Pertanyaan:
Salam Bu Ingrid dan Pak Stef Saya mau tanya, bagaimana dengan pasangan yang sebelum menikah sudah melakukan hubungan intim layaknya suami istri? Dan ketika mereka melakukan hubungan tsb belum katolik semua (laki-2 dibaptis sejak bayi tetapi tidak dididik dan tidak pernah mengenal katolik dengan benar-KTP doank, perempuan bukan katolik). Setelah itu mereka menikah dan si perempuan masuk ke katolik dan ketika mereka menjalankan rumah tangga dan mempelajari tentang katolik baru menyadari bahwa telah melakukan KESALAHAN/DOSA BESAR, dan perasaan berdosa tersebut selalu menghantui mereka setiap saat. Apa yang harus dilakukan oleh mereka? Terima kasih sebelumnya. Salam, Pendosa Berat
Jawaban:
Shalom Pendosa, Mari kita semua menyadari bahwa semua dari kita adalah pendosa. Bahkan kita perlu bersyukur jika kita diberi kesadaran bahwa kita ini manusia berdosa, karena itu adalah langkah pertama bagi kita untuk dapat kembali kepada Tuhan/ bertobat, dan menerima belas kasihan Tuhan. Kita diingatkan bahwa kita ini manusia lemah dan karena itu kita sangat bergantung kepada Tuhan Pencipta kita. Pertama-tama harus kita bedakan, ‘pengetahuan tentang dosa’/ conviction corcerning sin (yang menyebabkan pertobatan) dan ‘dikejar perasaan bersalah/ guilt. Pengetahuan tentang dosa itu diberikan oleh Roh Kudus, dan harusnya diikuti oleh penyesalan dan pertobatan. Namun, jika setelah bertobat, dalam Sakramen Pengakuan Dosa, tetapi kemudian masih dikejar perasaan bersalah/ guilt, maka perasaan itu bukan berasal dari Roh Kudus, tetapi dari Iblis. Sebab Iblis selalu berusaha supaya manusia menjauh dari Allah, maka ia mencobai manusia supaya manusia jatuh dalam dosa, agar terpisah dari Allah. Ketika manusia sudah bertobat sekalipun, manusia digoda, supaya merasa tidak layak dan putus asa. Supaya dalam keputus asaan inilah akhirnya manusia menganggap dosanya lebih besar daripada belas kasihan Tuhan, dan bahwa Tuhan tidak dapat mengampuni dosanya. Inilah yang dilakukan oleh Yudas Iskariot setelah ia mengkhianati Yesus, sehingga ia menggantungkan diri. Jadi memang perasaan bersalah yang berkelanjutan sangat berbahaya terhadap perkembangan iman, karena dapat mengarah kepada dosa yang terbesar, yaitu dosa menghujat Roh Kudus. Selanjutnya silakan baca jawaban ini (silakan klik). Maka, mari belajar dari Rasul Petrus, yang setelah mengkhianati Yesus 3 kali, tetapi bertobat, dan selanjutnya malah dipercayakan oleh Yesus sebagai pemimpin Gereja-Nya.
Maka kembali ke masalah pasangan tersebut kami mengusulkan beberapa langkah-langkah:
1) Jika belum dilakukan, silakan mengaku dosa/ membuat ‘general confession’, yang didahului dengan pemeriksaan batin yang baik. Maksudnya general confession ini adalah mengaku dosa dalam Sakramen Pengakuan dosa, dan menyebutkan semua dosa-dosa yang pernah kita lakukan, yang dapat kita ingat dari sejak usia kecil sampai sekarang. Tentu ini harus didahului oleh pemeriksaan batin yang baik. Mungkin langkah-langkah pemeriksaan batin seperti yang dituliskan dalam artikel Masih Perlukah Pengakuan Dosa? bagian ke -4 ini dapat membantu (silakan klik). Jika memungkinkan, ambillah waktu untuk mengikuti retret sehingga pasangan suami istri tersebut dapat mengambil waktu tenang bersama Tuhan, dan kemudian mengaku dosa. Silakan membaca dan merenungkan Mazmur 51.
2) Masuklah dalam hubungan yang baru dengan Allah, di dalam doa. Bersyukurlah atas rahmat Allah yang telah diterima, pertama, karena Allah telah memberikan kesadaran tentang dosa tersebut, sehingga pasangan tersebut dapat bertobat. Kedua, bersyukurkah atas rahmat pengampunan Allah yang telah diterima dalam Sakramen Tobat, dan mohonlah tuntunan Roh Kudus, agar selanjutnya dapat hidup sesuai dengan perintah Tuhan. Ucapan syukur ini dapat selalu dinaikkan setiap kali pasangan tersebut mengikuti Misa Kudus, karena ini dapat dijadikan ‘korban’ yang tulus kepada Tuhan, bahwa pasangan tersebut benar-benar mau meninggalkan hidup yang lama, dan mau hidup yang baru bersama Yesus. Selanjutnya, silakan berdoa bersama (sebagai pasangan) setiap hari, mohon agar dapat menjalani kehidupan perkawinan dengan kasih yang tulus yang berasal dari Allah. Pilihlah doa devosi yang dapat membangun iman anda, seperti doa rosario sambil merenungkan peristiwa-peristiwa hidup Yesus, Doa Jalan Salib, Doa Koronka Kerahiman Ilahi, Novena Hati Kudus Yesus, Novena Tiga Salam Maria, Doa Adorasi di hadapan sakramen Maha Kudus, atau doa-doa lainnya, dan mulailah anda menjalankan doa devosi itu dengan setia.
3) Carilah seorang pembimbing rohani/ ‘spiritual director’ yang dapat membantu anda selanjutnya dalam perkembangan iman anda. Sebaiknya, carilah imam/ pastor pembimbing.
4) Bergabunglah dalam komunitas Katolik di lingkungan/ paroki, agar dapat bertumbuh dalam iman. Kembangkanlah pengetahuan akan iman Katolik dengan rajin membaca dan merenungkan Kitab Suci, dan buku-buku rohani lainnya.
5) Jika pasangan tersebut telah mempunyai anak-anak, usahakanlah pendidikan iman yang baik kepada anak-anak sehingga mereka dapat bertumbuh dalam iman Katolik yang baik, sehingga tidak jatuh ke dalam dosa yang serupa.
Selanjutnya, mari mengingat apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus: “Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Fil 3:13-14).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Stefanus dan Ingrid- www.katolisitas.org
Shalom tim katolisitas..
bagaimana jika seseorang sudah berhubungan intim dengan pacarnya sebelum menikah, kemudian keduanya berpisah setelah cukup lama menjalani hubungan tersebut dikarenakan perbedaan agama dan sebagainya. Jika setelah berpisah kemudian mereka masing-masing menikah dengan orang lain, apakah mereka hidup dalam perzinahan terhadap pasangannya yang dulu seperti yang dikatakan Tuhan Yesus?
Terima kasih… mohon pencerahannya..
Shalom Kefas, Hubungan badan sebelum pernikahan adalah percabulan(demikian menurut KGK 2353). Namun asalkan yang melakukannya telah sungguh bertobat, dan dosa percabulan itu telah diakui dalam sakramen Pengakuan Dosa, serta penitensinya telah dilakukan, maka dosa tersebut telah diampuni. Mengingat besarlah pengaruh dosa percabulan dalam diri seseorang, maka memang baik jika dosa tersebut diakui dalam sakramen Pengakuan Dosa dan kemudian sungguh-sungguh dihindari. Perkawinan dengan orang lain yang bukan kekasih yang dengannya ia melakukan dosa percabulan tersebut, tidak menjadikannya berdosa terhadap kekasihnya itu, sebab pada saat mereka berhubungan itu, mereka belum terikat sebagai suami istri di hadapan Tuhan.Namun jika kemudian ia telah secara… Read more »