Home Blog Page 32

Kerinduan

0
Sumber gambar: http://catholic.net/newsadmin/FCKeditor/Galeria/galleries/all/20130407_St%20Faustina%20Kowalska_Article.jpg

Sharing Pelayanan Kerahiman oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

Seorang ibu yang bukan beragama Katolik, tanggal 25 November 2015, meneleponku: “Romo Felix, ibuku bukan seorang Katolik. Ibuku ingin sekali bertemu dengan Romo. Ia sekarang terbaring di rumah sakit karena gagal ginjal. Dokter sudah menyerah dengan keadaannya. Tolong ya Romo untuk menengok ibuku. Aku takut ibuku nanti pergi tanpa terpenuhi keinginannya”. Aku terkejut dan bertanya kepadanya: “Kalau bukan Katolik, bagaimana ibu anda bisa mengenalku dan tahu nomor handphoneku”. Ibu itu menjawab: “Ibuku pernah bertemu dengan Romo karena ajakan teman dekatnya”.

Tepat pukul 00.00 aku meluncur ke rumah sakit di mana ia dirawat. Ketika melihatku, ibu itu berkata: “Romo, bolehkah aku memeluk Romo?” Aku menjawabnya dengan singkat: “Silakan Bu”. Ketika ibu itu memelukku, aku merasakan hangatnya tetesan air matanya. Ibu itu kemudian dengan sesenggukan berkata: “Romo, aku ingin sekali bertemu dengan Tuhan Yesus. Walaupun aku banyak dosa dan sakit, aku yakin Dia tetap menerimaku. Hanya Tuhan Yesus yang tetap menerima aku apapun keadaanku. Aku mengemis belas kasihan-Nya karena aku belum bisa menerima Tuhan Yesus secara terbuka. Keadaan yang belum memungkinkan hal itu. Bagaimanapun keadaanku, aku yakin Tuhan Yesus adalah andalanku”. Setelah berkata demikian, ibu itu meninggal dunia dengan posisi masih memelukku.

Perasaan takut dan haru menjadi satu. Karena pikiranku masih tertuju pada kejadian itu, aku memilih tinggal di situ sampai hatiku tenang. Semua membisu karena tenggelam dalam perasaan terhadap ibu itu. Aku mengisi kesunyian itu dengan mendaraskan doa Rosario dan Koronka. Kemudian aku meletakkan rosario dan lukisan Kerahiman Ilahi di atas jenasah ibu itu.

Tiba-tiba aku berdoa untuk ibu itu, yang diulangi oleh anak-anak dan cucu-cucunya dengan suara yang bergetar:

Tuhan Yesus, Engkau adalah kerinduannya,

ia kini bersujud di tempat kudus-Mu.

ia menyembahMu dengan rohnya.

Kaulah kekuatan jiwanya.

Kaulah segalanya baginya.

Ia sekarang bahagia menikmati kasih-Mu di Surga

Keriduannya terhadap Tuhan Yesus mengingatkan aku akan Sabda Tuhan yang indah: “TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia” (Keluaran 15:2). Tuhan adalah sumber kekuatan bagi kita. Bersama dengan Tuhan, kita tangguh menghadapi pergumulan hidup dan tidak takut menghadapi maut karena Ia akan menghantar kita ke tempat damai yang sempurna. Damai yang sempurna merupakan kerinduan setiap insan.

Pesan yang dapat kita timba dari pengalaman ibu itu: Tuhan hadir dalam setiap hembusan nafas kita. Tuhan pelepas dahaga bagi jiwa yang merindukan-Nya. Ia menginginkan semua jiwa datang kepada kerahiman-Nya. Kerahiman-Nya menganugerahkan damai dalam batin bagi yang mau menimbaNya: “Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya” (Mazmur 27:4).

Tuhan Memberkati

Bersiaplah memberi yang terbaik: diri kita sendiri

0
Sumber gambar: Sumber gambar: https://theconservativetreehouse.files.wordpress.com/2012/12/advent-wreath-3.jpg

[Hari Minggu Keempat Adven: Mi 5:1-4; Mzm 80: 2-19; Ibr 10:5-10; Luk 1:39-44]

Hari Natal telah di ambang pintu. Di hari Minggu ke-empat Adven ini, kita semakin disadarkan untuk bersiap-siap menyambut kedatangan-Nya. Mungkin kita bertanya-tanya kepada diri sendiri, kiranya, bagaimana cara yang terbaik untuk menyambut Kristus? Apakah persembahan yang terbaik yang dapat kita berikan kepada-Nya?

Sabda Tuhan dalam Bacaan Kitab Suci hari ini membantu kita menemukan jawabannya. Dalam surat kepada jemaat Ibrani, dikatakan bahwa Allah Bapa tidak menghendaki korban hewan bakaran menurut ketentuan hukum Taurat, namun berkenan pada persembahan tubuh Yesus Kristus, yang dikehendaki-Nya sebagai persembahan yang menguduskan kita (lih. Ibr 10:8-10). Oleh karena itu, untuk menyambut Kristus yang adalah Kepala kita, kita sebagai anggota Tubuh-Nya, juga dipanggil untuk menyatukan persembahan diri kita dengan persembahan tubuh Kristus. Bagaimana caranya menyatukan persembahan diri kita dengan persembahan Kristus yang dilakukan-Nya sekali untuk selama-lamanya itu?

Gereja mengajarkan, “…Ketika Gereja merayakan Ekaristi, ia mengenangkan Paska Kristus; Paska ini dihadirkan: Kurban Kristus yang dipersembahkan satu kali untuk selama-lamanya tetap hadir” (KGK 1364). Maksudnya, Kristus yang sama yang dulu dikurbankan di salib sambil mencucurkan darah, kini hadir menembus batas ruang dan waktu, dan dikurbankan secara sakramental oleh kuasa Roh Kudus-Nya agar kita yang hidup di masa kini dapat tergabung dalam kurban Kristus yang satu-satunya itu. “Ekaristi adalah juga kurban Gereja. Gereja yang adalah Tubuh Kristus mengambil bagian dalam kurban Kepala-nya. Dengan Dia, Gereja sendiri dipersembahkan seluruhnya dan seutuhnya… Dalam Ekaristi, kurban Kristus juga menjadi kurban anggota-anggota Tubuh-Nya. Hidup umat beriman, pujian mereka, penderitaan, doa, karya mereka, disatukan dengan yang dimiliki Kristus dan dengan penyerahan diri-Nya secara menyeluruh; dan karena itu memperoleh nilai yang baru. Kurban Kristus yang hadir di atas altar memberi kemungkinan kepada semua generasi umat Kristen untuk dapat disatukan dengan kurban-Nya” (KGK 1368).

Maka pemberian yang terbaik bagi Tuhan di masa Natal ini adalah persembahan diri kita dalam perayaan Ekaristi. O, Tuhan, bantulah aku untuk sungguh menghayati makna Natal yang dalam tak terkira ini. Engkau telah mempersembahkan seluruh diri-Mu bagi kami, dengan menjadi manusia seperti kami. Bantulah kami untuk menanggapi kasih-Mu dengan mempersembahkan seluruh diri kami kepada-Mu dan menjadi manusia yang seperti Engkau!

Di hari-hari terakhir menjelang Natal ini, mari kita mengarahkan pandangan mata hati kita kepada Bunda Maria. Ia telah terlebih dahulu menunjukkan bagaimana mengikuti teladan Yesus untuk mempersembahkan diri kepada Allah, yang dinyatakan juga dengan memberikan dirinya kepada orang lain. Injil hari ini mencatat, bagaimana setelah ia menerima Kabar Gembira dari malaikat Tuhan, Maria segera mengunjungi Elisabet saudaranya yang sedang mengandung di masa tuanya. Maka, selain menyediakan tubuhnya untuk mengandung Yesus, Bunda Maria segera pergi mengunjungi sesamanya yang sedang membutuhkan pertolongan. Di hari-hari menjelang Natal ini, mari kita memohon terang Allah dalam hati kita, agar Ia memampukan kita menyapa dan menolong sesama yang membutuhkan uluran tangan kita, demi kasih kita kepada Tuhan Yesus yang telah lebih dahulu datang dan menolong kita.  

Merenungkan Injil hari ini, saat kita merenungkan Bunda Maria yang mengunjungi Elisabet saudaranya, kita pun merenungkan kunjungannya kepada jiwa kita. Sebagaimana kunjungannya menguduskan Yohanes Pembaptis dalam rahim Elisabet, semoga kunjungan Bunda Maria, juga menguduskan jiwa kita, agar kita semakin merindukan kedatangan Kristus.

Jiwaku melonjak kegirangan,
karena kunjunganmu, ya Bunda,
yang membawa bayi Yesus di dalam rahimmu.
Engkau datang bergegas mengunjungiku,
membawa penghiburan dan harapan,
bahwa meskipun ada ombak besar kehidupan,
Tuhan Yesus akan menyertai:
Ia yang telah meninggalkan segala-galanya,
untuk menghampiri dan menyelamatkanku
dan semua orang yang dikasihi-Nya.”

Bersukacitalah, Tuhan sudah dekat!

0
Sumber gambar: https://theconservativetreehouse.files.wordpress.com/2012/12/advent-wreath-3.jpg

[Hari Minggu Ketiga Adven: Zef 3:14-18; Yes 12; Flp 4:4-7; Luk 3:10-18]

Di hari menjelang Natal tahun ini, salah seorang kerabat kami dari luar kota akan datang mengunjungi kami selama beberapa hari. Ah, betapa kami sudah mulai bersiap-siap  menyambutnya! Kami sudah merencanakan acara-acara kami bersamanya, dan mempersiapkan tempat di rumah kami. Betapa dari hal-hal kecil ini, kami menyadari, bahwa persiapan yang jauh lebih penting harus diadakan, untuk menyambut Kristus sang Tamu Agung kita. Walau kita telah selalu menyambut-Nya dalam Ekaristi sepanjang tahun, namun hari Natal adalah hari yang dikhususkan untuk memperingati kedatangan-Nya ke dunia di hari kelahiran-Nya sekitar 2000 tahun yang lalu. Sebab kedatangan Sang Mesias itu sudah dinanti-nantikan oleh umat pilihan-Nya selama berabad-abad, dan telah dinubuatkan oleh para nabi. Maka dengan menantikan Dia saat ini, kita sesungguhnya mengambil bagian dalam penantian umat Allah, yang telah terjadi dahulu kala, sebelum kedatangan-Nya. Selain itu, kita pun tetap menantikan Dia yang akan datang kembali di akhir zaman. Masa Adven merupakan masa yang mengingatkan kita bahwa hidup kita di dunia secara keseluruhan adalah masa penantian, akan perjumpaan kita dengan Kristus yang lebih penuh, saat kita beralih dari dunia ini. Dan karena Yang kita nantikan adalah Dia yang mengasihi kita dan kita kasihi, maka kita bersuka cita!

Sukacita adalah tema yang kita rayakan hari ini, di hari Minggu Gaudete, Minggu pertengahan masa Adven. Gereja mengajak kita bersukacita, karena hari Natal sudah semakin dekat. Tidak hanya itu, kitapun bersyukur dan bersukacita merayakan Kerahiman Allah. Tanggal 8 Desember 2015 yang lalu—hari Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda—adalah pembukaan Tahun Yubelium Luar Biasa, yang akan berlangsung sampai tanggal 20 November 2016, di Hari Raya Kristus Raja. Di Basilika Santo Petrus Vatikan, Paus Fransiskus membuka Pintu Suci, yang melambangkan Kristus sendiri yang adalah Sang Pintu (Yoh 10:9) yang melalui-Nya kita sampai kepada Allah Bapa. Dengan dibukanya Pintu Suci tersebut dan juga Pintu Suci di ketiga basilika lainnya di Roma dan di gedung-gedung katedral di seluruh dunia, kita dapat berziarah memasukinya dan mengalami belas kasih Tuhan. Belas kasih Allah ini secara istimewa kita terima, jika kita terlebih dahulu bertobat dan mengakui dosa-dosa kita dalam sakramen Tobat. Gereja memberikan indulgensi penuh kepada umat yang memenuhi persyaratannya, yaitu sebelum atau pada hari melalui Pintu Suci, ia menerima sakramen Tobat, menerima Ekaristi, berdoa bagi intensi Bapa Paus, dan memiliki pertobatan yang sungguh sehingga tidak lagi memiliki keterikatan dengan dosa apa pun. Dalam surat Paus Fransiskus yang berkenaan dengan Tahun Yubelium ini, secara khusus Paus menyebutkan dosa khusus yang menentang kehidupan, yaitu aborsi. Paus mengundang semua orang yang telah melakukannya, agar bertobat, mengalami pengampunan Tuhan dan dipulihkan dari kepedihan luka batin yang umumnya sangat membekas di jiwa. Paus menekankan bahwa kuasa belas kasihan Allah tidak mengecualikan siapa pun, dan dosa apa pun, asalkan orang tersebut mau bertobat dan kembali kepada Allah. Jika dipersiapkan dengan sungguh, melewati Pintu Suci merupakan suatu kesempatan  mengalami belas kasih Allah yang tak terbatas, yang dapat mengubah kita untuk menjadi berbelas kasih kepada sesama. Demikian tema Tahun Yubelium, “Hendaklah kamu murah hati, seperti Bapa-mu adalah murah hati” (Luk 6:36).

Setelah mengalami belas kasih Allah dan pengampunan-Nya,  kita akan dapat sungguh bersukacita di dalam Dia.  Bacaan Kitab Suci hari ini pun menyatakan kepada kita sejumlah caranya. Pertama, berdoa dan mengucap syukur (Flp 4:6). Kedua, bersyukur atas apa yang ada pada kita (Luk 3:14).  Ketiga, berbagi kepada sesama (Luk 3:10). Dalam persiapan hati menjelang Natal, kita memang tetap tidak terlepas dari semua pergumulan hidup yang sedang kita hadapi saat ini. Tetapi kesadaran bahwa Tuhan ada di tengah-tengah kita dan bahwa Ia akan memperbaharui kita (Zef 3:17), itu akan mengubah sikap batin kita! Dengan kata lain, masalahnya sama tapi kita menghadapinya secara berbeda.

Untuk menumbuhkan rasa syukur dan sukacita ini, memang kita perlu belajar dari Bunda Maria. Rahmat Tuhan yang tercurah padanya dan memenuhinya, memampukannya untuk senantiasa bersukacita, dalam situasi apa pun. Walau harus melakukan perjalanan jauh dengan mengendarai keledai dalam keadaan mengandung dan cuaca yang dingin. Walau tidak memperoleh tempat penginapan. Walau akhirnya melahirkan di kandang hewan. Walau kemudian harus mengungsi ke Mesir… dan seterusnya. Semua kesulitan tersebut dapat dilaluinya sebab di hatinya Bunda Maria memiliki sukacita sejati, yang datang dari persatuannya dengan Tuhan. Semoga di Minggu Gaudete ini, hati kita dipenuhi sukacita yang dari Tuhan, dan kita dibawa-Nya untuk menjadi semakin dekat dengan-Nya, sehingga kita pun dapat mengalami pengalaman seperti Bunda Maria. Semoga kita selalu bersukacita dalam menantikan Tuhan, dan tetap mengumandangkan pujian kepada-Nya, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bersukaria karena Allah Penyelamatku” (Luk 1:46).

Berkat Terindah

0

Sharing pelayanan oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

Aku, tanggal 29 November 2015, tiba lebih awal di Gereja Laurensius-Alam Sutera, untuk merayakan Misa Kharismatik dan Adorasi bersama Pastor Hadi Suryono dan Pastor Chris Purba, SJ. Misa dan Adorasi tersebut diadakan dalam rangka ulang tahun ke-3 PDPKK St. Laurensius.

Saat itu hujan rintik-rintik. Aku melihat seorang ibu berteduh di pos satpam. Aku mendatanginya. Tangan ibu itu menggegam rosario. Ibu tersebut menanggung sakit kanker. Ia ingin menimba kekuatan dari Tuhan melalui Misa dan Adorasi tersebut. Aku bertanya kepadanya: “Bu, hujan begini, ibu nekat datang ke sini, nanti sakit”. Jawabnya: “Puji Tuhan, kalau aku sakit. Dengan sakit, aku mendapatkan berkat, yaitu kesempatan untuk bersaksi atas kuasa-Nya”. Aku bertanya lagi kepadanya: “Bu, bagaimana kalau hujan sampai sore?”. Jawabnya kepadaku: “Puji Tuhan kalau hujan sampai sore. Dengan hujan sampai sore, aku memperoleh berkat lagi, yaitu kesempatan untuk berdoa lebih lama”. Aku memberanikan diri mengajukan pertanyaan lebih dalam kepada ibu itu: “Ibu pasti sudah lelah dalam mengatasi penyakit ibu dan tentu sudah banyak mengeluarkan biaya untuk berobat. Bagaimana kalau Tuhan tidak memberikan kesembuhan kepada ibu?”. Ibu itu menjawabku dengan tersenyum: “Puji Tuhan kalau aku tidak sembuh. Dengan tidak sembuh, aku mendapatkan berkat lagi, yaitu bersabar. Hidupku tergantung kepadaNya. Aku harus mensyukuri berkat Tuhan itu apa pun bentuknya”. Aku terdiam karena terkagum-kagum dengan iman ibu itu. Setelah memberikan pin Blackberry kepadanya, aku menghantarnya ke dalam gereja. Di dalam gereja, ibu itu berdoa dengan sangat kusyuk.

Aku terkejut karena ibu tersebut menulis BBM jam 21.39 pada hari itu: “Malam Pastor Felix, trimakasih atas persembahan Misa Kharismatik dan Adorasi Sakramen Mahakudus. Saya sungguh merasakan hadirat Tuhan Yesus dan Allah Bapa yang menaungi anak-anak-Nya yang bersatu dalam Pujian dan Penyembahan. Pastor Felix trimakasih atas sukacita dan senyum Pastor yang menguatkan kita, umat Allah, untuk terus bersukacita dalam kesesakan penyakit, dan terus mengandalkan Tuhan Yesus, Sang Sumber Kehidupan, Tabib, dan Sahabat sejati anak-anak-Nya yang sedang luka dan sakit. Hanya dalam Dialah saya sanggup menjalani derita penyakit. Trimakasih Pastor atas doa-doanya. Salam dan doa saya untuk Pastor dalam pelayanan pada yang lemah, sakit, terasing, lansia, anak-anak yang kurang kasih sayang…Amien. Mohon doanya ya Pastor besok saya mau periksa darah. Semoga saya tidak terindikasi kanker indung telur dalam rahim”. Aku sangat terharu karena di tengah penderitaannya ibu itu meneguhkan dan memotivasiku untuk menjadi pastor yang lebih baik dalam pelayanan. Aku berkata dalam hatiku: “Bu, semoga aku dapat mewujudkan harapanmu”.

Pesan yang dapat kita timba dari pengalaman ibu itu: “Berkat Tuhan bukan hanya materi dan kesehatan. Berkat Tuhan yang terindah adalah bersyukur, beribadat, dan bersabar: “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Mazmur 118:29). Ketika masalah datang, Tuhan tidak meminta kita untuk terus memikirkan jalan keluar karena itu akan membuat kita kelelahan. Tuhan hanya meminta kita bersabar dan berdoa. Bagi Tuhan tiada masalah yang tak dapat diatasiNya. Tuhan jauh lebih besar daripada masalah yang menimpa kita. Dia tidak membiarkan kita menghadapi masalah sendirian. Kekuatan kita yang terbesar berasal dari kebergantungan kita kepada Tuhan yang kuat: “Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku” (Yesaya 12:2).

Tuhan Memberkati

Puisi Kerahiman: Tersungkur di Kaki Tuhan

0

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Misa Kharismatik, 02 Desember 2015, di Paroki Mangga Besar,

menjadi sebuah perjalanan iman,

tersungkur di kaki Tuhan.

Kotbah masih bersemangat.

Tiba-tiba kaki gemetar dan mata berkunang-kunang.

Semakin lama, pandangan semakin buram.

Aku sempat berdoa: “Tuhanku, beri aku kekuatan,

sampai komuni tiba.

Itulah kebahagiaanku sebagai imam”.

Ketika aku selesai berkata:

“Inilah, Anak Domba Allah Yang Menghapus Dosa Dunia…”,

semuanya menjadi gelap.

Ternyata sambil memegang Tubuh Kristus,

aku tergeletak dengan tak sadarkan diri di panti imam, di dekat altar.

Aku merasakan tangan Tuhan menopang kepalaku sehingga tak terluka.

Tuhan berbisik kepadaku: “Ingatlah Salib di altar,

Aku mati karena dosa manusia.

Oleh bilur-bilur-Ku,

mereka telah Aku selamatkan.

Bangunlah dan katakanlah kepada mereka

seberapa buruknya mereka,

Aku akan menyambutnya. .

Yang dulu biarlah berlalu.

Aku akan menjadikan hidup mereka baru”.

Tak lama kemudian, aku mendengar sayup-sayup

tangisan umat memohon mukjizat Tuhan bagiku

dengan iringan lagu “Curahkanlah kuasa-Mu, Tuhan”.

Aku pun berdiri dan umat bertepuk tangan

karena doanya didengarkan Tuhan.

Di sakristi aku terus memandang Salib besar.

Aku berkata kepada Tuhan: “Aku tersungkur di Muka-Mu,

ku bawa semua dosaku.

Aku yakin mendapatkan belaskasihan-Mu.

Aku kini siap mewartakan kerahiman-Mu”.

Kehadiran Kristus dalam Sakramen Mahakudus yang memberiku kedamaian

0
Sumber gambar: https://tomperna.files.wordpress.com/2013/05/holy-eucharist-in-monstrance.jpg

Pengantar dari editor:

Bagi saudara kita Hendy, yang berkenan berbagi pengalaman imannya dengan kita semua, berbagai kesukaran dan tantangan kehidupan tidak lagi menjadi hambatan yang meresahkan hati, karena pengalaman yang terindah menemukan kehadiran Kristus yang nyata di dalam Sakramen Mahakudus. Kedamaian yang dialaminya adalah damai yang bukan berasal dari dunia ini, kedamaian yang hakiki yang berasal dari Sang Sumber Damai itu sendiri, sehingga gelombang kesukaran hidup tidak lagi menakutkan melainkan menjadi jalan yang memurnikan dan membawanya lebih dekat lagi kepada Sang Pemberi Hidup Yesus Kristus Tuhan kita. Mari kita simak selengkapnya kisah kesaksiannya berikut ini.

Shalom,
Kiranya Yesus memberkati kita semua. Santa Perawan Maria yang tak bernoda, doakanlah kami yang berdosa ini.

Nama saya Hendy, saya dari paroki Regina Caeli, Jakarta Utara. Saya ingin sedikit berbagi kisah perjalanan hidup saya menjadi Katolik. Saya anak bungsu dari empat bersaudara. Sebelumnya saya beragama Kristen Karismatik dan iman saya dalam Kristen suam-suam kuku. Saya jarang sekali ke gereja. Suatu hari saya berkenalan dengan wanita yang kemudian menjadi istri saya, yang sekarang beragama Katolik. Menjelang pernikahan, saya berpindah ke Katolik karena kakak saya yang beragama Katolik memberikan nasihat untuk belajar agama Katolik dan saya juga berpikir pasangan suami-istri yang berbeda agama tentunya kurang baik.

Saya belajar katekumen selama 1 tahun di paroki Regina Caeli, di mana banyak sekali pertanyaan saya seputar Bunda Maria, Api penyucian, dan adat-adat Katolik yang tidak terjawab. Setelah lulus dari katekumen, saya melangsungkan pernikahan dengan istri saya. Pada saat itu keyakinan saya akan agama Katolik bisa dikatakan sangat rendah dan pengetahuan saya akan akan agama Katolik sangat minim. Karena saya berasal dari Kristen Karismatik, kepercayaan saya kepada Bunda Maria yang tak bernoda bisa dikatakan tidak ada sama sekali.

Setelah tiga tahun saya dan istri menunggu sang buah hati, akhirnya ia datang juga. Saya memberi anak saya nama baptis Gabrielle yang diambil dari nama Santo Malaikat Agung Gabriel. Pada waktu itu, saya hanya mengerti bahwa Malaikat Gabriel adalah pembawa kabar dari Tuhan dan kedatangan buah hati kami adalah kabar gembira bagi kami dan keluarga. Saya belum tahu bahwa Malaikat Gabriel-lah yang membawa kabar gembira kepada Bunda Maria.

Seiring dengan perjalanan waktu, di saat perjalanan iman orang lain mengalami pasang surut, perjalanan iman saya surut tidak pasang-pasang. Berbagai masalah tiada henti menimpa keluarga kecil kami dan mengakibatkan renggangnya hubungan saya dengan istri. Belum lagi masalah-masalah yang saya alami dalam pekerjaan, hubungan dengan rekan-rekan sekerja saya, dan hubungan dengan keluarga saya sendiri, sehingga saya mengalami kepahitan dan kebencian yang mendalam. Pada masa itu saya telah bergabung dalam pelayanan gereja Regina Caeli, tetapi iman saya sangatlah dangkal.

Puncak tekanan hidup saya alami saat kehamilan istri saya yang ke-dua. Anak kami yang ke-dua divonis oleh dokter mengalami kelainan kromosom dan tidak dapat bertahan. Kalau pun dapat bertahan, anak saya akan lahir dengan gangguan mental bahkan cacat. Tekanan juga datang dari desakan keluarga supaya kami menggugurkan kandungan, namun saya tidak mau, karena saya berpikir, singa saja tidak memakan anaknya. Jika saya gugurkan anak kami, maka kami sungguh lebih rendah dari hewan. Di samping itu, saya sungguh takut akan dosa apabila saya setuju untuk menggugurkan kandungan istri saya.

Di tengah-tengah masalah yang kami terima, istri saya mengajak saya untuk berdoa Novena Tiga Salam Maria di gereja. Pada hari ke-3, tiba-tiba istri saya ingin bertemu dengan romo untuk berkonsultasi mengenai masalah yang kami hadapi. Saat itu jam 9 malam dan saya berpikir tidak mungkin ada romo yang mau, apalagi tanpa membuat janji. Lalu kami bertanya kepada petugas keamanan Regina Caeli, apakah ada romo yang bersedia untuk bertemu dengan kami. Petugas itu berkata bahwa romo sedang meeting dan yang ada waktu itu adalah Romo Yohanes Budi, dia bersedia untuk bertemu dengan kami. Setelah kami utarakan masalahnya kepada Romo Budi, dia menganjurkan kami untuk tidak menggugurkan anak kami dan berdoa serta berserah kepada Tuhan. Apabila kami berkeras untuk menggugurkannya, maka kami akan diekskomunikasi oleh gereja Katolik.

Berkat bimbingan Romo Yohanes Budi, kami bersepakat untuk mempertahankannya dan tetap melanjutkan Novena Tiga Salam Maria. Pada hari ke-9 di malam hari, tiba-tiba saya mendapat keinginan yang kuat untuk memberikan tanda salib dengan menggunakan minyak suci di perut istri saya dan saya lakukan itu. Keesokan harinya saya membawa istri saya ke dokter untuk memeriksakan kandungan dan hasilnya adalah anak saya telah tidak ada detak jantungnya. Dokter mengatakan waktu meninggalnya diperkirakan kemarin malam. Kami mengerti bahwa ini semua adalah kehendak Tuhan, tetapi tetaplah peristiwa ini meninggalkan bekas luka kesedihan di hati kami.

Satu bulan berlalu dan masalah-masalah yang saya alami tidak kunjung berhenti. Iman saya hampir hilang dan saya bertanya, “Tuhan, apa salah saya sehingga saya mengalami ini semua.” Karena putus asa dan tidak ada jalan keluar, saya pergi ke gereja lima malam berturut-turut. Saya berlutut di depan Tabernakel dan meminta Tuhan Yesus dan Bunda Maria untuk menjadi keluarga saya. Aneh bukan, tapi itulah ungkapan yang keluar dari seseorang yang imannya hampir hilang dan putus asa di mana semua jalan terlihat gelap gulita. Ucapan itu keluar karena saya merasa sangat kesepian dan sendiri, di mana tidak ada satu orang pun yang bisa memberikan saya damai.

Selang satu minggu, saya iseng-iseng membuka youtube dan mendengar kesaksian dari seorang penyihir yang masuk ke Katolik dan seorang pengikut aliran setan yang masuk ke Katolik. Saya memiliki minat yang sangat tinggi terhadap okultisme. Mereka bersaksi bahwa Tuhan Yesus sungguh hadir dalam Sakramen Maha Kudus, dan Hosti suci sungguh adalah tubuh dan darah-NYA. Saat mendengar itu, saya ingin membuktikannya dan mereka mengatakan, sebelum menerima Hosti kudus, kita harus bersungguh-sungguh meminta ampun atas dosa kita dan hanyalah Hosti kudus yang bisa membersihkan kita dari segala dosa dan nista yang ada di dalam kita.

Senin pagi, saya pergi ke Misa pagi dan sebelum menerima Hosti kudus, saya benar-benar minta ampun atas dosa saya dan saya minta diberikan damai. Di saat Hosti kudus masuk ke dalam mulut saya, tiba-tiba saya diliputi oleh rasa damai, dan di saat itulah di dalam hati saya berkata, inilah kedamaian yang saya cari-cari selama hidup saya dan sungguh Tuhan Yesus ada di dalam Hosti kudus. Beban saya hilang semua. Terpujilah Kristus selama-lamanya dan di saat itu pula saya sungguh-sungguh percaya kepada Bunda Maria. Hampir setiap hari saya mengikuti Misa pagi, setidaknya seminggu 5 sampai 6 kali.

Hidup saya sungguh diubahkan. Dulu saya tidak pernah berdoa kecuali doa sebelum makan karena sudah kebiasaan dari Kristen, sekarang saya mulai belajar untuk berdoa Rosario dan doa Koronka.Sekarang saya mulai mempelajari doa Hati Kudus Yesus. Percayalah bahwa Tuhan Yesus sungguh hadir dalam Sakramen Maha Kudus dan saya mulai belajar iman Katolik melalui buku-buku, internet, dan you tube.

Mengalami kehadiran Tuhan Yesus dan damai-Nya dalam Sakramen Mahakudus juga membantu mengubah perspektif saya selama ini. Sebelumnya saya lebih mengandalkan diri saya sendiri untuk menghadapi semua masalah dan emosi saya mudah meletup-letup. Sekarang saya bisa lebih mengontrol diri dalam menghadapi masalah, dan pengalaman ini telah membuka pikiran saya bahwa selama ini yang menjadi problem utama saya bukanlah masalahnya itu sendiri, tetapi cara saya dalam menghadapi masalah. Hubungan saya dengan istri maupun keluarga menjadi lebih baik dibandingkan dulu dan ayah saya yang sebelumnya mustahil untuk mau dibaptis menjadi Katolik, kini bersedia untuk dibaptis menjadi Katolik. Ini semua terjadi karena kebaikan Tuhan Yesus dan Ibu Bunda Maria.

Ada lagi satu kesaksian yang sesungguhnya agak enggan saya ceritakan, tetapi ini adalah untuk Kemuliaan Tuhan Yesus. Sebelum dijamah Tuhan, selama 2 tahun rumah saya diganggu di mana pintu kamar bisa terbuka sendiri, TV menyala sendiri, anak saya seringkali merasa takut dan tiba-tiba menangis kencang serta mengamuk. Pada waktu tidur, sekitar jam 12 malam sampai jam 1 pagi anak saya suka terbangun dan menangis serta mengamuk selama 1 jam. Biasanya kami membuat tanda salib di dahinya atau kami kalungkan rosario dan tak lama kemudian dia kembali tenang.Terkadang cara ini berhasil, terkadang tidak, dan yang diganggu bukan hanya kami saja, bahkan orang yang bekerja di rumah kami pun diganggu. Kami telah mencoba berbagai cara, memanggil kelompok doa, orang-orang yang memiliki talenta khusus di bidang itu dan romo untuk memberkati. Mula-mula usaha itu berhasil, tapi selang beberapa waktu kemudian kami diganggu kembali dan pada saat itulah banyak sekali masalah yang saya hadapi sampai saya ke gereja lima malam berturut-turut, berlutut di depan tabernakel dan berdoa di gua Maria. Tak lama kemudian saya dijamah di Hosti Kudus. Setelah dijamah, saya mulai berdoa Rosario di rumah. Gangguan itu berkurang jauh dan pernah dua kali pada saat saya berdoa Rosario, tiba-tiba saya mendengar suara orang menepuk tangan satu kali dan galaxy tab milik anak saya tiba-tiba berbunyi. Saat itu hanya ada saya dan anak saya di kamar di mana anak saya sedang tidur siang. Tetapi saya teruskan saja berdoa Rosario. Pada saat galaxy tab itu berbunyi saya hanya sendiri di dalam kamar.

Kemudian kami meminta romo untuk memberkati rumah kami sekali lagi dan kami membeli patung Santo Malaikat Agung Mikael. Saya berdoa dengan perantaraan Malaikat Agung Santo Mikael setelah selesai berdoa Rosario. Puji Tuhan sejauh ini kami tidak lagi mengalami gangguan yang berarti.

Dan saya juga mantan pengidap hepatitis C di mana waktu itu dokter memvonis kemungkinan saya untuk sembuh hanya 20 persen dan dokter meminta saya untuk banyak berdoa. Dalam pengobatan pertama virus tersebut bisa ditekan tetapi satu tahun kemudian timbul lagi, dan saya melakukan pengobatan kembali. Sekarang ini saya telah sembuh dari virus tersebut dan telah dicek selama 7 tahun dan hasilnya negatif, puji Tuhan. Jujur sewaktu saya sembuh saat itu saya belum menjadi Katolik tetapi saya yakin hanya dengan kebaikan Tuhan saja sekarang saya telah sembuh. Saya percaya bahwa segala segala sesuatu yang terjadi dalam hidup saya adalah rencana Tuhan Yesus dan Ibu Bunda Maria. Melalui kejadian-kejadian hidup, saya mengalami jamahan dan pertobatan, dan saya sangat bersyukur bahwa saya masih diberi kesempatan untuk bertobat. Saya sendiri masih terus berjuang untuk melawan cobaan setan karena setiap kali saya berdoa pasti ada suara-suara hujatan di dalam kepala saya.Tapi saya serahkan semuanya kepada Tuhan Yesus dan Ibu Bunda Maria serta Malaikat Agung Santo Mikael, semoga saya diberikan kekuatan untuk menghadapinya.

Demikian kesaksian kecil saya dan semoga bisa bermanfaat bagi saudara dan saudari yang membaca dan membawa saudara pembaca ke jalan Tuhan Yesus. Percayalah Tuhan Yesus dan Ibu Bunda Maria selalu mendengarkan doa anak-anaknya yang sedang ditimpa oleh masalah.

Salam Maria Tuhan besertamu, terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus. Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. AMIN.

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab