Akhirnya aku pulang ke Jakarta dan beberapa hari kemudian, untuk mendampingi Ingrid yang dioperasi. Puji Tuhan, semua berjalan dengan baik. Dokter kandungannya mengatakan bahwa sesungguhnya masih ada kemungkinan baginya untuk mengandung, karena rahimnya normal. Lalu ia menganjurkan agar aku menjalani check-up untuk memastikan bahwa semuanya baik- baik saja. Akupun yakin bahwa tidak akan ada masalah. Tetapi, dugaanku benar- benar meleset. Hari berikutnya, setelah aku diperiksa dan menerima hasilnya, aku terkejut setengah mati. Hasilnya menunjukkan bahwa kemungkinan bagi kami untuk memperoleh keturunan benar-benar nol. Dokter yang satu dengan yang lain, memberikan pandangan yang sama. Mereka mengatakan bahwa kasusku sangat langka: suatu kasus kelainan sejak lahir yang tidak dapat diperbaiki. Hatiku semakin remuk mendengarnya. Di dalam keputusasaanku aku bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa aku mengalami hal ini? Mengapa Kau biarkan ini terjadi padaku? Bukankah Engkau mengetahui bahwa kami berdua mendambakan kehadiran anak sebagai buah kasih kami? Apakah kami tidak bisa menjadi orang tua yang baik? Tuhan, mengapa Engkau mengambil kerinduan hatiku? Aku sungguh tak memahami rencana-Mu, Tuhan…. ” Tak pernah rasanya aku merasa terpuruk dan sedih seperti itu seumur hidupku.
Aku diam termangu. Air mataku menetes begitu saja, padahal sebenarnya aku bukan termasuk orang yang gampang menangis. Aku bertanya kepada Tuhan, tetapi tak ada jawaban. Nampaknya Ingrid memahami kegalauan hatiku. Ia menatapku dan mengatakan kata-kata yang sama yang sungguh membuatku lega, “Stef, jangan kuatir akan apapun yang terjadi. Aku akan tetap mengasihi kamu dan tidak akan meninggalkan kamu….” Betapa kami berdua diingatkan akan dalamnya makna janji perkawinan yang kami ucapkan di hadapan Tuhan! Kami hanya dapat berpelukan dan kemudian kami berlutut dan berdoa rosario bersama, dengan tetesan air mata pada setiap butir yang kami doakan. Kami memohon agar Bunda Maria mendoakan kami sebab kami tidak lagi dapat berdoa dengan kata- kata kami sendiri. Di dalam hati aku berkata, “Bunda Maria, kumohon katakanlah kepada Tuhan Yesus, bahwa aku sudah kehabisan anggur, yaitu anggur pengharapan dan masa depan, anggur suka cita sebagai orang tua, anggur termanis mendengar seseorang memanggilku Papa…”
Setelah berdoa rosario, aku merasakan suatu perubahan yang sungguh sulit untuk dijelaskan. Aku sendiri tak tahu bagaimana terjadinya secara persis. Yang kutahu hanyalah perlahan hatiku yang terpuruk oleh kesedihan diisi oleh damai sejahtera dan seolah-olah ada tangan dari Sorga yang mengambil bebanku, sehingga aku merasa bahwa beban yang harus kupikul menjadi lebih ringan. Dan aku tahu hal yang sama terjadi pada Ingrid. Aku percaya, semua ini karena dukungan doa Bunda Maria. Tuhan berkenan mengangkat beban kami dan mencurahkan rahmat kepada kami. Sungguh benarlah ayat yang mengatakan, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11:28). Sejak saat itu, segala sesuatunya berubah dalam hidup kami. Kasih kami sebagai suami istri diteguhkan, demikian juga hubungan kami dengan Tuhan Yesus dan Bunda Maria.
Beberapa waktu kemudian, kami berdua mengikuti retret LISS –Life in the Spirit Seminar (Seminar Hidup dalam Roh Kudus) yang diadakan di kapel dekat tempat tinggal kami di Makati. Pada waktu pencurahan Roh Kudus, tanggal 20 Agustus 2000, aku mengalami kasih Tuhan secara luar biasa, yang tak dapat kuceritakan dengan kata- kata. Begitu besarnya kasih itu, namun begitu dekat dan pribadi. Begitu kuatnya kasih itu, namun juga begitu lembut. Tak terlihat, tetapi begitu nyata. Aku mengalami betapa Tuhan mengampuniku dan tidak memperhitungkan segala kesalahanku. Ia menyelimuti aku dengan rahmat-Nya dan kasih ilahi-Nya. Mungkin Tuhan tahu bahwa aku benar-benar membutuhkan sentuhan kasih-Nya secara nyata untuk mengobati kesedihanku; dan Dia menggunakan retret ini untuk menyatakannya kepadaku.
Setelah pengalaman retret ini, hatiku dipenuhi dengan keinginan untuk terus membaca Sabda Tuhan, dan memperdalam pemahamanku akan ajaran Gereja. Mengikuti Ekaristi yang sebelumnya hanyalah sekedar fomalitas, tiba-tiba terasa menjadi begitu indah. Aku disadarkan bahwa pekerjaanku bukanlah hal yang paling utama di dalam hidupku, melainkan Tuhanlah yang terutama. Aku tidak lagi memusatkan hati untuk mencapai cita-citaku sendiri, melainkan mencari cara agar aku dapat lebih memuliakan Tuhan dalam hidupku, sebab Ia telah begitu mengasihi aku. Tuhan, aku bersyukur untuk karunia Roh Kudus-Mu. Kini aku mengerti bahwa melalui pencobaan, kesulitan dan penderitaan, Tuhan telah memurnikan aku. Semua itu memberikan kepadaku kekuatan dan pengharapan yang baru. Aku bersyukur bahwa Tuhan mengizinkan aku melewati penderitaan ini, sebab melaluinya Dia mengubahku menjadi manusia baru. “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Rom 5:3-5)
Sejak saat itu, aku melihat segalanya dengan sudut pandang yang berbeda. Aku mempunyai kesadaran bahwa Tuhan sungguh-sungguh mengasihi aku. Kesadaran ini mendorongku untuk terus bertumbuh di dalam iman. Syukur kepada Tuhan, bahwa setiap hari Rabu, aku dan istriku dapat bergabung dengan satu grup yang dibimbing oleh seorang Pastor. Pastor inilah yang kemudian memberikan begitu banyak pengajaran tentang iman Katolik. Kami juga melibatkan diri dalam kegiatan komunitas di Greenbelt Chapel di dekat tempat tinggal kami. Melalui komunitas ini, kami belajar lebih lagi mengenai bagaimana menjadi murid Tuhan Yesus. Ini adalah benih pertama yang mengarahkan aku untuk membuat keputusan radikal di dalam hidupku: yaitu untuk mengabdikan seluruh hidupku untuk Tuhan dan Gereja-Nya.
Di tahun 2001, aku ditugaskan oleh kantor tempatku bekerja untuk jabatan baru di Singapura. Saat itu aku percaya bahwa Tuhan menghendaki agar aku dan Ingrid melakukan sesuatu di sana demi kemuliaan nama Tuhan. Bukan hanya pekerjaan kantorku saja yang membuatku bersemangat menghadapi kepindahan ini, namun juga tentang rencana pekerjaan yang akan kami lakukan untuk Tuhan. Setibanya kami di Singapura, kami segera melibatkan diri dalam berbagai kegiatan paroki. Kebetulan kami tinggal persis di samping gereja paroki St. Bernadette. Oleh pastor paroki, kami diperkenalkan dengan komunitas Keluarga Katolik Indonesia di Singapura (KKIS) maupun komunitas lokal di paroki tersebut. Kami melibatkan diri secara aktif di dalam keduanya. Kami beryukur telah diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman rohani yang telah kami peroleh di Filipina. Sungguh Tuhan telah memberikan kepada kami berdua, suka cita untuk melayani Dia. Melalui pengalaman ini kami semakin menemukan panggilan yang Yesus kehendaki bagi kami. Perkataan Kristus kepada Rasul Petrus menjadi hidup di dalam hati kami, “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” (Luk 5:10)
Kerinduan hati kami untuk mengikuti panggilan ini demikian kuatnya dalam hati kami berdua, maka kami berdua merencanakan untuk membaktikan kehidupan kami secara total pada kegiatan karya kerasulan. Aku memberitahukan hal ini kepada orang tuaku, dan memohon izin dari mereka. Puji Tuhan, mereka mengizinkan dan mendukung. Selanjutnya, kesempatan membicarakan hal ini dengan orang tua Ingrid datang pada kesempatan ketika mereka mengunjungi kami di Singapura. Aku berbicara kepada mereka bahwa kami ingin memberikan diri kami seutuhnya dalam karya kerasulan awam di Gereja Katolik. Pada awalnya, papa mertuaku mengatakan agar aku menunggu sampai berumur 50 tahun. Setengah jam kami berdiskusi, patokannya turun menjadi 45 tahun, dan setengah jam kemudian menjadi 40. Akhirnya, setengah jam berikutnya, ia seperti ‘menyerah’ kepada kegigihan menantunya. Ia tersenyum dan berkata, “Baiklah, terserah kamu saja”. Kemudian kami tertawa bersama, dan bahkan sempat kami berangan- angan bahwa kami akan mengajak mereka berdua turut serta untuk mengadakan karya kerasulan bersama- sama, mengingat mereka keduanya adalah dokter dan katekis. Sungguh tidak kusangka, kurang dari dua tahun sejak pembicaraan tersebut, papa mertuaku yang relatif sehat dan jarang sekali sakit, terkena infeksi pankreas dan meninggal dunia. Kenyataan ini membuatku terhenyak dan sadar bahwa hidup ini begitu singkat. Dengan keadaan kami yang secara medis tidak dapat mempunyai keturunan, namun telah merasakan kasih Tuhan yang begitu besar, apakah yang dapat kami lakukan untuk membalas kasih-Nya, sebelum kami dipanggil pulang ke rumah-Nya? Tiba-tiba sepertinya terhampar suatu kenyataan depan kami, bahwa sesungguhnya pertemuan kami bukanlah satu kebetulan. Dua orang yang sama-sama mendaftar jurusan psikologi di kota yang berbeda, namun keduanya memutuskan mengambil jurusan arsitektur, sehingga akhirnya bertemu. Dua orang yang sebelumnya mempunyai keinginan menjadi suster dan pastor ternyata dipersatukan dalam Sakramen Perkawinan, namun secara medis tidak dapat mempunyai anak. Kebetulan? Rasanya tidak.
Kami berdua sering membicarakan dan membawa keinginan kami untuk melayani secara penuh dalam doa-doa kami. Retret di Singapura, Malaysia dan India telah kami ikuti untuk benar-benar mengetahui apakah sebenarnya yang Tuhan kehendaki dalam hidup kami. Setelah melalui proses discernment yang cukup panjang, maka di bulan September 2004, aku membuat suatu keputusan penting yang sungguh mengubah hidup kami. Aku mengundurkan diri dari pekerjaanku. Semua rekan kerjaku bertanya-tanya dan menyayangkan, mengapa aku melakukan hal ini. Namun tekadku sudah bulat.
Di akhir tahun 2004, kami berdua pulang ke Jakarta. Dengan suka cita seperti orang pulang kampung, kami langsung melibatkan diri dalam kegiatan gerejawi di paroki kami, sambil terus melakukan discernment akan langkah kami selanjutnya. Sejalan dengan bergulirnya waktu, kami semakin menyadari bahwa agar kami dapat melakukan tugas kerasulan dengan lebih baik, kami memerlukan bekal dan dasar yang kuat tentang pemahaman Kitab Suci dan ajaran Gereja Katolik. Keinginan inilah yang membawa kami terbang ke Amerika Serikat di tahun 2006, untuk mengikuti program studi S2 di bidang Teologi di Institute for Pastoral Theology (IPT), Ave Maria University.
Kepergian kami ke Amerika Serikat ini juga tidak terlepas dari dorongan dari saudara sepupu Ingrid yang bernama Maria Natalia (Lia), dan suaminya, Kyle Brownell. Mereka berdua telah lebih dahulu lulus dari program IPT di Ave Maria University, dan merekalah yang memperkenalkan program studi ini kepada kami. Awalnya kami mencari program di Filipina dan Australia dan tidak terlalu antusias untuk menuntut ilmu sampai jauh- jauh ke Amerika, tetapi rupanya Tuhan mempunyai rencana lain. Setelah kami membandingkan program teologi di Indonesia, Filipina dan Australia dengan di Amerika, akhirnya kami memutuskan untuk mengambil program teologi di Amerika.
Sebelum keberangkatan kami, ada banyak hal yang harus diperhitungkan. Namun cukuplah disebut di sini satu hal yang akhirnya memberi pengaruh besar dalam hidup kami. Dulunya kami berencana untuk menjadi semacam ‘rasul swadaya’, yang mencukupkan kebutuhan sendiri dan karya kerasulan kami dari hasil tabungan sendiri. Maka kami memutuskan untuk memberdayakan dana tabungan kami sebelum kami berangkat. Kebetulan saat itu kami bertemu dengan seorang teman yang berbaik hati menawarkan diri untuk membantu mengelola uang tabungan kami, agar kami dapat berkonsentrasi penuh kepada studi. Menyangka bahwa itu adalah ide yang baik, maka kami mempercayakan tabungan kami kepadanya. Kami tidak sedikitpun menyangsikan kebaikan dan ketulusan hatinya menolong kami. Ia menanamkan dana itu, bersama juga dengan uang tabungannya dan tabungan saudara-saudaranya pada sebuah perusahaan. Namun pada sekitar tahun pertama saat kami sudah berada di Amerika, kami menerima kabar, bahwa ternyata pimpinan perusahaan itu membawa kabur semua dana dari para penanam modal, dan itu termasuk tabungan kami. Kami masih ingat saat itu kami sangat terkejut dan kami hampir tak percaya. Setelah berkali- kali kami mencoba menghubungi teman kami, akhirnya kami berhasil berbicara dengannya melalui telepon, dan benarlah, ia mengatakan kepada kami bahwa iapun tertipu. Tabungannya sendiri dan tabungan saudara-saudaranya juga ludes. Ia dikejar perasaan bersalah dan berhari- hari tidak dapat tidur. Kami tak tahu harus mengatakan apa kepadanya.
Aku teringat saat itu adalah saat musim salju yang sangat dingin di Wisconsin. Aku memandang wajah Ingrid dengan tatapan lesu. Ingrid bertanya kepadaku, “Jadi, hilang semua, Stef?” Jawabku, “Kelihatannya begitu.” Tak ada kata-kata keluar dari mulutnya. Ia hanya memandangku dengan mata berkaca-kaca. Aku meraihnya ke dalam pelukanku, dan terbata- bata aku bertanya, “Do you still love me?” “Yes, I do,” bisiknya lirih. Kembali kami berlutut di hadapan Tuhan, dan mendaraskan doa rosario bersama. Kami disadarkan bahwa uang dan segala harta milik di dunia ini sifatnya sementara; dan untuk melayani Tuhan kami tidak dapat mengandalkan diri kami sendiri, namun pertama- tama adalah mengandalkan Tuhan. Kami diajarkan untuk tidak terikat pada uang dan berbagai kekuatiran, dan tetap mengarahkan hati kepada Tuhan agar tidak putus pengharapan. Kami juga disadarkan bahwa dalam melakukan karya kerasulan, Tuhan menginginkan banyak orang untuk terlibat di dalamnya. Dan memang, dengan keadaan ini, kami tidak dapat melakukannya sendiri. Kami menyadari bahwa kami membutuhkan bantuan orang lain. Tuhan rupanya ingin melatih kami untuk belajar kerendahan hati.
Setelah seminggu berlalu, kami akhirnya memutuskan untuk memberitahukan kabar yang mengejutkan ini kepada Lia dan Kyle. Mereka sangat kaget dan heran, “Bagaimanakah kalian dapat menyembunyikan hal ini dari kami selama seminggu ini? Kami tidak melihat perubahan apapun pada kalian sehingga kami sama sekali tidak menyangka kalian sedang mengalami musibah ini.” Lalu kami menceritakan segala sesuatunya kepada mereka, tentang rencana kami, pertemuan kami dengan teman kami itu, dan bagaimana sampai hal ini terjadi. Untunglah kami sudah menyisihkan dana yang cukup untuk biaya kuliah sampai selesai, sehingga ada harapan bagi kami untuk terus melanjutkan kuliah, walaupun terus terang jumlahnya sangat mepet karena dalam jumlah itu kami tidak memperhitungkan semua dana yang akan kami keluarkan untuk membeli kebutuhan sehari-hari sampai kami lulus maupun jumlah kontribusi yang kami berikan untuk keluarga Kyle dan Lia. Namun seolah memahami pikiran kami, Kyle dan Lia secara spontan berkata, “From now on, do not spend your money on buying anything for our family, for any bills, and for your food. From now on, all your expenses will be on us. Give us a chance to partake in God’s work by doing this for you!” Kami sungguh terharu dan berterimakasih kepada mereka atas kasih dan ketulusan hati mereka. Betapa bersyukurnya kami memiliki kerabat yang sedemikian baik dan murah hati. Demikianlah, kami merasakan betapa besar pertolongan Tuhan, sebagaimana diajarkan oleh Rasul Paulus, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Kor 10:13)
Memang ada banyak hal yang kami alami selama kami tinggal bersama Kyle dan Lia, yang semuanya manis untuk dikenang. Namun baiklah di sini kami sebutkan hal yang terutama, yaitu pengalaman kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga, khususnya dengan keempat anak mereka, yaitu Andrew, Nathan, Nicholas (yang menjadi anak baptis kami) dan Peter (serta Faustina, yang lahir kemudian di tahun 2012). Mereka adalah salah satu keluarga Katolik yang hidup seturut iman Katolik; atau tepatnya, Kyle dan Lia sungguh berusaha untuk mendidik anak- anaknya di dalam iman Katolik. Teladan keluarga merekalah yang menjadi inspirasi bagi kami untuk menulis tentang pendidikan iman Katolik pada anak- anak, dan bahwa apa yang dianjurkan oleh Gereja Katolik sesungguhnya dapat dilaksanakan dalam kehidupan nyata. Kami yang hidup bersama mereka juga turut melaksanakan peran sebagai paman dan bibi yang mendukung peran orang tua mereka. Maka, tak heran teman- teman kami di sana berseloroh, “Do not compare our kids with the Brownells because they live with four theologians under the same roof!”
Pengalaman kami kuliah di IPT juga meninggalkan kesan indah yang tak terlupakan. Ada banyak saat di mana mata hati kami dibukakan akan kedalaman makna pengajaran iman Katolik; yaitu saat seolah kami dapat berseru, “Aha! Sekarang aku tahu mengapa Gereja mengajarkannya demikian.” Para dosen kami merupakan orang-orang yang istimewa, karena mereka tidak hanya sangat pandai, tetapi juga sangat rendah hati. Teladan hidup mereka memberikan kesaksian yang hidup bahwa ajaran iman itu tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari; bahwa iman adalah untuk disertai dan dibuktikan dengan perbuatan. Maka bagi kami, kuliah adalah saat pencerahan jiwa, saat kami mengalami betapa ajaran Kristus begitu hidup dan relevan untuk hidup kami, dan bahkan untuk semua orang. Kami selalu menanti-nantikan saat kuliah, seperti sedang menunggu hadiah, sebab sungguh memang hadiah-lah yang kami terima dari Tuhan, setiap kali kami memperoleh pemahaman akan suatu ajaran-Nya yang disampaikan oleh Gereja. Sesungguhnya rasa syukur yang meluap-luap inilah yang mendorong kami untuk berbagi dengan orang lain, sebab kami rindu agar semakin banyak orang dapat mengalami betapa indah dan dalamnya makna ajaran iman Katolik; yang sungguh merupakan hadiah dari Tuhan untuk kita.
Harapan dan kerinduan ini nampaknya mulai terwujud saat kami memasuki tahun kedua kuliah. Saat itu memang kami terus bertanya kepada Tuhan, tentang apakah yang dapat kami lakukan untuk membagikan pengetahuan tentang iman Katolik yang telah kami peroleh dari studi kami. Setelah kami berdua membawa intensi ini dalam doa sekitar sebulan lamanya, akhirnya kami mendapatkan jawabannya. Tepat setelah kami selesai berdoa bersama, tercetuslah satu inspirasi. Penuh antusias, aku berkata kepada Ingrid, “Mari kita membuat website Katolik!” Ingrid memandangku dan bertanya, “Tahukah kamu caranya?” Jawabku jujur, “Tidak. Tapi aku dapat belajar membuatnya.” Aku langsung mencari tahu tentang bagaimana memulainya, dan dari hasil tanya sana sini dan belajar dari internet, lahirlah situs Katolik berbahasa Indonesia, yaitu Katolisitas.org pada tanggal 31 Mei 2008. Setelah itu, kesibukan kami tidak saja berkenaan dengan mengerjakan tugas-tugas kuliah, melainkan juga tugas menjawab dan menulis artikel-artikel untuk kami tayangkan di situs. Namun kami melakukannya dengan suka cita, sebab kami percaya bahwa Tuhan-lah yang menghendaki semuanya ini.
Suka cita kami semakin penuh setelah kami berhasil menyelesaikan studi kami di tahun 2009. Ada rasa lega dan haru, namun yang terutama adalah rasa syukur. Betapa tidak, perjalanan kami yang panjang akhirnya membuahkan hasil, walaupun memang hasil ini bukan merupakan tujuan akhir kami, malahan baru merupakan awal bagi perjuangan kami selanjutnya. Kini kami telah kembali ke tanah air, dan kami berusaha semampu kami untuk terus melakukan tugas kerasulan ini demi kemuliaan Tuhan dan kebaikan Gereja-Nya. Kami bersyukur atas dukungan yang kami terima dari para pembaca situs, kerabat dan sahabat-sahabat kami, sehingga karya kerasulan ini dapat terus berlangsung. Adalah kerinduan di hati kami agar dalam keterbatasan kami, kami dapat mengambil bagian–walaupun kecil–untuk turut membangun Gereja Katolik dari dalam. Menjadi kerinduan kami agar semakin banyak orang dapat mengalami kasih Tuhan dan kemudian menanggapinya dengan rasa syukur. Adalah harapan kami agar semakin banyak umat Katolik dapat memahami betapa besar pengorbanan Kristus yang dilakukan-Nya untuk mendirikan Gereja-Nya dan menjaga-Nya selama 2000 tahun ini. Adalah kerinduan kami agar semakin banyak orang dapat mengetahui bahwa Allah yang mengasihi mereka tetap sama, dahulu, sekarang dan selamanya. Dan kasih itu mengambil nama: Yesus Kristus.
“Kemuliaan kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin.”
(Ditulis oleh Stefanus dan Ingrid Tay, www.katolisitas.org)
Situs ini benar-benar membawa saya kepada pengenalan Tuhan yang sebenarnya. Saya rasa banyak orang yang begitu terberkati dengan situs ini. Mari kita berdoa selalu untuk Tim Katolisitas :)
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas dukungan doa Anda. Teriring doa juga untuk Anda sekeluarga.]
Shalom Stefanus & Ingrid,
Kesaksian anda berdua sungguh luar biasa! Tidak banyak orang yang menyadari akan rancangan Tuhan yang ternyata sangat jauh berbeda dengan apa yang anda berdua idamkan. Tuhan ternyata telah memilih anda berdua menjadi pengasuh Katolisitas yang kami rasakan manfaatnya bagi pertumbuhan iman kami. Saya percaya masih banyak pembaca katolisitas yang haus akan pengajaran Gereja Katolik merasakan hal yang sama.
Terima kasih anda mau menyaksikan kebaikan Tuhan dalam hidup anda berdua. Semoga Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus, Allah Tritunggal Mahakudus selalu memberkati pelayan anda berdua. Amin.
Joseph M. Hendriawan
[Dari Katolisitas: Tuhanlah yang luar biasa. Terima kasih atas apresiasi Anda dan dukungan doa Anda bagi karya kerasulan katolisitas. Semoga Tuhan juga memberkati Anda sekeluarga.]
luar biasa pengalaman hidup Anda berdua…. Sy mulai melirik Katolisitas krn kebutuhan pelayanan di Papua yg luas, pastor suster sangat sedikit utk daerah seluas ini, banyak yg merasa tersingkir, sementara pendidikan formal dan kesejahteraan jauh dari standard, dan saya sedih krn bagi saya, pasti sulit menyapa Tuhan kalau hidup kita dibelit oleh kesukaran, lalu saudara2 kita di sini tidak ke Gereja (di bbrp kota atau desa) jd saya bertanya-tanya… Papua tanah Kristiani – katanya – lho ke mana orang2 Kristen – Katolik? Ternyata ada, tetapi saya merasa dan mendengar, mereka merasa tidak disapa, dianggap berbeda, oleh kita sebagai pendatang, padahal tidak seluruhnya benar… Maka mulailah saya menyapa, meski sering ditolak, saya terus melayani di tengah kesibukan (baca : keharusan) bekerja untuk hidup…semampu saya krn Gereja adalah kita, termasuk saudara2 kita orang Papua, jd kalau bukan kita berupaya melayani, mengasihi, apa yg akan terjadi dengan Gereja Katolik… Saat ini, saya gunakan tulisan2 di Katolisitas dan buku2 renungan untuk mengajar orang dewasa, hitung2 sambil belajar baca, sambil baca Kitab Suci…sambil bekerja, sambil melayani, tidak yg berat dan serius, karena memang saya tidak punya latar belakang demikian, ttp modal tanya pastor suster, atau cari2 artikel, atau titip buku, yang biasanya tidak sempat dibaca sendiri, ttp diberikan kpd suster atau pastor di pedalaman, yg kondisi dan situasi pelayanannya jauh lebih berat, tidak ada jaringan komunikasi (telp atau apa saja)… jd setiap ada pesawat datang, apabila ada uang sedikit, maka saya beli sesuatu (bahan makanan) juga buku, dan saya titip agar para suster pastor terbantu sedikiiiit… wah masih panjang cerita utk di share, ttp kisah Stef dan Inggrid semakin meneguhkan saya dan tulisan2 Anda berdua serta tulisan2 di Katolisitas sungguh membantu saya dan meneguhkan saya… makasiiiih… proficiat … koyao ide kagaga … salam, doa dan kasih dari kami di Papua – Tuhan memberkati :)
[Dari Katolisitas: Terima kasih juga atas dukungan dan doa Anda. Semoga Tuhan juga memberkati karya kerasulan Anda di Papua. Semoga usaha Anda menyapa dan mengasihi sesama umat di Papua mendapat sambutan yang baik dan bersama-sama mereka dalam kesatuan sebagai Tubuh Kristus, kita semua memuliakan nama Tuhan.]
Terimakasih untuk sharing yg sangat berguna dan sangat membangun bagi saya.
Sebenarnya saya sudah lama mendapatkan info web ini dari romo.Santo.. Tapi sudah lama juga sudah tidak aku kunjungi lagi… Saya sedang kosong.. Entah bagaimana gambar domba yg diikat kakinya itu bisa mengarahkan saya secara tidak sengaja membuka web ini..Sekali lagi terimakasih… Semoga yang terbaik yang anda petik karena anda menabur yg baik…
Bagiku karya kerasulan Pak Stef dan Bu Ingrid (perpaduan mereka berdua) jauh lebih hebat mungkin daripada jika Pak Stef jadi pastur dan bu Ingrid jadi suster.
Tuhan Yesus sangat jenius menyatukan mereka berdua,kombinasi yang pas dan hebat yang menjadikan rancanganNya menjadi S.E.M.P.U.R.N.A :)
Tuhan Yesus,aku mohon berkati dan lindungi mereka selalu dan katolisitas ini,semoga melalui mereka dan website ini semakin banyak jiwa2 yang diselamatkan. Amin
Berkah Dalem
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas dukungan doa Anda. Mohon diketahui bahwa karya kerasulan Katolisitas dapat ada bukan hanya karena kami berdua. Ada beberapa Romo yang terlibat, dan juga orang-orang lain di belakang layar yang memberikan dukungan yang memungkinkan situs ini tetap ada. Di atas semua itu, Tuhanlah yang memungkinkan kelangsungan karya kerasulan ini. Semoga Tuhan juga memberkati Anda sekeluarga.]
Salam hormat dan kekagumanku untuk anda berdua. Sudah hampir dua tahun aku bolak-balik di katolisitas.org, sekedar baca dan cari wawasan baru. Website ini adalah yang “terbaik” dalam memberikan penjelasan kekatholikan atau kekristenan. Sering aku beritahukan site ini ke kawan2 yang punya keraguan atau pertanyaan. Awalnya untuk cari kisah tentang Yesus dari sumber selain Alkitab. Sampai berlanjut, apapun yang mengenai ke katholikan aku akn coba lihat disini. T-O-P B-G-T tohhh.
Barusan saya search “arsitektur” untuk proyek gereja yang sy terlibat didalamnya. Brangkali ada, sungguh senang jika Inggrid dan Steff share tentang arsitektur katholik. Atau email aku…
Itulah akhirnya aku justru kesasar di halaman ini. Halaman kisah tentang dua orang hebat yang membuat website hebat ini. Barusan aku baca artikel ini, dan aku baru tahu anda bukan hanya terpelajar dalam filsafat, theologi atau variannya. Anda juga ternyata orang “tehnik”. Hey saya juga “arsitek” Bahkan SMA Steff juga sama dengan saya, Debritto Yogya. Selera Humor Tuhan memang tinggi, walaaaaaaaah…
Bukannya cari penyelesaian arsitektural, aku malah terhanyut pada kisah anda berdua. Aku juga gak gampang nangis, tapi jujur saja baca kisah anda berdua aku sesenggukan dari tadi.
Maaf komenku berantakan. uuuuuuuuh i got a lot to say, i can’t remember now! Tuhan, dengan segala kesungguhanku, jika ak boleh memohon, berikanlah mereka anak-anak-Mu. Mereka pasti mampu mendidik anak itu, dengan cara terbaik menjadi garam dunia. Doa kami para pembaca, semoga Berkat Tuhan melimpah untuk anda berdua, sungguh anda berdua adalah orang yang sangat teramat baik.
Shalom Bramantyo,
Terima kasih atas kunjungan Anda, dukungan dan doa-doa Anda untuk kami. Ya, Tuhan mempunyai selera humor yang tinggi, dan karena itu kita selalu mempunyai alasan untuk bersuka cita karenanya. Kami percaya Tuhan-pun mempunyai rancangan yang indah untuk Anda, dan mungkin suatu saat nanti Anda dapat membagikannya kepada para pembaca di Katolisitas.
Bersyukurlah jika Anda sekarang sedang terlibat dalam desain/ pembangunan gedung gereja. Itulah kesempatan bagi Anda untuk mempersembahkan kembali kepada Tuhan, talenta yang sudah dipercayakan oleh Tuhan kepada Anda. Sebagai masukan umum untuk desain sebuah gedung gereja, baik jika Anda membaca artikel ini, silakan klik.
Kalau kami boleh menyarankan, silakan juga membaca tulisan Paus Benediktus XVI tentang lokasi tabernakel yang disarankan. Kalau tidak ada kapel sakramen Mahakudus di dekat Panti Imam (sanctuary), maka tabernakel sedapat mungkin ditempatkan di tengah apse, dan di level yang ditinggikan (agar jika imam berdiri di depannya untuk mempersembahkan perayaan Ekaristi, maka tubuhnya tidak menutupi tabernakel), dan baru kalau tidak memungkinkan, dicari lokasi lain yang juga mencolok dan mudah terlihat dari segala arah di gedung gereja tersebut.
Demikian kutipannya:
The location of the tabernacle
69. In considering the importance of eucharistic reservation and adoration, and reverence for the sacrament of Christ’s sacrifice, the Synod of Bishops also discussed the question of the proper placement of the tabernacle in our churches. The correct positioning of the tabernacle contributes to the recognition of Christ’s real presence in the Blessed Sacrament. Therefore, the place where the eucharistic species are reserved, marked by a sanctuary lamp, should be readily visible to everyone entering the church. It is therefore necessary to take into account the building’s architecture: in churches which do not have a Blessed Sacrament chapel, and where the high altar with its tabernacle is still in place, it is appropriate to continue to use this structure for the reservation and adoration of the Eucharist, taking care not to place the celebrant’s chair in front of it. In new churches, it is good to position the Blessed Sacrament chapel close to the sanctuary; where this is not possible, it is preferable to locate the tabernacle in the sanctuary, in a sufficiently elevated place, at the centre of the apse area, or in another place where it will be equally conspicuous. Attention to these considerations will lend dignity to the tabernacle, which must always be cared for, also from an artistic standpoint. Obviously it is necessary to follow the provisions of the General Instruction of the Roman Missal in this regard. (197) In any event, final judgment on these matters belongs to the Diocesan Bishop. (Pope Benedict XVI, Sacramentum Caritatis, 69)
Demikian masukan kami, selamat berkarya. Semoga Tuhan memberkati Anda juga dan keluarga Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid dan Stef- katolisitas.org
sip. nanti2 aku bagi cerita, untuk yang personal agak2 gimana gitu, hey. http://www.calgarydiocese.ca, wdw great link, thks bgt. Tabernacle on an elevated place? hmmm brarti kalau di bawah altar/basement kurang berkenan ya. Bagaimana dengan konteks ke-lokal-an atau tradisi, maksud saya jg pada gereja di belahan bumi selain indonesia? Apakah basilika adalah tipologi yang penting? hey kenapa anda bawa-bawa nama Benedict? itu nama babtis saya. anda mencoba berhumor lagi? haaa bercanda itu pasti kebetulan saja. oke keep up… Berkah Dalem.
Shalom Bramantyo,
Mari kita menangkap esensinya, mengapa dikatakan bahwa tabernakel selayaknya ditempatkan di tempat yang ditinggikan (on an elevated place), yaitu agar mudah dilihat oleh umat.
Sewaktu saya tinggal di Manila Filipina, gereja tempat biasa saya mengikuti perayaan Ekaristi, meletakkan tabernakel di bawah/ di dalam meja altar. Meja altar diletakkan di level yang cukup tinggi. Meja altarnya terbuat dari batu marmer, namun bagian depan dan sampingnya dari semacam kaca solid dekoratif yang tebal dan diberi lampu di dalamnya, sehingga terang. Lalu tabernakel diletakkan di dalam meja altar ini, yang dilengkapi dengan struktur hidrolik sederhana, sehingga setelah konsekrasi tabernakel ini dapat “keluar”/ timbul ke atas meja altar, dan sesudah misa dapat kembali dimasukkan ke dalam meja altar.
Namun berdasarkan ketentuan umum bahwa tabernakel harus mudah dilihat dari arah manapun di gereja, maka penempatan tabernakel di basement tidaklah memenuhi ketentuan ini.
Konteks ke-lokalan dan tradisi setempat tentu boleh saja diadopsi dalam desain gedung gereja, namun baiklah pertama-tama dipahami dahulu ketentuan dan persyaratan desain gedung gereja Katolik, terutama di bagian Panti Imam (termasuk altar dan Tabernakel), sebab di sanalah tempat kehadiran Kristus dan Misteri Paska-Nya dirayakan.
Sekilas tentang Basilika, silakan klik di sini. Nampaknya yang lebih penting diusahakan adalah hal-hal yang esensial dalam bangunan gedung gereja, yang mendukung kegiatan liturgis yang akan dilangsungkan di dalamnya.
Semoga St. Benediktus senantiasa mendukung Anda dalam doa-doanya, sehingga Anda dimampukan untuk menjadi saksi iman yang tangguh, seperti Paus Benediktus XVI, walau mungkin dalam skala yang lebih kecil dan sederhana.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ytk: Ingrid
Selamat pagi.
Perencanaan gereja yang kami lakukan sekarang sampai pada tahap revisi typhology bangunan. Gereja ini adalah Gereja Paroki Salam, bersebelahan dengan Wisma Salam, saya yakin anda tahu. Ini adalah bangunan peninggalan Romo Mangun.
Kami ingin membuat bangunan yang lebih relevan terhadap jaman. Ini tak bertentangan dengan ide2 Romo Mangun, chek “Wastu Citra”. Tentu saja masih dalam batsan Liturgi. Ada sedikit rasa ketertinggalan bila saya bandingkan dengan gereja2 “muda” di belahan negara yang lain. Belum lagi bila saya bandingkan dengan tempat peribadatan agama lain, sinagoga misalnya, yang berusia muda juga. Ada keraguan untuk mengevolusi “tradisi”.
Kami ingin kontekstual terhadap kelokalan dan jaman, tapi tradisi, sepertinya masih sering dijadikan alasan untuk menolak hal2 baru.
Seperti apa yang anda percaya tentang perlunya retorika ( https://katolisitas.org/tag/retorika ) dalam gereja katholik, maka saya perlu retorika yang tepat untuk mendukung ide kami ini. Apakah link yang tempo hari anda berikan adalah “resmi”?.
Kami menjadikan kutipan ini, dari link anda, menjadi latar belakang penguat ide kami;
“The church must serve people of our age: its architectural language should be neither anachronistic nor exotic. However, existing churches which are good examples of a particular style of architecture, should be renovated and adapted to the revised liturgical needs with great care. When building new churches, it should be remembered that “the art of our own day . . . should have free scope in the church . . .” (CAL, 123)”
“A church building is a sign of what the Church is and reflects our understanding of the Church. If a church is now built in the style of some past age, we say, in effect, to the world and the local community that the Church is not contemporary, is not relevant, and that it does not speak to modern persons. This is not in accord with the spirit of Catholic teaching, especially as expressed in the Second Vatican Council’s Constitution on the Church in the Modern World.”
“The most beautiful art for worship found in the rich tradition and heritage of our Faith was “contemporary” and “of the times” when it was created. Artists today, offering their creative talents to God, should be aware of this heritage and tradition as they work to enhance the beauty of the liturgy.”
Kami ingin bangunan gereja yang memiliki kualitas: “Serve people of our own age, anachronistic nor exotic, visible sign, particular style, art of our own day, speak to modern person, contemporary and relevant”. ,
Kita, orang Indonesia masih terlalu sering terjebak pada warisan leluhur saja. Kita bangga mewarisi borobudur, rumah joglo, gereja kolonial, atau semua arsitektur hebat lain. Kita perlu jaga warisan itu, tapi kita sebenarnya tak perlu menduplikasi terus-menerus warisan itu.
Teknologi baru harus menjadi bagian dari Gereja Katholik, dan Arsitektur menjadi “objective dan atau suplemen tangguh” untuk pemicunya, supaya tidak ditinggalkan anak cucu kita.
Kita, orang katholik bukan hanya pewaris, kita juga harus mewariskan sesuatu sebagai penanda jaman.
Jika kita menolak kewajiban ini, maka benar seperti seloroh kaum atheis, bahwa Gereja Katholik tidak mampu berdiri di depan dalam kemajuan jaman, dan agama hanyalah milik orang-orang primitif yang berputar2 pada pembenaran, yang sebenarnya adalah buaian pada masa lalu. (sambil melihat segala gadget dan perkakas hari ini)
Saya tunggu tanggapan anda nanti sore kami mau presentaasi lagi, ini kali yang keempat. Saya benar-benar butuh tanggapan anda. disini atau lewat email.
ps: mudah2an tidak outoftopic.
+++
This is our time, this is our tear.
Can’t you feel our Voltage?
+++
Thks, and May God Bless You, too
+++
Bramantyo
Shalom Bramantyo,
Memang adalah tantangan bagi seorang arsitek yang mendesain gedung gereja untuk menciptakan suatu karya arsitektur yang merupakan sintesa antara bentuk dan fungsi yang sesuai secara liturgis, namun juga secara estetika mendukung makna kesakralannya. Dalam hal mendesain bentuk, sang arsitek mempunyai pilihan, entah mau mempertahankan bentuk tradisional atau memilih bentuk-bentuk yang baru/ modern, sejauh bentuk itu kontekstual/ sesuai dengan fungsinya sebagai bangunan tempat ibadah.
Maka menurut hemat saya, jika Anda ingin mempengaruhi pendengar Anda akan desain suatu bangunan gereja, maka yang perlu ditonjolkan adalah sejauh mana bangunan tersebut dapat menjadi sintesa antara bentuk dan fungsinya sebagai rumah Tuhan, sesuai dengan ketentuan liturgi, dan mempunyai ciri khas yang mendukung keanggunan/ kesakralannya sebagai rumah ibadah.
Kutipan yang kami sertakan di sana bukan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Magisterium Gereja yang berlaku universal, melainkan merupakan suatu ketentuan sebagai guideline tentang seni, arsitektur dan lingkungan yang dikeluarkan oleh salah satu keuskupan di Amerika. Namun demikian apa yang disampaikan di sana dapat juga dijadikan masukan, sejauh itu cocok dengan keadaan di Indonesia.
Saya sudah menanyakan kepada Rm Santo di KWI apakah ada dokumen resmi yang dikeluarkan KWI yang mengatur tentang arsitektur gedung gereja. Kalau seandainya sudah ada, maka akan saya lengkapi tanggapan saya ini, atau akan saya sertakan judul dokumen tersebut, sehingga Anda dapat menghubungi KWI untuk memperoleh versi cetaknya.
Sejauh yang saya ketahui, ketentuan tentang arsitektur gereja tidak mengatur secara mendetail soal gaya arsitektur (architectural style) bangunan, mengingat hal tersebut bukanlah merupakan ranah iman dan moral yang menjadi lingkup ajaran Gereja. Jika artikel yang ditulis di situs Keuskupan Calgary tersebut menghimbau bahwa tidaklah kontekstual untuk membangun gedung gereja bergaya klasik; antara lain hal itu disebabkan karena juga masalah biaya, mengingat untuk membuat berbagai jenis elemen interior klasik dibutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk ukuran zaman ini. Namun ada keuskupan lain di Amerika yang tidak menganggap hal ini sebagai kendala, misalnya di Keuskupan LaCrosse, Wisconsin, sehingga ketika mereka membangun Shrine gereja tempat ziarah yang cukup besar di sana, bangunan yang dibangun tetap bergaya klasik, walaupun cara membangunnya, material dan detail yang digunakan menunjukkan bahwa bangunan tersebut dibuat pada zaman ini. Hasilnya cukup baik, tidak anakronistik, namun memang tidak berkesan modern-minimalis seperti sejumlah gereja baru di Amerika. Dengan demikian, menurut hemat saya, hal gaya arsitektur tidaklah terlalu mengikat, yang terlebih penting adalah bangunan tersebut dapat melayani liturgi dengan baik, dan secara estetika mendukung kesakralan gereja.
Dengan demikian, link artikel dari keuskupan Calgary di atas bukanlah patokan baku yang berlaku untuk Gereja universal. Ketentuan yang baku dan umum untuk diikuti adalah ketentuan liturgis sebagaimana tercantum dalam PUMR, Sacramentum Caritatis, Redemptionis Sacramentum maupun dokumen liturgis lainnya, yang menjelaskan tentang alur perayaan liturgi dan elemen-elemen dalam bangunan gereja, seperti tabernakel, altar (meja Ekaristi), ambo (meja Sabda), kursi imam, panti imam, tempat umat beribadah, dst. Ketentuan dalam dokumen-dokumen tersebut memang bersifat umum, namun cukup jelas menjadi bahan masukan untuk diterapkan dalam desain arsitektur gedung gereja.
Namun demikian, jika Anda ingin membuat suatu ringkasan dengan mengambil point-point dari artikel di link tersebut tentang gaya arsitektur gereja, maka menurut hemat saya, pointnya adalah: 1) Gereja harus melayani masyarakat di zaman ini; 2) neither anachronistic nor exotic – tidak anakronistik maupun eksotik (artinya gayanya tidak campur baur dan tidak berkesan eksotik/ aneh/ berkesan eksperimental/ asing/ seperti bangunan entertainment); 3) gedung-gedung gereja yang sudah ada yang merupakan contoh-contoh gaya arsitektur tertentu yang baik, perlu disesuaikan dengan dengan kebutuhan-kebutuhan pembaharuan liturgis sesuai dengan arahan Konsili Vatikan II (jika bangunan gereja tersebut dibangun sebelum Konsili Vatikan II); 4) untuk gedung-gedung gereja yang baru, agar menjadi “karya seni di zaman kita….”
Demikianlah tanggapan saya semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Yth: Inggrid Listiati
Oke makasih untuk tanggapannya, sungguh membantu. Anda sebenarnya mau bilang aku salah mengartikan sould be neither…, hanya saja anda terlalu baik untuk langsung mengatakan itu, haha trimakasih koreksinya.
Btw perkembangan cukup baik saat ini. Sosialisasi ke wilayah dan umat (yang muda maupun tua) juga berlangsung cukup baik. Ada dua alternatif konsep n form yang akan dikirim ke keuskupan dalam duaminggu kedepan, ini juga masih susun2 ulang. Keduanya adalah desain yang menurut kami sudah baik dan solutif.
Liturgi adalah yang nomor satu, siap buk!
Sekalilagi terimakasih untuk tanggapannya, sungguh membantu.
Berkah Dalem.
Adjie Bramantyo
Pertanyaan:
1. Dari manakah Pak Steven and Bu Inggrid mendapatkan sumber penghasilan saat ini untuk kehidupan sehari2 ?
2. Apakah biaya2 saat ini didapatkan dari semasa masih belum fulltime di katolisitas ?
mohon maaf menanyakan hal ini.
Terkadang saya berpikir begitu banyak orang seperti Anda berdua mulai melayani Tuhan Allah saat ini dikarena sudah mempunyai tabungan dari masa lalu. Dimana uang yg didapatkan adalah berasalkan dari uang “kotor”.
Apakah tanggapan nya?
Mohon maaf kalau saya agak kasar.
Thank you.
Hamba berdosa (iri)
[Dari Katolisitas: Silakan membaca kisah kesaksian kami di artikel di atas, silakan klik. Kami mengucap syukur kepada Tuhan, bahwa Ia terus memelihara kami sampai saat ini, sehingga kami tetap dapat melakukan karya kerasulan ini. Tuhan telah mengirimkan sejumlah orang yang mendukung karya kerasulan ini dengan donasi, dan dukungan juga kami terima dari kesempatan mengajar di beberapa tempat dan kesempatan.]
Dear Pak Stef and Bu Ingrid,
thank you buat sharingnya yang sangat menguatkan. jujur aku sangat terbantu dengan banyak pembahasan yang kalian muat di web katolisitas ini. sedikit sharing, setelah lulus sma aku pergi kuliah ke melbourne tahun 2007. karena kebaikan Tuhan, seorang teman mengajak aku untuk ikut sebuah persekutuan doa katolik di melbourne dan puji Tuhan aku pun mengalami jamahan kasih Tuhan yang begitu hebatnya saat aku ikut shb dan retret di tahun 2008.
sampai saat ini aku dan teman-teman masih mengikuti persekutuan doa dan komunitas sel di melbourne dan aku mau bilang kalau artikel kalian sangat banyak menolong aku secara pribadi baik untuk mendalami iman katolik, ataupun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kadang timbul di antara kami tapi kami tidak begitu tahu jawabannya. bagus juga buat dipake sebagai bahan pengajaran dan renungan. so thank you so much.
God bless you always :)
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas apresiasinya. Salam kasih dalam Kristus untuk semua saudara-saudari seiman di Melbourne.]
Dear Mbak Inggrid dan Stef….
Betapa Bahagianya Jika Kita Telah Mengenal Allah yang sejujurnya ada dalam lubuk hati kita yang paling dalam. Bersyukurnya Inggrid dan Stef telah dipilih Tuhan untuk mengabarkan sukcita tentang Allah….
Berdoalah terus….seperti Santa Anna dan Santo Yoakim Suaminya….mereka dihina orang dan dianggap mandul, namun mereka percaya kasih Karunia Allah kepad aMereka, sehingga melalui mereka Lahirlah Santa Perawan Terberkati, Bunda Maria yang darinya Tunas Daud Lahir, Yesus Sang Juru Selamat Kita.
Inggrid dan Stef..berbahagia sekali, kalian berdua menyadari “Panggilan Tuhan Dalam hidup Kalian”…
Bertekunlah dalam doa, agar jangan sampai “Jatuh Dalam Godaan”, tetaplah bekerja dalam Pelayan..terimakasih juga dengan website ini, sehingga anak-anak saya dan saya dapat berdiskusi mengenai Iman Katolik. Tuhan Memberkati
[dari katolisitas: Mohon doanya, agar karya kerasulan ini dapat terus bertahan dan dapat menguatkan para pembaca, khususnya yang beragama Katolik]
Pak Stef dan ibu Ingrid tdk perlu berkecil hati,jika menginginkan seorang anak bisa didapat lewat proses adopsi[anak angkat]
maaf,bila saran saya kurang berkenan.
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas masukan Anda. Kami juga sudah membawa hal ini di dalam doa-doa kami, namun kami sampai pada keputusan untuk justru menerima keadaan kami dengan rasa syukur dan menggunakan keadaan kami ini agar kami dapat memberikan diri dengan lebih penuh di dalam karya kerasulan Gereja Katolik. Sebab justru keadaan kami inilah yang memungkinkan kami untuk memulai situs ini dan menjalankan segala aktivitas sehubungan dengannya, yang membutuhkan tenaga dan pikiran praktis hampir sepanjang hari. Semoga Tuhan berkenan atas keputusan kami ini, yang kami ambil dengan maksud untuk maksud memberikan yang terbaik kepada Tuhan.]
Kesaksian hidup yg sungguh luar biasa… Tuhan Yesus memberkati seluruh pelayanan pak Stef dan bu Inggrid, hingga terus berbuah makin banyak demi kemuliaan Tuhan dan GerejaNYA…:)
[Dari Katolisitas: Memang sungguh Tuhan yang luar biasa. Terima kasih juga untuk kesaksian Rachel yang sangat memberikan inspirasi yang juga telah dimuat di situs ini. Terpujilah Tuhan!]
Saya Percaya dengan Istilah Rancangan-Ku Bukanlah Rancanganmu..
karena Kehidupan saya Masih Kecil dan Sampai berkeluarga sekarang ini adalah rencana Tuhan Yesus dan Bunda Maria dan saya baru menyadarinya saat Istri Saya Hamil Anak Pertama(Kami Telah Menunggu Selama 8 Bulan)saat saya Dimutasikan dari Palu-Sulawesi Tengah ke Pasuruan-Jawa Timur…
saat ini saya selalu mengucapkan Syukur Atas Segala Hal yang diberikan Tuhan Yesus Karena Saya percaya juga bahwa Semuanya Akan Indah Pada Waktunya dan yang kita terima Adalah Yang Terbaik bagi Kita…
Terima Kasih Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Dear Inggrid & Stef,
Perkenalkan saya Blasius Theodorus Lintang dari Lingkungan Sta. Helena Paroki HSPMTB Tangerang. Saya terkesan sekali dengan jalan hidup anda berdua dan terlebih lagi dengan pelayanan anda berdua lewat webside ini. Banyak sekali tulisan-tulisan anda menginspirasi saya dalam kehidupan menggereja di Paroki saya. Saya pernah menjadi ketua Lingkungan dan Koord Wilayah beberapa periode. Sekarang ini masih aktif sebagai pelatih koor, dirigen dan penulis/kontributor majalah Terang (lokal) paroki. Membaca artikel anda “Rancangan-Ku, bukan rancanganmu” menginspirasi saya untuk menulis jalan hidup saya. Meski berbeda tapi intinya sama, yaitu Kasih Tuhan. Demikian awal perkenalan saya. I hope someday I’ll meet you face to face. Selamat melayani ! Tuhan memberkati anda berdua.
[dari katolisitas: Terima kasih atas dukungan Anda untuk karya kerasulan ini. Semoga suatu saat kita juga bertatap muka. Anda juga dapat mengirimkan kisah kehidupan Anda di situs ini. Kalau sudah selesai menuliskan, silakan mengirimkannya ke: katolisitas@gmail.com]
‘I hope someday I’ll meet you face to face.’
saya juga berharap suatu saat dapat melihat secara langsung bapak & ibu sekalian meski mkn saya ta berani bertemu langsung. Tuhan memberkati.
saya meneteskan air mata terus saat membaca tentang kesaksian ini. menyadari kasih Tuhan yg begitu hebat kepada kita semua..
thank You !
di mana bisa saya temukan renungan tentang orang2 yang dipenjara?
[dari katolisitas: Maaf, kami tidak mempunyai cerita tentang ini. Mungkin kalau Anda memasukkan kata kunci “inspirational story in prison” di google, maka Anda dapat menemukan beberapa cerita]
shallom pak dan Bu…
Ternyata kisah bapak dan bu mirip2 kisah saya tapi tidak sepenuhnya. saya juga telah bernikah dengan suami saya pada tahun lepas. Dimana saya telah ketemu sama dia di Universiti, tempat kami belajar bersama.walaupun 4tahun belajar di Universiti yg sama, kami tidak pernah saling kenal.cuma pada akhir2 semestar baru mengenali dan dari sanalah kami saling mengenali..ternyata rencana TUHAN saya yakin, kami ada banyak persamaan dan tidak kurangnya perbedaan ( tapi perbedaan itu kami ambil sebagai satu keistimewaan bersama2 utk belajar). Kami berkerja sebagai guru tapi di daerah yang berlainan,oleh itu, hanya hujung minggu sahaja kami bertemu.sampai saat ini, pernikahan kami sudah menjangkau 8bulan lebih, dan kami masih belum punya anak sendiri. pada saya, saya menganggap hal itu berlaku mungkin disebabkan faktor kami saling berjauhan..lama kelamaan saya pula memikirkan mungkin saya atau suami mengalami masalah kesuburan atau masalah dalaman, tapi belum dikenalpasti lagi, sebab kami belum pernah membuat pemeriksaan lagi…dan sekarang saya menerima hal ini mungkin belum waktunya untuk Tuhan memberikan kami zuriat sendiri.sama seperti bu ingrid, ada teman-teman menganggap kami merancang tidak mahu anak, begitu juga saudara-saudara lain yang menganggap kami sengaja memperlambatkan mendapat anak. ditambah lagi dengan pertanyaan yang berulang-ulang mengenai “suda punya anak?”kenapa belum hamil2?”….saya sangat tertekan dan betul-betul sedih dengan semua perkara itu.sampai saya menangis dan berbicara kepada Yesus…”kenapa yesus, semua ini terjadi kepada kami”..saya kadang-kadang menjadi putus asa..saya berbincang dengan suami, ternyata suami saya juga sedih. dan saya bertekad untuk tidak terus bersedih, kami berdoa, mohon kekuatan dari YESUS..kami berdoa, supaya kami tetap setia dan bersabar, biarlah kehendakmu yang terjadi kerana kami percaya kehendakmu terbaik dan indah pada waktunya.amin..terima kasih Tuhan, walaupun sulit kami terima masalah ini, tapi saya tetap bersyukur kerana cintakasih kami masih utuh di dalam jagaan Tuhan Yesus…
[Dari Katolisitas: Bersabarlah, terus bertekunlah dalam doa, dan usahakanlah komunikasi yang baik dengan suami Anda. Jika memungkinkan, memang alangkah baik jika dapat diusahakan pekerjaan yang tidak menghalangi Anda berdua untuk bertemu setiap hari. Namun sambil menantikan kemungkinan ini terwujud, tetaplah bertekun dalam kasih satu sama lain. Semoga Tuhan mengabulkan permohonan Anda].
Wah… luar biasa…
Terima kasih untuk sharingnya, Pak Stef & Bu Inggrid… benar-benar keluarga yang luar biasa dan memberkati (dan diberkati Tuhan juga)…
Semoga pelayanan P Stef dan B Inggrid semakin menjangkau banyak orang..
Tuhan memberkati… amin…
Semangaat… Untuk Bapak Stef dan Ibu Ingrid…
Tuhan Yesus Memberkati…^^
Fiat Voluntas Tua..
Shalom Pak Stef dan Bu Inggrid,
terima kasih atas semua tulisan Anda. Kiranya Tuhan memberkati segala pelayanan anda.
13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”
[Dari Katolisitas: Memang Kerajaan Allah itu sungguh bagaikan mutiara yang paling berharga. Terima kasih juga untuk dukungan doa Anda. Semoga Tuhan memberkati karya pelayanan Anda juga]
Salam, Pak Stef da Bu Inggrid
Saya terlahir dari orang tua saya saat ini. Saya terlahir kembali melalui rahim Gereja dan Bapa Babtis saya. Dalam keabadian, Allah mau menjadi Bapa saya dan Yesus menjadi saudara saya karena Roh Kudus memilih saya. Bunda Maria adalah ibu yang mempersembahkan saya di Bait Allah, bahkan sebelum saya lahir kembali dan menjawab Bapa.
Selama pertumbuhan saya, saya disapih oleh Allah melalui anda berdua. Seluruh tulisan anda, artikel, dan teladan perilaku anda berdua mengajarkan saya apa artinya menjadi hamba Allah. Hingga saat ini, saya masih jauh dari sempurna dan masih berjuang untuk berkembang. Namun, air susu yang membawa saya tumbuh mendekati Allah mengalir deras dari kalian berdua. Oleh sebab itu, tidaklah berlebihan bila anda berdua pantas saya panggil,”Papa! Mama!” Anda berdua yang tandus memiliki anak jauh lebih banyak daripada para pasangan tersubur di dunia!
Keep on, Pop.. Be strong, Mom..
Ioannes
Shalom Ioannes,
Terharu kami membaca pesan Anda. Ya, biarlah Tuhan yang mengikat kita semua secara rohani dengan ikatan keluarga di dalam Kristus. Terima kasih atas dukungan dan doa Ioannes selama ini.
Mari kita saling mendoakan satu sama lain, semoga Tuhan berkenan memakai hidup kita sebagai alat kasih-Nya. Semoga Tuhan terus menambahkan iman kita dan memampukan kita untuk bertumbuh dalam kasih persaudaraan sejati.
Sampaikan salam kenal dan salam hormat kami kepada orang tua Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid & Stef- katolisitas.org
Shalom Pasutri Stef dan Inggrid,
Melihat banyaknya materi pencerahan dalam tulisan2 yg anda sajikan dan meresponse beragam pertanyaan setiap hari di-situs ini, tentunya akan memakan pikiran, tenaga, waktu bahkan biaya juga, belum lagi bila anda harus melakukan pertemuan2 rohani ditempat lain atau mungkin diluar kota, lalu saya bertanya-tanya bagaimana anda membagi waktu untuk menafkahi dan menghidupi keluarga anda sendiri. Rasanya sebuah kesaksian mengenai cara anda menjalani dan mensiasati biaya hidup anda sehari-hari di-Jakarta yg serba tidak murah ini, dan sampai saat ini tetap konsisten memberi pencerahan di-situs ini, apa yang anda cari, apakah ada penghasilan yg anda peroleh dari perkerjaan sperti ini?, atau apakah anda pengusaha yg punya income tetap?. Untuk menyambut Minggu panggilan tgl 29 April’12 ini, tentu kesaksian anda akan meng-inspirasi dan memotivasi anak-anak muda untuk tidak kuatir memilih dan menjalani hidup panggilan iman-nya. Semoga. GBU always.
Shalom Yanto,
Terus terang kondisi kami yang secara medis tidak mungkin mempunyai keturunan membuat kami lebih dapat berfokus pada karya kerasulan katolisitas.org secara online maupun dalam bentuk seminar-seminar. Banyak orang yang menanyakan kepada kami bagaimana kami membiayai kehidupan dan semua biaya yang diperlukan untuk karya kerasulan katolisitas. Sedari awal, kami memang merindukan bahwa karya kerasulan katolisitas tidak bersifat komersial. Kami merindukan bahwa akan semakin banyak orang yang mengetahui dan mengasihi iman Katolik, yang sungguh benar, baik dan indah. Semua biaya yang diperlukan untuk karya kerasulan ini kami dapatkan dari donasi yang diberikan oleh orang-orang yang terpanggil untuk membantu karya evangelisasi dan katekesis. Pada awalnya tentu saja tidak mudah bagi kami untuk mengambil keputusan ini. Namun, setelah melalui proses discernment, termasuk melalui beberapa retret, maka dengan bantuan rahmat Allah, kami mau melangkah maju dan menyerahkan semuanya di dalam penyelenggaraan ilahi. Mari, kita bersama-sama berdoa dan berkarya dalam kapasitas kita masing-masing untuk semakin menyebarkan Kerajaan Allah, sehingga semakin banyak orang yang mengenal dan mengasihi Kristus dan Gereja-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef & ingrid- katolisitas.org
Thks pak Stef dan bu Inggrid,.. saya pribadi banyak belajar dari situs ini dan dari Anda berdua, serta tim2 Katolisitas lainnya.
GBU all.
Tuhan memberkati anda Bpk Stef dan Ibu Inggrid. Saya ikut terbantu dalam memahami iman Katolik melalui website ini.
Salam Kasih di dalam TUHAN kita YESUS KRISTUS
trima kasih untuk pa stev dan ibu,
saya seorang Katolik tapi tidak banyak mengetahui ajaran Katolik secara benar namun dengan situs ini, hampir setiap saat saya belajar dan mendalami ajaran Katolik sungguh luar biasa…………….saya bangga menjadi Katolik.
Hemmm.,.sebuah perjananan hidup yg sungguh luar biasa.
Sayapun mengalami hal yg sama tapi beda ceritanya.
Anda benar pak Stef dan bu Inggrid, kalau kita belum dan tidak mengenal Tuhan dengan kasih dan anugrahnya (pengalaman hidup yg mengandalkan kemanusiaan dan keduniawan kita )maka nampaknya hanya kekecewaan dan kesulitan hidup yg slalu kita dapat, jadi hanya ada satu way of life kita yi. Penyerahan hidup total kita kepadaNya sesuai kehendak dan rancanganNya maka semuanya jadi enteng,suka cita dan damai sejahtera dan bahkan tidak akan kekurangan dlm kehidupan kita.
Selamat berkarya, saya banyak juga belajar dari website bpk.
Saya heran melihat gambar Pak Stef. Mulanya, karena nama belakang, saya mengira Pak Stef orang Flores. Maaf ternyata bukan. Tetapi satu hal patut saya nyatakan, sungguh luar biasa pengalaman rohani dan pengabdian Pak Stef & Bu Inggrid kepada ALLAH melalui gereja. Jauh melebihi orang Flores. Secara manusiawi saya merasa iri. Karena saya pikir bapak saya juga seorang pelayan umat, mengapa saya berada jauh dari posisi ini? Tetapi saya sadar ini bukan warisan keturunan. Masing-masing kita punya talenta sendiri-sendiri, dan segala sesuatu ada waktunya. Meski demikian justru dari website Katolisitas inilah pengetahuan dan iman Katolik saya semakin disadarkan ketingkat tinggi. Terima Kasih TUHAN; terima kasih Pak Stef dan Ibu; terima kasih Rm. Mardi serta seluruh tim Katolisitas; TUHAN YESUS memberkati.
Sdr Tay dan Inggrid,
Tuhan telah membukakan mata dan menunjukkan rancanganNya.
Kalian telah menjawabNya dan sekarang berbaur dalam rancanganNya.
Semoga Tuhan Yesus akan selalu mendampingi setiap langkah kalian.
Saya iri……
[Dari Katolisitas: Setiap orang mempunyai misi tersendiri dalam rancangan keselamatan Allah, yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Maka tidak perlu iri, sebab apa yang dapat Anda lakukan juga tidak dapat kami lakukan. Namun kita bersama- sama saling bahu membahu berjuang untuk dapat melaksanakan rencana dan kehendak Allah dalam hidup kita. Semoga Tuhan memberkati Anda dan juga mendampingi Anda selalu.]
Dear Pak stef dan Ibu Ingrid,
Terima kasih untuk karya perlayanannya. Melalui website ini, saya banyak mendapat masukan mengenai ajaran Katolik dan pandangan iman. Bila Bapak dan Ibu berkenan apakah saya boleh contact melalui email? Karena saya perlu masukan mengenai beberapa hal.
Terima kasih sebelumnya
Santi
[dari katolisitas: Terima kasih atas dukungan anda untuk karya kerasulan ini. Anda dapat menghubungi kami lewat: katolisitas@gmail.com]
Semoga semakin banyak lahir orang2 seperti bpk Stef & ibu Ingrid yang menjadi garam dunia,semoga dengan karya2 bapak & ibu banyak orang yang percaya dan mengimani ajaran Tuhan Yesus Kristus melalui Gereja Katolik,amin.
Tuhan Yesus Memberkati karya Karya bpk Stef &ibu Ingrid
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas apresiasi Anda. Semoga Tuhan juga memberkati karya-karya Anda untuk kemuliaan nama-Nya]
Pak Stef dan Bu Ingrid, saya sangat terkesan dengan kesaksian ini. Kesaksian ini membuat saya merasa tidak sendirian. Kalo boleh saya bertanya, apakah ada semacam komunitas bagi para pasangan yang tidak memiliki keturunan? terimakasih
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas apresiasi Anda. Terus terang kami tidak tahu apakah ada komunitas bagi pasangan yang tidak memiliki keturunan. Namun kalau komunitas pasangan suami istri Katolik itu ada beberapa, seperti komunitas Marriage Encounter, retret Tulang Rusuk, Couples for Christ, dan komunitas Seksi Kerasulan Keluarga (SKK) di masing- masing paroki. Semoga di sana Anda menemui pasangan lain yang juga mempunyai keadaan yang serupa dengan yang Anda (dan kami) hadapi]
Pak Stef & Ibu Inggrid, puji syukur pada Tuhan krn hari ini sdh membuka web site ini
Dan membaca perjalanan iman Bpk & Ibu, sungguh membuat iman akan Yesus lebih bertambah.
Pertama membuka website ini, saya pikir ini dr KWI.
Doa sy : Tuhan engkau sungguh baik mengutus Pak Stef & Ibu Inggrid u/ membuka mata rohani kami,
teruslah memberkati, menguatkan, meneguhkan & melindungi dr yg jahat. amin
Syalom..
Saya sangat berterima kasih sekali atas tulisan Pa Stef dan Bu Inggrid. Kami memang hidup dalam mayoritas katolik (Flores – Lembata – NTT). Namun kehidupan rohani umat sangat jauh dari harapan. Misalnya : Doa basis, yang datang untuk doa adalah anak-anak dan orangtua (perempuan-laki jarang datang). Tulisan ini sangat berguna bagi iman umat Katolik maupun bagi umat non katolik yang ingin memahami Katolik secara lebih mendalam yang bisa mengakses internet. Saya pun baru hari ini mengetahui adanya web ini setelah saya berlangganan Catholics News via internet. Mungkin banyak rencana Tuhan yang akan disampaikan melalui tulisan pengalaman iman Bapak Stef dan Bu Inggrid. Oleh karenanya besar harapan saya selain di media ini adakah cara lain Bapak dn Ibu menyampaikan pengalaman yang sangat berharga ini? Tuhan Selalu Menyertai Usaha dan Karya Bapak dan Ibu.
[dari katolisitas: selain menggunakan media internet, kami juga memberikan seminar.]
Salam!
Sungguh luar biasa perjalanan hidup anda berdua. Baru saya tahu bahwa anda berdua ini adalah orang awam. Baru saya tahu. Sangkaku, Anda berdua adalah Pastor dan Suster karena jawaban-jawaban untuk semua pertanyaan, diuraikan dalam bahasa iman yang begitu padat tampa sisipan rasa emosional. Uraian yang luar biasa untuk setiap pertanyaan dari para pembaca yang juga orang awam dan juga dari non-katolik lainnya.
Imannya luar biasa.
Saya mengakses website ini sejak 2009.
Salam dari Timor-Leste
Claudino
Salam Bu Inggrid dan Pak Stef,
Saya sungguh berterimakasih karena kesaksian ini begitu luar biasa, betapa hebatnya Tuhan dalam membentuk bejana dan membuat rancangan yang sungguh Indah pada Waktunya untuk bapak dan ibu..
Dan website katolisitas yang telah bapak dan ibu buat sungguh sangat berguna bagi perkembangan iman katolik di tanah air.
Tadi saya membaca bapak dan ibu pernah mengikuti LSS- Life in the Spirit Seminar (Seminar Hidup Baru dalam Roh) yang kemudian membuat terpanggil lebih dekat dengan Tuhan.
Jika berkenan kita sungguh ingin mengetahui materi-materi apa saja yang ada dalam retret tersebut.
Terimakasih
Semoga Tuhan selalu Menyertai dan Memberkati tim katolisitas.org dalam karya-karyanya
Amin..
[Dari Katolisitas: Materi LISS yang kami ikuti di Manila, menyerupai materi SHBDR yang diadakan di tanah air, hanya penjelasannya lebih rinci, karena diadakan sekali seminggu dalam 11 minggu, yang diakhiri dengan rekoleksi selama 2 hari. Jika Anda ingin mengalaminya, silakan mengikuti SHBDR yang diadakan di paroki Anda, karena Roh Kudusnya sama, maka tidak menjadi pengaruh mau diadakan di mana, yang penting disposisi hati Anda merindukan Roh Kudus.]
Dear Pak Stef dan Bu Ingrid,
Salam dalam Kristus,
Membaca kesaksian kalian berdua saya sungguh sangat terharu, kisahnya sungguh sangat inspiratif.
Semoga semakin membuat kami mengenal Kristus, ajaran-ajaranNya, dan semoga selalu setia dan dikuatkan dalam segala kondisi.
Terima kasih banyak.
Semoga berkatNya selalu menyertai kalian.
Pasutri Pak Stef dan Bu Inggrid perkenalkan nama Saya Yohanes Natalis tinggal di Yogyakarta. Mohon maaf baru sekarang mencoba berkomunikasi dengan Anda berdua lewat media ini. Terus terang Saya sudah lama mendengar situs yang Anda berdua buat ini ( katolisistas.org ) dan maaf tanpa seizin Anda berdua dengan ketugasan Saya sebagai GTT Pend Agm Katolik di SMA Negeri dan sekaligus sebagai Katekis di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta sudah menganjurkan kepada para siswa dan para bimbingan Saya di Paroki dan Umat di Lingkungan untuk mengakses katolisitas.org ini. Trima kasih sekali sudah berjerih payah berjuang mewujudkan media ini, sehingga Saya sedikit banyak terbantu dalam ketugasan Saya dalam Pelayanan. [edit: email saya hapus] Semoga Kita semua selalu diberkati dan dibimbing oleh Tuhan dalam seluruh karya dan pelayanan. Amin. Selamat beraktivitas dan Tuhan Memberkati. Amin.
sungguh hebat Pak Stef dan Bu Inggrid, karena anda berdua selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup. Pax et Bonum.
Terimakasih atas atas kesaksian bapak dan ibu, sangat menginspirasi , mengagumkan dan menguatkan.
saya banyak terbantu dgn artikel-artikel yang disajikan oleh katolisitas.org.
saya juga melihat pelayanan bapak dan ibu sudah berkembang ke arah seminar yang diadakan di beberapa kota, semoga bisa memberi pelayanan juga di luar P.Jawa (seperti di Batam tempat saya berdomisili )
mungkin ini hanya harapan; bahwa situs pelayanan ini bisa memberi pelayanan semacam kursus KS atau kursus hukum/dogma gereja spt; Perkawinan katolik dll..
maju terus Katolisitas.org Tuhan memberkati semua pengasuh dan pembimbingnya.
[Dari Katolisitas: Jika ada panitia di kota Anda yang mengkoordinasikan acara seminar tersebut, dan memang dapat dicari waktunya yang cocok dengan jadwal kami, maka mungkin saja kami datang ke kota Anda. Perihal mengadakan kursus memang belum menjadi rencana jangka waktu dekat, namun kami serahkan saja kepada Tuhan rencana ini, sebab jika menjadi kehendak-Nya mungkin suatu saat dapat terwujud.]
Sungguh sharing yang menguatkan iman. Allah mengubah keputusasaan Pak Stef dan Bu Inggrid menjadi berkat untuk semua orang Katolik di Indonesia.
Sungguh nyatalah kasih Allah sehingga sekarang Pak Stef dan Bu Inggrid memiliki banyak “anak” yaitu kami semua yang mendukung karya kerasulan ini.
Saya secara pribadi berterima kasih kepada bapak dan ibu rohani-ku yaitu Anda berdua yang telah mengarahkan saya kepada Bapa dan Gereja-Nya yang kudus.
[Dari Stef dan Ingrid: Terima kasih juga atas dukungan Anda. Marilah sama- sama melakukan bagian kita untuk membangun Gereja-Nya; semoga Tuhan selalu memberkati.]
Kisah inspiratif yang luar biasa nan romantis.
2 hari ini saya cukup intens membaca situs ini, saya percaya Tuhan telah mengarahkan perhatian saya pada kalian berdua, karena saya memang butuh begitu banyak pengalaman tentang kerinduan dan kepasrahan pada Tuhan, di samping pengetahuan teologi dan Kitab Suci untuk jadi dasar iman.
Saya butuh waktu lama dan merenung untuk menanyakan hal ini..
Mungkinkah saya bisa menciptakan hidup secara Katolik seperti kalian tapi dengan latar belakang yang sangat bertolak belakang dari kalian berdua?
Saya seorang Katolik menikah dengan suami muslim asal Banten, pernikahan kami secara Katolik dan suami sudah masuk Katolik saat kami menikah. Orangtua saya Katolik tapi bisa dikatakan jauh dari menghadirkan iman Katolik. Kami dikaruniai 2 anak, laki2 18thn dan perempuan 15thn.
Betapa saya ingin kehidupan kami melulu hanya pada TUHAN….mungkinkah?
Shalom Rosalina,
Terima kasih atas dukungan anda terhadap karya kerasulan ini dan terima kasih atas pertanyaan tentang kerinduan anda untuk melayani Tuhan dengan kondisi anda. Dua hal yang mungkin dapat menjadi pertimbangan adalah: (1) Tuhan telah memberikan kondisi hidup dan talenta kepada anda; (2) rahmat menyempurnakan kodrat.
Untuk point ke-1, kita harus mempercayai bahwa Tuhan telah memberikan kepada kita talenta yang berbeda-beda. Namun, persamaannya adalah kita harus mengembangkan talenta yang telah diberikan oleh Tuhan, walaupun kita mempunyai keluarga, kondisi, dan latar belakang yang berbeda (lih. Mat 25:14-30). Dalam kondisi anda, maka panggilan utama anda adalah menjadi ibu yang baik, yang dapat mendidik anak-anak di jalan Tuhan dan menjadi istri yang kudus. Itulah panggilan utama anda, karena itulah yang telah dipercayakan oleh Tuhan kepada anda. Menurut saya, cobalah untuk membawa suami dan anak-anak untuk lebih dekat kepada Tuhan, membawa mereka dapat persatuan doa keluarga, dan bertumbuh dalam sakramen – terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat. Pada saat keluarga bersatu dan bertumbuh, maka keluarga dapat menjadi Gereja Rumah Tangga (ecclesia domestica) yang misioner. Dalam semua proses ini, maka memang anda dan keluarga harus terus melibatkan Tuhan.
Point ke-2, kita harus mempercayai bahwa walaupun kita mempunyai kondisi dan talenta yang berbeda, Tuhan dapat menggunakan semua hal tersebut untuk membawa kemuliaan bagi nama-Nya, kalau kita juga dapat terus bekerjasama dengan rahmat Tuhan. Dengan kata lain, kalau anda dengan mengandalkan rahmat Tuhan dapat membentuk keluarga yang kudus sebagai panggilan utama anda, maka Tuhan juga akan terus menambahkan rahmat-Nya, sehingga keluarga anda dapat juga membawa berkat bagi keluarga-keluarga yang lain. Jadi, melangkahlah tahap demi tahap sambil terus mengarahkan pandangan kepada Yesus. Nanti, Dia akan menunjukkan dan membuka jalan-Nya satu demi satu. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Stef yang baik, terima kasih untuk jawaban nya..sangat inspiratif…dan menguatkan arah panggilan hidup saya…tanpa harus menjadi orang lain..
Pak Stef membuat saya menghargai karunia Tuhan yang ada pada saya, sekecil apapun itu…
semua ini tidak mudah tentu nya…saya harus belajar dan belajar…seperti yang dikatakan Yesus:
” Belajarlah dari pada Ku..Aku ini rendah hati dan lemah lembut ”
Tidak banyak orang seperti kalian berdua…terus lah berkarya..dari tangan anda berdua akan banyak keluarga2 yang diteguhkan iman nya…semoga Berkat Tuhan selalu menyertai pelayanan kalian berdua.
Tuhan memberkati…Terima kasih…
Perjalanan yang benar-benar dramatis, berliku, penuh haru biru, inspiratif, dan sangat mengesankan. Semoga karya kerasulan ini berdampak luas dan mendalam merasuk jiwa dan sanubari berlaksa-laksa insan yang rindu kebenaran Allah, dan akhirnya terlaksana Amanat Agung Yesus sendiri, “….jadikanlah semua bangsa murid’KU, dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus…”
Saya percaya, bahwa setiap yang baik tidak akan sia-sia.
Pax Vobiscum.
Dear Pak Stef dan Bu Ingrid
Terima kasih atas sharing kesaksian hidup ini. Kesaksian ini turut menguatkan juga saya dan istri. Proficiat telah menjadi manusia baru dalam Kristus dan semoga selalu setia pada-Nya.
salam,
erwin.
Shaloom,,
Salut bangat dengan awal mula cerita anda berdua, mimpi saya bisa menjadi pasangan suami istri kelak nanti seperti anda berdua yg didasari oleh kasih kepada Kristus dan 1 visi dalam hidup ini.
Dan terpuaskan juga penasaran saya akan wajah Pak Stef dan Bu Ingrid (tipe mukanya tipe dokter gigi, tp ternyata arsitek ya) hehe.. Semoga kita2 semua semakin sopan dan menghargai Pak Stef dan Bu Ingrid, dan terinspirasi oleh karya Tuhan melalui Anda berdua. Terima kasih
Ketika melihat judul artikel ini, saya jadi inget pembicaraan dengan teman saya, dia adalah Katolik tp yang percaya kebetulan, sedangkan di Katolik, tidak ada kebetulan di dunia, dan dia memberikan argumentasinya.
Singkat kata kalau seseorang mengalami hal yg buruk, maka dia akan melihat ini adalah rencana Tuhan (menunjuk Tuhan sebagai yg bertanggung jawab atas kondisi yg dia alami). Oleh sebab itu dia tidak percaya namanya Rencana Tuhan, karena akan membuat dia menyalahkan Tuhan atas kejadian buruk yg dia alami, ujung2nya dia berpikir Tuhan akan menolong ketika dia meninggal tapi ketika dia hidup, Tuhan tidak menolong
Tapi yang saya mao diskusikan adalah pembicaraan kami ttg rancangan Tuhan, saya jg pernah mengalami kondisi buruk karena tumor otak, waktu itu saya berpikir Tuhan pasti ada rencana buat saya dengan penyakit ini, dengan kata lain saya menyangka Tuhan memberikan sakit ini kepada saya utk buat saya bertobat.
Tp setelah saya sembuh dan makin ke sini juga setelah berbicara dengan teman saya, saya pun jadi banyak berpikir ttg takdir dan rencana Tuhan (saya pernah betanya masalah takdir di situs ini), tapi ada benarnya juga kata teman saya, sering kali kita menunjuk Tuhan atas kondisi yg kita alami, seperti saya sakit tumor otak padahal saya ngerokok, bergadang, makan kambing sering, minum bir disertai makan udang dsb. Itu kan karena kesalahan saya bukan karena maonya Tuhan, walaupun akhirnya membawa kebaikan, saya bisa ada niat belajar iman saya lagi dan masuk gereja Katolik.
Seperti contoh misalnya kita putus sama pacar karena beda agama dan berusaha menyelesaikannya dengan cara menemani pasangan ke gereja masing2, tapi ya karena si cowoknya suka ketiduran utk gereja pagi dengan ceweknya, dan sorenya ceweknya jg sering ada acara gereja, kalau mereka putus lalu bilang ” ya mgkn bukan rencana Tuhan kali kita bersatu”
Apakah itu benar? Bagaimana kita tahu rencana Tuhan sesungguhnya ke dalam kehidupan kita? Karena yg saya alami dan liat, kalau sering yg buruk2 kita anggap dari Tuhan tetapi sebenarnya karena salah kita, dan tentu saja saya jg menyadari Tuhan kadang bisa menimpakan hal yg buruk ke kita utk membawa kebaikan, pertanyaannya bagaimana kita bisa tau mana yg rencana Tuhan dan mana yg bukan? Karena saya rasa tidak pantas kalau kita ada kesusahan selalu bilang dari Tuhan nih, tp harusnya koreksi diri, apa benar dari Tuhan atau gara-gara kita.
Mohon petunjuknya
Terima Kasih
Shalom Leo,
Terima kasih atas dukungan Anda, namun mari memberikan pujian kepada Tuhan saja.
Tentang pertanyaan Anda selanjutnya, nampaknya berkenaan dengan pemahaman akan makna penyelenggaraan Tuhan. Gereja Katolik tidak mengajarkan adanya takdir, di mana seolah- olah Tuhan sudah menentukan segala sesuatunya, dan manusia hanya seperti wayang/ boneka saja menjalaninya tanpa kehendak bebas. Namun sebaliknya, tidak ada kebetulan yang mengejutkan bagi Tuhan (nothing suprises God), sebab Allah yang Maha Tahu sudah mengetahui sejak awal mula akan apa yang terjadi di dalam diri kita masing- masing, walau Ia tidak menakdirkannya demikian. Silakan membaca di artikel- artikel berikut ini untuk memahami prinsip ajaran ini, silakan klik di judul berikut:
Perbedaan Takdir dengan Nasib
Takdir dan Percobaan dari Tuhan?
Jadi jika prinsip ini diterapkan pada pengalaman Anda, maka dapat saja memang penyakit tumor yang pernah Anda derita itu antara lain disebabkan karena kesalahan Anda sendiri yang kurang menjaga/ merawat kesehatan tubuh Anda, namun Tuhan mengizinkan hal itu terjadi demi mendatangkan kebaikan yang lebih besar bagi Anda, yaitu pertobatan dan pengudusan Anda. Jadi bukan Tuhan yang secara aktif menghendaki Anda sakit, tetapi hal itu toh terjadi yang mungkin berkaitan dengan kekhilafan Anda, namun Tuhan mengubahnya menjadi kesempatan untuk menunjukkan kasih-Nya kepada Anda.
Selanjutnya tentang pertanyaan Anda, bagaimana agar dapat mengetahui rencana Tuhan bagi Anda, sejujurnya saya tak dapat menjawabnya. Namun umumnya patokannya adalah 1) buah- buahnya, 2) keputusan mana yang dapat memberikan kemuliaan yang lebih besar kepada Tuhan (AMDG Ad majorem Dei gloriam/ for the greater glory of God). Maka sepanjang yang Anda alami adalah buah- buah Roh Kudus: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23) maka Anda berada di jalan yang benar, dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan selanjutnya jika Anda memiliki pilihan yang nampaknya sama- sama baik; pilihlah keputusan yang lebih memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. AMDG ini adalah motto yang diajarkan oleh St. Ignatius Loyola. Semoga dengan belajar dari teladan St. Ignatius, Anda dimampukan Tuhan untuk mengenali rencana-Nya di dalam kehidupan Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pribadi-pribadi yang dipakai Yesus Kristus secara sangat luar biasa untuk memberikan pencerahan tentang kepenuhan dan kesempurnaan ajaranNYA dalam Gereja Katolik.
Terima kasih Pak Stefanus dan Ibu Ingrid atas cinta dan karya untuk kami, sehingga kami semakin mengenal dan mengasihi Yesus Kristus melalui Gereja Katolik.
Dan Raja itu akan menjawab mereka : Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
(Matius 25:40)
Terimakasih untuk kesaksian dari om dan tante, sudah lama saya gak baca kesaksian sepanjang ini, hehe… tapi ini bikin saya harus lebih belajar lagi untuk bisa rendah hati lagi dan menerima segala yang Tuhan berikan, terimakasih Tuhan Yesus, Engkau mau gunakan kedua hamba Mu ini, semoga berkat Mu terus mengalir untuk mereka juga untuk website ini dan juga umat-umat Katolik Indonesia, amin.
MAJU TERUS LASKAR KRISTUS!
Terima kasih buat banyak buat steff dan inggrid yg telah banyak berkorban demi kemuliaan Tuhan dalam ajaran iman katolik , dimana kami sebagai umat awam banyak belajar dan mengetahui akan iman katolik yg benar.Tuhan memberkati dan meyertai perjuangan hidup anda selamanya.thanks buat katolisitas.org beserta team.
Pak Stef dan Ibu Inggrid yang terkasih, yang selalu dilimpahi kasih setia dan kemurahan Tuhan. Selama ini ketika saya memberi pembinaan kepada orang-orangtua calon baptis dan calon terima resmi, selalu saya mengatakan bahwa Tujuan perkawinan Katolik yang dimeteraikan dalam Sakramen Perkawinan adalah Kebahagiaan suami istri. Itu yang pertama. Yang kedua adalah memperoleh keturunan. Namun walaupun saya mengajarkan demikian, toh kadang masih terbersit juga bahwa belum ada pasangan hidup yang menikah dalam Gereja Katolik, yang sungguh menghidupi cara demikian. Kalau sebuah pasangan tidak memperoleh keturunan, maka mereka berusaha agar mereka mengadopsi anak atau dengan cara lain untuk memilikinya. Namun perasaan dan pengalaman yang dialami oleh Pak Stef dan Bu Inggrid belum pernah saya temukan. Artinya, walaupun tidak memiliki keturunan, namun kehidupan Bapak dan Ibu untuk menjawab panggilan Tuhan dan membagikannya bagi orang lain bagi saya sungguh luar biasa. Saya berharap dan berdoa, agar Bapak Stef dan Ibu Inggrid bahagia di dunia dan di akhirat. Bagi saya, setelah saya membaca pengalaman Pak Stef dan Bu Inggrid sungguh luar biasa. Saya sungguh salut buat Anda berdua. Perasaan saya juga campur aduk saat membaca pengalaman Bapak dan Ibu, karena mengikuti alur cerita yang Bapak dan Ibu uraikan dalam sharing di atas. Secara pribadi kalau Tuhan memberikan umur yang panjang kepada kita, saya pengen berjumpa langsung dengan Bapak Stef dan Ibu Inggrid untuk mohon dibagikan pengalaman iman dan manusiawi yang telah dituangkan di atas. Pokoknya, luar biasa decch. Moga-moga Bapak Stef dan Ibu Inggrid selalu sehat-sehat, panjang umur, pekerjaan lancar, dan rejeki dimudahkan untuk Anda berdua. Sekian dan Salam dari saya: Eduardus B. Sihaloho, Tanjungbalai Asahan, Sumatera Utara. Horas!!!
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas dukungan Anda. Semoga Tuhan juga memberkati Anda sekeluarga. Mari kita memberikan pujian dan kemuliaan kepada Allah yang selalu memberikan yang terbaik kepada kita semua].
Pak Stef dan Ibu Inggrit. Terima kasih atas kesaksiannya.
Saya mengenal website ini maret 2010 ketika saya sedang mempersiapkan diri menerima sakramen krisma. Melalui website ini saya menjadi tahu tentang iman katolik. Website ini membuat saya mengenal gereja Katolik dan semakin mencintainya. Didikan yang seharusnya diberikan oleh orang tua namun karena saya lahir dalam keluarga non kristen semua itu jadi mustahil. Terima kasih telah mendengarkan bimbingan Roh Kudus untuk membuat website ini. Semoga melalui website ini, pelayanan akan pengetahuan tentang iman katolik dapat semakin meluas. God Bless Us
Salam Kasih Tuhan buat Ibu Ingrid dan Pak Stef,
Saya peribadi sudah menemui dan membaca website ini semanjak jun 2011 dan amat tertarik untuk terus membacanya bila ada kesempatan setiap hari. Ianya sangat berbeza dengan website lain yang pernah saya temui sebelum ini. Dan terusterang bahawa kekayaan karya-karya dalam website ini sangat membantu saya mengenali kasih Tuhan. Saya mula melihat dan mengalami kasih Tuhan dari sudut pandang yang sungguh berbeza walaupun saya sudahpun dibaptis IKD 1985. Saya tertanya-tanya siapakah Ibu Ingrid dan Pak Stef ini yang begitu tekun sekali menjawab semua soalan-soalan yang puluhan malah ratusan jumlahnya setiap hari tidak termasuk menulis artikel yang begitu banyak dalam arcive. Bagaimana mereka berdua begitu berkemampuan menulis sangat cepat dengan jawapan dan petikan yang tepat dengan tidak mengira waktu dan ketika. Dan mulanya dalam ingatan saya mereka ini keduanya sudah lanjut usia dan mahu menghabiskan sisa-sisa hidup menjawab dan memberikan yang terbaik buat Tuhan dan terusterang saya beranggapan mereka ini tentu Padri dan Sister. Maaflah kerana saya selalunya membaca terus karya-karya tanpa terlebih dahulu mengenali pengesas atau penulisnya.
Ternyata sekarang sangat berbeza. Nampaknya tekaan saya tentang mereka jauh sekali. Dari kesaksian ini saya sangat tersentuh dengan perjalanan kehidupan dan iman mereka .Semoga Tuhan terus menggunakan kalian hingga ramai lagi yang memperolehi dan menemui kehidupan yang sesungguhnya seperti yang saya alami.
Salam Kasih Ibu Ingrid dan Pak Stef.
Daniel Herman.
Bpk. Stef & Ibu Inggrid,
Terimakasih untuk kesaksian kalian. Semakin membantu saya untuk berusaha tekun dalam mengasihi Tuhan dengan berusaha peka akan kehendak-Nya & melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Tuhan Yesus memberikan berkat melimpah untuk bapak ibu.
Satu hal yang terlintas dalam pikiran saya saat membaca kesaksian kalian, mungkin pada saat ini bapak ibu tidak dikaruniai anak secara keturunan darah daging. Tapi Tuhan Yesus memang menggunakan bapak & ibu sebagai “bapak ibu rohani” bagi kami semua yang membaca website ini. Kamilah yang menjadi “anak2 rohani” kalian. Terpujilah Kristus yang merancang semua ini. Biarlah semua kemuliaan hanya untuk-Nya. Halleluya!
Saya setuju dengan pendapat Ike,
Bapak dan Ibu adalah orang tua rohani kami semua. Kami berdoa untuk karya, kesehatan, dan kebahagian Bapak dan Ibu.
Shalom Adven dan Ike,
Terima kasih atas doa-doa dan dukungan Anda. Kami percaya rencana Tuhan memang indah pada waktu-Nya, dan kami bersyukur bahwa dengan adanya situs ini kami dapat mengenal banyak saudara- saudari di dalam Kristus dan bersama- sama bertumbuh dan membangun di dalam iman kita kepada-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid & Stef- katolisitas.org
Salam damai… Maaf apakah bapak ibu bulan ini pernah berkunjung ke Puhsarang Kediri malam hari? Kok sepertinya saya setelah melihat foto bapak dan ibu rasanya mirip seperti orang yang pernah saya lihat di GM Lourdess Puhsarang. Kalau tidak maaf berarti saya salah orang, kalau iya berarti kebetulan yang luar biasa ketika saya ingin mencari artikel untuk menumbuhkan iman saya, saya menemukan web ini dan penulisnya orang yang pernah saya lihat, walaupun tidak bercakap2, ketika saya ingin mendekatkan diri kepada Tuhan melalui perantara Bunda Maria di Puhsarang. Tuhan memberkati.
[Dari Katolisitas: Ya, benar, kami mengunjungi Gua Maria Puhsarang tanggal 24 dan 25 Oktober yang lalu (karena kami membawakan sesi bagi retret para katekis Keuskupan Surabaya). Jika Anda waktu itu yang sedang duduk berdoa di bangku di depan gua, maka nampaknya benar bahwa Anda melihat kami- dan kami juga melihat Anda. Semoga Tuhan memberkati]
Ternyata memang benar itu adalah bapak dan ibu.. Iya saya memang yang saat itu sedang duduk di depan gua… Benar-benar kebetulan ternyata…
Semoga Tuhan selalu memberkati kita semua….
Syukur kepada Allah…Allah sungguh luar biasa.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm 8:28).
Pak Stef & bu Inggrid, kisah perjalanan hidup anda luar biasa & sangat menginspirasi. Terima kasih buat anda berdua yang telah menjawab ‘ya’ pada panggilanNya, sehingga menjadi berkat buat banyak orang, termasuk saya sendiri. Saya sangat terbantu oleh website ini, baik untuk diri sendiri, pendidikan iman anak saya yang mulai remaja dengan pertanyaan-pertanyaannya yang kritis, maupun dalam keterlibatan katekese di lingkungan & paroki.
Teruslah berkarya, pertahankan gaya bahasa yang mudah dipahami, pembahasan yang tuntas & jelas sumbernya, serta kesantunan & kerendahan hati yang memancarkan kasih Kristiani sejati. Kiranya kasih & hikmat pengetahuan Allah senantiasa menguasai hati & pikiran seluruh team Katolisitas.
Sekali lagi, syukur kepada Allah dan terima kasih buat semua team Katolisitas.org.
Salam Damai
Dear Ibu Inggrid & Pak Stef,
Saya bersyukur menemukan web ini, karena dengannya saya bisa belajar tentang Katolik dengan lebih baik. Saya pemeluk Kristen Protestan karena saya dilahirkan dalam keluarga Kristen, dididik dan dibesarkan dengan iman Kristen, sementara suami adalah Katolik dan kami menikah secara Katolik. Suami saya sudah memilki dua orang anak laki laki dari pernikahan sebelumnya dan agar pengajaran iman Katolik yang diterima oleh anak anak kami tidak terganggu, sayalah yang selama ini mengikuti Misa tiap hari Minggu di gereja Katolik. Suami tidak pernah mempersoalkan mengenai perbedaan gereja kami, karena bagi saya sendiri hal itu juga tidak menjadi masalah karena saya masih tetap menemukan Yesus di sana. Tetapi saya ingin suatu saat kami dapat mengikuti Misa bersama sama dan untuk itu saya perlu diteguhkan. Saya ingin mengikuti katekisasi dalam rangka peneguhan menjadi Katolik, tapi masih belum mendapat waktu dan kesempatan yang sesuai, dan lewat web ini saya terbantu memenuhi keinginan tahu saya tentang Katolik.
Tuhan memberkati.
Shalom Nien Mitano,
Terima kasih atas tanggapan anda. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa perkawinan satu iman akan mempermudah komunikasi dan mendukung dalam pendidikan iman anak. Pada saatnya nanti, ketika kita bertemu dengan Hakim dari segala hakim, maka kita orang tua akan diminta pertanggungjawaban sampai seberapa jauh kita dapat menanamkan nilai-nilai kristiani kepada anak-anak. Dan bagi anda yang telah menerima Sakramen Perkawinan di dalam Gereja Katolik, maka sudah seharusnya janji suami Anda dan Anda untuk dapat mendidik anak-anak dengan iman Katolik dapat dilaksanakan. Dan saya yakin Anda menyadari hal ini, bahkan telah menjalankannya dengan baik.
Untuk tahap awal, anda dapat membaca artikel tentang mengapa memilih Gereja Katolik di sini – silakan klik. Setelah itu, bawalah maksud baik anda di dalam doa. Datanglah ke pastor, dan kemudian bicarakan kondisi anda. Mungkin anda tidak perlu mengikuti secara penuh proses katekese, namun hanya beberapa sesi tentang Sakramen dan ekklesiologi. Setelah itu, kalau Sakramen Baptis yang anda terima adalah sah (matter, forma dan intensi), maka anda tidak perlu dibaptis lagi dan hanya menerima peneguhan. Namun, satu hal yang penting, kepindahan anda ke Gereja Katolik adalah bukan karena paksaan namun karena keyakinan bahwa kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik. Setelah anda bergabung dalam keluarga besar Gereja Katolik, maka anda dapat menerima sakramen-sakramen yang lain bersama dengan seluruh anggota keluarga anda. Kami dan pengunjung katolisitas yang membaca pesan ini akan turut mendoakan anda. Silakan untuk bertanya apa saja tentang iman Katolik dan kami akan mencoba menjawab semampu kami. Semoga suatu saat anda dapat menulis kembali pesan di katolisitas pada hari di mana anda diterima di dalam Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri, yaitu Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dear Ibu Inggrid & Pak Stef,
Maaf, karena baru sekarang saya men-sharing-kan pengalaman ini.
Setelah membaca komentar pak Stef pada waktu itu, saya kemudian membicarakannya dengan suami dan kemudian mencari waktu dan membuat janji dengan pastor paroki.
Setelah mengatur waktu pertemuan, akhirnya kami, terutama saya, diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan pastor tentang segala hal yang perlu saya persiapkan dan lakukan untuk menjadi katolik.
Saya dan pastor , juga suami, berbicara tentang banyak hal mengenai iman dan segala hal, dan akhirnya pastor memberi kesempatan bagi saya untuk mempersiapkan diri dan hati mengikuti misa penerimaan menjadi umat katolik.
Tuhan Yesus memang sungguh baik, akhirnya pada bulan Februari lalu, saya dapat menikmati menjadi bagian dari gereja katolik pada misa ucapan syukur yang kami lakukan bersamaan dengan ulang tahun kelahiran dan pernikahan dirumah kami.
Sekarang kami sekeluarga dapat bersama sama menikmati perayaan Ekaristi dengan penuh ucapan syukur sebagai satu keluarga katolik.
Semoga kami sekeluarga dapat senantiasa menjadi berkat dengan keberadaan kami.
Tuhan memberkati.
Shalom Nien Mitano,
Terima kasih atas sharingnya yang begitu indah. Selamat datang ke dalam pangkuan Gereja Katolik, atau lebih tepatnya, “Welcome home“. Semoga Anda dan suami dapat terus menuntun anak-anak di dalam kekudusan, sehingga anak-anak dapat memperoleh warisan iman yang mengantar mereka kepada kehidupan kekal. Semoga keluarga anda dapat menjadi gereja kecil yang memancarkan kasih Kristus kepada keluarga-keluarga yang lain. Kami turut berbahagia mendengar kabar gembira ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
tim katolisitas.org
Yang terkasih Stef dan Ingrid,
Ikut bersyukur dan mengayubagyo perjalanan hidup yang indah, penuh perjoangan hidup yang panjang dan kadang menengangkan.. Suatu perjalanan hidup iman yang kemudian mendarat di tanah pengabdian yang subur dan langka, untuk merintis, pengelolaan dan pengembangkan satu bentuk kerasulan pemahaman dan penyebaran firman Tuhan dan Kitab Suci yang kini telah berkembang menjadi ladang kerasulan yang bermutu, yang telah merintis dan membuka banyak pintu pencerahan bagi umat Katolik khususnya, yang selama ini amat kehausan dengan sajian seperti yang selama ini sempat disajikan lewat katolisitas.org.
ini. Selamat bekerja dan melanjutkan jalan dan “jualan” yang penuh dengan sajian iman dan rokhani yang sehat dan bergizi bagi pertumbuhan iman teramat banyak umat Katolik yang selama ini kurang sempat diutamakan.
Semoga Tuhan senantiasa menyertai seluruh karya dan tugas anda berdua dan banyak lainnya yang membantu mengelola website ini.
Salam dari salah satu penggemar, “pengagum”, dan pendukung anda berdua bersama semua yang mendukung dan membantu keberadaan dan terus berjalannya website ini, sampai kapanpun.
Soenardi
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas dukungan P. Soenardi sekeluarga. Semoga Tuhan juga menyertai karya dan tugas Bapak, di manapun dan kapanpun. Tuhan Maha Pengasih pasti memberikan kepada kita porsinya masing- masing untuk turut mengambil bagian dalam karya keselamatan-Nya, dan mari kita berusaha melakukan bagian kita demi kemuliaan nama-Nya. ]
Perjalanan panjang dan sangat melelahkan utk bapak Stef dan ibu Ingrid. Smg bapak dan ibu tetap setia dengan panggilan Tuhan. Katekese yg telah bapak dan ibu berikan benar2 bermanfaat bagi kami sekeluarga. Semoga Tuhan Yesus senantiasa melindungi, menyertai dan memberkati.
Shalom Pak Stef dan BU inggrId, saya sangat bersyukurlah pada Allah krn bisa membaca banyak tulisan di website katolisitas.org. Iman Katolik saya semakin dikuatkan. Saya rasa website ini sangat berbeda….bukan hanya pengetahuan akan Gereja yg semakin diperkaya,tapi JUGA menambah hormat dan kasih kita akan Penebusan kita Yesus Kristus. Oh. Tuhan, berkati pasutri dlm KRISTUS ini agar pengabdian mrk akan Engkau dan GerejaNya semakin dirasakan oleh byk org. GBU all
Setelah membaca kesaksian yang begitu dalam, di pikiran saya cuma ada dua hal:
1. Deo gratias
2. Terima kasih sudah menjadi saksi-saksi Kristus bagi kami dan seluruh dunia
salam damai
Tuhan Yesus memberkati
Pak Stef & Bu Ingrid
Kesaksian bpk & Ibu yang barusan saya baca semakin menambah kesimpulan yang saya kumpulkan bahwa ketika manusia diperhadapkan pada tidak ada jalan keluar selain berserah kepada Tuhan maka sebagian besar manusia mencari Tuhan untuk memperoleh ketenangan dan penghiburan meskipun tidak sedikit manusia mencari hal-hal lain diluar Tuhan.
Kesaksian Bpk & Ibu termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang mengambil keputusan untuk mencari Tuhan dan menyerah kepada kehendak Tuhan.
Demikian yang terjadi pada diri saya dan masih banyak orang lainnya yang telah mengambil keputusan serupa dengan keputusan bpk & ibu meskipun hasil akhirnya tidak sama atau berbeda satu dengan lain sesuai rencana Tuhan kepada kita masing-masing.
Bpk & Ibu menyerahkan diri sepenuhnya dipakai Tuhan untuk memberkati banyak orang melalui website dan saya menduga bpk & ibu juga dipakai Tuhan untuk memberikan renungan sebagai pewarta firman kepada orang lain atau bisa juga menjadi konselor rohani bagi yang membutuhkan konseling dengan bpk & ibu…. terima kasih untuk kesaksiannya yang meneguhkan saya.
Bpk Steff & Ibu Ingrid
saya sendiri sudah lama berencana untuk menyerahkan seluruh hidup saya kepada Tuhan namun
berulangkali saya tidak berani melangkah pasti karena saya mempunyai tanggung-jawab sebagai
kepala keluarga dengan 3 orang anak.
Terus terang hati saya begitu rindu dapat memberikan diri sepenuhnya pada Tuhan yang telah buanyak
memberkati hidup saya namun terpaksa saya tunda hingga anak saya sudah besar dan mandiri.
meskipun sekarang saya belum dapat kesempatan memberikan diri saya sepenuhnya kepada Tuhan namun saya hanya berharap suatu ketika akan tiba kesempatan itu diberikan Tuhan kepada saya sebelum saya dipanggil kembali meninggalkan bumi ini.
Semoga pelayanan bpk & ibu semakin menyala-nyala dan tidak pernah kendor hingga pada kesudahannya bpk & ibu dipanggil Tuhan … saya turut mendoakan bpk & ibu.
Proficiat.
Salam Sejahtera Selalu,
Surya Darma
Shalom Surya Darma,
Terima kasih atas dukungan dan doa untuk karya kerasulan ini. Memang tidak mudah untuk dapat melangkah dan mengikuti kehendak Allah, jika membutuhkan pengorbanan kita. Namun saya teringat ketika mengikuti retret di India. Kepala dari tempat retret tersebut mengatakan “Kamu akan tahu kapan harus melangkah karena Roh Kudus akan menunjukkannya kepadamu, sama seperti kita tahu kapan buah mulai masak dan siap dipetik.” Yang terpenting adalah terus membawanya dalam doa, sehingga Roh Kudus dapat menyatakannya kepada kita. Tentu saja, langkah yang harus kita ambil juga tidak boleh mengorbankan tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan, yang saat ini sedang kita emban. Kita harus melakukan langkah yang dapat semakin memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Mari, kita saling mendoakan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Stef dan Bu Ingrid, saya sebagai salah satu orang yang telah banyak mengambil hikmahnya dari website anda. Sebagai orang katolik saya merasa mata saya mulai terbuka, ternyata otak saya terlalu kecil untuk memuat kekayaan ajaran iman katolik. Melalui website ini, Pak Stef dan Bu Ingrid telah mengangsurkan kekayaan iman dan ilmu pengetahuan Bapak Ibu (tentang ajaran katolik) ke perbendaharaan iman saya (sebagai katolik), segala sesuatu yang belum dan bahkan tidak saya ketahui.
Terima kasih Tuhan, Engkau telah mengaruniakan kepada kami, sepasang suami istri yang dengan rendah hati, tulus dan bijak serta penuh pengorbanan, mau mewartakan keagungan-Mu yang telah Kau titipkan melalui Gereja Katolik untuk kami pahami dan imani dengan penuh tanggung jawab. Berkatilah mereka Tuhan.
Kepada Pak Stef dan Bu Ingrid, saya menyampaikan banyak terima kasih dan rasa bangga saya kepada kalian. Saya mungkin termasuk salah seorang yang karena saking bangga dengan website ini, saya malah telah menyebarkan di lingkungan dan stasi saya supaya dipelajari sebagai penunjang pengetahuan tetang iman katolik. Selain itu, kepada anak murid saya (SMP & SMA Yayasan Pupuk Kaltim) telah saya bagikan dan mereka pun sangat menikmati membaca tulisan-tulisan dan kekayaan yang ada di website ini. Sebelumnya saya mohon maaf atas kelancangan saya atas inisiatif tanpa ijin yang telah saya lakukan ini. [dari katolisitas: Terima kasih untuk turut menyebarkan informasi dan isi dari website ini.]
Tuhan memberkati kalian
Ferdinand
Shalom Pak Stef dan Bu Inggrid.
Terima kasih Bapak dan Ibu telah menjawab YA atas rencana dan panggilan-Nya.
Doa kami selalu beserta Bapak, Ibu dan seluruh Team Katolisitas.
Salam kami dalam kasih Kristus dan Bunda-Nya.
Saya sangat terharu dan tersentuh oleh kesaksian di atas. Banyak yang bergejolak dihati saat membacanya. Hanya dari jauh saja saya akan mendoakan anda berdua. Bagi-Nya , sungguh tak ada yang mustahil. JBU
Dear Pak Stef ‘n Bu Inggrid,
Indah sekali membaca tulisan Bpk ‘n Ibu dalam penerimaan rancangan…
Seringkali kita tidak mengerti apa rancangan Tuhan bagi hidup kita namun sikap Bpk ‘n Ibu sungguh dapat menjadi teladan.
Situs katolisitas.org sendiri sudah banyak menjadi bahan masukkan bagi saya dalam mendalami iman Katolik.
Terima kasih banyak atas totalitasnya dalam berbagi.
GBU
Shalom, Bu Ingrid & P. Stef…
Membaca sharing anda berdua mengingatkan saya ketika anda datang ke Kebon Dalem, Semarang. Ketika itu saya sempat terkejut karena tiba2 anda menceritakan sedikit tentang anda, saya yakin umat yg hadir saat itu juga terkejut. Tapi dari sharing anda saat itu sangat meneguhkan saya, karena sudah lama saya dan suami sangat merindukan untuk mempunyai momongan. Saat ini pun ketika saya membaca kesaksian anda berdua, saya harus menahan supaya air mata saya tidak jatuh, malu dengan teman, karena buka websitenya di kantor….(^_^) tapi benar2 menguatkan saya kembali. Saya tidak akan berkomentar banyak karena apa yang telah anda lalui dan berikan kepada kami lewat website ini sangat sangat banyak dan sangat sangat berguna, saya pun tidak bisa memberikan apapun kepada anda berdua selain doa supaya anda berdua tidak kehabisan semangat dalam pelayanan anda. Semoga Tuhan selalu memberkati anda berdua. Terima kasih Bu Ingrid & P. Stef.
Sdr/i Stef dan Inggrid, sudah sering terlintas untuk berterimakasih dan bersyukur atas keberadaan katolisitas web site ini, baru sekarang saya bisa menuliskannya. Gaya penulisan dan penjelasan Anda mudah dimengerti dan sistematis dalam menerangkannya. Saya mempunyai 3 orang anak yang sedang beranjak dewasa, dua anak saya kerja di negeri orang, sementara yg bungsu masih kuliah di negeri tetangga. Saya berkeinginan agar anak-anak saya juga membaca tulisan-tulisan Anda berdua, agar iman mereka juga dikuatkan dan ke-Katholikan mereka diteguhkan. Tulisan-tulisan Anda sungguh informative dan inspirative, saya pribadi bangga dan terharu bahwa akhirnya ada orang yg bisa menjelaskan ke-katholikan dng begitu detail dan semuanya didasari pada Alkitab, Magisterium dan Tradisi suci. Luar biasa, teruslah berkarya di ladang TUHAN ini, karena tuaian banyak tapi pekerjanya masih kurang, TUHAN YESUS memberkati Anda berdua.
Ibu Ingrid dan Pak Stef,
Sejak mengetahui situs katolisitas.org, saya selalu membuka situs istimewa ini setiap kali saya berinternet. Ibu dan Bapak menyajikan kebenaran dan keindahan ajaran Gereja Katolik. Semakin sering saya membaca semakin saya bersyukur atas kasih Allah kepada kita umat-Nya.
Sering ada pertanyaan dalam hati, siapa sebenarnya Ibu Ingrid Listiati Tay dan Bapak Stefanus Tay ini? Dan sharing yang Ibu dan Bapak sampaikan membuat saya semakin mengenal Ibu dan Bapak. Terima kasih atas sharing yang indah ini.
Untuk Ibu Ingrid, saat saya membaca sharing Ibu, ada lagu indah yang terlintas dalam benak saya,
“rasa damai dalam hati datang dari Tuhan, maka Tuhan ditemukan dalam ketenangan….”
Untuk Pak Stef, kakak kelas saya di SMA, ini mars yang bernyanyi di kepala saya, “Akulah putra SMA de Britto, gagahlah cita-citaku, murni sejati jiwaku, jujur semangat hatiku…. ”
Saya belajar banyak dari situs ini, belajar tentang ajaran teologi Gereja, tentang pencarian kebenaran, tentang kesabaran, ketegasan, fokus, kerendahan hati dan ketaatan, dan masih banyak lagi. Saya mohon dukungan doa selalu dari Bapak dan Ibu agar saya juga mampu memahami apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup saya ini.
AMDG
-adven-
Shalom Adven,
Terima kasih atas dukungan Anda terhadap kami. Ya, mari kita saling mendoakan agar mampu mengenali kehendak Tuhan di dalam hidup ini, dan agar kita dimampukan oleh Tuhan untuk melaksanakannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid & Stef- katolisitas.org
Amin Ibu.
Benar, saya lupa yang terpenting, semoga kita dimampukan oleh Tuhan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Saya sadari bahwa hidup saya jauh lebih tenang dan mantap karena saya belajar melibatkan Tuhan dalam keseharian hidup.
terima kasih Ibu & Bapak, Tuhan menyertai kita.
-adven-
…Meskipun terpencar hidupmu dikelak kemudian waktu…ingat selalu didalam hatimu ialah De Britto contohmu….
De Britto with man for others dan anda telah melakukan itu Pak Steff dan bu Ingrid yang merupakan teladan yang nyata bagi kami untuk kemuliaan TUHAN.
Terimakasih atas perjalanan yang panjang yang akhirnya mengantarkan kepada kami yang sedang mencari Wajah TUHAN seperti ada tertulis Carilah WajahKU maka kamipun mencari…
Terimakasih atas kesaksiannya dan atas pengajaerannya sehingga Kerajaan Surga ada di tengah2 keluarga kami.
Salam kami,
Bernardus Aan dan keluarga
Allah Bapa di sorga, rencana kebijaksanaan-Mu sungguh agung. Engkau memanggil banyak orang untuk mengenal keselamatan dalam Yesus Putra-Mu, dan untuk itu Engkau memilih orang-orang tertentu dari segala jaman, mengkhususkan mereka dan mendampingi mereka bagaikan biji mata. Adam dan Hawa untuk mendatangkan manusia di bumi, Nuh, untuk menjaga kawanan kecil agar mengimani betapa Engkau sejak semula mengharapkan agar manusia hidup dalam kekudusan dan kesetiaan pada kehendak-Mu; Abraham, kupelihara untuk menjadi bapa kaum beriman dan menurunkan figur-figur yang Kaujaga dan Kaudampingi dengan cermat dan setia: Iskak dan Yakub.
Engkau dalam kebijaksanaan ilahi-Mu, mampu menjaga agar janji kudus-Mu terus berlalngsung, walau harus melewati hal-hal yg negatif dari sisi manusiawi kami: Yusuf, yang Kauangkat menjadi pemimpin besar, justru lewat kisah sedih keirihati dan dengkian saudara-saudaranya. Kaujaga keselamatan jiwanya walau dalam bahaya. Hal yang sama untuk penerusnya di Mesir, tokoh besar-Mu Musa dan berturut-turut nanti: Yosua dan para Hakim Israel: Gideon, Simson, yang Kaudatangkan dari ibu rendah hati yang tak tersentuh kenajisan agar berketurunan kuat dan terberkati; pun pula dari Ibu yang mandul Kaukirim Nabi besarmu Samuel, pelantik Raja-raja pertama Israel dan pembuka lembaran sejarah kerajaan pilihan-Mu: Daud, yg Engkau pilih sejak muda dan Kaupelihara hidupnya sehingga tak tersentuh bahaya. Sebab dalam dirinya ingin Kaugambarkan Mesias Penyelamat, Raja di dalam Kerajaan-Mu.
Engkau tak mempercepat sejarah untuk mendatangkan Sang Juruselamat itu, karena ternyata Engkau ingin menunjukkan bahwa kesetiaan-Mu dalam menjaga perjanjian itu, bisa tetap Kaulakukan walau dalam situasi dimana manusia seakan-akan kehilangan harapan akan keselamatan dari-Mu. Kejatuhan kerajaan Israel, perpecahannya, pembuangan bangsa Israel ke Babylon, karena kemudian justru dari sisa-sisa Israellah, lewat penjagaan nabi-nabi-Mu, akhirnya Kaupersiapkan rahim kudus untuk mendatangkan Penyelamat itu. Maria, Tabut Perjanjian Baru, pembawa Hukum Hidup, yang akan menghantar manusia pada kehidupan kekal.
Putra kekal Terkasih-Mu, ternyata tidak butuh waktu lama untuk menjadi pemenuhan Perjanjian itu. Pada-Nya Kaugenapi untuk mendatangkan Imam Agung abadi, Raja Semesta Alam dengan Kerajaan-Nya yang mulia-jaya, mempelai Anak Domba. Untuk menjaga dan meneruskan Perjanjian Baru dan Hukum Baru itu, Ia telah memilih Kawanan Apostolik dibawah Petrus, Si Batu Karang, yang dilengkapi dengan Rasul besar untuk segala bangsa, Paulus, lewat pilihan khusus dan istimewa, sebab bagi-Mu, tak ada yang tidak mungkin. Dan selanjutnya dari abad ke abad Ia telah memenuhi janji-Nya untuk memelihara dengan setia mempelai suci-Nya ini, dalam bimbingan dan penghiburan Roh Kudus. Alam maut tidak akan menguasainya dan kelangsungan apostolik akan tetap terjamin. Darinya lahir Bapa-bapa Gereja, pujangga-pujangga ulung untuk tetap melindungi umat dalam pengajaran yang benar dan teladan kerendahan hati. Kawanan kudus tak terhitung banyaknya, menjadi saksi iman sepanjang jaman.
Dari tiap bangsa dan wilayah belahan dunia Kaupilih selalu penerus kuasa ilahi Putra-Mu, untuk menghadirkan sakramen-sakramen, tanda dan sarana kehadiran-Mu, yang mengalir dari Sumber keselamatan dan di sisi lain Kaupilih dari antara umat-Mu, mereka-mereka yang membaktikan diri dalam hidup bakti. Dan kini dalam era baru dunia, di mana iman makin dipertanyakan dan digugat untuk dicari pendasarannya, Engkau menghendaki agar kami tetap setia dengan memilih sarana-sarana bantu, sesuai dengan kebutuhan jaman, secara khusus untuk umat-Mu di Indonesia dengan hadirnya website ini lewat dua orang pilihan khusus-Mu, Ingrid dan Stef, untuk memenuhi dahaga kami akan kebenaran, tanpa menyangsikan karya-karya katekese yang terus berlangsung di lapangan nyata perjuangan iman umat-Mu, di paroki-paroki, di sekolah-sekolah kami. Kami bersyukur atas semua itu seraya memohon kuatkan hati kami semua dalam menjaga agar api iman kami terus bernyala. Dan secara khusus, dampingilah dengan kasih mesra-Mu pasangan abdi-Mu ini agar tetap setia dan tabah. Jagalah kesehatan mereka, jauhkan dari bahaya dan incaran Kuasa kegelapan. Dan semoga mereka selalu bahagia dalam bakti pengabdian khusus ini; tetap rendah hati dalam kelimpahan kasih dan kelak menghasilkan buah berlimpah bagi Gereja-Mu di Indonesia.
“Kemuliaan kepada-Mu Bapa dan Putera dan Roh Kudus, seperti pada permulaan sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin.”
Comments are closed.