Sharing pelayanan oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

Setelah mengunjungi orang sakit pada tanggal 13 Oktober 2015, aku mampir ke warung bakmi dari seorang ibu yang berhati mulia. Ibu itu sangat gembira bertemu denganku karena sudah hampir sepuluh tahun tidak berjumpa. Aku berjumpa terakhir kalinya dengannya pada saat aku hendak berpindah tugas dari Paroki Hati Santa Maria Tak Bernoda, Tangerang ke Paroki Regina Caeli, Pantai Indah Kapuk. Ia dengan antusias menceriterakan pengalaman pembentukan Tuhan melalui peristiwa-peristiwa pahit yang dialaminya. Orang lain mungkin menganggapnya sebagai musibah, tetapi baginya merupakan berkat. Peristiwa-peristiwa pahit itu membuatnya semakin dekat dengan Tuhan sehingga ia mensyukurinya.

Dua tahun silam, mobil yang dibelinya dengan menabung begitu lama, dicuri orang ketika diparkir di depan warungnya, yang sekaligus sebagai tempat tinggalnya. Suaminya mengejar pencurinya karena mobilnya belum jauh dari pandangan matanya. Pencuri itu menabraknya sehingga ia terluka parah. Suaminya dalam keadaan luka parah masih bisa pulang ke warungnya dan berkata kepadanya: “Mobil kita, hasil kerja keras kita selama bertahun-tahun, telah hilang”. Ia menjawab: “Tidak apa-apa. Tuhan pasti akan menggantinya”. Kejadian itu tidak membuatnya putus asa walaupun pengobatan suaminya seharga mobil yang hilang. Ia tetap bisa bersyukur karena percaya bahwa berkat Tuhan yang lebih besar pasti akan menyusulnya: “Tuhan, aku bersyukur atas kejadian perih yang menimpaku ini. Kejadian ini membuatku semakin dekat dengan Engkau dan mengandalkan Engkau. Hilangnya mobilku dan penganiayaan terhadap suamiku membuat aku semakin belajar bermurah hati dan semakin memaafkan seperti Engkau, Sang Pemurah dan Pengampun”. Berkat Tuhan yang besar baginya adalah dekat denganNya.

Apa yang ia percayai sungguh terjadi. Suaminya sembuh di luar akal manusia. Ia juga bisa membeli mobil yang lebih baik daripada sebelumnya. Ia mempunyai rumah yang sudah lama ia impikan sejak pernikahannya, berpuluh-puluh tahun silam. Ia mensyukuri imannya bahwa senantiasa ada sukacita dari Tuhan setelah peristiwa yang menyedihkan. Tuhan sungguh memenuhi janji-Nya: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).

Sekarang ini ia sedang berdoa dengan tekun bagi suaminya. Emosi suaminya mudah meledak karena efek dari kecelakaan. Ia senantiasa berdoa syukur atas suaminya: “Tuhan, terimakasih karena Engkau telah memberi aku suami yang galak. Suamiku yang galak membuatku belajar kesabaran. Suamiku yang galak membuatku semakin dekat dengan Engkau karena aku tanpa lelah terus memohon kepadaMu untuk melembutkan hatinya yang keras”. Ia yakin bahwa suaminya pasti akan berubah pada waktunya. Yang ia lakukan sekarang adalah sabar dan sabar serta memahami keadaan suaminya. Kesabarannya merupakan ungkapan kasihnya untuk membantu kesembuhan emosi suaminya: “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu” (Efesus 4:2).

Pesan yang kita dapat resapi dari pengalaman ini: Bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, tetapi bersyukur membuat kita bahagia. Tuhan adalah satu-satunya sumber kebahagiaan. Kita bahagia karena kita mempercayakan segala persoalan kita ke dalam tangan Tuhan: “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yeremia 17:7). Dia tahu jalan yang terbaik bagi kita. Kita percaya bahwa dengan peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, Tuhan sedang membentuk kita menjadi pribadi yang kuat, semakin mengenalNya, dan semakin mengandalkanNya.

Tuhan Memberkati