Pertanyaan
Kita harus akui dengan segala kerendahan hati, bahwa setiap manusia bisa saja melakukan kesalahan(kecuali “Anak Manusia/Yesus”), tapi setelah tahu bahwa ada yang salah apakah kita harus tetap kekeh mempertahankan yang salah demi ego kita? termasuk pada tahun 1090 Katolik pernah Jual Surat Pengampunan Dosa ? Puji Tuhan, yang satu ini sudah Katolik perbaiki. Mudah-mudahan juga Doktrin2 yang lain yang tidak Alkitabiah dan menentang perintah Allah bisa sama2 kita perjuangkan bersama. agar tidak sampai tetap dalam keadaan salah sampai Tuhan Yesus datang untuk ke-2 kalinya. karena penghakiman di mulai dari rumah Tuhan.
Salam – Anna
Jawaban:
Shalom Anna,
Anda menyangka bahwa Gereja Katolik telah melakukan kesalahan karena pernah menjual surat pengampunan dosa (indulgence). Benarkah demikian? Mari kita melihatnya satu-persatu:
I. Apakah indulgensi (penghapusan siksa dosa).
1) Pertama-tama saya akan memberikan arti apa sebenarnya arti indulgensi. Hal ini disebutkan di dalam Katekismus Gereja Katolik 1471 “Ajaran mengenai indulgensi [penghapusan siksa dosa] dan penggunaannya di dalam Gereja terkait erat sekali dengan daya guna Sakramen Pengampunan. Indulgensi adalah penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni. Warga beriman Kristen yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif.”
2) Untuk mengenai pernyataan di atas, kita harus mengetahui akan akibat ganda dari dosa, yaitu: 1) dosa berat membawa kita kepada siksa dosa abadi di neraka, 2) dosa ringan membawa kita kepada siksa dosa sementara. Silakan membaca Sakramen Pengampunan Dosa (bagian 1, 2, 3, 4) . Setelah dibaptis, seorang Katolik dapat mengakukan dosanya dan terlepas dari siksa dosa abadi di neraka, namun siksa dosa sementara tinggal yang pada akhirnya akan membawa pendosa kepada api penyucian (topik ini akan ditulis tersendiri di kemudian hari).
3) Kenapa Gereja mempunyai otoritas untuk mengampuni dosa? Karena otoritas ini diberikan oleh Kristus sendiri yang mengatakannya kepada Petrus “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat 16:19). Dan kepada para rasul, Ia memberikan kuasa untuk mengampuni dosa, dan apa yang terikat di dunia akan terikat di surga, dan yang dilepaskan di dunia akan terlepas juga di surga (lih Mat 18:18). Dan Yesus yang mengunjungi para rasul, setelah kebangkitan-Nya, memberikan kuasa kepada mereka untuk mengampuni dosa (lih. Yoh 20:23).
4) Dengan indulgensi, maka Gereja memberikan suatu tanda kasih kepada umat-Nya, yaitu suatu “spiritual goods”, agar umatnya dapat terlepas dari siksa dosa sementara. Ini sama saja kalau di dalam keluarga, kalau orang tua mempunyai kekayaan duniawi, maka mereka akan berusaha membagikannya kepada anak-anaknya. Dalam hal ini, Gereja mempunyai kekayaan rohani, yang dititipkan sendiri oleh Kristus. Yang menjadi masalah adalah kalau Gereja tidak mendapatkan mandat dari Kristus, namun memberikan indulgensi. Namun dalam kenyataannya, Kristus sendiri yang memberikan mandat kepada Gereja. Dan setia kepada mandat ini, Gereja memberikan indulgensi kepada umatnya.
5) Saya harap sampai tahap ini, Anna setuju bahwa Gereja diberi kuasa oleh Yesus untuk memberikan indulgensi. Dan Martin Luther sendiri tidak terlalu menentang doktrin ini, yang paling ditentangnya adalah praktek dari indulgensi di masa itu.
II. Bagaimana seseorang mendapatkan indulgensi dan penerapannya di abad pertengahan:
1) Sekarang mari kita melihat, bagaimana sebetulnya seseorang mendapatkan indulgesi. Tidak pernah Gereja mengajarkan bahwa indulgensi dapat diperoleh dengan uang. Gereja senantiasa mengajarkan bahwa indulgensi tidak dapat dibeli. Gereja mengajarkan bahwa seseorang mendapatkan indulgensi dengan: 1) perbuatan kasih, 2) perbuatan baik: doa, berpuasa, dan memberikan sedekah. dan semuanya harus dilakukan dengan disposisi hati yang benar. Memberikan uang tidak dapat membeli indulgensi, memberi uang dengan dasar kasih membuat seseorang mendapatkan indulgensi. Kita melihat contoh bagaimana Yesus sendiri memuji persembahan janda miskin (Mk 12:41-44; Lk 21:1-4). Yesus memujinya bukan karena janda miskin memberikan uang, namun karena disposisi hatinya. Sebaliknya Gereja juga tidak memberikan indulgensi kalau seseorang memberikan uang, namun sebagai ungkapan kasih. Semuanya tergantung dari disposisi hati. Kalau diperhatikan, semua indulgensi selalu mencantumkan “disposisi hati yang benar“.
2) Mari kita lihat prakteknya di abad pertengahan, yang pada waktu itu Gereja sedang membangun Gereja St. Petrus. Memang ada penyalahgunaan penerapan indulgensi dalam prakteknya, namun ini tidak menghapus akan kebenaran bahwa Gereja mempunyai kuasa untuk memberikan indulgensi.
3) Paus Leo X (1513-1521), memberikan indulgensi kepada orang-orang yang memberikan sumbangan untuk pembangunan Gereja St. Petrus, namun bukan karena mereka memberi uang, tetapi karena sebagai ungkapan perbuatan baik. Dan bukan itu saja, yang ingin mendapatkan indulgensi harus memenuhi kondisi yang disebutkan diatas, seperti: doa, berpuasa, dan sedekah, yang semuanya harus dilakukan dengan disposisi hati yang benar.
4) Dan kemudian beberapa konsili, the Councils of Fourth Lateran [1215], Lyons [1245 and 1274] and Vienne [1311-1312], The Council of Trent [1545-1563] melarang dan mengecam akan praktek-praktek indulgensi yang menyalahi ajaran Gereja.
5) Jadi memang ada yang melakukan penyelewengan dalam praktek memberikan indulgensi, namun adalah tidak benar dengan menyalahkan seluruh Gereja Katolik, dan juga ajaran Gereja Katolik tentang hal ini, yang sebenarnya bersumber kepada Alkitab.
Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan kepada Anna tentang doktrin indulgensi. Gereja Katolik, oleh kuasa yang diberikan oleh Kristus, memberikan indulgensi, agar umat-Nya dapat bertumbuh di dalam kekudusan dan dapat mencapai kebahagiaan abadi di surga. Semoga keterangan di atas dapat menjawab keberatan Anna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://katolisitas.org
Kpd. Stefanus tay,. Serta jajaran.nya
tenang saja,. Kami anggota gereja advent sedunia akan membongkar semua kekejian kepausan dan seluruh imam2nya.
Sekarang kami telah membagi.bagikan buku yang berjudul ‘kemenangan.akhir’
yang berisikan semua omong.kosong gereja katholik.
Saya ikut merasa iba’ kepada anda atas penipuan2 gereja katolik yang kini merasuki diri anda. Kiranya anda mencari buku yang saya sebutkan diatas dan membacanya secara rinci.. Dan kiranya roh Tuhan hadir pada diri anda saat membacanya
Dan bersiaplah untuk bertobat.!!
Terima.kasih
[dari katolisitas: Terima kasih atas komentar Anda. Mungkin ada baiknya sebelum menyebarkan berita-berita tersebut, Anda dapat benar-benar mempelajarinya, terutama dari sisi doktrin dan bukan hanya berfokus pada kasus-kasus. Dengan demikian, kalau ternyata buku tersebut salah, maka Anda juga tidak turut menyebarkan hal-hal yang sebenarnya tidaklah benar. Mari, kita mohon karunia Roh Kudus untuk membuka seluruh akal budi dan hati kita untuk terus menerima kebenaran-Nya.]
Sekilas membaca komentar saudara Eldon,saya langsung berdoa dalam hati:”Tuhan Yesus,kenapa banyak pihak yang begitu getol menyerang Gereja-Mu? Tapi aku yakin akan janjiMu yang akan setia menjaga Gereja-Mu sampai akhir zaman.Aku percaya itu.Ajari kami untuk semakin menjadi rendah hati lagi. Amin”
Justru Gereja yang Satu,Kudus,Katholik,dan Apostolik yang selalu jadi pihak yang diseranglah,membuat saya semakin tidak ingin meninggalkannya :)
Berkah Dalem
Terimakasih saudara Eldon_Silalahi, jika saudara datang atas dasar kebenaran, kedatangan Anda tentu tidak akan bertentangan dengan tujuan Anda. Semoga penghayatan kasih yang datangnya dari Kristus tidak membutakan mata Anda sedemikian sehingga tidak menambah kedukaan bagi Tuhan.
Shalom
Alangkah baik dan seturut kehendakNya, bila seluruh energi yang kita miliki dipergunakan untuk memuliakan Tuhan dan untuk menyelamatkan sesama manusia, bukan untuk menjatuhkan/menjelek jelekkan orang/kelompok lain.
Submitted on 2013/05/29 at 7:48 am
ini tanggapan untuk Sdr Eldon
berarti kalo saya mau memaafkan seseorang boleh pake surat ya? Soale kalo belum bikin surat tanda mengampuni ntar pengampunannya tidak sah. Mau niru para Bapa Gereja.
Shalom Rahardyanto,
Nampaknya anda perlu membaca kembali artikel di atas. Sebab yang diberikan di abad pertengahan itu bukan surat pengampunan dosa, tetapi surat indulgensi, yang maknanya bukan pengampunan dosa, melainkan adalah penghapusan siksa-siksa dosa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni. Jadi orang yang ingin memperoleh indulgensi tersebut harus terlebih dahulu mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa, dan kemudian melakukan perbuatan kasih, di antaranya adalah memberikan sumbangan atas dasar kasih.
Jadi pengampunan dosa tidak tergantung dari adanya surat atau tidak, sebab rahmat pengampunan Allah diberikan melalui sakramen Pengakuan Dosa, dan ini tidak ada suratnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam Damai Kristus
ibu, saya mahasiswa katolik yang kuliah di universitas Kristen Protestan. singkat cerita, di sini saya semakin memahami perbedaan kristen KATOLIK dengan kristen Protestan dari beberapa buku yang sudah saya baca khususnya tentang martin luther versi katolik dan protestan. saya tahu bahwa panggilan martin luter bukan murni dari hatinya sehingga dia tidak merasakan kedamaian dalam hidupnya dan dia telah mencampuradukan masalah politik dgn agama untuk memperkuat argumennya yang pada saat itu berkembang pesat karena ada dukungan dari pangeran2 jerman (bangsa roma menjajah jerman). saya kira ibu sangat memahami sejarah ini. tolong bantu saya bu, saya kesulitan membela iman saya terutama dalam masalah praktek penjualan indulgensi. saya merasa sedih dengan hal ini, karena banyak teman-teman katolik saya yang meragukan iman katolik. saya sudah menjelaskan bahwa mereka (yg melakukan praktik pejualan indulgensi) adalah manusia biasa yang memiliki potensi berbuat dosa. saya hanya bisa berhenti dengan kalimat itu bu, saya merasa kurang yakin dalam menjelaskannya. berikan saya nasihat ibu, agar saya bisa yakin dalam membantu teman-teman saya ini kembali ke gereja Katolik. trimakasih ibu… Tuhan memberkati
Shalom Gemma,
Saya minta maaf karena menjawabnya lama, karena kesibukan kuliah dan juga begitu banyak pertanyaan yang masuk. Semoga jawaban di atas, yang pernah saya tulis untuk menjawab pertanyaan Anna (silakan klik) dapat juga menjawab pertanyaan Gemma.
Saya sedang menulis artikel tentang indulgensi secara khusus dan lebih terperinci. Mohon kesabarannya ya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://katolisitas.org
Salam Damai Kristus pak Stef,
Penjelasan ibu soal indulgensi membuat saya semakin mengerti apa yang sebenernya terjadi pada abad pertengahan itu tentang praktek indulgensi. Dan merujuk dari jawaban bapak, pertanyaan2 saya lebih lanjut adalah :
1. Mengutip jawaban bapak : “Dan Martin Luther sendiri tidak terlalu menentang doktrin ini, yang paling ditentangnya adalah praktek dari indulgensi di masa itu”, apakah ada catatan dari Martin Luther yang mengkonfimasi hal itu, sebab Martin Luther sendiri adalah sosok yang rajin membuat tulisan/catatan tentang ajaran2nya? Atau mungkin adakah catatan khusus dari beliau tentang bagaimana dia merespon praktek indulgensi yang terjadi pada masa itu?
2. Apakah bisa disimpulkan bahwa surat indulgensi itu seperti ‘surat telah berkelakuan baik’?
Terima kasih. Salam Damai Kristus.
Shalom Lucius,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang indulgensi dalam kaitannya dengan Martin Luther. Sebenarnya kalau kita perhatikan dari 95 thesis Martin Luther, maka kita melihat adanya beberapa hal yang dapat saling mengkontradiksi, sehingga kadang terlihat bahwa Martin Luther menolak dan kadang terlihat tidak menolak indulgensi, sebagai contoh:
1. Menurut Luther, Paus tidak dapat menghapus kesalahan, kecuali dengan menyatakan bahwa itu sudah dihapuskan oleh Tuhan; walaupun dalam beberapa kasus ia dapat melakukannya sesuai kebijaksanaannya. Jika ia tidak memberikan penghapusan ini, maka kesalahan pada pihak orang itu tetap ada. (#6) Maka di sini Luther juga sebenarnya tidak ‘anti’ pada kenyataan bahwa Paus memiliki otoritas untuk melepaskan seseorang dari siksa/ konsekuensi dosa (remission of guilt).
2. Pandangan Luther tentang Api Penyucian (Purgatory) juga ‘mixed’. Di satu sisi ia menggambarkan sebagai ‘almost despair’ (#16), di lain sisi ia mengatakannya sesuai dengan konsep yang diajarkan oleh Gereja Katolik, bahwa kita dapat yakin bahwa mereka akan dapat menuju surga (assured of their own blessedness, #19). Namun demikian ia mengatakan kondisi ini ‘unproved”, jadi menurutnya, penghapusan semua penalti oleh Paus itu bukan semua penalti, tetapi hanya yang ditentukan oleh Paus itu sendiri. Maka Luther menentang para pengkhotbah indulgensi yang mengatakan bahwa manusia dapat dibebaskan dari penalti dosa dan diselamatkan. Agaknya di sini Luther juga ‘mixed-up’ tentang makna indulgensi. Sebab yang dibebaskan oleh Paus adalah penalti dari dosa yang sudah diampuni dalam Sakramen Pengakuan dosa (bukan dosa yang belum diaku-kan). Jadi penghapusan penalti ini mensyaratkan pertobatan yang harus terjadi sebelumnya, dan tanpa pertobatan ini, tidak mungkin ada penghapusan penalti dosa.
3. Luther mengatakan hanya mungkin memberi penghapusan penalti pada orang- orang yang hampir sempurna (# 23), dan bukan pada semua orang. Namun kemudian Luther-pun mempunyai pandangan yang sepertinya bertentangan dengan hal ini, dengan mengatakan bahwa Paus memiliki kuasa atas Api Penyucian/ Purgatory seperti uskup terhadap keuskupannya dan imam terhadap parokinya (# 24). Ia lalu mengatakan bahwa kuasa Paus atas Purgatory ini bukan karena ‘kunci’ yang dipegangnya, namun karena doa syafaatnya (# 26). Pendapat ini sesungguhnya tidak sesuai dengan perkataan Yesus sendiri, sebab Yesus telah memberikan kunci kerajaan Surga kepada Petrus dan kuasa untuk ‘melepaskan atau mengikat’ sesuatu di bumi yang akan menjadi terlepas atau tetap terikat di surga (lih. Mat 16:18). Di sana yang disebutkan adalah peran kuasa ‘kunci’ yang diberikan kepada Petrus, dan bukan peran doa syafaat.
4. Luther menentang adanya khotbah yang seolah menganjurkan orang menyumbang untuk melepaskan jiwa dari Purgatory (#27-35)- Ini sesungguhnya memang klaim yang masuk akal, sebab memang benar menyumbang uang tanpa pertobatan sejati sebenarnya tidak memenuhi syarat untuk memperoleh indulgensi. Jika mau dikatakan secara obyektif, maka memang pendapat Luther dalam hal ini ada benarnya: sumbangan semata-mata tidak dapat melepaskan jiwa dari Purgatory, tanpa pertobatan dari orang yang menyumbang. Namun seperti yang disebutkan dalam point 4, sebenarnya ketentuannya memang demikian, maka jika ada kesan negatif yang ditangkap oleh Luther itu karena penyimpangan yang terjadi pada pelaksanaannya dan bukan pada ajarannya.
Dari sini kita juga mengetahui bahwa sebenarnya Luther tidak ‘anti’ pengajaran tentang indulgensi (# 38, # 56), sebab ia mengatakan bahwa indulgensi adalah ‘the declaration of divine remission‘. Yang diprotes olehnya adalah praktek pada saat itu yang sepertinya memihak kepada orang-orang kaya (# 65), agar mereka memberikan sumbangan dana untuk pembangunan gereja St. Petrus di Roma, dan dengan demikian mendapatkan surat indulgensi dari Bapa Paus. Mungkin saja dalam penyampaiannya pada saat itu melalui khotbah-khotbah para pembicara, seolah-olah orang dapat memperoleh indulgensi hanya dengan menyumbang saja. Namun sesungguhnya jika kita melihat kepada ajaran Gereja tentang Indulgensi tersebut, dikatakan bahwa syarat utamanya adalah pertobatan yang sejati. Silakan membaca kembali artikel Indulgensi, silakan klik. Maka yang salah adalah para pengkhotbah itu, dan bukannya ajaran Gereja tentang indulgensi.
Tentang surat indulgensi: Sebenarnya surat ini hanyalah surat bahwa seseorang telah melakukan perbuatan kasih yang dinyatakan dalam partisipasinya untuk turut membangun Rumah Allah. Untuk mendapatkan indulgensi, maka seseorang harus melakukan pengakuan dosa yang mensyaratkan penyesalan, serta doa pribadi. Kalau di dalam Gereja non-Katolik, seseorang hanya dengan doa dan penyesalan dapat mengaku dosa kepada Tuhan secara langsung dan mendapatkan pengampunan, maka dalam proses indulgensi ini seseorang harus melakukan semua itu (doa dan penyesalan) ditambah dengan pengakuan dosa dan perbuatan kasih.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Comments are closed.