Sumber gambar: https://doctrinalart.files.wordpress.com/2014/07/2-3-the-trinity-adored-by-the-duke-of-mantua-and-his-family.jpg?w=519&h=420

Saudara dan Saudari dalam Kristus,
Bacaan Injil hari ini menyingkapkan kesatuan antara Yesus dengan Allah Bapa. “Tak seorang pun mengenal Bapa selain Putra” dan demikian pula sebaliknya. Bagaimana kita menggambarkan keeratan antara Bapa dan Putra ini? Analogi apapun di dunia ini tidak akan memadai untuk melukiskannya, sebab tak ada kesatuan antara dua pribadi di dunia ini yang begitu sempurna seperti kesatuan Bapa dan Yesus Putra-Nya. Tetapi dalam keterbatasan perumpamaan manusia, marilah kita bayangkan tentang seorang Pelukis maestro, yang dengan setiap goresan yang tepat dan penuh perhatian dan kesempurnaan kasihNya, membawa kehidupan ke dalam sebuah karya seni yang menakjubkan. Pelukis ini, Sang Bapa di Surga, menggunakan kuas untuk lukisan tersebut – Sang Putra – untuk mengekspresikan visi-Nya yang ilahi pada kanvas dunia kita. Dan apa yang memberi kehidupan pada lukisan ini, yang menambahkan kedalaman, nuansa, dan keindahan, adalah warna-warna Roh Kudus, yang mengalir secara sempurna dari kuas, menyatu dengan Sang Bapa dan Sang Putra dalam aksi penciptaan ini.

Bayangkanlah keintiman proses ini, pemahaman dan kesatuan antara Sang Maestro, Kuas Ilahi, dan warna warna kehidupan yang tercipta. Paus Fransiskus pernah menggambarkan hubungan antara Yesus dan BapaNya sebagai “dasar kepribadian dan kehidupan Kristiani” sebuah ikatan yang sangat dalam dan menyatu, seperti sinergi tak terpisahkan antara pelukis, alat dan hasil karya-Nya. Ini hanya penggambaran tak sempurna, sebab pada Allah, ketiganya satu hakikat-Nya: Sang Putra bukan alat yang terpisah dari sang Pelukis, dan Roh Kudus bukan merupakan ciptaan yang baru dihasilkan kemudian. Ketiga-Nya adalah satu kesatuan, tak terpisahkan, dan inilah kedalaman misteri kehidupan Allah.

Dalam kemurahan hati-Nya, Sang Pelukis ilahi mengundang kita manusia untuk menjadi bagian dari karya seni ini. Ia menghendaki kita menjadi warna warni yang digunakan-Nya untuk menambah kehidupan, keunikan, dan goresan kepada ciptaan-Nya. Kita bukan hanya penonton pasif tetapi diajak sebagai peserta aktif, dimana masing-masing dari kita diundang untuk membawa nuansa unik kita ke kanvas ilahi itu. Tetapi untuk itu dibutuhkan disposisi tertentu dari pihak kita. Kita perlu berbaur ke dalam lukisan, berharmoni dengan komposisi keseluruhan daripada berusaha menonjolkan diri. Ini membutuhkan kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesediaan untuk dipandu oleh Sang Pelukis maestro. Contoh indah diwujudkan oleh kehidupan Santa Theresia dari Lisieux.

Santa Theresia, yang juga dikenal sebagai ‘Bunga Kecil Yesus’, terkenal karena kerendahan hatinya yang mendalam dan kepercayaan yang seperti anak kecil kepada Tuhan. Dia mengikuti apa yang dia sebut ‘jalan kecil’, jalan penyerahan dan cinta mutlak kepada Tuhan. Kehidupannya mencerminkan kata-kata, “Aku memilih semua yang Engkau kehendaki!” Penerimaan dan kepercayaan dalam kehendak Tuhan ini seperti warna yang menyerah pada visi seniman, membiarkan dirinya digunakan kapan saja dan bagaimanapun seniman itu melihat sebagai cocok dan sesuai.

Santa Theresia juga mengingatkan kita bahwa, “Yang penting dalam hidup bukanlah perbuatan besar, tetapi cinta yang besar.” Sebagai warna dalam mahakarya ilahi, kita tidak dipanggil untuk melakukan tindakan besar yang menarik perhatian pada diri kita sendiri tetapi menambahkan cinta ke setiap goresan, setiap interaksi, setiap momen dalam hidup kita. Saat kita menerima ajaran Yesus, kita membiarkan diri kita dipandu oleh tangan ilahi, mengalir dari kuas Sang Putra, dipenuhi dengan warna-warna Roh Kudus. Kita menyerahkan diri pada visi seniman ilahi, menjadi bagian dari mahakarya-Nya, dan menambahkan nuansa cinta penyerahan diri kita yang unik.

Dan begitulah, saudara dan saudari terkasih, kita menemukan diri kita diundang ke dalam hubungan intim Trinitas. Kita bukan hanya penonton, tetapi peserta aktif dalam seni ilahi ini, berbagi dalam kesatuan mendalam antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Saat kita maju dalam perjalanan iman kita, mari kita ingat untuk menjalani hidup dengan kerendahan hati dan kepercayaan seperti Santa Theresia. Mari kita juga berani menyatakan kepada Tuhan bahwa hidup kita adalah “semua yang Engkau kehendaki.” Marilah kita dengan kepercayaan seorang anak berani menyerahkan diri kita pada visi Sang Seniman ilahi. Dalam penyerahan ini, kita akan menemukan diri kita ditenun ke dalam mahakarya ilahi, menjadi ungkapan hidup cinta Tuhan. Ingatlah bahwa undangan untuk menjadi bagian dari mahakarya Tuhan adalah panggilan lembut ke arah kesatuan, cinta, dan kedamaian. Mari kita menjawab dengan keterbukaan dan kepercayaan, mengetahui bahwa ketika kita mau menyerahkan diri kita di dalam mahakarya ilahi, kita akan menemukan istirahat dan damai sejati di dalam jiwa kita. Amin.