[Hari Minggu Paskah VII, Hari Minggu Komunikasi Sedunia: Kis 8:5-8, 14-17; Mzm 66:1-20; 1Ptr 3:15-18; Yoh 14:15-21]
Salah seorang sahabat dekatku pernah bertanya kepadaku, “Kenapa ya, orang Katolik koq terkesan lebih dekat kepada Bunda Maria ketimbang kepada Roh Kudus? Sebab ada banyak doa dan devosi kepada Bunda Maria yang begitu populer di kalangan umat Katolik, namun kepada Roh Kudus sepertinya kurang…” Sejujurnya, tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Karena memang sekilas ada benarnya, yaitu bahwa doa dan devosi kepada Bunda Maria nampak lebih populer di kalangan umat Katolik, ketimbang devosi kepada Roh Kudus. Kesan itu dapat muncul, kalau kita memisahkan antara keduanya, seolah-olah Bunda Maria dan Roh Kudus berdiri sendiri-sendiri. Namun kalau kita melihat keduanya bersama-sama, dan nyatanya memang demikian, maka sesungguhnya, tak ada yang perlu dipertentangkan di sini. Sebab devosi kepada Bunda Maria, seharusnya tidak membuat kita menjauh dari Roh Kudus, malahan sebaliknya, mendekatkan kita kepada-Nya. Sebab Tuhan Yesus, dalam persekutuan dengan Bapa dan Roh Kudus itulah yang menjadi tujuan akhir semua doa dan devosi kita. Jika kita berdevosi kepada Bunda Maria, kita memohon dukungan doanya, dan kita berdoa bersama dengan dia di hadapan Tuhan. Bukankah hal ini yang kita dengar di Bacaan Pertama? Para murid berdoa bersama Bunda Maria menantikan turunnya Roh Kudus menjelang hari Pentakosta. Itulah doa Novena pertama yang dicatat dalam Kitab Suci. Kita, sebagaimana para murid Tuhan Yesus itu, kini pun berdoa bersama Bunda Maria, untuk memohon penggenapan janji Tuhan, yang akan mencurahkan Roh Kudus-Nya. Bunda Maria yang telah dipenuhi Roh Kudus, memang telah lebih dahulu mengalami, bagaimana Roh Allah itu telah membimbing dan menopangnya dalam seluruh perjalanan hidupnya. Tentu dengan kasih penyertaan seorang ibu, Bunda Maria rindu agar kitapun dapat mengalami tuntunan Roh Kudus itu. Rasul Petrus mengajarkan, bahwa Roh Kudus ini adalah Roh kemuliaan Allah, yang memampukan kita untuk senantiasa bersukacita, bahkan di tengah penderitaan (1Ptr 4:13). Sukacita ini dapat ada, karena kita yakin dan percaya, bahwa dengan mengambil bagian dalam penderitaan Kristus, kita dapat pula mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya. Betapa kita membutuhkan curahan Roh Kudus dari waktu ke waktu, terutama saat bersama seluruh Gereja kita memperingati hari Pentakosta, agar kita senantiasa dikuatkan dalam pengharapan iman!
Dalam Bacaan Injil kita membaca bagaimana Tuhan Yesus berdoa kepada Allah Bapa. Tentu sebenarnya, Yesus dapat berkomunikasi dengan Bapa dalam keheningan. Namun faktanya, Ia memilih untuk menyingkapkan komunikasi yang terdalam antara diri-Nya dengan Bapa, sebagaimana diungkapkan oleh Roh Kudus kepada Rasul Yohanes yang menuliskan doa Yesus ini dalam Injilnya. Roh Kudus, yang merupakan Roh Kasih antara Bapa dan Putra, menunjukkan kepada kita, betapa dekat dan tak terpisahkannya Yesus dengan Bapa. Dengan demikian, Tuhan Yesus meninggalkan teladan yang penting, yaitu agar kita selalu berkomunikasi dengan Allah. Sebab Allah tidak pernah meninggalkan kita. Terutama dalam segala kesulitan dan tantangan, Ia senantiasa menopang kita. “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu,” kata Yesus, seperti kita dengar di Bait Pengantar Injil hari ini. Betapa kita perlu mengingat perkataan Yesus ini, khususnya jika kita sedang takut atau merasa sendirian. Sebab kita tidak pernah sendirian. Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan kita. Yesus menempatkan kita di dalam hati-Nya, di dalam komunikasi-Nya dengan Bapa. “Aku berdoa untuk mereka”, kata Yesus, “… yang telah Engkau berikan kepada-Ku sebab mereka adalah milik-Mu, dan segala milik-Mu adalah milik-Ku dan milik-Ku adalah milik-Mu, dan Aku dipermuliakan di dalam mereka…” (Yoh 17:9-10).
Di Hari Minggu Komunikasi Sedunia ini, marilah kita tanyakan kepada diri kita sendiri, sejauh mana kita sudah memuliakan Tuhan Yesus dalam komunikasi kita sehari-hari dengan sesama kita? Sebab adalah kehendak Yesus, bahwa kita yang menjadi milik-Nya, memuliakan Dia. Bagaimana caranya? Yesus menunjukkan kepada kita sedikitnya dua hal. Pertama, dengan mewartakan Allah, sebagai satu-satunya Allah yang benar, dan bahwa Allah yang sama itu telah mengutus Yesus Kristus Putra-Nya, agar semakin banyak orang mengenalNya dan dapat memeroleh hidup yang kekal. Kedua, dengan menyelesaikan tugas pekerjaan yang telah Tuhan percayakan kepada kita (lih. Yoh 17:3-4). Untuk kedua hal ini, sungguh kita memerlukan pimpinan Roh Kudus, dan kita dapat belajar dari teladan Bunda Maria, sebab ia adalah yang murid Yesus yang pertama, yang telah menyelesaikan tugas perutusannya di dunia, dan telah memeroleh penggenapan janji keselamatan Allah.
Marilah berdoa:
“Ya, Tuhan Yesus Kristus, yang sebelum naik ke Surga telah berjanji untuk mengutus Roh Kudus untuk menyelesaikan karya-Mu dalam jiwa-jiwa para rasul dan para murid-Mu, berkenanlah memberikan Roh Kudus yang sama itu kepadaku, sehingga Ia dapat menyempurnakan dalam jiwaku, karya rahmat-Mu dan kasih-Mu.
Kumohon, berikanlah kepadaku, Roh Kebijaksanaan,
Supaya aku dapat melepaskan keterikatanku dengan hal-hal yang fana di dunia ini, dan hanya mencita-citakan hal-hal yang kekal,
Roh Pengertian, untuk menerangi pikiranku, dengan terang Kebenaran Ilahi-Mu.
Roh Nasihat, supaya aku selalu memilih jalan yang pasti menyenangkan Allah, agar kelak aku dapat diterima-Nya di Surga.
Roh Keperkasaan, sehingga aku dapat memikul salibku bersama dengan-Mu dan aku dapat mengalahkan dengan berani, segala penghalang yang merintangi keselamatanku.
Roh Pengetahuan, supaya aku dapat mengenal Allah dan diriku sendiri dan bertumbuh dalam kekudusan dengan mengikuti teladan para santo dan santa.
Roh Kesalehan, supaya aku dapat menemukan rasa manis dalam pelayananku kepada Allah.
Roh Takut akan Tuhan, supaya aku dapat dipenuhi rasa hormat yang penuh kasih kepada Allah dan membenci segala hal yang tidak menyenangkan hati-Nya.
Jadikanlah aku murid-Mu ya Tuhan, dan hidupkanlah aku dengan Roh-Mu.
Semoga Bunda Maria—Bunda-Mu dan Bunda-ku—menyertaiku dengan doa-doanya, sehingga dengan melihat teladannya aku didorong untuk melayani Engkau dan memuliakan namaMu. Semoga dengan sukacita aku senantiasa menghormati Engkau dalam tugas-tugasku setiap hari. Semuanya ini kumohon demi nama-Mu yang kudus, Tuhan dan Juruselamat yang telah bangkit dan naik ke Surga dengan mulia, kini dan selama-lamanya. Amin.”