Pertanyaan:
Saya dan istri adalah katolik. Saya dibaptis tidur dan istri saya dibaptis berdiri. Kini kami mempunyai anak berusia satu tahun. Saya merencanakan anak saya untuk dibaptis pada usia 5 tahun agar dia bisa merasakan bagaimana rasanya dibaptis. Sebenarnya ini juga pengalaman saya pada saat kecil dulu. Saya dibaptis pada usia sekitar 5 – 6 tahun. Dan masih sangat membekas diingatan saya pada saat dibaptis. Nah, hal inilah yang ingin saya lakukan pada anak saya. Tetapi pertanyaannya adalah, saya pernah membaca suatu artikel dan forum – forum Katolik lainnya, ada baiknya agar anak secepat mungkin dibaptis agar terlepas dari dosa asal. Tetapi saya kok jadi berpikir begini, jika anak yang masih bayi dibaptis, dia pasti tidak mempunyai suatu pengalaman bagaimana indahnya dibaptis, karena masih bayi jadi tidak merasakan apa – apa. Jadi bagaimana menurut pandangan gereja tentang pertanyaan saya ini.. Apakah sebaiknya anak – anak secepatnya dibaptis walau masih bayi dan tidak merasakan apa – apa, atau menunggu dia cukup besar baru dibaptis agar dia bisa merasakan indahnya saat dibaptis? Terima kasih atas penjelasannya.
Nico
Jawaban:
Shalom Nico,
Tuhan Yesus mensyaratkan Pembaptisan bagi keselamatan (lih. Yoh 3:5; Mrk 16:16). Rasul Paulus mengajarkan kepada kita bahwa kita semua lahir dengan membawa dosa asal Adam dan karenanya membutuhkan Pembaptisan (lih. Rom 5:18-19). Yesus mengajarkan bahwa anak- anak tidak boleh dilarang untuk datang kepada-Nya (lih. Mrk 10:14). Para rasul membaptis semua anggota keluarga (Kis 16:15, 33; 1 Kor 1:16); dan ini termasuk anak- anak dan bayi. Selanjutnya dari tulisan para Bapa Gereja kita mengetahui bahwa praktek pembaptisan bayi sudah dilakukan sejak jaman para rasul. Fakta bahwa anak- anak mungkin kurang dalam merasakan sesuatu atau menggunakan akal budi mereka, tidaklah menghalangi mereka untuk tergabung dalam Perjanjian Baru melalui Pembaptisan. Sama seperti pada Perjanjian Lama, orang tua dapat membawa bayi mereka ke bait Allah agar sang bayi dapat masuk ke dalam perjanjian tersebut lewat sunat; demikian pula dalam Perjanjian Baru orang tua dapat menghantar anaknya untuk menjadi anggota keluarga Allah dalam Perjanjian Baru melalui Pembaptisan.
St. Cyprian (250) mengajarkan, “Baptisan yang menyampaikan penghapusan dosa asal harus dilakukan segera dan tidak ditunda.”[i] Likewise, St. Augustinus (422), menekankan, bahwa pembaptisan sebagai “kematian kita dengan Kristus terhadap dosa dan kebangkitan kita kepada kehidupan yang baru”, memberikan pondasi terhadap rahmat Baptisan kepada semua orang, baik dewasa maupun anak- anak, sebab semua orang telah lahir dengan dosa asal [ii]. Maka St. Cyprian and St. Augustinus secara jelas mengajarkan agar bayi/ anak- anak segera dibaptis. Hal ini telah menjadi praktek yang dilakukan oleh para rasul, seperti yang dilakukan kepada Lydia dan Krispus (lih. Kis 16:15 : 18:8)
Dengan prinsip bahwa kita dilahirkan dengan dosa asal dan bahwa dosa asal tersebut hanya dapat dihapuskan melalui Pembaptisan agar kita dapat masuk dalam Kerajaan Surga, maka sudah selayaknya para orang tua segera membaptis bayinya setelah kelahiran mereka, dan tidak perlu menunggu sampai beberapa tahun agar mereka dapat ‘merasakan’ indahnya Baptisan. Iman kita tidak tergantung dari perasaan tetapi lebih kepada realitas pemberian rahmat Allah pada saat Pembaptisan itu. Alasan perasaan anak menjadi sekunder, jika dibandingkan dengan kenyataan bahwa dengan secepatnya anak menerima Pembaptisan, maka ia secepat mungkin menerima rahmat keselamatan. Dengan demikian orang tua tidak menyesal, jika sampai misalnya, karena suatu musibah, sang anak meninggal pada usia sangat muda. Jika anak itu belum sempat dibaptis, tentu orang tua akan menyesalinya, karena belum sempat membawa anak itu untuk menerima karunia Allah yang tak terhingga yaitu keselamatan kekal dalam kerajaan surga.
Demikian tanggapan saya atas pertanyaan anda, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
[i] Cf. Cyprian, Epistles 64 as quoted in The Sudy of Liturgy, edited by Cheslyn Jones, Edward Yarnold SJ, p. 123
[ii] Cf. St. Augustine, Enchiridion, ch. 42,43,45.
Shalom semuanya,
Pembaptisan anak2 sering diperdebatkan. Ada yg pro. Ada yg kontra. Masing2 punya argumen. Tetapi seorang Guru berkata kepada saya, “Kalau kamu punya anak, kamu ajar dia bahasa apa?” Jawab saya, “Bahasa Indonesia.” Tanya Guru, “Kenapa?”. “Karena Bahasa Indonesia yang paling saya pahami dengan baik”, terang saya. Guru menjelaskan, “Katolik juga sebuah bahasa, bahasa kasih. Berikanlah ke anakmu kalau kamu anggap itu hal yang baik.”
Kita yang dewasa dan memeluk agama Katolik tentu meyakini agama Katolik adalah yang terbaik, mengapa kita ragu untuk memberi yang terbaik buat anak2 kita? Kalau ada obat yang menyembuhkankan tetapi anak2 tidak suka karena rasanya, bukankah kita akan memaksa anak itu untuk minum obat itu? Anak butuh bimbingan orang tua untuk mengetahui yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah. Kalau kita sendiri ragu tentang yang baik dan yang jahat, mungkin kita harus kembali banyak belajar.
Salam,
Edwin ST
Pak Edwin,
Mantab sekali ilustrasi Bapak.
Shalom, pengasuh katolisitas,
saya mau bertanya, apa seorang diakon diberi kuasa untuk membaptis seseorang?
terimakasih.
salam,
christine
Shalom Christine,
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 1256 Biasanya pelayan Pembaptisan adalah Uskup dan imam dan, dalam Gereja Latin, juga diaken (Bdk. KHK, can. 861 §1; CCEO, can. 677 §1). Dalam keadaan darurat setiap orang, malahan juga seorang yang belum dibaptis, dapat menerimakan Pembaptisan, asal saja ia mempunyai niat yang diperlukan: Ia harus bersedia melakukan, apa yang dilakukan Gereja , waktu Pembaptisan, dan memakai rumusan Pembaptisan yang trinitaris. Gereja melihat alasan untuk kemungkinan ini dalam kehendak keselamatan Allah yang mencakup semua orang (Bdk. 1 Tim 2:4) dan perlunya Pembaptisan (Bdk. DS 1315; 646; KHK, Kan. 861 §2) demi keselamatan (Bdk. Mrk 16:16).
Maka jika yang anda maksud adalah diakon/ diaken tertahbis, maka ya, mereka termasuk dalam pelayan Pembaptisan. Namun jika diakon yang dimaksud adalah pro-diakon (tidak tertahbis, dan seharusnya disebut sebagai pelayan pembagi Komuni tak lazim), maka sesungguhnya ia (sebagai kaum awam) hanya dapat membaptis jika dalam keadaan darurat, misalnya dalam resiko kematian dari orang yang memohon baptisan, di mana di sana tidak ada imam yang dapat membaptis. Di luar keadaan darurat, maka pelayan Pembaptisan adalah Uskup, imam dan diaken tertahbis, dan mereka mempunyai kewajiban untuk menggabungkan umat yang baru dibaptis ke dalam kesatuan Gereja (misal dalam paroki tertentu).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam untuk semua,
Sharing saja. Ada seseorang nenek dari Bangladesh yang pernah cerita ke saya, sewaktu dia muda dia bukan seorang Katolik. Saat itu dia sedang sekolah di Inggris dan dia ingin menjadi Katolik. Tetapi saat keluarganya tahu, sang Ayah mengirimkan dia tiket pesawat untuk segera pulang ke rumah. Segera dia mencari romo yang kebetulan pimpinan sekolah untuk membaptis dia bersama dengan seorang teman sekelasnya yang juga Katolik, tetapi romo menolak membaptis dia karena di anggap belum dewasa (di bawah 17 tahun). Ia menjawab romo, “Kalau romo tidak mau baptis saya, maka teman saya ini yang akan baptis saya.” Karena setelah balik ke rumah dapat dipastikan dia tidak akan bisa keluar rumah atau menjadi Katolik. Romo pun kaget koq gadis muda bisa tahu aturan tersebut. Lalu setelah menimbang2, si romo pun bersedia membaptis dia dengan disaksikan oleh temannya. Nenek ini merupakan seorang katekis yang sangat handal di sebuah paroki di Stockholm, Swedia.
Jadi keadaan darurat di sini tidak cuma diartikan dalam bahaya mati, tapi dalam bahaya iman. Dalam hal ini si nenek tadi dalam bahaya tidak akan pernah bisa menjadi Katolik. Karena menjadi Katolik akan dianggap sebagai aib keluarga.
Salam,
Edwin ST
Bayi tidaklah berdosa justru anda yg berdosa telah menyesatkan orang lain apakah ada jaminan kalo udah dibaptis masuk surga
[dari katolisitas: Saya menyadari bahwa anda tidak setuju dengan jawaban kami. Kami telah memberikan argumentasi. Kalau anda tidak menyetujuinya, silakan memberikan argumentasi, sehingga kita dapat berdiskusi tentang topik ini.]
Mengapa pertanyaan dari Steven tdk anda jwb? Apakah krn anda tdk punya jaminan (ayat2 pendukung dlm Alkitab)? Sy ragu justru anda sndiri belum diselamatkan wlpun anda telah dibaptis 1000x, krn konsep anda ttg baptisan salah total dan menyesatkan byk org.
[dari katolisitas: Silakan membaca tanya jawab di atas – silakan klik, artikel ini – silakan klik dan klik ini]
Shalom Agt,
Baik sekali kalau Anda ragu, tetapi jangan menghakimi terlebih dahulu. Seseorang yang meragukan sesuatu harus menyelidiki suatu perkara sampai tuntas sebelum sampai pada kesimpulan. Karena kalau tidak kesimpulan Anda nantinya pun akan diragukan oleh orang lain.
Yang pasti, Gereja tidak pernah ragu akan apa yang diajarkan dan saya pribadi tidak pernah meragukan ajaran Gereja tetapi saya sering meragukan kemampuan saya untuk memahami kedalaman ajaran Gereja.
AMDG,
Edwin ST
Shalom semuanya
Puji Tuhan…anak saya sudah dibaptis. Terima kasih atas dukungan dan saran dari team katolisitas dan rekan – rekan semua. Suatu kebanggaan melihat anak saya sudah dibaptis. Kini dia sudah masuk menjadi anggota Kerajaan Allah. GBU
Salam sejahtera Bpk Lukas
kenapa pembaptisan
1. Di Khatolik tidak diakui oleh gereja lain?
2. Kenapa di gereja lain pembatisan harus di tenggelamkan seluruh badan kita?
adakah penjelasannya dengan acuan alkitab
trimakasih Yunus
Selamat dan salut kepada Pak Nico yang telah sangat terbuka mengungkap isi hati dan sekaligus mau menerima pendapat orang lain tentang iman dan kebenaran dalam Gereja Katolik.
Selamat memepersiapkan keluarga dalam baptisan. Pada Hari Raya Paskah kalau mungkin.
yang selalu berdosa,
yohanes yp
Saya dan istri adalah katolik. Saya dibaptis tidur dan istri saya dibaptis berdiri. Kini kami mempunyai anak berusia satu tahun. Saya merencanakan anak saya untuk dibaptis pada usia 5 tahun agar dia bisa merasakan bagaimana rasanya dibaptis. Sebenarnya ini juga pengalaman saya pada saat kecil dulu. Saya dibaptis pada usia sekitar 5 – 6 tahun. Dan masih sangat membekas diingatan saya pada saat dibaptis. Nah, hal inilah yang ingin saya lakukan pada anak saya. Tetapi pertanyaannya adalah, saya pernah membaca suatu artikel dan forum – forum Katolik lainnya, ada baiknya agar anak secepat mungkin dibaptis agar terlepas dari dosa asal. Tetapi saya kok jadi berpikir begini, jika anak yang masih bayi dibaptis, dia pasti tidak mempunyai suatu pengalaman bagaimana indahnya dibaptis, karena masih bayi jadi tidak merasakan apa – apa. Jadi bagaimana menurut pandangan gereja tentang pertanyaan saya ini.. Apakah sebaiknya anak – anak secepatnya dibaptis walau masih bayi dan tidak merasakan apa – apa, atau menunggu dia cukup besar baru dibaptis agar dia bisa merasakan indahnya saat dibaptis? Terima kasih atas penjelasannya.
Nico
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Ya, Sdr. Nico,
Saya termasuk orang tua yang pernah merasakan ketakutan yang sangat ketika putri sulung saya yang baru saja dilahirkan, harus dirawat di bagian perinatologi.
Waktu itu, saya sudah bersiap-siap membaptisnya sendiri jika keadaannya menggawat, dan tidak ada pastor yang bisa hadir untuk membaptisnya. Saya pikir, jika kedokteran tidak dapat menolongnya, maka hanya satu yang bisa saya berikan, yaitu membawa ia kepada pembaptisan. Karna saya percaya, pembaptisan pasti membawanya kepada keselamatan kekal. Maka, saya sangat berterima kasih kepada http://www.katolisitas.org yang telah membuat saya mengerti tentang pembaptisan darurat yang boleh dilakukan oleh setiap orang yang telah dibaptis secara Katolik.
Karna keadaan putri saya berangsur membaik maka saya tidak jadi memanggil pastor, walaupun ada teman yang menyarankan seperti itu. Saya jawab, karna keadaannya mulai membaik, saya sangat ingin ia dibaptis dalam suatu moment yang memang dikhususkan untuk itu. Akhirnya, putri saya dibaptis saat ia berusia satu bulan lebih, atau satu hari sebelum ulang tahun perkawinan kami yang pertama.
Dan, dengan membawanya kepada pembaptisan, serta-merta saya dan istri saya mempunyai satu tanggung jawab yaitu mendidik dan membesarkannya secara Katolik – sebagaimana janji yang diucapkan oleh orang tua yang anaknya dibaptis.
Salam kasih dalam Tuhan Yesus,
Lukas Cung
Pak Lukas
Terima kasih atas saran dan sharingnya. Saya jadi tidak sabar untuk membawa anak saya untuk dibaptis. GBU
Ttg baptisan dan baptisan bayi, Scott Hahn dlm “Rome Sweet Home” menyatakan (hlm 200 dst)baptisan dikehendaki Kristus. “Alkitab tidak pernah menyatakan’engkau harus menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatmu’. Sungguh baik untuk berbuat demikian tetapi itu bukanlah yang dibicarakanNya ketika Ia mengatakan kepada Nikodemus dlm Yoh 3:3 supaya ia ‘dilahirkan kembali’. Yesus menjelaskan dlm dua ayat kemudian ‘engkau harus dilahirkan dari air dan Roh’ yg Ia nyatakan mengacu pada baptisan. Yohanes menjelaskannya bagi pembaca, karena segera setelah ia mengakhiri kisah pembicaraan Yesus dengan Nikodemus dalam ayat 2-21, ia menyatakan dalam ayat berikutnya bahwa ‘setelah itu Yesus dan para rasulNya pergi ke tanah Yudea; di sana Ia tinggal bersama mereka da membaptis. Beberapa ayat berikutnya, Yohanes melaporkan bagaimana ‘orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Yesus memperoleh dan membaptis murid lebih banyak daripada Yohanes.’ dengan perkataan lain, ketika Yesus berkata bahwa kita harus ‘dilahirkan kembali’, yang Dia maksudkan adalah pembaptisan”.
hlm. 25-27 ada dasar pembaptisan bayi yaitu Kis 2:38-39. “Bertobatlah dan hendaknya kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis… sebab bagimulah janji itu dan bagi anak-anakmu…” Juga Mat 19:14 “Biar anak-anak itu, jangan menghalangi mereka datang kepadaKu..”. Allah masih menginginkan anak-anak di dalam perjanjian dgn diriNya. Karena perjanjian baru hanya memberi baptisan sbg tanda memasuki Perjanjian Baru, maka bayi pun dibaptis. Gereja sudah melakukan baptis bayi sejak para rasul.
Shaloom
Shalom sdr. Lukas Cung,
Saya suka dengan kesaksian anda!
Comments are closed.