Pertanyaan:

Yth. Bp Stef

Beberapa hari yang lalu saya membaca perikop tentang penyembuhan yang Yesus lakukan kepada seorang lumpuh, yang diturunkan melalui atap. Penyembuhan semacam ini di jaman sekarang menjadi hal yang sulit dipahami, apalagi bagi orang yang baru mengenal Katolik, karena hal ini merupakan sebuah mukjizat. Nah, saya mohon penjelasan yang logis dari tim katolisitas mengenai perikop ini.
Terima kasih, Salam, Adi

Jawaban:

Shalom Adi Krisna,

Mukjizat Yesus menyembuhkan orang lumpuh merupakan salah satu mukjizat penyembuhan dari Kristus yang menunjukkan belas kasih Allah kepada orang yang lumpuh tersebut, dan juga Kristus menunjukkan kuasa-Nya untuk mengampuni dosa, dan dengan demikian Ia menunjukkan dengan perbuatan-Nya itu bahwa Ia adalah Allah [sebab hanya Allah-lah yang dapat mengampuni dosa manusia].

Berikut ini adalah keterangan yang kami sarikan dari The Navarre Bible, St. Matthew, p. 93-94:

ay. 2-6. Orang yang sakit lumpuh itu dan mereka yang membawanya kepada Yesus untuk meminta Dia menyembuhkan sakit fisiknya, …. namun Kristus lebih menaruh perhatian kepada penyebab yang mendasari penyakit, yaitu dosa. St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa Kristus bertindak seperti dokter/tabib yang baik: Ia menyembuhkan penyebab penyakit tersebut (lih. Commentary on St. Matthew 9:1-6)

ay.2. Perikop paralel dari perikop ini adalah dari Injil Markus, menambahkan detail yang membantu kita memahami kejadian dengan lebih baik, dan menjelaskan mengapa teks  mengacu kepada ‘iman mereka’: di Mrk 2:2-5 dikatakan bahwa terdapat kerumunan orang yang begitu sesak di sekitar Yesus sehingga orang-orang yang membawa orang yang lumpuh itu tidak dapat mendekati Yesus. Maka mereka mendapat ide untuk naik ke atap dan membuka atap lalu menurunkan tilam orang yang lumpuh itu di hadapan Yesus. Ini menjelaskan ‘iman mereka’.

Tuhan kita melihat keberanian mereka, yang dihasilkan oleh iman yang hidup yang tidak takut akan rintangan. Ini adalah contoh yang baik bagaimana kita harus melakukan perbuatan kasih, dan juga contoh nyata bagaimana Yesus turut bersimpati kepada orang-orang yang mempunyai perhatian kasih kepada orang lain: Ia menyembuhkan orang lumpuh itu yang dibantu oleh teman-temannya dengan tulus; dan bahkan orang lumpuh itu menunjukkan dirinya berani menanggung resiko yang ada (yaitu resiko jatuh saat diturunkan dari atap).

St. Thomas menjelaskan ayat ini demikian, “Orang lumpuh ini melambangkan pendosa yang berbaring di dalam dosa”, seperti halnya orang lumpuh tidak dapat bergerak, maka pendosa itu tidak dapat menolong dirinya sendiri. Orang-orang yang membawa orang lumpuh itu mewaliki mereka yang, dengan memberikan nasihat yang baik, membawa orang berdosa tersebut kepada Tuhan (Commentary on St. Matthew, 9,2). Agar menjadi dekat dengan Yesus, keberanian yang kudus macam ini diperlukan, sebagaimana ditunjukkan oleh para orang kudus. Siapapun yang tidak bertindak demikian, tidak akan pernah mengambil keputusan-keputusan yang penting di dalam hidupnya sebagai seorang Kristen.

ay. 3-7 Manakah yang lebih mudah, menyembuhkan tubuhnya atau menyembuhkan jiwanya? Tentu menyembuhkan tubuhnya, sebab jiwa itu lebih tinggi dari tubuh dan karena itu, penyakit di jiwa menjadi lebih sulit untuk disembuhkan. Namun demikian, kesembuhan tubuh dapat dilihat sedangkan penyembuhan jiwa tidak. Yesus membuktikan penyembuhan yang tidak terlihat ini dengan melakukan penyembuhan yang kelihatan.

Orang-orang Yahudi berpikir bahwa penyakit apapun berhubungan dengan dosa pribadi (lih, Yoh 9:1-3); sehingga ketika mereka mengatakan Yesus berkata, “Dosamu diampuni”, mereka berpikir: hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa (lih. Luk 5:21), maka orang ini [Yesus] mengklaim kuasa yang hanya menjadi milik Allah- ini adalah penghujatan. Namun Tuhan kita menjelaskan, dengan menggunakan argumen mereka sendiri: dengan menyembuhkan orang lumpuh itu hanya dengan kata-kata, Yesus menunjukkan kepada mereka, bahwa karena Ia mempunyai kuasa untuk menyembuhkan akibat dosa (karena demikianlah pandangan mereka bahwa penyakit adalah akibat dosa), maka Ia juga mempunyai kuasa untuk menyembuhkan penyebab penyakit (yaitu dosa); karena itu Ia mempunyai kuasa ilahi.

Yesus Kristus meneruskan kuasa tersebut kepada para Rasul dan para penerus mereka di dalam pelayanan imamat, untuk mengampuni dosa: “Terimalah Roh Kudus. Kalau kamu mengampuni dosa orang, dosa mereka diampuni; kalau kamu menyatakan dosa mereka tetap ada, dosa mereka tetap ada” (Yoh 20:22-23). “Aku berkata kepadamu: apa yang kau ikat di dunia akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia akan terlepas di surga” (Mat 18:18). Para imam melaksanakan kuasa ini di dalam sakramen Pengakuan Dosa: dengan melakukan hal ini para imam tidak melakukannya di dalam nama mereka sendiri, namun di dalam nama Kristus, in persona Christi, sebagai alat/ sarana Tuhan.

Karena itu, kita menghadap sakramen Pengakuan dosa dengan sikap hormat, sebab Kristus sendiri, Tuhan sendiri, hadir di dalam para imam-Nya. Kita menerima kata-kata absolusi, dengan meyakini bahwa itu adalah Kristus yang mengatakannya melalui para imam-Nya. Ini mengapa imam tidak berkata: “Kristus mengampuni kamu….” tetapi, “Aku mengampuni kamu dari dosa-dosamu …” imam berkata dengan sebutan orang pertama [‘aku’], dengan penuh ia mengidentifikasi dirinya dengan Yesus Kristus sendiri (lih. St. Pius V Catechism, II, 5, 10), [sebab Kristus telah memberi kuasa untuk mengampuni dosa ini kepadanya, sebagai penerus para rasul-Nya].

Selanjutnya tentang Mukjizat, klik di sini.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

4 COMMENTS

  1. Yth, Bpk. Stef

    Ada satu hal yang masih mengganggu pemikiran saya adalah kenapa Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu dengan mengampuni dosanya. Apakah hal ini karena memang benar benar penyakit (lumpuh) tersebut ada karena dosa-dosa orang tersebut?

    Bagaimana jika kita kondisikan pada saat ini, apakah hal tersebut masih relevan, dimana adanya suatu penyakit pada seseorang itu akibat dari dosa yang telah dia perbuat.

    Mohon pencerahannya, terimakasih.

    berkah Dalem,
    Aditjahjo

    • Shalom Aditjahjo,

      Ketika Yesus mengatakan “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” (Mat 9:2), maka ada dua hal yang ingin ditekankan di sini. Pertama, ingin menekankan bahwa tujuan utama dari kedatangan Anak Manusia di dunia ini bukan untuk menyembuhkan penyakit fisik, namun adalah menyembuhkan penyakit rohani, yaitu dosa. Kedua, memang akibat dosa Adam dan Hawa, maka manusia dapat sakit dan dapat mati.

      Kalau kita melihat kondisi pada saat ini, yaitu melihat ada orang yang sakit di sekitar kita, maka tentu saja kita dapat mengatakan bahwa penyakit dan kematian adalah akibat dosa asal. Namun, kita tidak dapat membabi buta menyimpulkan bahwa semua penyakit adalah disebabkan karena dosa pribadi. Ada penyakit dan penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang tidak bersalah atau yang disebut innocent suffering – seperti yang dialami oleh Ayub. Namun, satu hal yang harus kita yakini, bahwa Tuhan mampu mendatangkan kebaikan yang lebih tinggi (greater good) dari kondisi yang terlihat sulit dan tanpa harap.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. Salam, Adi Krisna

    Syukur pada Allah anda tertarik mengenal Kitab Suci lebih dalam. Semoga Roh Kudus dan Gereja menuntun anda menemukan Allah lebih dekat.

    Saya hanya ingin berbagi pendapat yang timbul karena sekelebat kesan pertama saat membaca pertanyaan anda. Semoga saya salah, namun apakah dari pertanyaan tersebut anda mengharapkan jawaban yang dapat diterangkan dalam kerangka ilmiah atau nalar?

    Sebagai contoh, banyak orang mencari penjelasan ilmiah atau logis mengenai peristiwa mukjizat Yesus memberi makan 5000 orang. Salah satu yang populer adalah banyak orang tergerak untuk berbagi bekal perjalanan karena tersentuh oleh ketulusan seorang bocah yang memberikan bekalnya pada Yesus. Dari penjelasan ini, seolah tidak peristiwa adi-kodrati yang terjadi selain gerakan komunitas karena trigger altruistik seorang anak kecil. Masih banyak contoh lain seperti menalarkan fenomena pengusiran setan dengan schizofrenia dan kelainan mental dan lainnya.

    Mungkin banyak orang memandang ringan hal tersebut, seakan hanya permasalahan tafsir ayat Kitab Suci. Namun, bagi saya ada sandungan tertentu bagi pengakuan iman, terutama iman kita bahwa Yesus adalah Tuhan. Tidak menjadi masalah bagi Ia yang menciptakan dunia dari ketiadaan apabila yang Ia perlu lakukan hanya menggandakan roti. Apalagi, penggandaan roti ini merupakan gambaran akan pengajaran Yesus yang menyangkut salah satu iman hakiki, yakni Ekaristi.

    Saya tidak dapat membuktikan tafsiran mana yang lebih sesuai fakta peristiwa tersebut. Namun, dengan mempercayai mukjizat-mukjizat Yesus sebagaimana adanya, saya percaya saya sedang menyiapkan hati dan pikiran untuk mengenal Ia yang tidak terjangkau hanya melulu oleh logika. Mom, mohon saya dikoreksi bila pengertian saya keliru. Semoga Allah semakin menarik kita untuk mengenal Dia.

    Pacem,
    Ioannes

  3. Yth. Bp Stef

    Beberapa hari yang lalu saya membaca perikop tentang penyembuhan yang Yesus lakukan kepada seorang lumpuh, yang diturunkan melalui atap. Penyembuhan semacam ini di jaman sekarang menjadi hal yang sulit dipahami, apalagi bagi orang yang baru mengenal Katolik, karena hal ini merupakan sebuah mukjizat. Nah, saya mohon penjelasan yang logis dari tim katolisitas mengenai perikop ini.
    Terima kasih, Salam, Adi

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah ditanggapi di atas, silakan klik]

Comments are closed.