Sesungguhnya, otentisitas Injil Yohanes sebagai Injil yang keempat tidak pernah dipertanyakan, sampai di akhir abad ke-18. Evanson (1792), Bretschneider (1820) dan David Friedrich Strauss (1834-1840) adalah orang-orang pertama yang mempertanyakan keotentikan Injil Yohanes. Alasan utama dari mereka yang menolak keotentikan Injil Yohanes adalah karena Yohanes telah dengan begitu jelasnya menyatakan ke-Allahan Yesus Sang Penebus sebagai pusat dan inti narasi Injilnya. Namun demikian, bahkan Adolf Harnack (1851-1930) seorang teolog Jerman yang sependapat dengan mereka, akhirnya menerima bahwa, meskipun ia menolak otentisitas Injil Yohanes, ia juga tidak dapat menemukan solusi yang memuaskan tentang permasalahan [asal usul] Injil Yohanes: “Lagi dan lagi saya telah berusaha memecahkan masalah dengan beragam teori yang mungkin, tetapi semua itu malah mengarahkan aku kepada kesulitan-kesulitan yang lebih besar, dan bahkan bertentangan satu sama lain.” (“Gesch. der altchristl. Lit.”, I, pt. ii, Leipzig, 1897, p. 678.)
Walaupun tidak sama, namun kita dapat membandingkan keadaan ini dengan keadaan jika kita ingin mengetahui kejadian yang berhubungan dengan kakek buyut kita. Tentu bukti yang lebih kuat adalah adanya kesaksian dari orang- orang yang hidup pada generasi zaman kakek buyut ataupun kesaksian mereka di generasi berikutnya yang terdekat dengan generasi kakek buyut kita. Kesaksian mereka ini jauh lebih kuat daripada perkiraan kita di jaman sekarang, berdasarkan logika dan dugaan/ hipotesa kita sendiri.
Bukti langsung Injil Yohanes menurut sejarah catatan para Bapa Gereja
Manuskrip-manuskrip kuno dan terjemahan Injil merupakan kelompok pertama bukti. Di dalam judul-judul, daftar isi, tanda tangan, Yohanes tidak diragukan sebagai pengarang Injil ini. Memang benar bahwa manuskrip- manuskrip terawal yang ditemukan berasal dari sekitar pertengahan abad ke-4, tetapi adanya kesesuaian (konsensus) yang sempurna dari semua codices (codex) membuktikan bahwa prototipe dari manuskrip-manuskrip ini yang berasal dari masa yang lebih awal, telah mengandung indikasi yang sama akan pengarangnya. Hal serupa adalah kesaksian terjemahan-terjemahan Injil tersebut, di mana dalam bahasa Syria, Koptik dan Latin kuno berasal dari bentuk- bentuk awalnya di abad ke-2.
Bukti juga ditunjukkan oleh para pengarang Gereja di abad-abad awal, sebagai berikut:.
1. St. Irenaeus (125-202)
Kesaksian St. Irenaeus menjadi penting dalam hal ini karena ia adalah murid St. Polikarpus yang adalah murid Rasul Yohanes. Melalui kesaksiannya ini kita mengetahui keotentikan keeempat Injil, dan bahwa Injil itu sungguh-sungguh ditulis oleh pengarang yang namanya tertulis sebagai nama Injil itu. St. Irenaeus menulis:
“Kita belajar tentang rencana keselamatan tidak dari siapapun kecuali dari mereka yang olehnya Injil diturunkan kepada kita, yang mereka umumkan pada suatu saat kepada publik, dan yang selanjutnya, oleh kehendak Tuhan, diturunkan kepada kita di dalam Kitab Suci, untuk menjadi dasar dan tonggak iman kita…. Sebab, setelah Tuhan kita bangkit dari mati [para rasul] dikaruniai kuasa dari atas ketika Roh Kudus turun [atas mereka], dan mereka dipenuhi oleh segala [karunia-Nya], dan mempunyai pengetahuan yang sempurna: mereka pergi ke seluruh dunia, mengabarkan/ mengajarkan tentang kabar gembira dari Allah kepada kita, dan mengabarkan damai dari surga kepada umat manusia… Matius juga menuliskan Injil di antara umat Yahudi di dalam bahasa mereka, sedangkan Petrus dan Paulus mengajarkan Injil dan mendirikan Gereja di Roma…. Markus, murid dan penerjemah dari Petrus juga meneruskan kepada kita secara tertulis tentang apa yang biasanya dikhotbahkan oleh Petrus. Dan Lukas, pembantu Paulus, juga meneruskan kepada kita Injil yang biasanya dikhotbahkan oleh Paulus. Selanjutnya, Yohanes, rasul Tuhan kita …juga menuliskan Injil ketika tinggal di Efesus, Asia kecil. (St. Irenaeus, Agaisnt the Heretics, book III, ch 1)
St. Irenaeus mengutip di dalam tulisan-tulisannya sekurang-kurangnya seratus ayat dari Injil ke-empat (Injil Yohanes), sering dengan ucapan, “sebagaimana Yohanes, murid Tuhan, mengatakannya”. Di sini yang dimaksud Yohanes, murid Tuhan, adalah Rasul Yohanes.
2. St. Dionysius dari Alexandria (264-5)
Walaupun benar ia memperkirakan adanya pengarang yang lain yang menuliskan Kitab Wahyu, namun St. Dionysius selalu menerima sebagai suatu kenyataan yang tak perlu diragukan bahwa Rasul Yohanes adalah pengarang Injil yang keempat.
3. St Klemens dari Alexandria (w 215) dan Origen (w 254) yang dikutip oleh ahli sejarah Eusebius (263-339).
Origen mengatakan bahwa Yohanes adalah yang terakhir dari para Pengarang Injil yang menuliskan Injilnya (Eusebius, Church History VI.25.6), dan di banyak penjelasannya tentang Injil Yohanes, Origen menegaskan keyakinannya tentang asal usul apostolik dari Injil Yohanes ini. Pendahulu dan guru Origen, St. Klemens dari Aleksandria, menghubungkannya sebagai, “tradisi yang diterimanya dari para presbiter pendahulunya”, bahwa Rasul Yohanes, Pengarang Injil yang terakhir, “dipenuhi oleh Roh Kudus, telah menuliskan sebuah Injil spiritual” (Eusebius, op.cit., VI, xiv,7).
4. Muratorian Fragment (170), Uskup Teofilus dari Antiokhia (sebelum 181) dan Manuskrip Vatikan
Penulis Fragmen Muratori menuliskan tentang keyakinan akan keotentikan Injil keempat ini secara panjang lebar di Gereja Roma. Demikian pula, Uskup Teofilus mengutip Injil keempat sebagai perkataan Yohanes (Ad Autolycum, II, xxii). Akhirnya manuskrip Vatikan (Codex Regin Sueci seu Alexandrinus, 14) dikatakan bahwa Uskup Papias dari Hierapolis di Phrygia, murid langsung Rasul Yohanes, memasukkan di dalam karya eksegesisnya perihal penyusunan Injil Yohanes, di mana sepanjang saat itu ia bekerja sebagai juru tulis Sang Rasul.
Papias dari semua penulis lainnya mengetahui bahwa Yohanes yang dibicarakan di sini adalah Yohanes Rasul dan Pengarang Injil, dan bukan presbiter Yohanes lain, yang bukan Rasul.
5. Tertullian (160-220)
“…. bahwa Kitab Perjanjian Injili mempunyai para rasul sebagai pengarangnya, yang kepadanya telah ditugaskan oleh Tuhan sendiri jabatan untuk mewartakan Injil …. Maka, dari para rasul, Yohanes dan Matius pertama-tama menanamkan iman kepada kita; sedangkan orang-orang rasuli, Lukas dan Markus sesudahnya memperbaharuinya.” (Tertullian, Against Marcion, Bk 4, ch.2)
6. St. Agustinus (345-430)
“Di dalam keempat Injil, atau lebih tepatnya empat kitab dalam satu Injil, St. Yohanes Rasul, yang dalam hal pemahaman spiritualnya secara tidak layak dibandingkan dengan burung elang, telah mengangkat khotbahnya lebih tinggi dan jauh lebih tinnggi dari ketiga Injil lainnya; dan di dalam pengangkatan ini ia mengangkat hati kita. Sebab ketiga pengarang Injil lainnya berjalan bersama dengan Tuhan di bumi sebagaimana dengan manusia; tentang ke-Allahan-Nya mereka telah mengatakannya namun sedikit saja; tetapi pengarang Injil ini (Rasul Yohanes), seperti seolah ia enggan berjalan di bumi, seperti di bagian pembukaan dari pengajarannya ia menyatakan dengan lantang kepada kita, dan terbang tinggi …. untuk mencapai Dia melalui Siapa semuanya diciptakan, dengan mengatakan: Pada mulanya adalah Firman,” dst (Yoh 1:1-) (St. Augustine, On the Gospel of St. John, Tr 36:1)
Bukti tidak langsung dari tulisan Bapa Gereja
Bukti tulisan-tulisan Kristen di abad-abad pertama memuat banyak kutipan dari Injil Yohanes, yang membuktikan bahwa Injil tersebut telah diakui sebagai bagian dari tulisan-tulisan kanonik Perjanjian Baru sejak awal abad kedua. St. Ignatius dari Antiokhia yang wafat di bawah Trajan (98-117) menyatakan adanya pengenalan yang akrab dengan prinsip ajaran di dalam kutipan-kutipan, pandangan teologis yang diajarkan dalam surat-suratnya. Demikian juga yang ditemukan dalam tulisan-tulisan St. Polikarpus, “Martyrium of Polycarp“, Epistle to Dignetus dan the Pastor of Hermas.
Menurut catatan Eusebius, St. Papias juga menggunakan dalam karyanya perikop-perikop dari Surat pertama St. Yohanes. Tetapi Surat Yohanes ini mensyaratkan adanya Injil Yohanes, yang merupakan pendahuluannya atau karya pasangannya/ yang ada bersama dengan surat itu.
St. Yustinus Martir (w 166) secara khusus mengindikasikan melalui ajarannya tentang Logos dan banyak perikop dalam karya apologisnya tentang keberadaan Injil Yohanes ini. Muridnya, Tatian, dengan kerangka kronologis “Diatessaron“, mengikuti urutan Injil Yohanes, yang prolog-nya dipakai sebagai pembuka karya tulisnya. Juga dalam karyanya “Apology“, ia mengutip Injil keempat ini. Semua ini membuktikan bahwa Injil keempat (Injil Yohanes) ini sudah ada pada saat itu (sekitar abad 1-2).
Bahkan dari kesaksian para bidat/heretik, dapat diketahui bahwa Injil Yohanes sudah ada/ eksis di abad- abad awal ini. Hal ini kita ketahui dari kesaksian Basilides, Valentinus, Heraclon, Ptolemy, Marcion, Montanus dan Celsus.
Selain itu, kesaksian tak langsung tentang Injil ini juga diperoleh dari liturgi gerejawi kuno dan monumen- monumen awal. Dalam teks liturgi kuno, teks awal Injil Keempat ini digunakan di semua Gereja. Lalu di dinding-dinding katakomba (gereja bawah tanah, abad- abad awal) terdapat gambar Lazarus yang dibangkitkan dari kubur, di mana kisah ini hanya ada di Injil Yohanes, bab 11.
Kesaksian dari Injil Yohanes itu sendiri
1. Ciri umum
Dari ciri umum tulisan tersebut, dapat disimpulkan tentang ciri pengarangnya. Dari bahasanya, pengarang Injil tersebut adalah seorang Yahudi Palestina, yang mengenal dengan baik kaum Yunani kelas atas. Ia mampu menggambarkan pengetahuan yang akurat tentang kondisi geografis dan sosial dari Palestina, secara mendetail. Ia pasti mempunyai hubungan yang akrab dengan Kristus dan pasti termasuk di dalam bilangan teman- teman-Nya yang terdekat, menjadi seorang saksi bagi banyak kejadian bersama Yesus. Ia tidak menyebut namanya sendiri (lih. Yoh 1L37-40; 18:15,16, lih 20:3-10), walaupun ia menyebut nama-nama para rasul yang lain. Tentang nama Rasul Yohanes dan Yakobus ia mengatakannya sebagai “anak- anak Zebedeus” (lih Yoh 21:2). Ini menunjukkan sifatnya yang ‘reserve‘, cenderung tidak ingin dikenal, tidak menonjolkan diri.
2. Kesakisan dari pengarang
Namun siapa pengarang Injil ini diketahui dari tulisan itu sendiri. Setelah menyebutkan kejadian Penyaliban bahwa murid yang dikasihi Yesus berdiri di kaki salibnya di dekat ibu Yesus (Yoh 19:26-) ia menambahkan, sesudah menceritakan kematian Kristus dan penikaman lambung-Nya, penegasan ini: “Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.” (Yoh 19:35)
Ia menyebut diri sebagai “murid yang dikasihi Tuhan”, untuk memberi kesaksian bahwa kesaksian yang ditulisnya adalah benar, dan bahwa ia adalah saksi akan kebenaran itu. Selain itu, dengan menjadi murid yang dikasihi Tuhan, ia dapat memberikan kesaksian dari pengetahuan yang sedemikian akrab tentang Tuhan yang mengasihinya, dan kesaksian ini adalah benar (lih. yoh 21:24)
3. Perbandingan antara Injil Yohanes dan Surat- surat Rasul Yohanes
Banyak ahli Kitab Suci memperkirakan bahwa Injil Yohanes dan Surat- surat Yohanes ditulis oleh satu pengarang yang sama, karena terdapat kesamaan cara penulisan dan bahasa, dan kesamaan pengajaran khas Yohanes, sehingga menurut kesaksian para Bapa Gereja, tidak mungkin jika pengarang Injil dan surat-surat ini tidak sama. Sebab dalam surat Yohanes dikatakan demikian, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.” (1 Yoh 1:1-3, lih. 4:14).
Dengan demikian, kita ketahui bahwa sang penulis surat Yohanes ini adalah saksi Kristus Sang Firman hidup, dan saksi ini jugalah yang menuliskan Injil yang dimulai dengan pernyataan tentang Sang Firman yang hidup itu (Yoh 1:1, 14).
Tujuan penulisan dan pentingnya Injil Yohanes
Maksud dari Sang Pengarang Injil Yohanes, adalah seperti tertulis: “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”(Yoh 20:31). Yohanes juga ingin meneguhkan iman para murid akan sifat Mesianis dan Ke-Allahan Kristus. Untuk mencapai maksud ini, ia memilih pengajaran-pengajaran dan percakapan Kristus di mana pernyataan Sang Penebus itu sendiri memberikan penekanan yang sangat jelas akan kebesaran dan ke-Allahannya. Dengan demikian Yohanes meneguhkan iman umat agar tidak jatuh kepada ajaran-ajaran sesat.
Terhadap penuturan kisah-kisah dari Injil-injil yang terdahulu, sikap Yohanes berusaha melengkapi kisah dan perkataan Kristus yang belum disebut, dan memperjelas kejadian-kejadian tertentu. Keseluruhan Injil Yohanes merupakan kesimpulan dari pesan sukacita Firman/ Sabda yang kekal. Untuk selamanya, Injil Yohanes bagi Gereja tetaplah merupakan kesaksian yang tertinggi akan imannya akan Sang Putera Allah, yang menjadi terang yang bersinar dari kebenaran ajarannya.
Selanjutnya tentang otentisitas Injil Yohanes, silakan membaca di link ini, silakan klik.
Ada beberapa alasan penulis Injil Yohanes bukanlah Yohanes bin Zebedeus murid Yesus,
1.Dalam seluruh Injil ini, nama Yohanes bin Zebedeus tidak disebutkan sama sekali,padahal menurut Injil Sinoptik, murid-murid yang paling akrab dengan Yesus adalah Petrus, Yohanes bin Zebedeus, dan Yakobus bin Zebedeus
2.Waktu penulisannya diperkirakan terjadi pada tahun 40-140 M,Dan jika Yohanes murid Yesus yg menulis Injil Yohanes ini maka dia menulis saat berumur 80-180 th!!!!
3.Didalam Injil Yohanes sendiri di Pasal 21:24,penulisnya menyatakan: “DIALAH” murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.
Jika Yohanes yg menulis maka ayat tsb pasti berbunyi “AKULAH” murid, yg memberi kesaksian ttg semuanya ini dan yg telah menulisnya …”
4.Suatu kejadian yg luar biasa yg di tulis oleh 3 injil yg lain tapi di Injil Yohanes tdk sama sekali ditulis! Padahal kejadian tersebut menurut ke 3 injil yg lain Yohanes menjadi saksi langsung dalam peristiwa tersebut.
Dalam Matius 17:1-8, Markus 9:2-13, dan lukas 9:28-36 tentang Yesus di muliakan diatas Gunung disaksikan Petrus, Yakobus, dan Yohanes!Jika iya penulis Injil Yohanes adl Yohanes muridnya Yesus, pasti ini di tulis di Injil Yohanes, krn menyaksikan lgs kejadian yang termasuk luar biasa tsb!Atau Yohanes menganggap ini g perlu ditulis krn sdh ditulis di3 Injil lain? Pasti tdk, krn byk kejadian yg ditulis pararel di ke 4 injil. Atau Yohanes lupa akan kejadian sangat penting tersebut?
Jawabannya adalah penulis Injil Yohanes bukanlah Yohanes bin Zebedeus Murid yesus tetapi tidak diketahui siapa penulisnya!!!
[Dari Katolisitas: Silakan membaca tanggapan kami di artikel ini, silakan klik, point 3-6]
Kepada siapakah Yohanes menuliskan Injil Yohanes itu??
Shalom Milham,
Keterangan tentang otentisitas Injil Yohanes dapat Anda lihat dalam tanya jawab di sini – silakan klik. Menurut Ignatius Study Bible, Injil Yohanes ditulis untuk orang-orang Yahudi dan umat Kristen Yahudi yang tinggal di daerah Mediterania. Hal ini terlihat dari gambaran dan simbol-simbol liturgi umat Israel (lih. 1:1,29,45,51; 2:21; 3:14; 4:10; dll.) Namun, demikian Yohanes juga memberikan keterangan tentang orang-orang Samaria di Yoh 4:39-42, yang secara tidak langsung mungkin ingin memberikan gambaran bahwa mereka juga menjadi tujuan dari penulisan Injil ini. Namun, demikian, pada akhirnya yang terpenting adalah tulisan dari Yohanes sendiri yang menyatakan “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yoh 20:31). Semoga keterangan ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dear Katolisitas,
Dulu ada teman muslim yg ngasih ke saya ini:
“Many scholars of the past 2centuries HAVE DENIED that John wrote this book, because of their belief that the author FABRICATED many details such as the miracles and the discourses of Jesus. (The Holman Illustrated Study Bible Page1540)”
Yang menjadi pertanyaan saya:
Kenapa para scholar-scholar itu meragukan atau tidak percaya kalau Injil Yohanes ditulis langsung oleh Rasul Yohanes? Sedangkan para Bapa gereja seperti Santo Irenius percaya akan hal itu.
apakah ada yg salah atau aneh dengan miracles dan juga discourses of Jesus di injil tersebut, sehingga mereka bisa berpendapat demikian?
Kalau bisa..mohon disertakan dengan sejarah Injil Yohanes dan pernyataan-pernyataan dari para Bapa gereja mengenai keotentikan Injil Yohanes.
Terima Kasih
Salam Damai Kristus
[Dari Katolisitas: Silakan membaca jawaban di atas, silakan klik]
Comments are closed.