[Hari Minggu Paskah VI: Kis 8:5-8, 14-17; Mzm 66:1-20; 1Ptr 3:15-18; Yoh 14:15-21]

Di dalam empat puluh hari antara Paskah dan Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga, Gereja mengajak kita untuk mengarahkan pandangan kita ke Surga, yang menjadi tujuan akhir kita: tempat kediaman kita bersama Allah untuk selama-lamanya. Permenungan akan Surga menjadi sangat relevan saat ini, menjelang perayaan Kenaikan Yesus ke Surga yang akan kira rayakan pada hari Kamis minggu ini.

Kenaikan Tuhan Yesus tidaklah berarti perpisahan kita dengan-Nya. Sebab Kenaikan-Nya ke Surga bukan seperti adegan di airport atau stasiun kereta api, dimana kita melihat perpisahan dari orang yang meninggalkan keluarganya, karena harus pergi ke tempat lain. Tuhan Yesus adalah Allah yang maha hadir, maka meski Ia telah naik ke Surga, Ia tetap dapat tinggal bersama-sama dengan kita.  Dalam Injil hari ini Yesus bersabda,  “Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup…” (Yoh 14:19-20). Dengan perkataan ini, Yesus berjanji untuk tetap hadir dan menyertai para murid-Nya, sehingga mereka dapat “melihat” Yesus meskipun secara jasmani Ia tidak berada di tengah-tengah mereka lagi. Kehadiran-Nya di tengah para murid-Nya tidak berakhir dengan Kenaikan-Nya ke Surga. Sebab Ia akan mengutus Roh Kudus-Nya, dan oleh kuasa Roh Kudus itu, Yesus tetap hadir dan dekat dengan kita. Kristus hadir dalam doa, dalam firman-Nya, dalam Gereja-Nya dan sakramen-sakramen-Nya, secara khusus dalam Ekaristi Kudus.

Selain itu, dengan menyadari bahwa karena kasih-Nya kepada kita, maka “Yesus ada di dalam kita” (lih. Yoh 14:20), kita didorong untuk membalas kasih-Nya itu. Sebab bukti jika kita mengasihi seseorang, kita akan melakukan apa yang dikehendakinya. St. Yohanes Krisostomus berkata, bahwa Yesus pun menghendaki demikian. “Daripada menyedihkan dirimu sendiri atas perpisahan kita dan kepergian-Ku kepada Bapa, kamu harus, jika kamu sungguh mengasihi Aku, menunjukkan kasihmu dengan melaksanakan dengan setia perintah-perintah-Ku. Lihatlah, ini adalah bukti kasih yang terbaik yang dapat engkau berikan kepada-Ku: jauh lebih baik daripada tanda kesedihan dan kelembutan apapun yang nampak dari luar” (St. John Chrysostom, in Haydock’s Commentary, John 14:15).

Sungguh, melakukan perintah-perintah Tuhan adalah perjuangan bagi kita selagi kita hidup di dunia ini. Sebab itulah bukti kasih kita kepada Tuhan, dan ini akan kita bawa ke hadapan Tuhan saat kita menghadapNya setelah selesai masa hidup kita di dunia. Kita berharap bahwa saat itu menjadi saat perjumpaan dengan Sang Kekasih yang kita rindukan dan merindukan kita. Sebagaimana Yesus naik ke Surga dan membawa serta purna tugas-Nya di dunia ke hadapan Allah Bapa, sebagai bukti kasih-Nya kepada Bapa (lih. Yoh 14:31); demikianlah semoga kita kelak dapat kembali kepada-Nya dengan membawa bukti kasih dan ketaatan kita kepada-Nya. Betapa permenungan ini mestinya menyalakan semangat yang baru di dalam hati kita setiap hari! Kita diingatkan untuk melekatkan hati kepada Allah dan bukan kepada  hal-hal yang sementara di dunia. Kita diingatkan untuk tetap bersemangat dalam melaksanakan tugas panggilan hidup kita. Artinya, terus berbuat kasih, meskipun tak jarang itu menuntut pengorbanan dan perjuangan. Tantangan untuk tetap setia dalam tugas-tugas kita, itulah yang kita hadapi sehari-hari. Di kala tantangan itu terasa berat, namun kita tetap melakukan apa yang harus kita lakukan dengan mata tertuju kepada Tuhan Yesus, maka kita dapat berkata, “Ya, Tuhan, semua ini kulakukan demi kasihku kepada-Mu yang lebih dahulu mengasihi aku. Kupersembahkan semua yang kulakukan ini, ya Tuhan, dan kuberharap dapat berkenan di hadapan-Mu dan menyenangkan hati-Mu. Semoga dengan persembahan kasihku ini, kelak dapat kupandang wajah-Mu dalam kemuliaan Surga, yang telah Kaujanjikan bagi semua orang yang percaya kepada-Mu…. ”

Di hari-hari mendatang ini, kita mempersiapkan diri untuk mengikuti novena menjelang hari Pentakosta. Tradisi doa novena di Gereja Katolik berasal dari tradisi novena ini, yang dilakukan oleh para rasul saat mereka menantikan Roh Kudus. Dalam doa menantikan kedatangan Roh Kudus ini, para rasul ditemani oleh Bunda Maria. Bunda Maria telah terlebih dahulu menerima Roh Kudus tatkala menerima Kabar Gembira dari malaikat (Luk 1:35). Namun setelah Kenaikan Yesus ke Surga, Bunda Maria turut berdoa bersama para rasul untuk memohon curahan Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya kepada Gereja. Dan Allah berkenan mengabulkan doa-doa mereka. Di hari Pentakosta, turunlah Roh Kudus atas mereka. Semoga kitapun memiliki kerendahan hati seperti para rasul itu, untuk melibatkan Bunda Maria dalam doa-doa kita menantikan Roh Kudus. Dengan dukungan doa Bunda Maria, semoga kita pun dapat mengalami apa yang dialami oleh para Rasul: curahan Roh Kudus yang mengubah kita secara total.

Para rasul itu diubah: yang tadinya takut, menjadi berani; mereka yang tadinya tidak mengerti, menjadi mengerti; mereka yang sebelumnya kurang iman, harap dan kasih, kini diperbaharui dalam ketiganya. Betapa hal ini nampak pada Rasul Filipus, yang kita baca kisahnya di Bacaan Injil Minggu lalu, dan Minggu ini di Bacaan Pertama. Ia yang tadinya tidak sungguh mengenal Kristus kemudian menjadi sungguh mengenali-Nya sebagai Mesias. Dan Roh Kudus memampukan Rasul Filipus untuk mewartakan Kristus di Samaria, di ladang yang “sulit”, karena  orang-orang Samaria  dapat dikatakan “tidak bersahabat” dengan umat Yahudi. Kisah ini mesti menyemangati kita, karena kita percaya bahwa Roh Kudus yang sama itu, pun dapat mengubah kita menjadi seperti Rasul Filipus. Kita dapat diubah-Nya untuk semakin mengenal Kristus, dan turut mengambil bagian dalam karya pewartaan Injil, walaupun di lingkungan yang sulit sekalipun. Kita dapat diutus-Nya untuk memberikan kesaksian iman yang hidup, baik dengan perkataan maupun perbuatan, agar semakin banyak orang mengenal Kristus. Agar bersama-sama dengan mereka, kita meniti jalan menuju Surga.

Roh Kudus ini—yaitu Roh Kebenaran—memang telah dijanjikan oleh Kristus di perjamuan malam terakhir kepada para murid-Nya. “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu…” (Yoh 14:15-17). Roh yang sama itu akan kembali dicurahkan kepada kita di hari perayaan Pentakosta. Sebab janji penyertaan Kristus tidak hanya berhenti kepada para murid-Nya, tetapi selama-lamanya. Artinya, Roh Kudus juga menyertai para murid Kristus di sepanjang zaman, termasuk kita—tentu, asalkan kita tidak menempatkan penghalang di jiwa kita.  Itulah  sebabnya, penting bagi kita, untuk mempersiapkan diri menerima curahan Roh Kudus dan ketujuh karunia-Nya. Marilah kita singkirkan semua penghalang  untuk menerima Roh Kudus, entah itu karena dosa-dosa ataupun rasa bersalah karena dosa-dosa kita, atau karena lemahnya kehendak kita untuk berbuat baik, atau kealpaan kita untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan Tuhan. Mari kita arahkan pandangan kita ke Surga, dan bersama Bunda Maria, kita memuji Tuhan atas rencana-Nya yang indah bagi kita. Sebab Tuhan Yesus yang telah bangkit, telah naik ke Surga untuk menyediakan tempat bagi kita, tidak meninggalkan kita. Bersama pemazmur, kita melambungkan pujian kita kepada Tuhan: “Pujilah Allah, alleluia! Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!