Pertanyaan

Saya percaya kita semua sangat mengasihi dan dikasihi Tuhan. Namun,marilah kita dengan hati nurani yang jujur dan tulus dalam menanggapi setiap perbedaan yang ada. berhentilah untuk saling menyalahkan atau membenarkan salah satu denominasi yang ada. Harusnya kita semua bersatu, tanpa membeda-bedakan kita dari denominasi/agama/aliran apapun. Bukankah Paulus juga sudah mengingatkan kita untuk tidak membeda-bedakan?

[1 KORINTUS 1:10-13 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloë tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu.Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.Adakah kristus terbagi-bagi?Adakah Paulus disalibkan karena kamu?atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?.]

[FILIPI 2:1-5 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus]

Apakah nanti kalau mau masuk surga, akan ditanya “Kamu dari Gereja mana? dari golongan apa? imannya “Iman Katolik” atau “Iman Protestan” ? Bukankah kita semua beriman hanya kepada Yesus ? Iman kepada Yesus-lah yang menyelamatkan, bukan iman kepada agama tertentu!! Kalau kita masih terus saja “mengotak2kan” diri, dan terus merasa bahwa agama kita yang paling benar, tidak akan ada habisnya. Katolik merasa paling benar, Protestan merasa diri paling benar…. kapan selesainya? Yang bukan agama Kristen /Katolik bisa tertawa melihat kita semua.

Marilah kita sama-sama introspeksi diri kita masing2….
Masing-masing (Katolik & Protestan) ada kekurangan dan kelebihan,ada kelemahan dan kekuatan.

Salam – Anna.

Jawaban:

Shalom Anna,
Terimakasih telah berkunjung ke katolisitas.org. Kami juga berterimakasih kepada Anna yang telah meluangkan waktu untuk menulis pesan yang panjang sekali, karena didorong oleh kasih Anna kepada Yesus. Saya mencoba membagi menjadi 10 point dari tulisan Anna, sehingga kita dapat berdiskusi dengan lebih fokus. Ini adalah jawaban untuk point A. Mari kita bersama-sama berdialog dengan hormat dan penuh kasih, sehingga kita dapat mengikuti apa yang dikatakan oleh Rasul Petrus (1 Pet 3:15).

Seperti yang Anna katakan, bahwa mari kita bersama-sama untuk mencari kebenaran dengan hati nurani yang jujur. Mari kita melihatnya satu-persatu:

I. Pencarian akan kebenaran:

  1. Dalam pencarian akan kebenaran, maka kita harus lepas dari semua kepentingan pribadi, perasaan, dan hal-hal yang bersifat personal/pribadi, karena kebenaran akan terus bertahan terlepas dari bagaimana perasaan pribadi kita, bagaimana keadaan kita. Pencarian akan kebenaran yang dilakukan dengan segenap hati, segenap pikiran, dan segenap kekuatan kita akan membawa kita semua kepada kebenaran sendiri, yaitu Tuhan. Dan Tuhan sendiri mengatakan bahwa Dia akan membiarkan diri-Nya ditemukan oleh orang yang benar-benar mencari-Nya (Lih. Yer 29:13-14). Kita dapat melihat orang-orang seperti Scott Hahn, yang benar-benar mengorbankan segalanya untuk mencari kebenaran, yang akhirnya menemukannya di Gereja katolik. Kalau Anna ada waktu, dapat membaca bukunya yang sudah dialihbahasakan ke bahasa Indonesia, judulnya “Rome Sweet Home”.
  2. Jadi bagi orang yang mencari-Nya dengan sepenuh hati, sebagai contoh Aristoteles, seorang filsuf Yunani – pengikut Plato, dimana dengan menggunakan logika berfikir dan “natural law” atau hukum kodrat, dia dapat menyimpulkan akan keberadaan Tuhan yang satu (Pembuktian dapat dilihat dari tulisan: Kebenaran akan Tuhan). Namun dia tidak dapat sampai kepada kebenaran yang hakiki, yaitu Yesus, Tuhan yang menjadi manusia. Kenapa? Karena diperlukan wahyu Tuhan untuk mengetahui bahwa Yesus adalah Tuhan (dapat dibaca di artikel: kebenaran akan Yesus adalah Tuhan). Anna dan saya percaya akan dua kebenaran yang hakiki ini, walaupun ada beberapa pengikut gereja saksi Yehowah tidak mempercayainya.

II. Kepenuhan kebenaran ada di Gereja Katolik

  1. Setelah dua kebenaran hakiki tersebut, maka pertanyaan-Nya adalah bagaimana kita mengikuti Yesus? Bagaimana kita menentukan Gereja mana yang didirikan oleh Yesus? Apakah Yesus mendirikan Gereja atau banyak gereja? pertanyaan ini begitu esensial dalam mencari kebenaran, karena kalau Yesus mendirikan satu Gereja, dan kita tidak mengikuti perintah-Nya, maka kita tidak mencari kebenaran diatas perasaan kita pribadi. Menjadi pengikut sebuah gereja tanpa melihat dan menganalisanya dengan benar-benar adalah dapat dikatakan salah. Kenapa? Bandingkan dengan orang yang memilih suatu pekerjaan. Tentu saja orang ingin mencari yang terbaik, melihat sejarah dari perusahaan tersebut, dll. Nah, Gereja Katolik percaya bahwa Yesus mendirikan Satu Gereja, yang buktinya dapat dibaca di artikel: Mengapa memilih Gereja Katolik. Hanya Gereja Katolik yang mempunyai empat tanda Gereja Kristus, yaitu: satu, kudus, katolik, dan apostolik. Kalau seseorang benar-benar telah menyelidiki dan mencari dengan benar-benar (seluruh hati, pikiran, dan kekuatan) sesuai dengan kapasitas masing-masing dan menempatkan kebenaran di atas perasaan pribadi, maka mungkin saja seseorang tetap memeluk agama Kristen yang lain bukan Katolik. Pertanyaannya adalah, apakah orang tersebut benar-benar mencari kebenaran dengan segenap hati. Dan hanya Yesus yang tahu kedalaman dan maksud hati seseorang. Juga ini adalah tantangan bagi orang Katolik, yang mungkin memeluk agama Katolik tanpa tahu iman Katolik dengan benar dan tidak dengan sungguh-sungguh mencari alasan dibalik semua pengajaran dan doktrin Katolik. Jadi, baik umat Katolik maupun umat Kristen yang lain harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Yesus pada Penghakiman Terakhir. Menjadi harapan kita semua bahwa kita dapat mengatakan kepada Yesus: “Yesus, aku telah mencari dan mengasihi Engkau dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatanku. Dan dengan segala kekuatanku, aku mencoba untuk menjalankan semua perintah-Mu.”
  2. Keyakinan akan kebenaran bahwa kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik, karena Yesus sendiri yang mendirikan-Nya, tidak membuat umat Katolik menjadi sombong. Ini malah menjadi tantangan bagi umat Katolik untuk berusaha hidup kudus, yaitu dengan mengasihi Tuhan dan sesama. Di dalam dokumen Gereja (Lumen Gentium 14) ditegaskan bagi orang Katolik yang menjadi anggota Gereja namun tidak menerapkan hukum kasih, maka dia hanya menjadi anggota secara jasmani namun tidak secara rohani. Dan orang seperti ini mengambil resiko untuk kehilangan keselamatan.
  3. Namun di satu sisi, kita tidak dapat juga mengatakan bahwa semua agama sama saja, atau semua agama Kristen sama saja. Hal ini bukan karena umat Katolik tidak toleran, namun lebih dikarenakan bahwa Gereja Katolik mendasarkan kepercayaannya pada kebenaran yang dinyatakan di dalam Alkitab (Mat 16:18; Yoh 21:17) dan juga di dalam Tradisi suci Gereja, yang terbukti di dalam sejarah gereja, melalui tulisan Para Bapa Gereja. Kalau Anna mempunyai waktu mungkin dapat membaca artikel mengapa memilih Gereja Katolik. Sebetulnya kita sering salah dengan menerapkan kata toleransi, yang konotasinya adalah dapat mengaburkan kebenaran. Terhadap kebenaran kita tidak dapat memberikan toleransi, namun penerapannya harus dengan hukum kasih, seperti yang Yesus ajarkan. Kalau atas nama toleran, terus kita mengaburkan kebenaran, sebenarnya tindakan itu malah bukan tindakan kasih.

III. Saling belajar dan menghormati tidak berarti mengaburkan kebenaran.

  1. Tentu saja ada banyak hal yang dapat dipelajari dan ditiru dari gereja-gereja non-Katolik, seperti kerinduan mereka untuk mewartakan Kristus, dan bagaimana mereka bertekun di dalam Firman Tuhan. Namun kebenaran bahwa Gereja Katolik yang didirikan oleh Kristus tidaklah berubah. Bahwa ada umat Katolik yang suam-suam kuku, ini adalah tantangan bagi para pastor dan umat Katolik yang lain untuk membantu mereka. Saya yakin bahwa di gereja-gereja yang lain juga ada anggotanya yang suam-suam kuku. Dan menjadi tugas Anna juga untuk membantu mereka untuk lebih mengasihi Yesus.
  2. Dan gereja-gereja yang lain juga dapat belajar dari Gereja Katolik dengan empat tanda-Nya, yaitu: satu, kudus, katolik dan apostolik. Menjadi tantangan juga bagi gereja-gereja lain, apakah mereka mempunyai empat tanda ini, karena gereja-gereja terpecah-pecah, sehingga ada sekitar 28,000 denominasi.

IV. Gereja Katolik rindu akan kesatuan pengikut Kristus

  1. Gereja Katolik melihat gereja-gereja non Katolik sebagai saudara dalam Kristus, namun tidak dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik (Lumen Gentium 15). Namun, kalau Anna perhatikan, kalau seseorang pindah dari gereja Kristen ke Gereja Katolik, maka Gereja Katolik tidak mengulangi pembaptisan jika dilakukan di dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus; karena Geraja Katolik mengikuti apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus di Efesus 4:5, yang mengatakan “satu Tuhan, satu iman, satu baptisan.” Di sini, saya hanya mau menunjukkan bahwa Gereja Katolik menjalankan apa yang diperintahkan oleh Kristus berdasarkan Firman Allah dan secara tidak langsung menunjukkan bahwa ini adalah suatu sikap yang terbuka dari Gereja Katolik untuk mengakui pembaptisan yang dilakukan oleh gereja lain, asal sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Yesus (lih. Mat 28:19). Karena memang, hubungan antara Gereja Katolik dan gereja-gereja non Katolik adalah diikat oleh Sakramen Baptis yang satu. Namun sebaliknya, ada beberapa gereja tidak mengakui pembaptisan yang dilakukan oleh Gereja Katolik, dengan alasan bahwa Baptisan yang dilakukan oleh Gereja Katolik tidak sah, sehingga perlu dibaptis ulang.
  2. Terimakasih juga bahwa Anna telah mengingatkan kita semua untuk senantiasa bersatu dalam ‘satu kawanan domba’ Kristus. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus akan beberapa masalah yang mereka hadapi, seperti: 1) fraction/perpecahan, 2) spiritual pride/ kesombongan rohani, 3) hidup yang bergelimang dosa, karena kota tersebut adalah kota pelabuhan. Jadi di dalam 1 Kor 1:10-13, Rasul Paulus mengingatkan untuk tidak tercerai berai, karena pengajaran dari Apolos, Paulus, Kefas, yang semuanya mempunyai dasar pondasi yang sama, yaitu Kristus. Namun pada saat yang bersamaan, Rasul Paulus juga mengingatkan kepada jemaat di Galatia untuk tidak menerima Injil selain daripada pesan Injil yang diberitakan oleh Rasul Paulus (lih. Gal 1:8). Ini berarti ada orang yang mencoba memberitakan Injil yang tidak sesuai dengan pesan Injil yang diberitakan oleh Paulus. Nah kalau kita lihat dalam sejarah Gereja, maka Gereja Katolik secara setia mencoba untuk terus meneruskan kemurnian ajaran Kristus dengan cara menentang orang-orang yang mengajarkan doktrin-doktrin yang berbeda.
  3. Ini membawa kita kepada sejarah perkembangan Gereja. Apakah di dalam sejarah Gereja ada kesalahan yang dilakukan oleh Gereja Katolik? Tentu saja ada, namun kesalahan ini bukan merupakan kesalahan doktrin/ pengajarannya melainkan karena faktor manusia; dan ini tidak mengaburkan kebenaran bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus. Gereja Katolik berjuang terus untuk memelihara kesatuan Gereja sesuai dengan amanat Yesus, sebelum Yesus mengalami penderitaan (Lih Yoh 17). Dalam artikel di atas (Mengapa memilih Gereja Katolik), saya mencoba memaparkan bahwa perpecahan telah terjadi pada jemaat awal dari: Docetism (90-451), Gnosticism (100), Manichaeism (250) dan seterusnya. Ini terus berkembang dengan perpecahan gereja: Gereja Timur Orthodox (1054),Gereja Anglikan di Inggris (abad ke 16), didirikan oleh Raja Henry VIII,Lutheran dan Calvinis di Jerman (abad ke 16), didirikan oleh Luther dan Calvin,Methodis di Inggis (1739), didirikan oleh John Wesley,Kristen Baptis (1639), didirikan oleh Roger Williams, Anabaptis (1521), didirikan oleh Nicolas Stork, Presbyterian di Skotlandia (1560), Mormon di Amerika (1830), didirikan oleh Joseph Smith, Saksi Yehovah di Amerika (1852-1916), didirikan oleh Charles Taze Russell,Unification Church di Korea (1954), didirikan oleh Rev. Sun Myung Moon, dll.
  4. Perpecahan-perpecahan gereja-gereja kalau ditelusuri akan adalah karena menginterpretasikan ayat-ayat Kitab Suci, tanpa ada otoritas yang menentukan bagaimana sebenarnya arti dari ayat-ayat tersebut. Kita mengingat akan apa yang dikatakan oleh Rasul Petrus yang mengingatkan akan jemaat Kristen bahwa ada perkataan-perkataan dari Rasul Paulus yang sulit dimengerti dan dapat dibelokkan oleh orang-orang (lih. 2 Pet 3:15-17; 2 Pet 1:20-21). Menjadi bahan permenungan bagi kita semua, mengapa hanya berdasarkan Alkitab saja dapat membawa perpecahan? Saya akan membahasanya secara lebih detail di point B. Apakah Gereja Katolik tidak bersalah terhadap perpecahan-perpecahan tersebut? Tentu saja ada kesalahan yang dilakukan pihak Gereja, yang pada abad-abad tertentu kurang dapat memantulkan kasih Allah. Namun hal ini tidak mengaburkan akan kebenaran bahwa Gereja Katolik didirikan oleh Kristus sendiri, dimana Kristus berjanji untuk melindungi Gereja-Nya. Tanpa Kristus, seharusnya Gereja Katolik telah punah ditengah-tengah penyalahgunaan kekuasaan di dalam Gereja. Namun Yesus setia terhadap janji-Nya, dan terbukti sampai saat ini, Gereja Katolik tetap satu, kudus, katolik, dan apostolik, dengan pengikutnya 1.13 milyard lebih. Ini dimungkinkan hanya karena perlindungan Tuhan dan kesatuan di bawah kepemimpinan Bapa Paus.

V. Penghakiman Terakhir

  1. Memang pada saat penghakiman terakhir, kita tidak ditanya kamu agamanya apa. Namun yang ditanyakan adalah sampai seberapa jauh seseorang mengasihi Kristus dan sesama, atau yang menjadi tolak ukur adalah kekudusan seseorang.
  2. Gereja Katolik percaya bahwa keselamatan adalah suatu yang telah (past), sedang (present), dan akan datang (future), dengan dasar ini:
    • Telah diselamatkan (Rom 8:24; Ef 2:5,8; 2 Tim 1:9; Tit 3:5).
    • Sedang dalam proses (1 Kor 1:18; 2 Kor 2:15; Fil. 2:12; 1 Pet 1:9).
    • Akan diselamatkan (Mt 10:22, 24:13; Mk 13:13; Mk 16:16; Kis 15:11; Rm 5:9-10; Rm 13:11; 1 Kor 3:15; 2 Tim. 2:11-12; Ibr. 9:28).
  3. Keselamatan adalah suatu berkat dan Rahmat Tuhan semata, bukan karena perbuatan kita, namun pada saat yang bersamaan Tuhan menuntut kerjasama dari umat-Nya untuk senantiasa bekerjasama dengan rahmat Tuhan. Hal ini membuat umat Katolik senantiasa berjuang dalam kekudusan, yang diwujudkan dalam kasih kepada Tuhan dan sesama. Dan ini adalah perjuangan seumur hidup.
  4. Dan yang paling penting adalah Gereja Katolik percaya bahwa kita tidak dapat menjadi kudus, karena usaha kita sendiri, namun yang paling utama adalah dari berkat Tuhan, yang mengalir dari doa-doa dan juga sakramen-sakramen, terutama adalah Sakramen Ekaristi (artikel dapat dibaca di: 1, 2, 3) dan Sakramen Tobat (artikel dapat dibaca di: 1, 2, 3, 4). Jadi dengan seseorang menjadi Katolik, orang tersebut dikuatkan dan dimampukan untuk hidup kudus (Lihat Artikel Kekudusan: kekudusan adalah kehendak Tuhan untuk semua orang.; Apa itu Kekudusan?; Refleksi praktis tentang Kekudusan) yang nantinya akan menjadi tolak ukur apakah orang tersebut masuk Surga, disucikan di Api Penyucian, atau di hukum di neraka.
  5. Hal yang lain adalah takaran dari kasih kita kepada Allah adalah kalau kita menjalankan semua perintah-Nya (lih 1 Yoh 5:2; Mat 28:20). Ini berarti kita tidak dapat memilih-milih perintah yang mana, namun seluruh perintah-Nya. Dan perintah-perintah-Nya termasuk adalah untuk bersatu dalam kesatuan tubuh mistik Kristus, yaitu Gereja Katolik, dan juga sakramen-sakramen. Mungkin Anna masih belum setuju sampai tahap ini, namun kita masing-masing diberikan tugas untuk mencari kebenaran ini dengan sungguh-sungguh. Tantangan bagi saya adalah untuk semakin mendalami ajaran Gereja Katolik dan pengajaran-Nya, dan juga tantangan bagi Anna untuk mencari Gereja mana yang sebenarnya didirikan oleh Yesus: satu gereja atau banyak gereja? Ini adalah PR bagi kita berdua, dan juga bagi seluruh umat yang mengasihi Kristus. Bagi saya pribadi, saya tidak dapat mengasihi Kristus, sebagai kepala Gereja, kalau saya tidak mengasihi Tubuh-Nya, yang saya percayai ada di dalam Gereja katolik.

Demikian jawaban yang dapat saya kemukakan untuk pertanyaan Anna Point A. Nanti saya akan menjawab point-point yang lain. Semoga Tuhan memberikan rahmat-Nya kepada kita semua, agar kita menemukan kebenaran yang sejati.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org

11 COMMENTS

  1. Mohon bantuannya…saya tidak menemukan apa yang saya cari di sini…
    dapatkah Bapak Stef memberitahu saya apa pendapat Vatikan terhadap agama Hindhu dan Buddha??
    apakah ada kutipan dari dekrit nostra aetate tentang agama2 tersebut??
    semoga cepat ditanggapiii,,

    • Shalom Stefanus,

      Berikut ini adalah yang dikatakan oleh Konsili Vatikan II tentang agama Hindu dan Buddha dalam dokumennya Nostra Aetate:

      2. Berbagai Agama bukan Kristen

      Sudah sejak dahulu kala hingga sekarang ini di antara pelbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya-kekuatan yang gaib, yang hadir pada perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa hidup manusia; bahkan kadang-kadang ada pengakuan  terhadap Kuasa ilahi yang tertinggi atau pun Bapa. Kesadaran dan pengakuan tadi meresapi kehidupan bangsa-bangsa itu dengan semangat religius yang mendalam. Adapun agama-agama, yang terikat pada perkembangan kebudayaan, berusaha menanggapi masalah-masalah tadi dengan faham-faham yang lebih rumit dan bahasa yang lebih terkembangkan. Demikianlah dalam hinduisme manusia menyelidiki misteri ilahi dan mengungkapkannya dengan kesuburan mitos-mitos yang melimpah serta dengan usaha-usaha filsafat yang mendalam. Hinduisme mencari pembebasan dari kesesakan keadaan kita entah melalui bentuk-bentuk hidup berulah-tapa atau melalui permenungan yang mendalam, atau dengan mengungsi kepada Allah penuh kasih dan kepercayaan. Buddhisme dalam pelbagai alirannya mengakui, bahwa dunia yang serba berubah ini sama sekali tidak mencukupi, dan mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan jiwa penuh bakti dan kepercayaan memperoleh keadaan kebebasan yang sempurna, atau – entah dengan usaha sendiri entah berkat bantuan dari atas – mencapai penerangan yang tertinggi. Demikian pula agama-agama lain, yang terdapat diseluruh dunia, dengan pelbagai cara berusaha menanggapi kegelisahan hati manusia, dengan menunjukkan berbagai jalan, yakni ajaran-ajaran serta kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci.

      Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.

      Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka.”

      Katekismus Gereja Katolik mengajarkan tentang agama- agama lain tersebut:

      KGK 842    Hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristen, terletak pertama sekali dalam asal dan tujuan bersama umat manusia:
      “Semua bangsa merupakan satu masyarakat, mempunyai satu asal, sebab Allah menghendaki segenap umat manusia mendiami seluruh muka bumi. Semua juga mempunyai satu tujuan terakhir, yakni Allah, yang penyelenggaraan-Nya, bukti-bukti kebaikan-Nya dan rencana penyelamatan-Nya meliputi semua orang, sampai para terpilih dipersatukan dalam Kota suci” (NA 1)

      KGK 843    Gereja mengakui bahwa agama-agama lain pun mencari Allah, walaupun baru “dalam bayang-bayang dan gambaran”. Ia memang belum dikenal oleh mereka, namun toh sudah dekat, karena Ia memberi kepada semua orang kehidupan, napas, dan segala sesuatu, dan Ia menghendaki agar semua manusia diselamatkan. Dengan demikian Gereja memandang segala sesuatu yang baik dan benar yang terdapat pada mereka sebagai “persiapan Injil dan sebagai karunia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan” (LG 16, Bdk. NA 2; EN 53).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • terima kasih ibu atas bantuannya.. saya senang sebab pandangan gereja sangat obyektif dan sesuai dengan hati nurani saya.. salam damai..

  2. SEMOGA setiap orang yang mencari kebenaran tidak melakukan “PEMBENARAN”
    Yesus hanya mendirikan satu (one, Unus, sada, cie, siji, dll–> intinya gak lebih dari 1) GEREJA
    [dari katolisitas: 2 kalimat diedit]

  3. Sekali lagi saya sangat berterima kasih atas segala penjelsan di atas. Saya pun sangat puas dengan penjelasan bapak semoga Tuhan memberkati.
    Sebenarnya ide itu muncul karena biasanya setiap orang Kristen berpendapat bahwa tidak ada keselamatan di luar Yesus Kristus, bahkan lebih sempit lagi tidak ada keselamatan di luar gereja. Adapun dasar yang dipakai adalah Yohanes 14:6: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku
    William Barclay menafsirkan ayat ini sebagai berikut: Memang banyak orang yang mengajar tentang jalan yang harus ditempuh, tetapi hanya Yesuslah jalan itu dan di luar Dia manusia akan tersesat. Banyak orang yang berbicara tentang kebenaran, tetapi hanya Yesuslah yang dapat mengatakan “Akulah kebenaran” itu. Orang lain mengajarkan tentang jalan kehidupan, tetapi hanya dalam Yesus orang menemukan kehidupan itu. Karena itu hanya Dia saja yang dapat membawa manusia kepada Tuhan.

    Lain halnya dengan Samartha yang mengatakan bahwa dalam agama Kristen Yesus Kristus memang juru selamat, tetapi orang Kristen tidak dapat mengklaim bahwa juru selamat hanya Yesus Kristus. Demikian pula Yesus adalah jalan, tetapi jalan itu bukan hanya Yesus, sebab seperti dikatakan Kenneth Cracknell bahwa di luar agama Kristen pun dikenal banyak keselamatan.

    Seperti dalam agama Yahudi, agama Islam, dan agama Hindu juga dikenal adanya jalan menuju moksha, menuju kelepasan dari kelahiran kembali, menuju keselamatan.

    Lalu bagaimana hubungan jalan-jalan ini dengan Kristus yang adalah jalan?
    Kalau kita memilih bahwa Kristus lah yang jalan satu-satu nya maka tidak cocok dengan semangat pluralisme agama-agama, jadi persoalan tentang “Tidak seorang sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” tidak terpecahkan. Banyak orang beranggapan bahwa Yesus sebagai jalan (cara) untuk mencapai suatu tujuan. Padahal menurut banyak penafsir Yesus itu bukan jalan (cara) untuk mencapai tujuan, tetapi Ia sendiri jalan sekaligus tujuan. Dalam teks dikatakan “Aku adalah… (tiga kata berikutnya mempunyai kedudukan yang sejajar) jalan, kebenaran dan hidup”. Bukan Aku jalan menuju kebenaran dan menuju hidup, tetapi sebalik nya Yesus mengatakan Ia sendiri adalah Jalan itu sendiri, Ia sendiri adalah Kebenaran itu sendiri dan Ia sendiri adalah Kehidupan itu sendiri.

    Mohon penjelasan bapak Stefanus.
    Damai Tuhan beserta kita.
    Albert
    Timor Leste

    • Shalom Albert,

      Untuk pertanyaan tentang keselamatan, Albert dapat melihat pembahasan konsep keselamatan, menurut theosentris, kristosentris, dan ekklesiosentris (silakan klik). Dari penjabaran Albert, maka William Barclay menganut paham kristosentris, Samartha dan Kenneth Cracknell menganut paham theosentris. Namun, bagi Gereja Katolik, theosentris, kristosentris dan ekklesiosentris adalah tak terpisahkan, karena ketiganya adalah merupakan kesatuan dalam rencana keselamatan Allah (silakan baca artikel ini – silakan klik). Silakan melihat jawaban di link yang saya berikan di atas, dan juga tanya jawab “siapa saja yang dapat diselamatkan” (silakan klik). Semoga tiga link tersebut dapat membantu Albert.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  4. Salam damai Kristus,
    Mohon penjelasan bapak Stefanus.
    Lewat kesempatan ini saya sangat memerlukan penjelasan dari bapak Setefanus berhubung kunjungan bapak Paus Benediktus XVI ke Yordania baru-baru ini (Mei 2009).
    Saya mengutip pernyataan bapak Paus Benediktus XVI di Lapangan terbang Amman, Yordania, lewat internet. Berikut pernyataan bapak Paus yang sama berkata, sebagaimana tulisan resmi Vatikan: “Kunjungan saya ke Yordania memberi saya sebuah undangan kesempatan untuk bicara dari respek saya yang dalam kepada komunitas Muslim, dan memberi penghargaan kepada kepemimpinan yang telah ditunjukan oleh Yang Mulia Raja [Yordania] dalam mempromosikan suatu pegertian yang lebih baik dari kebaikan yang dinyatakan oleh Islam.”
    Berkaitaan dengan peryataan bapak Paus Benediktus XVI tentang agama Islam baru-baru ini membuat saya mau menanya kan sesuatu terutama apa betul seharusnyakah kita orang-orang Kristen “respek” agama-agama lainnya?
    Apakah kita percaya bahwa orang Muslim dapat diselamatkan melalui pengajaran-pengajaran Islam? Apa lagi menolak Tritunggal.
    Sedangkan dalam Catatan sejarah kita menulis sejak abad ke 5 AD banyak Paus menyatakan bahwa keselamatan kekal hanya didapat dari Gereja Roma Katolik.
    Bagi saya respek adalah sebuah permasalahan katagori. Pada ujungnya, kita sebagai orang-orang Kristen harus menunjukan respek untuk orang-orang Muslim melalui menceritakan Injil Yesus Kristus di dalam roh kasih dan kebenaran. Kita dipanggil untuk mengasihi dan menghormati / respek orang-orang Muslim, bukan Islam
    Saya kira kita sebagai orang Kristen bisa respek kehebatan dari pendidian Muslim pada abad pertengahan dan keajaiban seni dan arsitektur yang bersifat Islam. Tetapi kita tidak bisa respek pada suatu sistem kepercayaan yang menolak kebenaran Injil, menolak bahwa Yesus bukan Putra Allah, dan memenjarakan berjuta-juta jiwa.
    Begitupun orang-orang Kristen boleh respek dengan tulus apa yang orang-orang Muslim percayai, namun tidak dapat respek kepada kepercayaan-kepercayaannya. Dan kita dapat respek orang-orang Muslim untuk keterlibatan mereka kepada hal-hal yan bersifat kemanusiaan, pendidikan dan budaya.
    Saya pun mengutip perkataan Emperor Manuel II, satu dari beberapa penguasa kerajaan Byzantine, yang berkata: “Tunjukan kepada ku apa yang nabi Muhammad telah bawa bahwa itu baru, dan kamu akan temukan hal-hal yang hanyalah kejahatan dan tidak-manusiawi, seperti perintahnya untuk menyebarkan iman melalui pedang sebagaimana ia telah kotbahkan.”
    Saya minta penjelasan bapak Stefanus semoga dengan penjelasan nya dapat membantu saya untuk lebih memahami hubungan antara agama kita dengan agama-agama lain.
    Terimakasih banyak semoga Tuhan memberkati, Amen.

    Albert, (Timor Leste).

    • Shalom Albert,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang pernyataan Paus Benediktus XVI yang menyatakan bahwa kita harus menghormati agama Islam. Dalam pernyataannya di "Welcoming ceremony – Friday 8 May 2009", Paus mengatakan:

      Paragraf di bagian tengah: "My visit to Jordan gives me a welcome opportunity to speak of my deep respect for the Muslim community, and to pay tribute to the leadership shown by His Majesty the King in promoting a better understanding of the virtues proclaimed by Islam."

      Paragraf akhir: "I hope very much that this visit, and indeed all the initiatives designed to foster good relations between Christians and Muslims, will help us to grow in love for the Almighty and Merciful God, and in fraternal love for one another."

      Di dalam pidatonya, Paus Benediktus memang mengatakan bahwa kita harus menghargai komunitas muslim, yang memang mempunyai kebajikan-kebajikan yang baik. Mari kita sekarang membandingkan dengan apa yang dikatakan oleh Konsili Vatikan II tentang topik yang sama. Dektrit tentang Ekumenisme (Nostra Aetate, 3) mengatakan:

      "Gereja juga menghargai umat Islam, yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup dan berdaulat, penuh belaskasihan dan mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda kepada umat manusia. Kaum muslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati kepada ketetapan-ketetetapan Allah juga yang bersifat rahasia, seperti dahulu Abraham – iman Islam dengan sukarela mengacu kepadanya – telah menyerahkan diri kepada Allah. Memang mereka tidak mengakui Yesus sebagai Allah, melainkan menghormati-Nya sebagai Nabi. Mereka juga menghormati Maria Bunda-Nya yang tetap perawan, dan pada saat-saat tertentu dengan khidmat berseru kepadanya. Selain itu mereka mendambakan hari pengadilan, bila Allah akan mengganjar semua orang yang telah bangkit. Maka mereka juga menjunjung tinggi kehidupan susila, dan berbakti kepada Allah terutama dalam doa, dengan memberi sedekah dan berpuasa.

      Dari dua kutipan di atas, kita dapat melihat adanya pesan yang sama, yaitu:

      1) Kita harus menghormati atau menghargai agama Islam, karena mereka menyembah Allah yang satu (berbakti kepada Allah terutama dalam doa, dengan memberi sedekah dan berpuasa) dan mereka juga diajarkan untuk mengasihi sesama. Dan pesan inilah yang disampaikan oleh Paus Benediktus XVI di paragraf akhir yang mengatakan bahwa agama Kristen dan Islam dapat bekerja sama, sehingga dapat mengasihi Allah dan sesama. Dan perintah "double commandment of love" inilah yang dapat dijadikan dasar untuk bekerjasama.

      2) Namun kerjasama dan hormat kepada agama lain tidak boleh mengaburkan pokok-pokok iman yang kita percayai, karena toleransi tidak dapat mengaburkan kebenaran. Oleh karena itu, kita tidak dapat bekerjasama dengan agama lain kalau harus mengorbankan iman kita. Kita dapat berdialog dengan hormat dan penuh kasih, namun kita tidak dapat mengaburkan iman Gereja Katolik yang kita percayai. Oleh karena itu, kita tetap harus mengabarkan Kristus kepada setiap orang dengan cara yang bijak, karena mengabarkan Kristus adalah salah satu penerapan dari mengasihi sesama. Kalau kita percaya bahwa Kristus dan Gereja Katolik adalah harta yang begitu tak ternilai, maka kita juga harus memberikan harta ini kepada semua orang. Namun, masalah mereka menerima atau tidak bukan urusan kita lagi. Roh Kudus yang akan menyentuh hati mereka. Dan ini juga menjadi tantangan bagi seluruh umat Katolik untuk dapat menjadi saksi hidup yang baik, karena cara paling mudah bagi orang yang belum mengenal Kristus untuk dapat tertarik akan pengajaran Kristus adalah dengan melalui kesaksian hidup kita.

      3) Bagaimana tentang keselamatan mereka? silakan untuk membaca tanya jawab ini (silakan klik).

      Kutipan yang dikatakan oleh Paus Benediktus XVI ketika memberikan kuliah di universitas Regensburg, harus kita lihat secara seimbang. Ada dua sisi yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan, yaitu 1) "fideism", yang hanya mengandalkan iman, sehingga dapat terjadi bahwa iman yang seperti itu dapat melawan akal budi, dan 2) "modernism", yang banyak terjadi di dunia Barat, dimana mereduksi peran Tuhan hanya sebagai humanism dan menghapuskan semua hal-hal yang berbau supernatural. Dan Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa iman dan akal budi harus berjalan bersama-sama untuk mencapai kebenaran dan keduanya tidak bertentangan, karena bersumber pada sumber yang sama, Tuhan.

      Semoga uraian di atas dapat menjawab pertanyaan Albert.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

Comments are closed.