Satu peristiwa yang bersejarah dan sungguh patut kita syukuri di mana Tuhan berkarya bagi persatuan Gereja, telah terjadi di bulan Oktober 2011 ini. Gereja St. Luke, sebuah paroki Episkopal kecil di kota Bladensburg, Maryland, USA, menjadi gereja Episkopal pertama di Amerika (gereja Episkopal adalah gereja Anglikan yang didirikan di Amerika Serikat), yang bergabung menjadi Gereja Katolik di bawah peraturan Vatikan yang baru, yaitu peraturan yang dimaksudkan untuk merangkul saudara-saudara Kristen non- Katolik yang tidak mempunyai kesatuan penuh dengan Gereja Katolik.

Peraturan itu adalah dibentuknya sebuah struktur yang disebut dengan Ordinariat Anglikan. Ordinariat adalah suatu badan yang memfasilitasi kemungkinan pengorganisasian komunitas Anglikan yang ingin bergabung dengan Gereja Katolik. Ordinariat dibentuk sesuai dengan ketentuan Konstitusi Apostolik dari Paus Benediktus XVI yang dibuat pada 4 November 2009, yang berjudul Anglicanorum coetibus, yang ringkasannya sudah pernah dimuat di Katolisitas, di sini, silakan klik , atau selengkapnya di link Vatikan, silakan klik

Ordinariat yang dirancang itu membuka jalan kepada penyatuan gereja, sebuah sarana yang mengakui dan memahami kepercayaan akan dasar iman yang sama sambil tetap menghormati warisan liturgis yang dijalankan oleh gereja Anglikan.

Pendeta Mark Lewis, pemimpin jemaat St. Luke sejak tahun 2006, pada hari Minggu 9 Oktober 2011 itu, menanggalkan pakaian kebesarannya sebagai seorang imam Anglikan yang telah dijalaninya seluruh hidupnya, dan menggantinya dengan setelan jas dan dasi seorang awam. Ia duduk bersama umat gereja St. Luke di dalam Crypt Church di Basilika National Shine of the Immaculate Conception, Washington.

Kardinal Donald W. Wuerl, Uskup Agung Keuskupan Agung Washington, yang memimpin Misa penyatuan gereja St. Luke ke dalam Gereja Katolik di hari Minggu itu menyebut momen yang historis ini sebagai “suatu momen penyatuan yang penuh sukacita.” Kardinal mengatakan bahwa Keuskupan Agung Washington menghargai keterbukaan komunitas gereja St Luke terhadap bimbingan Roh Kudus di dalam perjalanan iman mereka.

Kardinal Wuerl telah terus mendukung proses transisi gereja ini yang telah dilakukan secara intensif sejak bulan Juni tahun ini, sebagaimana juga Uskup Episkopal, John Bryson Chane dari Washington.

“Saya sungguh merasa bersyukur secara mendalam kepada Kardinal dan kepada Uskup Chane atas dukungan mereka sepanjang proses permenungan untuk bergabung ini,” kata Pdt Lewis. “Kami juga mengharapkan untuk melanjutkan liturgi kami dalam tradisi Anglikan, sementara pada saat yang bersamaan menjadi satu kesatuan yang penuh dengan Tahta Suci Santo Petrus.”

Uskup Chane mengatakan bahwa proses transisi telah dicapai ‘di dalam semangat kepekaan pastoral dan saling menghormati.’ “Umat Kristiani berpindah dari satu gereja ke gereja lain dalam frekuensi yang jauh lebih tinggi daripada di masa lalu, kadang sebagai individu, kadang dalam kelompok. Saya gembira telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual umat dan iman gereja St. Luke dalam suatu jalan yang menghormati tradisi dan kebijakan kedua belah pihak gereja”, Uskup Chane mengatakannya dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Keuskupan Agung Washington.

Hal-hal berkaitan dengan moral dan teologi telah memecah kesatuan komunitas Anglikan khususnya mengenai otoritas Injil, pentahbisan kaum homseksual dan wanita sebagai imam dan uskup, serta hal-hal yang berkaitan dengan moralitas seksual.

Pendeta Lewis, dalam sebuah suratnya kepada rekan-rekannya yang dimuat dalam website paroki, menjelaskan bahwa keputusannya untuk bergabung dengan Ordinariat bukan karena semata-mata keinginan untuk meninggalkan Anglikanisme, tetapi lebih karena kerinduannya untuk memasuki persatuan yang penuh dengan Tahta Suci Vatikan.

“Debat dalam tubuh gereja Episkopal dan komunitas Anglikan mengarah kepada lemahnya otoritas apostolik Anglikan dalam mempertahankan iman, menjaga persatuan, dan menyelesaikan aneka persoalan,” kata Pendeta Lewis lebih lanjut. Ia dan istrinya, Vickey, telah selalu berdoa dan mempelajari semua permasalahan ini dan mengatakan bahwa “hati kami semakin bergerak mendekat kepada Roma.”

Patrick Delaney, seorang pemimpin awam paroki tersebut yang berasal dari Mitchellville, juga menyebut permasalahan seputar otoritas gereja. “Di dalam gereja Episkopal, uskup-uskup di suatu tempat mengatakan satu hal dan di tempat lain mengatakan hal yang lain,” katanya kepada Washington Post. “ Itulah simpul permasalahannya. Setiap uskup mempunyai kerajaannya sendiri-sendiri.” Umat telah lama merindukan suatu otoritas religius tunggal yang jelas. Dia dan umat lainnya di St Luke mengatakan bahwa mereka sangat antusias untuk mendukung penyatuan kembali gereja Anglikan ke dalam Gereja Katolik, di mana Anglikanisme memisahkan diri di tahun 1500-an. “Saya merasa semua ini mengagumkan,” kata Delaney. “Rasanya seperti memperbaiki sejarah yang telah berumur 500 tahun,” ia berharap semakin banyak usaha untuk menjembatani perpecahan yang terjadi dalam Gereja yang telah diawali dengan Reformasi Protestan di abad ke-16. Lebih lanjut ia mengatakan, “Saya merasa seperti terbang di awan,” katanya. Bagaimana perbedaan menjadi seorang Katolik? “Saya tidak tahu apakah ada suatu perasaan yang dapat dinyatakan dengan jelas,” katanya, “selain dari rasa sukacita dan perasaan bersemangat serta tanggung jawab yang serius dari semua ini. Tetapi saya tahu bahwa saya telah menjadi orang yang berbeda sekarang.”

Pdt. Lewis mengatakan bahwa parokinya telah lama menjalankan berbagai praktek iman Katolik, namun kini ia telah memesan patung Bunda Maria yang lebih besar. Mereka merencanakan memberikan lebih banyak pengajaran mengenai berdoa Rosario dan menerima Sakramen Pengakuan Dosa, karena cukup banyak umat St. Luke yang masih perlu dibantu untuk membiasakan diri dengan hal-hal tersebut.

Pendeta Lewis memohon dukungan dan doa saat dia dan umat St. Luke berupaya untuk mempertahankan warisan Anglikan dengan kesatuan dalam Personal Ordinariate dari Gereja Katolik Roma.

Kurang lebih seratus umat dari paroki gereja St Luke, Maryland – paroki yang telah berumur 58 tahun – mendapat pengesahan untuk masuk menjadi anggota Gereja Katolik. Satu per satu, tua dan muda, orang kulit putih maupun kulit hitam, diberkati oleh Kardinal Wuerl, di dalam Misa yang dipenuhi oleh tepuk tangan sukacita.

Osita Okafor, seorang pria imigran Nigeria yang berusia 56 tahun, mendapati dirinya berada di barisan paling depan di hadapan Kardinal Wuerl untuk upacara pemberkatan. Reaksinya? “Oh, Tuhanku, pastilah aku sangat diberkati.” Seperti juga kebanyakan umat gereja St. Luke, Okafor adalah imigran dari Afrika, yaitu Nigeria. Juga banyak umat yang berasal dari Karibia.

Lewis, sang pendeta, diberkati terakhir sebagai suatu makna simbolis. “Seorang gembala yang baik harus memastikan bahwa semua kawanannya sudah selamat melewati pintu,” ujar Lewis.

Kemudian, sebagaimana dilakukan umat Katolik pada hari Minggu, mereka menyatakan di hadapan seluruh umat bahwa mereka “percaya dan mengakui bahwa segala sesuatu yang diimani, diajarkan, dan dinyatakan oleh Gereja Katolik adalah hikmat yang dinyatakan oleh Allah”.

“Selama ini kami telah menempatkan diri kami lebih dekat dengan teologi Katolik daripada teologi Protestan”, kata Lewis. “Jika Anda bukan seorang pelajar dari sebuah pendidikan teologi, Anda akan melihat bahwa sebenarnya tidak ada yang benar-benar berubah. Kejadian yang sebenarnya terjadi di dalam batin. Menjadi seorang Katolik Roma adalah sebuah perkembangan alamiah dari iman kami.”

Suatu perubahan yang cukup tampak terjadi di bulan Juni, yaitu penambahan kata-kata “untuk Benediktus, Paus kami,” di dalam doa-doa gereja St. Luke.

Umat paroki St. Luke ini akan kembali ke Bladensburg untuk merayakan Misa mereka sendiri hari Minggu depan; di mana Misa itu akan dipersembahkan oleh Mgr. Keith Newton, seorang imam Katolik yang dulu adalah seorang uskup Anglikan, yang kini mengepalai Personal Ordinariate dari Inggris dan Wales – ordinariat pertama yang didirikan setelah diterbitkannya konstitusi apostolik oleh Paus Benediktus XVI.

Lewis – yang Kardinal Wuerl memanggilnya “Pendeta Mark Lewis” di awal Misa pemberkatan itu, dan kemudian menjadi hanya “Mark Lewis” di akhir Misa, sedang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang imam Katolik. Namun bahkan dengan proses yang dipercepat, proses itu akan memakan waktu berbulan-bulan sebelum ia dapat ditahbiskan. Atas ijin Paus memang pendeta Anglikan seperti Pdt. Lewis yang menikah dan yang sudah menjadi pendeta Anglikan sebelum penggabungan, dapat ditahbiskan menjadi imam Katolik. Namun selanjutnya, para seminarian (calon imam) berikutnya dari tradisi Anglikan ini akan mengikuti tradisi Katolik, yaitu hidup selibat sebagai imam (tidak menikah) bagi Kerajaan Allah.

Kardinal Wuerl akan mengumumkan dalam pertemuan para uskup seberapa besar minat yang telah ia temukan terhadap dibentuknya Ordinariat Amerika. Para otoritas berpikir bahwa minat itu sudah cukup tinggi untuk mereka membuat sebuah Ordinariat Amerika untuk para Anglikan yang akan berpindah ke Katolik, demikian Washington Post melaporkan.

Sampai sebuah Ordinariat resmi dibentuk untuk Amerika, umat St. Luke akan berada di bawah pengelolaan Keuskupan Agung Washington.

Pastor R. Scott Hurd, seorang Anglikan yang telah berpindah menjadi Katolik dan adalah asisten Kardinal Wuerl untuk melayani paroki-paroki Anglikan yang ingin bergabung dengan Gereja Katolik, akan memimpin St. Luke sampai Lewis siap. Ia juga mengkoordinasi pelaksanaan kelas-kelas pengajaran bagi komunitas St. Luke untuk menerangkan berbagai terminologi dasar dari iman Katolik.

Papan nama di depan gereja St. Luke yang semula bertuliskan “Paroki Anglikan St. Luke” telah dihapus dan sementara dibiarkan kosong, menantikan nama baru untuknya.

Mari kita bersyukur memanjatkan pujian kepada Allah Bapa di Surga atas peristiwa ini. Semoga semangat persatuan, perdamaian, dan persaudaraan sejati terus berkumandang di seluruh bumi dan menyatukan anak-anak-Nya dalam kesatuan kasih-Nya yang kekal, di dalam Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. Dan mudah-mudahan kita sendiri sebagai umat Katolik makin bersemangat untuk mendalami dan mencintai iman kita kepada Tuhan dalam Gereja-Nya yang kudus, serta terus berjuang mempraktekkan iman dan kasih itu secara nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sumber:
Catholic News Agency, klik di link ini

Washington Post, klik di link ini

Diterjemahkan dan disarikan oleh:
Triastuti- katolisitas.org

49 COMMENTS

  1. Kebenaran Allah itu telah terungkap, karna kasihNya, Dia tidak mau meninggalkan, karena Dia tahu yang anda cari, sehingga Tuhan menyelamatkan seluruh umat Episcopal St Luke,Terpujilah Kristus selama lamanya

  2. Satu bukti lagi, Roh Kudus merubah jalan hidup Umat-Nya kepada Kebenaran dari Para Rasul (Successio Apostolica). Selamat bergabung dan semoga makin banyak yang “bertobat”. Pintu Gereja Katolik selalu terbuka. Amin.

    • Apakah yang anda maksudkan dengan perkataan “bertobat”?

      [Dari Katolisitas: Jika dilihat dari konteksnya, kemungkinan maksudnya adalah kembalinya mereka ke pangkuan Gereja Katolik. Pertobatan adalah metanoia, yang memang mengisyaratkan adanya langkah ‘berbalik’ ke jalan Tuhan. Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan Kristus di atas Rasul Petrus, dan langkah bergabungnya mereka yang tadinya berada di luar kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, merupakan langkah “berbalik” kepada kesatuan murid Kristus sebagaimana dikehendaki oleh Kristus sendiri dalam Yoh 17: 20-23]

  3. Memang kalau Roh Kudus berkarya, siapapun tidak bisa menghalangi, terbukti dari pengalaman iman yang bersejarah yakni pemimpin dan umat Gereja Anglikan St. Luke masuk ke pangkuan Gereja Katolik, yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. Padahal saat ini makin banyak gereja Kristen secara khusus yang bernafaskan Pentakostal menyudutkan Gereja Katolik. Karena itu, marilah kita biarkan diri kita dibimbing oleh Roh Kudus, agar kehendaknyalah yang terjadi dalam kehidupan dan Gereja kita.

  4. Sungguh luar biasa karya Roh Kudus dan karya Paus Benediktus XVI dan team nya!
    Sungguh menggembirakan dan mengharukan persatuan ini.
    This is just the beginning….. there will be more, there will be lots more to join our Holy Church ( di bawah Tahta Suci St. Petrus).
    Benar-benar ROME SWEET HOME.
    Roh Kudus semakin besar dan menyentuh hati semakin banyak orang. Amin.

    Roh Kudus bimbinglah kami semua, semoga melalui kami (para pembaca Katolisitas.org) banyak orang juga bisa melihat dan mengenal kebenaran sejati dalam Gereja SuciMu – Gereja Katolik, dan melalui bimbinganMu mereka bisa kembali kedalam pangkuan GerejaMu.

    Bunda Maria doakanlah kami. Amin.

    Thanks atas berita sukacita ini Pak Stef dan Bu Ingrid. Julia bantu sebarkan ke milis julia ya (of course mencantumkan website kalian juga). Thx.

    [dari Katolisitas: Ya, silakan menyebarkan berita suka cita ini. Syukur kepada Tuhan.]

    • Luar biasa, sungguh sesuatu yang sangat indah melihat penyatuan kembali Gereja Anglikan AS ke dalam Gereja Katholik. Terpujilah karya Roh Kudus yang terus berkarya didalam Gereja Nya yang masih menggembala di dunia ini. Kiranya langkah ini juga diikuti oleh Gereja2 lain dengan bimbingan Roh Kudus. Terpujilah Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, sekarang dan selama lamanya. Amin

  5. 17:9 Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu
    17:10 dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.
    17:11 Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. (Yoh 17 : 9 – 11)

    Kemuliaan kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang selalu dan sepanjang segala abad, Amin.

  6. Pada saatnya pasti akan kembali menjadi satu cawan. Terpujilah Allah

  7. Puji Tuhan!
    Satu yang kusuka dari Paus Benedict XVI, berani merangkul dengan taktis namun tetap mengutamakan cinta kasih.

  8. Wis titiwancine manunggale imam amerga tuntunan Roh Suci lan Gusti sing Moho Kuwasa.

    [dari Katolisitas: terjemahan dari kalimat di atas adalah sebagai berikut: “Sudah saatnya bersatunya imam (iman) karena tuntunan Roh Kudus dan Tuhan Yang Maha Kuasa”. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada pemakaian bahasa daerah, kami menghimbau pembaca menggunakan bahasa Indonesia agar artinya dapat dipahami seluruh pembaca Katolisitas, terima kasih]

  9. Puji Tuhan! saya terharu membacanya. Memang ritual mereka masih sangat mirip dengan Perayaan Ekaristi Katolik. Waktu studi saya berkali-kali ikut Misa di suatu Katedral Anglikan, tanpa mengetahui bahwa Church of England berbeda dengan Gereja Katolik Roma.. awalnya saya pikir itu nama keuskupan saja. Proficiat Mark Lewis yang menjalankan yang terbaik bagi keselamatan jiwanya dan kawanan yang dipercayakan padanya. Semoga tetap rendah hati dan teguh mengatasi godaan. Saya juga kagum melihat semangat para Imam Katolik yang tak henti dan tanpa takut mewartakan kebenaran, serta meneguhkan iman domba-domba yang kebingungan.

  10. Ut Unum Sint.

    I thank the Lord that He has led us to make progress along the path of unity and communion between Christians, a path difficult but so full of joy. Interconfessional dialogues at the theological level have produced positive and tangible results: this encourages us to move forward.

    Ut Unum Sint.

  11. Matur nuwun Njeng Ibu Dewi Marijah awit srana pitulungan dalem para menda ingkang katriwal sami wangsul ndherek Pasamuan Katulik ingkang Suci.

  12. Syukur kepada Allah Bapa Maha Pengasih yang telah mengabulkan doa umat hamba-Nya hingga semua orang beroleh keselamatan melalui gerejaNya yang kudus. Bunda Maria doakanlah kami.. Amin.

  13. Maria Bunda Allah telah melanjutkan doa dan permohonan umatNya, agar kawanan domba kembali kepada GembalaNya, amin

  14. Semoga di seluruh dunia pengikut Kristus Non- Katolik segera kembali kepada induknya…dan semoga demikian juga di Indonesia

  15. Syukur kepada Allah, Terpujilah Kristus, Terima kasih Roh Kudus, Ave Maria….

  16. Puji Tuhan,
    “Kepada Petrus sajalah Ia [Kristus] berkata, “Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini aku akan mendirikan Gereja-Ku.” Di mana Petrus berada, Gereja berada. Dan di mana Gereja berada, tidak ada kematian, tetapi kehidupan kekal.”
    ( St. Ambrosius dari Milan) (Sumber Katolisitas; Keutamaan Petrus (5)).
    Tuhan memberkati kita semua untuk keselamatan kita semua. Amin

  17. Puji Tuhan, masa tuaian telah tiba, saatnya menuai bagi para pekerja di ladang Tuhan. Mari kita semakin menguatkan iman kita, dan menerapkannya dalam tinadakan dan perbuatan nyata sehari-hari, sehingga dapat menjadi contoh dan teladan bagi saudara-saudara kita yang kembali bersatu maupun yang belum. Glori haleluya..terpujilah namaNya untuk selamanya, amin.

  18. Puji Tuhan

    saya tidak dapat membayangkan sukacita di Surga. Doa Tuhan Yesus semakin te-realisasi.

    Terima kasih telah memuat berita ini.

  19. Syukur Tuhan kerana memanggil kembali anak2Nya yg terpisah sekian lama untuk kembali ke dalam rumah asal.. suatu ketika dulu saya pernah memberi pandangan bahawa penggabungan semula Anglikan-Katolik pasti akan terjadi juga akhirnya. Saya pernah mencadangkan kepada pihak Vatikan bahawa para uskup dan pendeta daripada gereja Anglikan boleh meneruskan pelayanan pastoral mereka berdasarkan apa yang mereka ada (berkahwin), namun bagi kumpulan baru, para pendeta mereka akan melayani tanpa berkahwin (hidup membujang), seperti paderi Katolik asal lainnya. Semoga Tuhan terus bekerja di ladangNya yang luas..

  20. Terimakasih Tuhan Yesus…. semoga semua aliran Kristen non Katholik dapat bergabung dan bersatu kembali sehingga menjadi 1 yang didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri yaitu Katholik.. amiennn…Tuhan Yesus memberkati semua….

  21. Terpujilah Tuhan karena kasih setiaNYA….
    Kiranya dengan bergabungnya sodara-sodara dari gereja Anglikan ini semakin memperkuat iman kita yang sudah menerima iman Katolik bahwa kebenaran sejati hanya ada di Gereja Katolik di bawah pimpinan Paus penerus St. Petrus…

    Bunda Maria… Doakanlah kami anak-anakmu…

  22. Terima kasih Tuhan ini doa yang selalu saya terus menerus lakukan….. semoga nantinya seluruh Gereja akan bersatu dalam kesatuan dengan Tahta St. Petrus..dan kami berharap kejadian ini tidak akan menunggu lama lagi…. Amin

  23. Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Gerejanya..!
    sebenarnya saya masih bingung pada kalimat yang mengatakan “Lewis – yang Kardinal Wuerl memanggilnya “Pendeta Mark Lewis” di awal Misa pemberkatan itu, dan kemudian menjadi hanya “Mark Lewis” di akhir Misa, sedang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang imam Katolik.” Apakah nantinya sdr Mark Lewis setelah menjadi imam akan meninggalkan keluarganya, dan tinggal bersama saudara imam lainnya dalam biara atau tinggal bersama dengan istri dan anak-anaknya dan menghidupi keluarganya baik secara rohani maupun jasmani (khusus untuk Istri). Maaf sebelumnya karena bagi saya agak kurang berkenan. Alangkah baiknya jika dia hanya sebagai awam, toh yang membuka hatinya untuk masuk ke dalam kesatuan dengan gereja Katolik bukan dirinya sendiri tapi terlebih atas karya Roh Kudus..!
    Trimakasih.
    Berkah dalem.

    • Shalom Jubandri,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang pastor dari Anglikan yang ingin masuk ke Gereja Katolik. Seperti yang kita ketahui, Paus Benediktus pada tanggal 4 November 2009 memberikan Konstitusi Apostolik Anglicanorum Coetibus. Di bagian VI dari dokumen tersebut dituliskan sebagai berikut [penekanan dari saya]:

      VI. § 1. Those who ministered as Anglican deacons, priests, or bishops, and who fulfil the requisites established by canon law[13] and are not impeded by irregularities or other impediments[14] may be accepted by the Ordinary as candidates for Holy Orders in the Catholic Church. In the case of married ministers, the norms established in the Encyclical Letter of Pope Paul VI Sacerdotalis coelibatus, n. 42[15] and in the Statement In June[16] are to be observed. Unmarried ministers must submit to the norm of clerical celibacy of CIC can. 277, §1.
      § 2. The Ordinary, in full observance of the discipline of celibate clergy in the Latin Church, as a rule (pro regula) will admit only celibate men to the order of presbyter. He may also petition the Roman Pontiff, as a derogation from can. 277, §1, for the admission of married men to the order of presbyter on a case by case basis, according to objective criteria approved by the Holy See.

      Dari dokumen tersebut maka kita dapat melihat bahwa untuk imam Anglikan yang ingin menjadi imam Katolik, maka dia harus merujuk pada dokumen dari Paus Paul VI, Sacerdotalis Coelibatus, n.42, yang tertulis sebagai berikut [penekanan dari saya]:

      Particular Cases

      42. In virtue of the fundamental norm of the government of the Catholic Church, to which We alluded above, (82) while on the one hand, the law requiring a freely chosen and perpetual celibacy of those who are admitted to Holy Orders remains unchanged, on the other hand, a study may be allowed of the particular circumstances of married sacred ministers of Churches or other Christian communities separated from the Catholic communion, and of the possibility of admitting to priestly functions those who desire to adhere to the fullness of this communion and to continue to exercise the sacred ministry. The circumstances must be such, however, as not to prejudice the existing discipline regarding celibacy.

      And that the authority of the Church does not hesitate to exercise her power in this matter can be seen from the recent Ecumenical Council, which foresaw the possibility of conferring the holy diaconate on men of mature age who are already married. (83)

      Dari sini, kita dapat melihat bahwa, Gereja Katolik (Latin) senantiasa memberlakukan kehidupan selibat untuk para imam sebagai norma umum (pro regula) yang harus dipraktekkan. Hal ini dapat dilihat bahwa calon imam Anglikan yang belum menikah dan ingin menjadi imam Katolik diharuskan untuk hidup selibat. Namun, dalam kondisi khusus, seperti imam Anglikan yang telah menikah dan ingin menjadi imam Katolik, maka Vatikan dapat memberikan persetujuan berdasarkan kasus per kasus (case by case). Tentu saja mereka juga harus menyelesaikan pendidikan imam Katolik yang diperlukan, sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai imam Katolik.

      Pertanyaannya, setelah menjadi imam Katolik, maka bagaimana kehidupan mereka? Kehidupan mereka akan sama seperti kehidupan diakon tetap (bukan diakon transisi), yang hidup satu atap bersama dengan istri dan anak-anak mereka walaupun telah menerima tahbisan sebagai klerus. Karena mereka hidup satu atap, tentu saja mereka hidup sebagaimana layaknya keluarga yang lain, dengan tetap menjalankan fungsinya sebagai imam. Sebagai catatan, kalau istrinya meninggal, maka imam tersebut harus menjalankan hidup selibat dan tidak boleh menikah lagi. Dalam hal ini, sudah seharusnya kita dapat menerima keputusan ini, karena peraturan untuk mengizinkan status pernikahan bukanlah merupakan perubahan peraturan hidup selibat, namun hanya merupakan perkecualian yang ditinjau kasus per kasus. Kita juga harus mengingat bahwa materi dan forma dari sakramen ini bukanlah hidup selibat, namun penumpangan tangan dari uskup (materi) dan doa bersamaan dengan penumpangan tangan (forma). Semoga penjelasan ini dapat diterima.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Shalom pak stefanus

        trimakasih atas penjelasannya, walaupun sebenarnya secara jujur saya kurang berkenan menerimanya. Alangkah baiknya jika dia hanya sebagai awam biasa, prodiakon atau dewan paroki atau apapun itu yang jabatannya “lebih tinggi dari awam biasa” asal tidak menjadi imam. Walaupun sebelum menjadi Katolik sdr Lewis kehidupan rohaninya baik, tapi seperti yang saya katakan sebelumnya beralihnya dia menjadi seorang Katolik bukan hanya dari dirinya sendiri tetapi terlebih atas bimbingan Roh Kudus yang mengarahkan dia dan umat lainnya untuk mengetahui gereja Kristus yang sebenarnya, sehingga tidak ada hal yang “begitu luar biasa” dari pribadinya yang mengharuskan pihak Otoritas gereja Katolik menjadikannya seorang imam. Karna bagiku seorang imam itu memiliki karisma khusus yang hanya kepada mereka saja Tuhan menyerahkan tugas penggembalaan domba-dombanya, dan hal-hal lain yang menjadikan seorang imam “berbeda dengan umat awam”.

        Thanks.
        semoga Kristus senantiasa menerangi hati dan pikiran kita.

        • Shalom Jubandri,

          Terima kasih atas tanggapan anda. Karena memang hidup selibat adalah merupakan disiplin Gereja yang berakar pada tradisi apostolik serta terbukti baik untuk perkembangan Gereja, maka disiplin ini memang sudah seharusnya diteruskan dan menjadi suatu berkat bagi Gereja. Namun, dalam kondisi khusus dan dipandang dapat membantu perkembangan umat Allah, maka Tahta Suci dapat memberikan pengecualian, seperti dalam kasus beberapa imam Anglikan yang kemudian dapat menjadi imam Gereja Katolik. Memang masuknya mereka menjadi Katolik adalah pilihan bebas, dan menjadi pilihan bebas bagi Gereja Katolik untuk mau menerima atau menolak permohonan mereka menjadi imam Katolik. Dan memang, kalau imam Anglikan kemudian menjadi imam Gereja Katolik, maka transisi perpindahan umat akan menjadi lebih mudah, karena mereka akan mempunyai imam yang sama. Dan tentu saja dengan penumpangan tangan dari Uskup, maka imam Anglikan ini dapat menerima karunia tahbisan, sehingga mereka dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang imam Gereja Katolik. Perbedaan mereka dengan umat awam bukan karena selibat, namun mereka menerima tahbisan imamat, yang materinya adalah penumpangan tangan dengan forma doa oleh Uskup dalam penumpangan tangan. Dan itu membuat Sakramen Imamat menjadi sah. Semoga dapat dimengerti dan mari kita mendukung keputusan Anglicanorum Coetibus dengan sukacita.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

  24. Semoga semakin banyak Kristen Non Khatolik yang kembali kepangkuan Gereja Khatolik. Amin

  25. Welcome Home

    Sungguh berita sukacita yang luar biasa. Semoga rahmat Allah membuka hati umat Anglikan, Orthodox, dan Protestan lainnya untuk kembali pulang ke Rumah. Tentunya diiringi suasana pulang yang “Romantis” dan selanjutnya dapat terus tinggal dan tumbuh berkembang imannya dan menghasilkan buah yang berlimpah-limpah. Dan merasa “betah” seperti judul buku Scott Hahn “Rome Sweet Home”

  26. Yang asli akan tetap asli, dan tak akan berubah namanya,…..Puji Tuhan,…

Comments are closed.