Pertanyaan:
Sdr Stef dan Inggrid,
Mengapa sesudah Konsili Vatikan II, posisi Tabernakel tempat Sakramen Maha kudus ditahtakan menjadi bergeser ke kanan altar dr posisi di tengah2 altar (dari gereja2 yang dibangun sesudah konsili Vatikan II yang saya bandingkan dengan gereja2 yang dibangun sebelum Konsili ) Sepertinya bagi saya pribadi saya lebih menyetujui kalau Tabernakel berada di tengah2 (pusat) gereja seperti gereja2 sebelum Konsili. Kalau di tengah bukankah fokus utama kita adalah Tabernakel dimana ada Sang Roti Hidup yaitu Kristus sendiri bertahta dalam tempat yang paling utama dalam gereja.
Mengapa sampai terjadi perubahan posisi? Apakah pergeseran ini karena alasan tekhnis?, atau alasan iman? atau alasan alkitab?. Mohon penjelasannya dan terima kasih.
Johanes
Jawaban:
Shalom Johanes,
Sebenarnya, tidak benar jika dikatakan bahwa setelah konsili Vatikan ke II maka posisi Tabernakel (tempat Sakramen Maha Kudus) digeser ke samping. Tidak semua gereja yang dibangun setelah Konsili Vatikan ke II mempunyai tipologi yang demikian. Setidak-tidaknya, saya melihat masih banyak gereja yang baru dibangun meletakkan tabernakelnya di tengah- tengah, dan di tempat yang mudah terlihat dari segala arah. Sebab demikianlah ketentuannya, dan saya rasa jika di gereja anda tidak demikian, silakan anda mengusulkannya kepada Dewan Paroki.
Ketentuan mengenai hal ini ada dalam Kitab Hukum Kanonik 1983, sebagai berikut:
Kan. 938 § 2 Tabernakel, tempat Ekaristi mahakudus di simpan, hendaknya terletak pada suatu bagian gereja atau ruang doa yang mencolok, tampak, dihias pantas, layak untuk doa.
Kan. 938 § 3 Tabernakel tempat Ekaristi mahakudus disimpan secara terus- menerus, hendaknya bersifat tetap, terbuat dari bahan yang keras yang tak tembus pandang dan terkunci sedemikian sehingga sedapat mungkin terhindarkan dari bahaya profanasi.
Saya kurang tahu apakah di Indonesia sudah ditetapkan peraturan bangunan untuk gereja Katolik, namun kalau di Amerika, USCCB (Kongregasi para Uskup Amerika) sudah menetapkannya, dan berikut ini, saya sertakan linknya selengkapnya, silakan klik, dan ini adalah sedikit kutipannya:
§ 72 § The general law of the Church provides norms concerning the tabernacle and the place for the reservation of the Eucharist that express the importance Christians place on the presence of the Blessed Sacrament. The Code of Canon Law directs that the Eucharist be reserved “in a part of the church that is prominent, conspicuous, beautifully decorated and suitable for prayer.”94 It directs that regularly there be “only one tabernacle” in the church.95 It should be worthy of the Blessed Sacrament—beautifully designed and in harmony with the overall decor of the rest of the church. To provide for the security of the Blessed Sacrament the tabernacle should be “solid,” “immovable,” “opaque,” and “locked.”96 The tabernacle may be situated on a fixed pillar or stand, or it may be attached to or embedded in one of the walls. A special oil lamp or a lamp with a wax candle burns continuously near the tabernacle as an indication of Christ’s presence.97
§ 73 § The place of reservation should be a space that is dedicated to Christ present in the Eucharist and that is designed so that the attention of one praying there is drawn to the tabernacle that houses the presence of the Lord. Iconography can be chosen from the rich treasury of symbolism that is associated with the Eucharist.
Jadi dari ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa syarat posisi Tabernakel disyaratkan adalah: harus menempati tempat utama, menyolok, dihias dengan indah, dan layak/ cocok untuk menghantar kepada suasana doa. Walaupun tidak dikatakan tempatnya harus di tengah- tengah, namun sangat wajar jika dipilih tempat yang di tengah- tengah, agar mudah/ dapat dilihat oleh umat dari berbagai sudut pandang umat. Saya pribadi juga berpendapat, seharusnya Tabernakel sedapat mungkin diletakkan di tengah- tengah, karena memang dengan demikian dapat dikatakan bahwa Tabernakel terletak di tempat yang “prominent”/ utama. Harap juga diketahui bahwa selain menempati tempat utama tersebut, Tabernakel juga harus dibuat dari material tertentu yang solid, tidak dapat digeser/ dipindah-pindah, tidak tembus pandang, dan dapat dikunci. Tabernakel juga disertai dengan lampu yang tetap menyala sebagai tanda kehadiran Yesus dalam Sakramen Maha Kudus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Yang menjadi pikiran saya kalau Tabernakel di letak di samping kanan Altar dan Salib, dan setiap Imam dan pelayan misa pada awal Misa dan akhir Misa menghormati dengan menunduk di depan Altar dan Salib, tapi tidak menunduk pada Tabernakel yang sudah berada pada posisi kanan, jadi pertanyaan saya sebenarnya Imam menghormati Alter dan Salib atau menghormati Tubuh Kristus yang berupa Roti Kehidupan yang berada di dalam Tarbenakel …… ???
Salam Anthonius,
Kalau ada tabernakel di panti imam, di samping altar dan salib, imam dan pelayan lain berlutut di depan altar untuk menghormati Tuhan yang satu dan sama tetapi yang hadir dalam simbol altar dan salib serta dalam Sakramen Mahakudus di tabernakel.
Kalau berlutut di depan altar lurus ke depan, tanda sujud hormat ditujukan kepada Tuhan yang hadir dalam semua simbol (altar dan salib) serta Sakramen Mahakudus di tabernakel. Tetapi kalau berlutut mengarah ke samping ke tabernakel saja, berarti altar (dan salib) yang jadi pusat perayaan Ekaristi seakan diabaikan.
Salam dan doa. Gbu.
Rm Boli.
Romo sya mau tanya apa gereja Polish national Church masuk dalam comunion GerejaKatolik ? Tolong berikan contoh juga gereja yang masih pake nama Katolik tapi tidak Full comunion dengan kita trims
[dari katolisitas: Polish National Church tidak termasuk dalam Catholic Church. Gereja Katolik ada dalam satu hirarki. Jadi yang memakai satu nama tertentu dengan ditambah Catholic sebenarnya dapat dipertanyakan.]
halo..saya ingin menanyakan..adakah yang tahu mengenai aturan2 tata letak gereja sebelum konsili vatican II? misal seperti bangku umat harus memanjang, tabernakel ditaro di suatu ruangan..saya butuh untuk tugas kuliah..trima kasih..
Salam Silvana,
Ada sebuah buku untuk menunjang penelitian Anda berjudul “Catholic Church Architecture and the Spirit of the Liturgy” karangan
Denis McNamara; dengan kata pengantar oleh Scott Hahn silahkan klik http://www.ltp.org/p-2094-catholic-church-architecture-and-the-spirit-of-the-liturgy.aspx
Beberapa informasi lain yang bisa ditelusuri antara lain sebagai berikut:
Mengenai liturgi: http://www.traditionalmass.org/articles/article.php?id=36&catname=6
Mengenai perbedaan basilika, katedral, gereja silahkan klik http://wiki.answers.com/Q/What_is_the_difference_between_a_basilica…_a_cathedral…_an_oratory_and_a_church
Mengenai panduan pembangunan gedung gereja Katolik: http://www.catholic-doc.org/br/files/g-guidelines.pdf juga http://www.kencollins.com/glossary/architecture.htm juga http://www.archden.org/index.cfm/ID/6173 juga http://en.wikipedia.org/wiki/St._Stephen's_Cathedral,_Vienna juga http://elore.com/Gothic/Glossary/components.htm
Silahkan klik juga http://en.wikipedia.org/wiki/Basilica
Dengan menemukan data dari link-link tersebut semoga Anda bisa mendapatkan lebih banyak informasi lainnya.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Pak Stef, sewaktu konsekrasi di misa. tidak semua hosti habis diberikan ke umat. jadi di simpan di dalam tabernakel.
pernyataan saya itu benar tidak? saya sudah lupa, seingat saya, soalnya ini pelajaran agama sewaktu SD
[dari katolisitas: memang benar, bahwa Tubuh Kristus yang tidak habis ketika dibagikan ke umat, kemudian disimpan di dalam tabernakel. Dan kalau diperlukan, Tubuh Kristus yang telah disimpan dalam Tabernakel dapat diberikan kepada orang-orang yang tidak dapat datang ke Gereja karena sakit.]
Yth Katolisitas,
Dalam Perayaan Ekaristi dalam Gereja ada meja altar dan mimbar/ambo. Perayaan Ekaristi dimulai di meja altar atau mimbar/ambo? Karena ada Imam yang memulai di meja altar, namun ada pula yang memulai misa kudus dari mimbar/ambo. Bagi Imam yang memulai Perayaan Ekaristi di meja altar biasanya menggunakan mimbar/ambo ketika Pembacaan Injil dan Homili, namun ada pula Imam yang terus menerus berada di meja altar (termasuk ketika Pembacaan Injil dan Homili).
Mohon penjelasannya,
Terima kasih, Tuhan memberkati
Chris.
Shalom Chris,
Tentang Altar dan Ambo, mari kita mengacu kepada yang diajarkan oleh Yesus sendiri pada Injil Lukas 24: 13-24. Pada saat Yesus menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya, kepada dua orang murid-Nya di jalan ke Emaus, Ia memulai dengan menjelaskan maksud Kitab Suci dan baru kemudian memecahkan roti. Sebenarnya dua bagian inilah yang mendasari adanya dua macam liturgi dalam Misa Kudus, yaitu Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Kedua liturgi ini merupakan satu kesatuan, “Misa suci dapat dikatakan terdiri dari dua bagian, yakni liturgi sabda dan liturgi Ekaristi. Keduanya begitu erat berhubungan, sehingga merupakan satu tindakan ibadat.” (Konsili Vatikan II, tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium, 56).
Berdasarkan yang diajarkan Yesus ini, maka liturgi Sabda mendahului Liturgi Ekaristi; pembacaan Kitab Suci mendahului persembahan dan kurban Ekaristi. Namun demikian, pada awal Misa Kudus, pada saat pertama kali imam memasuki Altar, imam dapat memberi hormat kepada Allah, yang umumnya ditunjukkan dengan membungkuk ke hadapan tabernakel/ altar dan kemudian mencium altar.
Dengan demikian, jika ingin mengikuti ketentuan, seharusnya di daerah altar hanya boleh ada satu mimbar, yaitu mimbar untuk pembacaan Sabda Tuhan; dan satu meja Altar, sebagai meja persembahan kurban Ekaristi. Pembacaan Sabda Tuhan, yang terdiri dari Bacaan Pertama, Mazmur, Bacaan kedua, Bacaan Injil dan Homili dilakukan di Ambo. Selanjutnya setelah Liturgi Sabda selesai, maka imam menuju Altar untuk melanjutkannya dengan Liturgi Ekaristi. Sedangkan pengantar Misa/ commentator, seharusnya tidak berdiri di mimbar Ambo, karena Ambo hanya diperuntukkan bagi pembacaan Sabda Allah.
Ketentuan di atas sebenarnya hanya untuk memperjelas akan keberadaan dua liturgi (Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi) dalam Misa Kudus, dan agar kita dapat semakin memahami makna keduanya dalam perayaan Misa Kudus.
Demikian keterangan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
shaloom,
sedikit sharing info,
sebab rasanya dari yg kami dapat ,oleh hirarki,tempat tabernekel memang tidak di tengah agar jangan berbenturan posisi dengan Altar.
Dan kalupun tabernekel di letakkan di samping atau di sebuah ruang khusus dekat altar,tentunya bukan tidak menghormati,namun lebih pada pemahaman tentang altar itu sendiri.
Bila kita lihat,saat perarakan masuk,pastor pemimpin misa memberi hormat ke altar,ini berdasarkan pemahaman bahwa imam saat memimpin misa adalah IN PERSONA CHRISTE,merujuk pada Tuhan Yesus sebagai Imam Agung yang membawa persembahan pada Allah.
Demikian mungkin..
Berkah dalem
Shalom PIH,
Memang sebelum Vatikan II, terdapat Gereja-gereja Katedral yang besar, yang menempatkan Tabernakel di ruang terpisah dari ruang penyembahan umat, tentu bukan maksud untuk tidak menghormati Tabernakel, ya itu dapat dipahami. Karena umumnya Tabernakel ditempatkan di Kapel yang biasanya juga menjadi tempat diadakan Misa Harian untuk jumlah umat yang lebih kecil. Namun setelah Vatikan II, sebenarnya, yang dianjurkan adalah agar Tabernakel menempati tempat yang utama dan mudah dilihat oleh umat, seperti yang telah disampaikan di atas. Saya tidak mengatakan bahwa semua tabernakel yang tidak di tengah berarti “salah” tempat, tetapi secara obyektif kita harus melihat, apakah letaknya itu jelas, dan mudah dikenali oleh umat. Sedangkan pandangan yang mengatakan “memang tidak di tengah agar jangan berbenturan dengan altar” saya rasa kurang tepat. Tabernakel umumnya diletakkan di level yang lebih tinggi sedikit dari Altar, sehingga tidak mungkin berbenturan. Jika Tabernakel diletakkan di tengah- maksudnya satu as/ sumbu dengan Altar- malahan itu memperjelas posisi Altar dan memberi makna yang jelas kepada keduanya (baik Altar maupun Tabernakel) sebagai elemen- elemen utama di dalam gedung gereja.
Sebab yang harusnya menjadi perhatian kita adalah kenyataan yang terjadi sekarang pada beberapa gereja Katolik, yang begitu megah dan besar, namun Tabernakelnya diletakkan di tempat yang “terpencil” (bukan di kapel) dan tidak mudah ditemukan, sehingga inilah yang sebaiknya kita perhatikan/ kita usulkan kepada pihak Dewan Paroki. Atau gereja yang meletakkan tabernakel di kotak yang tidak permanen, dengan ukuran/ desain yang tidak proporsional sehingga tidak terlihat sebagai elemen yang utama. Prinsipnya, apa yang kita imani harusnya terwujud dalam cara penataan ruang gereja. Jadi jika kita mengimani dan mengutamakan kehadiran Kristus dalam Ekaristi maka sudah selayaknya, kita memberikan tempat dan desain yang utama bagi Altar dan Tabernakel dengan proporsi yang sesuai dengan keseluruhan ruangan gereja.
Soal imam memimpin Misa, dalam keadaan ‘in persona Christi’ itu memang benar, namun itu tidak untuk dipertentangkan dengan makna Altar dan Tabernakel. Lagipula, kita harus kembali menyadari bahwa gedung gereja adalah rumah Tuhan, sehingga meskipun sedang tidak ada Misa Kudus, siapapun yang masuk ke dalamnya harus dapat mengalami hadirat Tuhan. Dan bagi kita umat Katolik, kita percaya bahwa Tuhan Yesus secara terus menerus hadir di dalam Tabernakel-Nya, di dalam setiap gedung Gereja Katolik.
Tulisan di atas hanya bermaksud untuk mengajak kita semua untuk lebih memahami apa yang seharusnya diterapkan dalam gedung gereja dalam hal Tabernakel ini. Tentu Pastor paroki-lah yang pada akhirnya berhak memutuskannya. Sebagai contoh saja, gereja tempat saya beribadah di sini tadinya meletakkan tabernakel di samping dan tidak mudah terlihat, demikian juga Altar dan Salib Kristusnya juga terlalu kecil. Namun kemudian datanglah seorang Pastor dari Polandia yang ditugaskan di paroki kami. Tindakan pertama yang dilakukannya adalah merombak total/ mendesain kembali daerah Altar dan Tabernakel, dan menempatkan crucifix yang besar, yang ketiga-tiganya diletakkan di tengah/ as bangunan. Betapa langsung terlihat bedanya! Kemudian Pastor itu membuat ruang kapel Adorasi Sakramen Maha Kudus selama 24 jam, dan umat bergiliran melakukan Adorasi Sakramen Maha Kudus. Hanya dalam beberapa tahun saja perubahan ini menghasilkan buah yang luar biasa, jumlah umat bertambah, banyak keluarga muda bergabung dalam paroki ini, dan semakin banyak umat yang mempunyai apresiasi dan penghayatan akan Sakramen Maha Kudus dan Sakramen Pengakuan Dosa.
Suatu tantangan bagi kita semua, jika kita ingin menumbuhkan umat baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pertanyaannya adalah: sejauh mana paroki tersebut sudah menempatkan Yesus Kristus di tempat yang utama dalam kehidupan Parokinya? Mungkin contoh dari pastor paroki kami dapat memberikan inspirasi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
sdr steff and inggrid,banyak terima kasih atas web yg banyak membantu dalam menambah iman kekatolikan kami .berhubung dengan pertanyaan diatas mengenai tabernakel, sy lihat katedral our lady of angel yg berada di LA tabernakel tidak di perlihatkan/ditempatkan denkat altar atau ditempat dimana umat bisa melihatnya .tapi di tempatkan di suatu ruang yg tidak dapat dilihat dari tempat duduk umat.demikian juga gereja yg baru dibangun 3 tahun lalu yg berada di yucaipa,ca tidak ada tempat utk tabernakel dekat altar atau yg bisa di lihat oleh umat. terima kasih dan Tuhan memberkati kerasulan anda lewat web ini
Shalom Dominic Robert,
Memang beberapa bangunan gereja yang kuno/ sebelum Konsili Vatikan II ada yang tabernakelnya terpisah, dan diletakkan di ruang yang lebih kecil, di sebelah ruang kongregasi utama, yang umumnya digunakan sebagai semacam kapel untuk misa harian.
Namun sepanjang pengetahuan saya, kebanyakan setelah Konsili Vatikan II, dianjurkan agar posisi Tabernakel diletakkan di tempat yang “prominent”/ utama dan mudah dilihat oleh umat. Sayangnya seperti yang mungkin anda amati, tidak semua bangunan gereja Katolik menerapkan ketentuan ini. Maka jika anda dapat menyuarakannya kepada pihak dewan paroki, tentu adalah sesuatu yang baik juga, walaupun memang keputusan terakhir ada di tangan Pastor paroki.
Apapun keadaannya, kita semua dipanggil untuk menghayati kehadiran Kristus dalam perayaan Ekaristi. Meskipun posisi tabernakel tidak mudah kita lihat, itu tidak mengubah kenyataan akan kehadiran Kristus yang nyata dalam Ekaristi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Sdr Steff dan Inggrid,
Mengapa sesudah Konsili Vatikan II, posisi Tabernakel tempat Sakramen Maha kudus ditahtakan menjadi bergeser ke kanan altar dr posisi di tengah2 altar (dari gereja2 yang dibangun sesudah konsili Vatikan II yang saya bandingkan dengan gereja2 yang dibangun sebelum Konsili ) Sepertinya bagi saya pribadi saya lebih menyetujui kalau Tabernakel berada di tengah2 (pusat) gereja seperti gereja2 sebelum Konsili. Kalau di tengah bukankah fokus utama kita adalah Tabernalkel dimana ada Sang Roti Hidup yaitu Kristus sendiri bertahta dalam tempat yang paling utama dalam gereja.
Mengapa sampai terjadi perubahan posisi? Apakah pergeseran ini karena alasan tekhnis?, atau alasan iman? atau alasan alkitab?. Mohon penjelasannya dan terima kasih.
Johanes
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.