Ada sejumlah pertanyaan yang masuk di redaksi Katolisitas, menanyakan, kalau Yesus itu Tuhan, mengapa Ia dibaptis? Pertanyaan ini  masuk akal sebab, jika berpatokan bahwa Kristus itu Tuhan dan tidak berdosa, maka memang seharusnya Ia tidak perlu dibaptis. Namun ada maksud lain yang ingin dinyatakan oleh Allah tentang Baptisan, dan karena itu Yesus mengajukan diri-Nya untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.

Injil Matius menceritakan bahwa ketika Kristus datang untuk dibaptis, maka Santo Yohanes Pembaptis “mencegah Dia, katanya: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?” Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dan Yohanespun menuruti-Nya.” (Mat 3:14-15)

Pembaptisan Yesus merupakan sebuah antisipasi atas kurban salib-Nya. Pembaptisan Kristus bermakna penerimaan kematian-Nya demi dosa-dosa umat manusia, dan suara yang berseru “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi” merupakan rujukan antisipatif pada kebangkitan. Inilah pula yang menjelaskan mengapa, seturut perkataan-Nya sendiri, Yesus memakai kata ‘baptis’ (artinya dicelupkan/ ditenggelamkan) guna mengacu pada kematian-Nya (bdk Mrk. 10:38; Luk 12:50).

St. Thomas Aquinas, di dalam bukunya, Summa Theology, menjelaskan adanya empat alasan mengapa Kristus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (lih. ST, III, q.38, a.1), yaitu:

(1) Agar Kristus dapat menguduskan baptisan. Dengan Baptisan itu, Kristus menguduskan air sebagai materi baptisan;
(2) Menjadi cara Kristus untuk menyatakan Diri-Nya. Rasul Yohanes menuliskan perkataan Yohanes Pembaptis, “… tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.” (Yoh 1:31).
(3) Dengan baptisan ini, maka orang-orang akan tahu bahwa ini adalah cara yang digunakan oleh Kristus untuk menguduskan umat Allah;
(4) Menunjukkan bahwa pertobatan seperti yang ditunjukkan oleh Yohanes Pembaptis adalah penting sebelum seseorang nantinya secara layak menerima baptisan Kristus.

Maka, dengan membiarkan diri-Nya dibaptis, Kristus juga  menunjukkan:

(5)Bahwa ‘baptisan’ merupakan gambaran kematian-Nya di kayu salib (lih. Luk 12:50), dan kebangkitan-Nya. Yesus mau menyatakan bahwa ‘penyebab’ yang mendatangkan rahmat Baptisan, adalah kematian-Nya di kayu salib, yang mendahului kebangkitan-Nya dari mati. Maka Baptisan merupakan antisipasi dari peristiwa penyaliban, wafat dan kebangkitan Kristus. Pencelupan ke dalam air mengantisipasi kematian dan penguburan-Nya. Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Kristus seolah tenggelam dalam darah-Nya sendiri, sebelum Ia menyatakan kuasa ilahi-Nya, dengan kebangkitan-Nya dari kematian. Keluar-Nya dari air mengantisipasi kebangkitan-Nya dari mati. Dan suara Allah Bapa yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang kukasihi…” mengantisipasi pernyataan ke-Allahan Kristus melalui kebangkitan-Nya.

(6) Agar kita untuk mengikuti langkah-Nya, yaitu memberikan diri dibaptis – bukan menurut baptisan Yohanes Pembaptis namun baptisan Kristus – supaya manusia dapat diselamatkan (lih. Mrk 16:16). Sebab baptisan Yohanes menandai pertobatan, namun baptisan Kristus yang menyempurnakannya, menandai tidak hanya pertobatan, tetapi juga kehidupan yang baru di dalam Kristus. Kehidupan baru di dalam Kristus ini terjadi karena kita disatukan dalam kematian Kristus dan kebangkitan-Nya dari kematian, sehingga kita memperoleh hidup ilahi. Kehidupan ilahi inilah yang menjadikan kita anak-anak angkat Allah, sebab Roh Kudus-Nya tinggal di dalam kita. Melalui Baptisan inilah, kita menerima perkataan Allah Bapa, seperti yang dikatakan-Nya ketika Kristus dibaptis, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat 3:17).

Dengan demikian, makna penting Pembaptisan tidak dapat terungkap sepenuhnya sampai dilihat dalam terang salib dan kebangkitan Kristus. Sebab melalui Baptisan, manusia lama kita, beserta dosa-dosa kita, telah dikuburkan/ ditenggelamkan bersama kurban salib Kristus, agar kita dapat menjadi manusia baru, yang memperoleh hidup ilahi di dalam Kristus, oleh karena kebangkitan-Nya (lih. Rom 6:5-11). Maka rahmat sakramen Baptis itu diperoleh karena jasa Kristus, yaitu Ia yang telah disalibkan, wafat, bangkit, naik ke surga, demi menebus dosa-dosa kita dan membuka pintu surga bagi kita, agar kita dapat memperoleh kehidupan kekal. Jadi Sakramen Baptis itu ada, karena peristiwa Misteri Paska Kristus (sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga). Misteri Paskah Kristus menjadi penyebab yang berjasa mendatangkan keselamatan kita (‘meritorious cause‘).

(7) Dengan dibaptis, Yesus juga menyatakan bahwa wafat-Nya tidak terlepas dari kebangkitan-Nya, dan kebangkitan-Nya juga tidak terlepas dari wafat-Nya yang mendahuluinya. Sebab keluarnya kita dari air didahului oleh pencelupan ke dalam air; bangkitnya kita dari kuasa dosa didahului oleh kematian kita terhadap dosa/ pertobatan. Oleh karena itu, kita yang mengimani Kristus tidak boleh hanya menekankan kebangkitan Kristus tanpa pengorbanan salib-Nya, atau sebaliknya, pengorbanan Kristus di kayu salib tanpa kebangkitan-Nya.

(8) Dengan dibaptis, Tuhan Yesus menunjukkan solidaritasnya dengan kita manusia. Ia menunjukkan kerelaan hati-Nya untuk menjadi sama dengan kita dalam segala sesuatu, kecuali dalam hal dosa (lih. Flp 2:6-7; Ibr 4:15 ).

5 COMMENTS

  1. Bagaimana menurut pandangan anda tentang Paus Fransiskus ?

    Pernyataan Paus Fransiskus ini dibuat saat sesi wawancara dengan pendiri dan mantan editor harian La Repubblica, Eugenio Scalfari.

    Ada beberapa kutipan yang membuat saya pribadi pun merasa heran :

    “Saya percaya akan Tuhan, tetapi bukan (kepada) Tuhan Katolik,”
    “Tuhan bukan Katolik. Tuhan adalah universal, dan kita adalah umat Katolik karena cara kita memuja Dia,”
    “Yesus adalah guru dan pemimpin saya. Tetapi Tuhan, Bapa, adalah cahaya dan Sang Pencipta. Itulah yang saya yakini. Apakah menurut Anda keyakinan kita jauh berbeda?”

    Apakah Paus Fransiskus sedang berada dalam kebingungan? Karena jelas Tuhan setiap agama berbeda, Umat Islam, Hindu, Buddha, dan banyak lagi agama yang berbeda tidak mengakui Tuhan umat katolik, dan begitupun kita sebaliknya, bahkan Yesus pun tidak dianggap sebagai Tuhan dalam Islam. Lalu bagaimana itu bisa bersifat universal ? Dan keyakinan mereka tentu jauh berbeda.

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu, tanggapan kami untuk pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan Anda ini, di jawaban ini, silakan klik].

  2. Shalom Katolisitas,
    Apakah anda pernah menonton acara tentang aktivitas selebritis,dimana pada salah satu scene,artis tersebut (dalam hal ini Tya Ariestya) yang sedang mengikuti kontes kucing menyatakan kepada publik(karena ditayangkan tv) bahwa kucing2 tersebut adalah anak2nya.Artis tsb tidak mengatakan bahwa kucing2 tsb adakah anak angkatnya.Tya sangat menyayangi kucing2 peliharaannya sehingga menganggap seperti anak sendiri.
    Bagaimana jika analogi tsb diterapkan pada kisah pembabtisan Yesus? Ada kemungkinan bahwa Yesus(yg cuma nabi)diangkat menjadi anakNya karena Allah sangat mengasihi Yesus.Dalam PL Allah juga menyatakan Salomo sebagai anakNya.
    Pertanyaan berikutnya adalah kemungkinan2:
    1.Pada saat sebelum Yesus membangkitkan anak muda di Nain,Ia sempat berdoa kepada ALLah dalam hati walau tidak merem saat menuju ke tandu hendak menyentuh anak muda tsb.Jadi bukan kuasa Yesus sendiri
    2.Pada saat sebelum membangkitkan Lazarus,Yesus sempat berdoa kepada Allah untuk mengembalikan roh Lazarus.Mengingat jeda waktunya dalam hitungan hari
    3.Yesus menbangkitkan anak Yairus yg sebenarnya mati suri,karena baru saja tidak bernafas
    Apakah berdosa,bila seorang yg sudah dibaptis meragukan Yesus sebagai Tuhan? Apakah saya menderita kelainan bila setiap menit (terutama bila saya dilanda keraguan) tidak bisa lepas dari kitab suci karena saya sangat penasaran terhadap Tuhan.Waktu kerja,waktu makan,jalan2 santai saya terganggu gara2 memikirkan Tuhan setiap detiknya.Padahal belum tentu Tuhan mikirin saya.Apakah nama penyakit saya? yang jelas saya sangat mencintai kebenaran
    Mohon jawabannya,terima kasih

    • Shalom Tarsisius,

      Nampaknya Anda mempunyai kebingungan tentang istilah ‘anak’ jika diterapkan pada Kristus yang adalah “Anak Allah”, karena Anda mungkin belum memahami bahwa dalam Inkarnasi-Nya, Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Silakan membaca artikel berikut ini, jika Anda tertarik untuk memahami lebih dalam tentang Ke-Allahan dan kemanusiaan Yesus:

      The Tome of Leo
      Kristus yang kita imani= Yesus menurut sejarah
      Yesus sungguh Allah sungguh manusia
      Aku Percaya akan Kristus, Putera Allah yang Tunggal
      Mengapa Yesus berdoa?

      Sebab jika kita memahami adanya dua kodrat dalam diri Yesus (kodrat ke-Allahan dan kemanusiaan-Nya) maka kita tidak akan memilih-milih untuk mengambil ayat-ayat yang sepertinya mendukung kemanusiaan-Nya untuk menentang bahwa Ia adalah Tuhan, dan sebaliknya, memilih ayat-ayat yang mendukung ke-Tuhan-an-Nya untuk menentang bahwa Ia adalah sungguh manusia. Sebab jika kita mempelajari sejarah, demikianlah yang terjadi di sepanjang sejarah, yaitu adanya sejumlah orang yang timbul silih berganti, yang mengambil ayat-ayat tertentu untuk terlalu menekankan kodrat keTuhanan Yesus, dan mengabaikan kodrat kemanusiaan-Nya, atau sebaliknya terlalu menekankan kodrat kemanusiaan-Nya dan mengabaikan kodrat ke-Allahan-Nya.

      Sejujurnya, adalah baik jika Anda haus dan mencintai kebenaran. Bukankah Yesus bersabda, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan”? (Mat 5:6) Juga adalah baik, jika pikiran kita selalu terarah kepada Tuhan. Anda tidak sakit, dan tidak perlu kuatir jika itu yang terjadi pada Anda. Para Santo/a banyak yang mengalami demikian. Pikiran dan hati mereka terarah kepada Tuhan setiap saat, dan ini menjadikan mereka pribadi-pribadi yang istimewa, karena mampu melihat Tuhan di dalam siapapun yang mereka jumpai dan apapun yang ada di sekeliling mereka. Mereka mengarahkan pikiran mereka kepada Tuhan bukan karena mereka dilanda keraguan, tetapi justru karena mereka sungguh mengimani dan mengasihi Tuhan. Semoga Anda dan saya juga dapat mengikuti teladan mereka ini, yang mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan setiap saat, bukan karena ragu, tetapi karena mengasihi Tuhan yang terlebih dahulu mengasihi kita. Tuhan tidak pernah terlelap dan tidak pernah tertidur, senantiasa menjaga kita (lih. Mzm 121:4). Ia adalah Allah yang melukiskan kita di telapak tangan-Nya dan tetap menempatkan kita di ruang mata-Nya (lih. Yes 29:16). Betapa kita layak untuk selalu bersyukur karena besarlah kasih-Nya!

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Shaloooom…
    saya mau nanya nih
    Baptisan itu kan pertama kali muncul dalam Alkitab pertama kali di demonstrasikan oleh Yohanes Pembabtis..
    nah dari manakah ia (Yohanes) memperoleh wahyu atau perintah dari Tuhan/Allah bahwa iya akan menjadi pembatis dan darimanakah asal muasal perintah pembabtisan itu..

    Trima kasih

    • Shalom Fabio,

      Dalam Yoh 1:33-34 dikatakan bahwa Yohanes Pembaptis berkata, “Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.”

      Dari ayat ini kita mengetahui bahwa yang mengutus Yohanes Pembaptis untuk membaptis dengan air adalah Allah sendiri. Namun bagaimana Allah mengutus Yohanes Pembaptis ini, memang tidak secara eksplisit dijabarkan dalam Kitab Suci. Demikian pula, tak semua nabi menjabarkan bagaimana Allah mengutusnya untuk menyampaikan sabda-Nya kepada umat-Nya. Namun dari Kitab Suci kita mengetahui bahwa Allah-lah yang yang memerintahkan Yohanes Pembaptis untuk membaptis, dan bahwa Allah telah membuat Yohanes Pembaptis mengetahui bahwa ia adalah penggenapan nubuat nabi Yesaya, ketika ia berkata, “Jawabnya: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” (Yoh 1:23)

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

Comments are closed.