Pengantar dari Editor:
Terima kasih, John Lusk, atas kisah pengalaman hidup anda yang anda kirimkan kepada kami di Katolisitas. Kisah anda mengajarkan kami untuk terus beriman akan kasih Kristus yang tak pernah beranjak. Sungguh, pengalaman anda menggugah hati kami bahwa Allah dapat mengubah kejadian yang terburuk sekalipun dalam kehidupan kita untuk mendatangkan kebaikan, bahkan kebaikan yang tak ternilai harganya, karena melaluinya Tuhan menarik kita kepada jalan keselamatan-Nya. Sebab tidak sesuatupun yang terjadi yang “akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8:39) Selamat Datang dalam keluarga besar Gereja Katolik. Salam hangat kami di Katolisitas untuk anda sekeluarga. Sebagai saudara saudari seiman, kami akan turut mendoakan anda, semoga Tuhan Yesus memberikan rahmat-Nya yang menyembuhkan, dan Ia selalu mendampingi , memberikan kekuatan, penghiburan, damai sejahtera bagi anda untuk melalui hari- hari yang sulit ini. Semoga Tuhan terus bekerja di dalam hidup anda, dan melalui anda, banyak orang dapat dibawa lebih dekat kepada Tuhan. Sebab sungguh, tiada sesuatupun yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya.
From the editor:
We thank you, John Lusk, for your beautiful testimony which you have shared with us in Katolisitas. From it we learn to have faith that God never stops loving us. We are deeply inspired by it, for it reminds us that God can turn the worst situation into good, even into the most precious one, because through it God draws us closer into the way of salvation. Because there is no one or nothing “could ever separate us from the love of God which is in Christ Jesus, our Lord.” (Rom 8:39). Welcome to the family of the Catholic Church. Warmest regards to you and your family. As one family in faith, we pray for you: May God be with you, to touch you with His healing grace, and to give you strength, consolation and peace in these difficult times. May God continually work in you, and through you many people are brought closer to God. For nothing indeed, can separate us from His love.
Also thanks to you, Kyle Brownell, for introducing John Lusk to us. May God bless you, too, for the service you have done for His Church.
Oleh : John Lusk
Berita buruk seusai pernikahan seorang sahabat
Saat itu di bulan Januari 2008, saya dan istri saya tengah mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan dari tempat tinggal kami di Wisconsin, Amerika, menuju ke Filipina, negara kelahiran istri saya. Kami diminta hadir untuk merestui pernikahan seorang anak gadis bagi siapa istri saya pernah menjadi ibu (wali) baptisnya. Sebagai salah satu persiapan sebelum perjalanan panjang itu, saya pergi menemui dokter keluarga untuk menjalani pemeriksaan rutin enam bulan sekali dan untuk mendapatkan persetujuan melanjutkan pengobatan yang selama ini saya jalani, yaitu untuk memerangi tekanan darah tinggi, gangguan prostat, dan tambahan pengobatan untuk diabates saya. Sebelumnya, di awal minggu itu saya telah menerima telepon dari dokter yang meminta saya untuk berhenti mengkonsumsi obat diabates saya. Tidak ada penjelasan apa-apa, saya hanya diminta untuk berhenti meminumnya.
Setelah bertemu dokter dalam kunjungan rutin itu, saya baru mengetahui alasan di balik instruksi untuk menghentikan pengobatan diabates saya, yaitu ditemukannya gangguan pada fungsi lever saya. Namun selanjutnya, dokter menemukan bahwa penyebabnya ternyata bukan obat diabetes dan ia meminta saya meminumnya kembali. Untuk mengetahui apa penyebab yang pasti dari gangguan pada fungsi lever saya, janji konsultasi dengan dokter spesialis lever dan spesialis paru-paru segera saya buat. Hasil pemeriksaan dengan dokter spesialis paru-paru menemukan adanya timbunan cairan di paru-paru saya sebelah kanan. Segera sesudah itu saya menjalani pembersihan timbunan cairan tersebut dan tak kurang dari satu liter cairan dikeringkan dari paru-paru saya. Barulah setelah semua perlakuan medis itu selesai, dokter mengijinkan saya terbang ke Filipina. Ketika itu acara pernikahan yang akan kami hadiri sudah berjalan dan sekalipun kami akhirnya sampai di sana, kami sudah tertinggal upacara pernikahan tersebut.
Setelah kembali ke Amerika, saya menjalani pemeriksaan lagi (CAT scan) dan ternyata lagi-lagi ditemukan cairan dalam paru-paru saya. Dokter mengatakan bahwa cairan itu bisa dikeringkan lagi tetapi harus dicari apa yang menyebabkan timbulnya timbunan cairan itu di dalam paru-paru saya. Saya menyetujuinya dan dari hasil pemeriksaan dokter akhirnya ditemukan bahwa saya menderita mesothelioma (kanker paru-paru). Kabar itu sungguh terasa melumpuhkan saya, saya merasa terguncang. Saya merasakan kesedihan dan kemarahan bercampur menjadi satu di dalam sanubari saya. Berulang-ulang pertanyaan yang sama menghantui saya, “Kenapa harus saya?” Saya menguatkan diri untuk melakukan studi di internet dan akhirnya saya menemukan ahli spesialis yang khusus menangani mesothelioma.
Kerinduan lama yang mengusik batin
Sementara itu, di tengah-tengah masa-masa saya sedang mengasihani diri saya sendiri dalam kepedihan akibat berita buruk itu, hati saya merasa menemukan Tuhan lagi, dengan kesadaran yang berbeda dari kesadaran saya sebelumnya. Ketika itu saya sudah tidak pernah lagi pergi ke gereja – gereja manapun – selama hampir 30 tahun. Tetapi selama itu sebenarnya saya merasa bahwa saya mempunyai keyakinan yang kuat bahwa Tuhan itu ada dan saya percaya akan kuasaNya. Walaupun saya tidak ke gereja, saya telah selalu menganggap diri saya pertama-tama dan terutama adalah seorang Kristen, pengikut Kristus. Hanya saja entah bagaimana saya memang telah menjauh dari Dia. Saya rasa ini adalah perasaan dan fenomena yang umum di kalangan masyarakat Kristiani bangsa-bangsa Barat.
Saya lahir, dibaptis, dan dibesarkan sebagai seorang Southern Baptist (salah satu denominasi gereja Kristen Baptis). Di masa muda, saya pernah sekilas mengenal Gereja Katolik dan ketika itu saya tidak mempunyai masalah apa-apa untuk turut merayakan Misa dalam gereja Katolik. Dalam hati saya, saya percaya akan arti dari merayakan ibadat atau misa di gereja, apapun denominasinya. Namun saat itu saya tidak pernah merasakan kemantapan untuk menjalani pengakuan dosa kepada imam dan menerima sakramen pengakuan dosa dan saya memang tidak pernah secara serius ingin menjadi seorang Katolik. Sampai sebelum saya menjadi Katolik, saya dan istri saya sering menghadiri acara-acara yang disponsori oleh gereja-gereja Southern Baptist di komunitas tempat kami tinggal. Kebanyakan acara yang saya ikuti adalah perayaan Natal, makan malam bersama persekutuan doa para pria, dan acara-acara nasional seperti acara kemerdekaan (Amerika) tanggal 4 Juli.
Kemudian, di tengah berita buruk yang saya terima bahwa saya mengidap kanker paru-paru itulah, secara perlahan namun pasti saya mulai merasa bahwa gereja Southern Baptist kurang dapat mengakomodasi kebutuhan jiwa saya. Saya mulai mencoba kembali mengikuti Misa Kudus dalam gereja Katolik dan saat itu saya mulai menyadari bahwa di dalam perayaan Ekaristi itu saya mengalami jawaban atas kerinduan hati saya yang selama ini saya rasakan tidak terpenuhi. Saya mulai membuat daftar pertanyaan mengenai iman Katolik, sebagai upaya saya menemukan pemuasan akan kehausan yang saya rasakan di dalam batin saya, dan saya mulai serius untuk mempertimbangkan menjadi seorang Katolik. Teman baik saya, seorang Katolik yang setia, Kyle Brownell, memberikan kepada saya bahan-bahan literatur mengenai iman Katolik untuk saya pelajari, dan ia juga memberikan sebuah rosario kepada saya, lengkap dengan cara mendoakannya. Itulah saat ketika saya mulai berdoa lagi, dan mencoba untuk berdoa rosario buat pertama kalinya. Dalam doa itu saya memberanikan diri untuk meminta kepada Tuhan,”Tuhan, ijinkan saya tetap hidup sampai lima tahun lagi”. Mengapa lima tahun? Entahlah, saya sendiri tidak mengetahuinya, saya sendiri tidak tahu mengapa saya tidak minta 10 atau bahkan sampai 20 tahun lagi! Saya percaya bahwa Tuhan menjawab doa manusia melalui salah satu dari ketiga kemungkinan ini: 1) Ia setuju dengan permohonan kita dan menjawab’ya’, 2) Ia menjawab ‘Belum saatnya, tunggulah beberapa waktu’ atau 3) Ia menjawab demikian, ‘Aku mempunyai rencana yang lebih baik’. Seperti yang dinyatakan dalam Amsal 28:5b, “Tetapi orang yang mencari TUHAN, mengerti segala sesuatu”
Perkiraan manusia dan kekuasaan Tuhan
Beberapa waktu kemudian saya menemui dokter spesialis saya dan ia mengatakan bahwa ia harus mengoperasi saya, karena kondisi saya akan menjadi semakin serius. Operasi itu akan melibatkan pengangkatan paru yang terkena kanker, menguliti rongga dada, pengangkatan sebagian dari jaringan kulit tepi di sekitar jantung, dan menghilangkan serpihan-serpihan dan potongan sisa pengangkatan dari diafragma saya. Oh, betapa siapapun akan bergidik membayangkan prosedur operasi seberat itu. Dan kalau saya dapat bertahan hidup melewati semua proses operasi yang menyeramkan itu, saya akan diminta melanjutkan pengobatan dengan kemoterapi yang disusul dengan radiasi. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah saya baca, kemoterapi hanya 28 % efektif untuk mematikan sel kanker, sedangkan terapi dengan radiasi adalah bersifat tidak pandang bulu, terapi itu akan membunuh semua yang disentuhnya, baik sel-sel kanker maupun sel-sel yang sehat.
Ketika saya bertanya kepada dokter saya mengenai harapan untuk bertahan hidup setelah melewati semua operasi dan terapi yang telah ia kemukakan, ia mengatakan bahwa 25 persen pasien bisa melewati angka lima tahun. Untuk sesaat saya berpikir bahwa jawaban dokter ini adalah jawaban Tuhan atas doa permohonan saya di atas. Namun kemudian dalam akal sehat saya, saya sadar bahwa tidak ada usaha apapun yang dapat dilakukan manusia untuk memberikan kepastian jaminan bertahan hidup selama lima tahun atau berapapun. Saya juga menyadari bahwa itu artinya ada 75 % pasien yang tidak bertahan hidup hingga melewati lima tahun. Sesungguhnya data menunjukkan bahwa sebagian besar pasien itu hanya bertahan selama 23 – 28 bulan dalam keadaan kualitas hidup yang buruk. Dokter mengatakan bahwa tanpa tindakan operasi di atas, harapan saya untuk bertahan hidup diperkirakan hanya akan mencapai 18 – 24 bulan.
Tuhan yang selalu rindu dan memelihara saya
Hari di saat ia mengatakan hal itu kepada saya adalah tanggal 1 Juli 2008. Hari ini telah hampir tiga tahun (36 bulan) hari itu berlalu. Saya telah berhasil melewati perkiraan batas waktu lamanya hidup yang dokter itu katakan kepada saya. Hal ini membuat saya bertambah yakin bahwa manusia tidak pernah mampu untuk mengetahui berapa lama seorang pasien kanker akan bertahan hidup. Manusia hanya dapat membuat perkiraan ilmiah berdasarkan data dan penelitian yang mereka lakukan, namun hanya Tuhan yang tahu berapa lama seseorang akan hidup. Bersama pemazmur saya ingin melantunkan pujian dan hormat kepada Tuhan yang memelihara saya, “Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah namaNya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu (Mazmur 103 : 1 – 3).
Kembali ke studi internet untuk menemukan pengetahuan selanjutnya, saya menemukan sebuah situs yang sangat informatif yang bernama “Cancer Monthly” (Jurnal bulanan mengenai kanker). Situs itu telah menerbitkan dua buah buku mengenai mesothelioma. Buku yang pertama ditulis oleh seorang pria penderita mesothelioma yang telah bertahan hidup selama 11 tahun dan buku yang lainnya ditulis penderita penyakit yang sama yang telah bertahan hidup selama 7 tahun dengan penyakit itu. Keduanya dengan tanpa menjalani operasi besar seperti yang dikemukakan dokter spesialis yang menangani saya. Pasien-pasien itu bertahan karena mereka telah mengubah cara hidup mereka, mereka menjadi vegetarian (hanya makan sayur sayuran dan tidak makan daging) serta mengkonsumsi makanan suplemen. Faktor pendukung lain yang penting adalah faktor yang cukup sering saya baca yaitu iman mereka kepada Tuhan dan doa meditasi harian yang rutin.
Perjalanan pulang kepada kerinduan jiwa saya yang sebenarnya
Sementara saya merasakan keajaiban penyelenggaraan Tuhan dalam hidup saya dengan kanker, pergumulan kerinduan saya kepada Tuhan terus berlanjut. Berbeda dengan ritual ibadat di dalam gereja Baptis dimana anggotanya merangkul orang untuk percaya kepada Kitab Suci dengan persuasi yang bagi saya terasa memaksa dan nada tinggi pengkotbahnya yang sering menekankan mengenai api neraka dan hukuman kekal, saya mendapati atmosfir kedamaian di dalam Gereja Katolik yang berorientasi pada pembelajaran, saling belajar dan mengajar. Pembacaan Firman Tuhan selalu dilanjutkan dengan penjabarannya dalam pergumulan hidup nyata sehari-hari dimana saya belajar menerapkan Firman Tuhan di dalamnya. Suatu peribadatan yang terasa jauh lebih tenang, damai, dan menyejukkan bagi saya. Saya juga merasa lebih bisa berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi / Misa Kudus dalam Gereja Katolik. Setelah sekian puluh tahun saya tidak lagi pergi ke gereja, saya tahu bahwa tangan Tuhan Yesus sendirilah yang membawa saya untuk datang ke perayaan misa gereja Katolik dan saat ketika misa berakhir, saya tahu bahwa saya telah menemukan apa yang selama ini saya cari, apa yang selama ini dirindukan oleh jiwa saya.
Saya memberikan diri saya mengikuti kelas katekumen untuk menjadi anggota gereja Katolik dan pada bulan Maret 2009 saya resmi menjadi Katolik (melalui upacara ‘Konfirmasi’). Konfirmasi saya menjadi Katolik adalah suatu titik kulminasi dari pergulatan batin saya sejak sekian lama. Saya bahagia bahwa kini saya dapat berpartisipasi sepenuhnya di dalam Misa Kudus, dan menyambut Komuni Suci. Upacara konfirmasi itu sendiri adalah sebuah upacara yang sangat indah yang mengambil bagian di dalam Misa Malam Paskah. Saya merasakan upacara itu begitu memenuhi hati saya dengan sukacita, saya telah menemukan tempat di mana saya merasakan kedekatan yang lebih indah dan hangat dengan Tuhan. Sungguh suatu pengalaman yang membuat jiwa saya damai. Saya menjadi lebih rindu untuk menjalani hidup sebagai seorang Kristen yang benar. Hidup adalah sebuah pertempuran abadi antara menjadi orang yang baik dan berkenan pada Allah dan menjadi orang yang penuh kebencian yang selalu mencari jalan untuk membalaskan kemarahan dan dendam.
Kini saya merasakan kedamaian dengan apapun yang Tuhan kehendaki terjadi pada saya. Kedamaian yang rasanya telah begitu lama hilang yang kini telah saya temukan kembali. Kini saya mempunyai keyakinan yang teguh bahwa seluruh hidup saya berada dalam genggaman tanganNya yang penuh kasih. KehendakNya yang akan terjadi, bukan kehendak saya. Saya tetap berjuang melawan kanker yang saya derita dan saya selalu tetap berdoa memohon hidup yang lebih lama kepada Tuhan. Saya tidak merasa bahwa saya sedang bersikap ngotot dengan Tuhan dalam hal ini, karena saya percaya sepenuhnya bahwa manakala Tuhan telah menghendaki saya untuk bersatu lagi dengan Dia, Dia akan memanggil saya dan dengan ikhlas saya akan memenuhi panggilanNya untuk pulang. Saya tidak merasa takut lagi. Saya tidak tahu apa rencana Tuhan bagi saya saat ini, tetapi apabila saya telah purna menunaikan misi saya di dunia ini, Dia akan memanggil saya pulang. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku. (Galatia 2 : 20).
Penuh damai dan harapan yang indah di dalam Tuhan
Saat saya menulis pengalaman saya ini, saya tidak dalam kondisi merasakan sakit apapun. Terpujilah Tuhan! Saya masih terus menjalani pengangkatan cairan di dalam paru-paru saya. Pada proses pengeringan yang terakhir yang saya jalani, tiga liter cairan harus dikeluarkan dari paru-paru saya. Karunia Tuhan yang paling berharga di dalam perjuangan saya ini adalah istri saya, perjalanan ini pasti akan terasa jauh lebih berat tanpa dukungan dan kasihnya kepada saya. Namun di atas semuanya, kasih dan dukungan terus menerus dari Tuhanlah yang membuat saya bertahan. Di balik segala bentuk kasih, perhatian, dan pemeliharaan yang saya terima dari sesama manusia, ada Tuhan bersemayam di sana. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menjadi kerinduan jiwa saya yang terdalam, sekalipun saya tidak selalu menyadarinya. Penderitaan dari penyakit kanker yang saya alami ini telah membawa langkah kaki saya menemukan kedamaian sejati bersama Dia lagi di dalam Gereja Katolik, kedamaian yang tadinya sempat hilang, dan yang kini saya tahu tidak akan pergi lagi dari diri saya, karena saya telah kembali ke rumah jiwa saya yang sejati di dalam GerejaNya. Bersama Kristus di dalam Gereja-Nya saya menghadapi hidup ini dengan rasa syukur, sebab Ia telah memerdekakan saya dari rasa takut, bahkan takut terhadap kematian. Sebab saya percaya, Tuhan Yesus tidak akan meninggalkan saya sampai kulihat wajah-Nya dalam kemuliaan surga yang kekal selamanya.
“Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.” (Yohanes 8 : 31-32, 34-36)
I am very grateful to read your testimony, Dear John Lusk.
I do hope that someday I will reach the faith such like yours.
I am going to learn to be a Catholic.
God loves you
Terima kasih atas kesaksiannya John. Sungguh luar biasa. Betapa indahnya cara Tuhan menarik Anda ke dalam kasihNya dalam Gereja Katolik. Sungguh indah.
Tuhan memberkatimu dan keluargamu dengan kasih, penghiburan, dan kesembuhan . Amin.
Praying for you, Julia
Terima kasih Mr. John tuk sharingnya.
Kita manusia terkadang berjalan dalam irama kehidupan sesuai pikiran dan logika kita. Namun kehebatan manusia tidak ada apa-apanya. TUHAN yang punya segalanya akan memberikan kita yang terbaik. Yang terpenting selalu pasrah dan berserah padaNYa. Doa orang benar bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya. Tuhan Yesus Memberkati.
Kepada Mr.John Lusk, pertama-tama saya mengucapkan Selamat datang di Gereja Katolik.
Apa yang Bapak alami dari kesaksian Bapak, sungguh membuat saya terharu. Apa yang Bapak alami juga dialami suami saya. Suami saya setahun yang lalu tepat di bulan April 2010, divonis oleh dokter mengidap kanker prostat stadium IV diusia menjelang 50 thn.. Saya sebagai istri bagaikan disambar petir.Tidak hentinya saya mengucurkan airmata… mengingat suami saya yang menjadi kepala keluarga, dan anak2 kami masih membutuhkan ayah sebagai kepala keluarga yang menghidupi kami semua.Saya berdoa dan berharap pada pertolongan Tuhan.Setiap malam saat saya dalam kesunyian dan kesendirian, saya berdoa memohon kekuatan untuk menjalani semua ini… sebab saya menganggap ini awal perjuangan dan perjalanan panjang kami. Setelah kami memasrahkan semua pada Tuhan dimana sebelumnya saya merasa marah kenapa ini kami alami, Perlahan saya menyadari, bahwa ini bukan suatu kebetulan.Setelah Perjalanan saya selama setahun, saya mulai merenungi perjalanan setahun setelah vonis dokter. Saya mulai mengurut-urutkan kejadian. Dengan pertolongan teman, informasi apa yang dapat kami lakukan, sampai pada pengobatan Herbal yang diinfokan pada kami, serta pola hidup yang sehat(Vegetarian), semua itu pekerjaan Tuhan.Puji Tuhan sampai saat ini suami saya baik2 saja, dan dalam kondisi tubuh yang fit, bahkan teman2 yang tahu kalau suami saya kanker prostat stadium IV, merasa heran dan meragukan kalau suami saya sedang sakit.Sebab suami saya kelihatan lebih muda, segar dan kulit menjadi halus.Bulan Januari lalu adik dari suami saya meninggal mendadak, kena serangan jantung.Yang mana sebelumnya tidak ada keluhan..Kejadian ini membuat pemahaman baru pada saya, bahwa, bila Tuhan menghendaki kita melanjutkan hidup, Tuhan pasti masih memelihara kita sampai detik ini.Tuhan memperlihatkan pada saya agar saya lebih percaya lagi, bahwa apa yang dikehendakiNya untuk terjadi, maka terjadilah.Dimanakah tempat dapat kita bersembunyi dariNya bila hariNya telah tiba? Kita tidak dapat menolak, mengelak, dan menghindariNYa. Ini pemahaman yang mendalam buat saya.Sekarang ini, saya hanya berusaha untuk menjaga, merawat, memelihara suami saya, agar dapat bertahan lebih lama lagi.Dan yang paling penting DOA yang tidak pernah lupa saya panjatkan padaNya.. memohon pengampunan dan pertolonganNya.Dan percaya, pertolongan Tuhan datang tepat pada waktunya.
Bapak John yang baik,… harapan selalu ada bila kita berjalan bersama DIA. Hidup disiplin terutama pada pola makan, dan konsumsi obat yang dianjurkan dokter dan paling penting DOA. Saya menyarankan DOA NOVENA TIGA SALAM MARIA selama 9 hari berturut-turut pada jam yang sama…
Saya berharap semoga Bapak John Lusk, sehat dan dalam lindungan Tuhan Yesus. Amin… Salam hangat saya untuk isteri Bapak yang setia merawat Bapak.Saya doakan semoga beliau sehat selalu agar dapat merawat Bapak dengan baik. Sebab tidak mudah merawat orang yang sedang sakit.
Terima kasih atas kesaksian Bapak John Lusk. Mari kita saling menguatkan dalam Iman Katolik… GBU
Mr John, kesaksian anda memberi kekuatan, percaya saja dalam ekaristi, Yesus hadir memberi kesembuhan bagi yang sakit,penghiburan bagi yang susah, jalan keluar bagi yang punya masalah, sebab kita dipeliharaNya bagaikan biji mata Tuhan.
Doa saya,
Melana
Selamat datang ke Gereja Katolik. Gereja Kristus yg sejati..Terima kasih untuk Mr.John Lusk atas kesaksiannya. Semoga dengan kesaksian ini menguatkan orang untuk lebih mengenal Gereja Katolik dan tetap setia akan iman kekatolikkan mereka..GBU Mr.John Lusk
Mr.John. terima kasih untuk sharingnya..
Rencana Tuhan dalam hidup kita memang kadang sulit dipahami manusia, tapi percaya saja bahwa itu yang terbaik untuk kita.. tetap berserah pada Tuhan Yesus itu keputusan yang terbaik.. berusaha dan berdoa.
semoga Mr.John dan keluarga selalu diberikan kekuatan oleh Tuhan, IA tidak akan meninggalkan umatNYA berjalan sendiri.. Tuhan Yesus memberkati
Tuhan Yesus tidak akan meninggalkan Kita yang masih menggembara untuk mencariNya, God Bless You
Shalom,
Mari kita penggemar Katolisitas bersama-sama mendoakan doa permohonan untuk kesembuhan saudara kita John Lusk.
Semoga doa kita semua dapat dikabulkan oleh Tuhan YESUS.
Terima kasih.
Thank you for sharing John
Get well soon
Great Thanks John and Katolisitas, for sharing this testimony. A reminder again that Jesus never stops loving us. Things happened for reasons, it migt be one of the, in quest or search the fundamental faith. So grateful of this reflection. Get recovered soon. Praise the Lord!
Selamat datang di Gereja Katolik. Gereja yang didirikan Kristus sendiri sejak Paus I hingga ke 265 sekarang serta sampai selamanya. Amin. Terima kasih atas kesaksian Pak John Lusk. Menguatkan iman saya juga. Salam: Isa Inigo.
puji Tuhan :)
Comments are closed.