Mengapa Tuhan membiarkan penderitaan?

Seorang pembaca menuliskan pesan “Ada satu contoh kasus keluarga Fritzl di Austria. Sang ayah menyekap anak gadisnya di gudang bawah tanah selama lebih dari 20 tahun! Di malam hari memperkosanya, selama itu di siang hari dia dan istri hidup bersosial secara wajar. Dari anak gadisnya itu, dia punya beberapa anak lagi, dan mereka semua tinggal di bawah tanah. Ketika polisi membongkar gudang itu, itulah pertama kali cucu-cucunya yang sudah besar (sudah umur belasan tahun!) melihat matahari dan bulan… dalam arti harafiah!!!. Kasus ini terbongkar oleh polisi ketika umat Katolik sedang bersiap menyambut Triduum Paskah. Ironis? Sebenarnya apakah Tuhan sama-sekali tidak mau campur tangan ? Manusia wajar yang mengetahui hal seperti itu, pasti akan segera turun tangan. Di manakah batas kejahatan bagi Tuhan? Saat kejahatan menjadi-jadi dan manusia terdiam, apakah Tuhan akan turun tangan? Berapa lama manusia mesti menunggu? Apakah selama bangsa Israel dijajah bangsa Mesir, lalu Tuhan membimbing Israel exodus? Ketika Yesus melihat kumpulan 5000 leibh orang2 yg mengikutinya dan hari menjadi sore, mereka kelaparan. Yesus pun merasa “kasihan” dan berkeputusan: “kita harus memberi mereka makan”. Padahal urusan bekal mestinya tanggung jawab kumpulan orang itu sendiri, mestinya mereka saling berbagi atau harus berusaha bersama apa gitu…Apakah Tuhan sekarang masih sama?”

Kalau dapat diringkas maka pertanyaan ini mau menyampaikan: mengapa seolah Tuhan ‘diam’ melihat kejahatan dan kesengsaraan yang terjadi di dunia sekarang ini. Atau, mengapa Tuhan membiarkan kejahatan, lalu sampai di mana atau sampai kapan? Pertanyaan serupa ini pernah dibahas , di sini, silakan klik? Pertanyaan semacam ini memang adalah pertanyaan yang sulit dijawab, karena melibatkan misteri Tuhan sendiri. Oleh karena itu, saya ingin mengutip surat apostolik dari Paus Yohanes Paulus II yang berjudul, Salvifici Doloris (SD), atau On the Christian Meaning of Human Suffering.

Bab III, dari dokumen itu berjudul :The Quest for an Answer to the Question of the Meaning of Suffering. Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa dengan adanya penderitaan- penderitaan di dunia maka manusia dapat bertanya, “Why?” (Mengapa?) Mengapa ada kejahatan di dunia? Malah kadang pertanyaan-pertanyaan semacam ini dapat menjadikan orang frustasi dan akhirnya menolak adanya Tuhan. Maka, menurut Paus, kuncinya adalah kita harus memahami apakah arti dari penderitaan itu.

Alkitab menceritakan tentang misteri penderitaan ini secara jelas di dalam kitab Ayub. Teman-teman Ayub menarik kesimpulan bahwa penderitaan yang diderita oleh Ayub disebabkan oleh dosa-dosanya. Namun Tuhan akhirnya menyatakan kepada para sahabat Ayub bahwa Ayub tidak bersalah. “Itu [Penderitaan Ayub] harus diterima sebagai misteri, yang tidak dapat dipahami oleh manusia dengan akal budinya sendiri” (SD 11). Maka dapat saja penderitaan terjadi pada orang-orang yang tak bersalah, kepada Bangsa pilihan Allah, dan bahkan Gereja-Nya sendiri. Jika demikian yang terjadi, maka hal ini merupakan undangan terhadap belas kasihan-Nya, yang mengajar manusia untuk memimpinnya kepada pertobatan. Maka penderitaan itu maksudnya adalah untuk memimpin seseorang kepada pertobatan, yaitu untuk membangun kembali kebaikan di dalam diri orang yang mengalami penderitaan (SD 12).

Misteri penderitaan hanya dapat dipahami dalam terang Kristus. Kristus menyebabkan kita memasuki misteri penderitaan dan untuk menemukan alasannya “mengapa”, sejauh kita mampu menangkap kasih ilahi-Nya. “Kasih adalah sumber yang paling penuh yang menjawab pertanyaan mengenai makna penderitaan ini. Jawaban ini telah diberikan oleh Tuhan kepada manusia di dalam salib Tuhan Yesus Kristus.” (SD 13).

1) Dengan melihat kepada kejamnya dosa dan penderitaan, kita akan semakin menyadari akan besarnya akibat dosa, namun juga besarnya kasih Allah yang datang di dalam diri Kristus untuk membebaskan kita dari penderitaan kekal akibat dosa tersebut. Tuhan Yesus dekat kepada mereka yang menderita berdasarkan kenyataan bahwa Ia mengambil penderitaan itu bagi Diri-Nya sendiri (lih. SD 14).

2) Dengan adanya realitas penderitaan di dunia ini yang sifatnya sementara, dan dorongan kita secara alami untuk menghindarinya, maka seharusnya kitapun mempunyai dorongan yang lebih besar untuk menghindari penderitaan yang sifatnya selamanya, yaitu penderitaan di neraka jika kita tidak diselamatkan karena tidak bertobat. (lih. SD 14)

3) Jika mengalami penderitaan, entah karena kita sendiri mengalami penderitaan itu, ataupun karena kita menderita melihat orang lain yang sungguh menderita, maka kita diundang untuk mengambil bagian di dalam karya keselamatan. Paus Yohanes Paulus mengajarkannya demikian, “Each one is also called to share in that suffering through which the Redemption was accomplished…..Each man, in his suffering, can also become a sharer in the redemptive suffering of Christ.” (SD 19) Ini sesuai dengan ajakan Rasul Paulus untuk melengkapi dalam daging kita, apa yang kurang dalam penderitaan Kristus, untuk Tubuh-Nya, yaitu Gereja-Nya, (Kol 1:24) karena anggota- anggota Gereja-Nya masih ada yang mengalami penderitaan sampai pada saat ini (lih. SD 24)

4) Dengan menderita bersama Kristus, maka dapat dikatakan bahwa bukan kita lagi yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam kita (Gal 2:19). Karena jika Ia mengasihi kita dengan cara ini, menderita dan wafat bagi kita, maka dengan penderitaan dan wafat-Nya ini, Ia hidup di dalam diri orang yang mengasihi Dia dengan cara yang sama (SD 20). Maka Kristus dapat dikatakan hidup di dalam diri orang itu.

5) Namun, dengan iman kita percaya bahwa salib dan penderitaan yang ada di dalam kehidupan manusia itu disertai dengan pengharapan pemenuhan janji akan kebangkitan. Rasul Paulus mengajarkan bahwa kita adalah “orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Rom 8:17-18). Dan Rasul Petrus juga berkata, “Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.” (1 Pet 4:13).

Dengan melihat uraian di atas, maka malah mungkin bukan ironi, namun memang ada maksudnya bahwa Tuhan mengizinkan pembongkaran kasus kejahatan pada keluarga Fritzl di Austria terjadi pada saat menyambut Triduum Paskah. Karena mungkin seharusnya kenyataan pahit itu membuka pikiran kita akan kejamnya akibat dosa, dan beban dosa yang harus ditanggung oleh Kristus di kayu salib-Nya. Karena baru satu dosa saja sudah demikian menyedihkan akibatnya, apalagi dosa semua umat manusia, di sepanjang sejarah manusia, yang harus dipikul oleh Yesus Kristus! Maka melalui kejadian itu, Tuhan sesungguhnya menyerukan seruan pertobatan kepada semua orang yang mau membuka hati mereka. Kita diundang juga untuk mempersembahkan penderitaan dan kesedihan kita dengan penderitaan Kristus di kayu salib, supaya kitapun dapat mengambil bagian di dalam kemuliaan-Nya kelak. Dalam keadaan ini, kita dapat mendoakan bagi pertobatan keluarga Fritzl, namun juga bagi pertobatan anggota keluarga kita, sanak saudara, teman ataupun anggota Gereja lainnya; dan juga mohon belas kasihan Tuhan Yesus atas dosa-dosa kita sendiri. Sebab penderitaan selalu dimaksudkan Tuhan untuk membawa pertobatan, dan mungkin pertobatan itulah yang dewasa ini relatif jarang ditemukan di dunia ini. Manusia hidup hanya sesuai dengan kehendaknya sendiri. Maka mungkin Tuhan membiarkan kejadian yang menyedihkan ini terjadi, agar setidak-tidaknya ada orang- orang yang tersentuh dan terdorong untuk bertobat, ataupun mendoakan bagi pertobatan orang lain.

Dalam kasus keluarga Fritzl, kita belum sampai pada akhirnya. Bisa saja sang ayah ditangkap dan dipenjara, dan di sel penjara itu dia bertobat. Tanpa terbongkarnya kasus itu mungkin ia tidak pernah bertobat sampai akhir hidupnya. Atau, mungkin terbongkarnya kasus tersebut adalah sebagai jawaban doa dari anak perempuan itu, yang telah bertahun- tahun berdoa mohon keadilan Tuhan. Dan begitu doanya dikabulkan, itu sungguh menguatkan iman perempuan itu beserta anak-anaknya (‘cucu-cucu’ keluarga Fritz). Atau mungkin ada orang yang gemar berselingkuh, dan tidak mempedulikan anak-anak hasil perselingkuhannya, lalu setelah membaca kasus tersebut ia bertobat. Atau orang- orang yang seperti anda, membaca kasus tersebut, merenungkannya dan membawanya ke hadirat Tuhan sehingga akhirnya semakin mendalami misteri salib Kristus…. Kita tidak pernah mengetahui maksud Allah, namun yang pasti Roh Kudus-Nya terus bekerja di dalam hati setiap orang. Walau kelihatannya tidak kelihatan, Allah terus bekerja, dan tidak diam. Hanya saja, caranya yang tidak kita ketahui, karena kita cenderung melihat apa yang kelihatan oleh mata, atau yang diberitakan di media masa. Kita mengharapkan pertolongan Tuhan yang instant/ segera datang, sedangkan Tuhan mempunyai kebijaksanaan waktu-Nya sendiri. Sebab cara pandang kita memang berbeda dengan cara pandang Allah.

Jadi, Tuhan tetaplah adalah Allah yang tetap sama, dahulu dan sekarang, dan selamanya. Ia adalah Allah yang peduli dan penuh belas kasihan kepada umat manusia ciptaan-Nya. Hanya saja, Ia berkarya dengan cara yang berbeda setiap waktu, dan mari kita menghormati kebijaksanaan Tuhan dalam hal ini. Jaman bangsa Israel/ Musa berbeda dengan jaman Kristus, jaman para rasul berbeda dengan jaman abad Pertengahan, dan dengan jaman sekarang. Satu hal yang pasti adalah: Allah yang penuh kasih ini adalah juga Allah yang adil, sehingga pada akhirnya nanti, Allah pasti akan menyatakan keadilan-Nya. Kejadian- kejadian yang menyedihkan terjadi mungkin dapat membuat kita prihatin, namun sebaiknya juga meningkatkan pengharapan kita, agar Tuhan memakai kejadian-kejadian yang buruk sekalipun untuk mendatangkan hal-hal yang baik kepada umat-Nya.

4.4 7 votes
Article Rating
16 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
rudy cahyadi
12 years ago

shalom, saya mau tanya. tempo hari ada teman saya yang mengalami kecelakaan dan patah tulang… terus ada seorang frater datang menjenguk… frater ini bilang: Allah mengijinkan bencana / musibah kepada kita karena kita pilihan Allah..seperti Yesus yang harus menderita disalib karena Dia pilihan Allah, seperti kita juga pilihan Allah sehingga kita diijinkan untuk mengalami bencana ini. Bagi saya.. pernyataan ini kok agak asing bagi saya.. kalau Yesus memang harus menderita karena Dia memang korban silih dosa manusia… tapi kalau kita.. kan beda… kecelakaan terjadi kan karena kesalahan kita yang nggak hati2 dalam menyetir kendaraan… masa kita mengalami kecelakaan terus seolah… Read more »

Kusnadi
Kusnadi
13 years ago

Menurut ajaran kristiani hidup adalah anugerah, tetapi kok sebagian besar manusia hidup dalam penderitaan, lantas dimana letak anugerahnya ? Ada yang bisa jelaskan ?

[dari katolisitas: silakan membaca artikel di atas terlebih dahulu – silakan klik.]

Herwin Anggeriana
Herwin Anggeriana
14 years ago

Dear Romo, Karena tulisan ini berjudul “Mengapa Tuhan membiarkan penderitaan”.. sebelum saya bertanya kepada romo.. saya ingin menceritakan latar belakangnya.. Taun 2007 sampai dengan 2009 tepatnya di bulan nopember… saya bekerja di perusahaan swasta, yah bisa dibilang setengah gelap alias enggak resmi di mata hukum status perusahaannya… perusahaan ini didirikan oleh 1 orang double ke-warga negaraan… WNI dan WNA australia… Keluarga sang pemilik usaha ini, kategori pengusaha skala besar karena mempunyai pabrik… Bapak dari pemilik usaha ini berusaha menghindarkan pembayaran pajak, alias mengecilkan nilai kewajiban pajak, dengan cara mendirikan usaha baru… nah usaha baru ini, anaknya menjadi owner usahanya dan… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Herwin Anggeriana
14 years ago

Shalom Herwin, 1. Perlu kita ketahui bersama bahwa di dalam hidup ini sesungguhnya kita selalu dihadapkan dengan berbagai pilihan. Pilihan-pilihan ini bervariasi, ada yang mudah dan ada yang sulit. Maka sesungguhnya setiap orang, tidak saja anda, selalu dihadapkan dengan pilihan, yang kadangkala merupakan pilihan yang sulit. Justru melalui pilihan yang sulit ini, kita dapat membuktikan seberapa besar kasih kita kepada Allah. Pilihan yang sulit ini adalah kesempatan yang diberikan kepada Tuhan bagi kita untuk melaksanakan perintah utama ini: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Mrk 12: 30) Maka jika… Read more »

Kevin
Kevin
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Menanggapi pertanyaan diatas, sebenar nya Tuhan itu tidak menghendaki manusia menderita, namun di sini Tuhan membiarkan kita untuk belajar dan bertumbuh untuk menjadi manusia yang baik. Manusia di didik untuk dapat BELAJAR menjadi dewasa dalam Iman, Pengharapan dan Kasih. Kedewasaan itu di sini dapat di artikan sebagai pilihan, Artinya orang menjadi dewasa bukan karena usia, tetapi apakah orang mau dan rela di didik oleh kedewasaan itu sendiri. Didikan itu melalui hidup yang dialaminya dalam suatu proses yang tiada berhenti selama jiwa masih ada dalam badan. Segala kegagalan- kesuksesan, kegembiraan – kesedihan, kepunyaan – kehilangan dll. Semua itu hanyalah tinta yang… Read more »

Adhy's
Adhy's
14 years ago

Saya setuju dgn mbak inggrid, semua itu adalah misteri, apapun penjelasan yg diberikan, bagi saya, manusia hanya bisa menebak2, mana yg paling mungkin “sesuai dengan kehendak / pemikiran Allah”.
Secara pribadi, saya mencoba menanggapi semua penderitaan itu dengan pemikiran yg sesederhana mungkin dan positif, krn saya tahu saya tdk akan mampu “mengintip” rencanaNya, saya hanya percaya “segala sesuatunya akan indah pada waktunya”.

Btw…I LUV THIS SITE…

Berkah Dalem

angela
angela
14 years ago

Jika dunia begitu damai, penuh dengan kebajikan…mungkin saja kita merasa bahwa kita tidak perlu Tuhan…misalnya begini: kadang kita merasa ingin bunuh diri saat dihampiri kesulitan ekonomi…tapi…jika semua orang di dunia jadi konglomerat….siapa yang mau membersihkan jalanan? siapa yg mau jadi kuli bangunan? siapa yg mau jadi pembersih sampah? bumi kita akan menjadi tempat paling kotor walau seluruh dunia penuh dengan konglomerat bahkan konglomerat tidak akan pernah punya rumah mewah karena tidak ada yg mau jadi pekerja bangunan…jadi balance itu sangat perlu…dan disini kita harusnya bijak ya…jika kita beruntung dalam hal ekonomi, ingatlah mereka yg kurang mampu, kita juga tidak boleh… Read more »

fxe
fxe
14 years ago

Maaf karena kesibukan rutin , saya baru dapat menulis sekarang. Terima kasih untuk jawaban atas sharing saya dan link yg Anda berikan: Salvifici Doloris. Saya akan coba membacanya di masa Advent ini. Di akhir bulan lalu di Indonesia sedang demam film 2012. Kebetulan hari minggunya adalah HR Kristus Raja. Pastor — setelah menonton film itu — dalam homili Misa memberi pertanyaan renungan untuk umat: “ditengah-tengah dunia yg kadang terasa tidak pasti, di tengah berbagai macam kesulitan, apakah kita sekarang masih berani mengakui (merayakan) Kristus adalah Raja Semesta Alam?” Dan di hari yg sama Pope BXVI dalam homilinya: “Kristus memberi dua… Read more »

Thomas
Thomas
14 years ago

Dear Inggrid dan Stef

Saya suka melakukan adorasi dengan buku Kunjungan kepada sakramen Mahakudus karangan St. Alphonsus Liguori. Lewat buku itu, saya benar2 mengagumi kecintaan St. Alphonsus kepada Sakramen Mahakudus dan Ibu Maria. Kemudian saya buka http://www.newadvent.org/cathen/01334a.htm karena ingin tau biografinya. Agak kaget juga setelah tahu betapa menderitanya hidup St. Alphonsus. Mengapa St. Alphonsus yang begitu mencintai Tuhan masih juga menerima begitu banyak penderitaan? Rasanya Tuhan kurang berbelas kasih. Walaupun benar yang dikatakan St Joseph of Cupertino tentang penderitaan, tapi penderitaan tetap saja menakutkan..

Ingrid Listiati
Reply to  Thomas
14 years ago

Shalom Thomas, Jika kita membaca riwayat para orang kudus, memang umumnya kita melihat bahwa mereka mengalami penderitaan di dalam hidup mereka. Banyak dari mereka yang bahkan hidup sangat menderita, seperti yang dialami oleh St. Alphonsus Liguori ini. Kalau kita membaca riwayat hidup para orang kudus ini, mereka kebanyakan menerima penderitaan mereka dengan hati yang sangat lapang, bahkan mereka menerimanya dengan suka cita, sebab dengan demikian mereka dapat turut merasakan penderitaan Kristus. Mereka mempersatukan penderitaan mereka dengan penderitaan Yesus di kayu salib, sambil mendoakan pertobatan dunia. Dengan demikian, mereka mengambil bagian di dalam karya keselamatan Kristus. Mereka menjadi sahabat-sahabat Kristus yang… Read more »

Franky
14 years ago

Mengapa “Mengapa Tuhan membiarkan penderitaan?” sama dengan pertanyaan “Mengapa Tuhan membiarkan kejahatan terjadi?”….dalam sebuah diskusi kami…tentang “Mengapa Tuhan membiarkan kejahatan terjadi?” yang menjadi salah satu kesimpulan dari diskusi itu adalah mengapa Tuhan membiarkan, karena Tuhan Memang tidak turut campur dalam kehidupan manusia….Tuhan telah memberikan kebebasan bagi manusia untuk berkreasi dan berbuat atas semua yang ada di dunia ini, dengan tanggung jawab dan konsekensi yang ada atas perbuatannya. sehingga akibat dari pada perbuatannya adalah penderitaan, oleh karena itu mengapa Tuhan membiarkan penderitaan terjadi, karena itu adalah buah dari perbuatan manusia, dan Tuhan tidak campur tangan dengan perbuatan dan akibat dari perbuatan.… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Franky
14 years ago

Shalom Franky, Kelihatannya kami perlu meluruskan di sini, hasil diskusi yang anda ikuti. Karena pernyataan “Tuhan memang tidak turut campur tangan dalam kehidupan manusia” itu adalah pernyataan yang tidak benar. Silakan anda membaca rangkaian artikel doa yang ada di situs ini (silakan klik di judul- judul berikut ini) untuk mengetahui lebih lanjut: Yaitu ada tiga kesalahan persepsi tentang doa yang dinyatakan oleh St. Thomas Aquinas. Tiga kesalahan tersebut dapat dilihat pada tulisan berikut ini: 1) Tuhan tidak campur tangan dalam kehidupan manusia, 2) Tuhan sudah menakdirkan segalanya sehingga doa tidak diperlukan, 3) Kita dapat merubah keputusan Tuhan dalam doa. Kemudian… Read more »

krishna
krishna
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Shalom ! Ikut komentar dengan menambahi apa yang telah dikemukakan sdr. Franky dan jawaban sdri. Ingrid. Bilamana tetap pada pendapat bahwa ,”.. mengapa Tuhan membiarkan, karena Tuhan memang tidak turut campur dalam kehidupan manusia…”, dikarenakan memang dalam realitasnya terjadi banyak penderitaan dan kejahatan yang menimpa atau dialami oleh kehidupan manusia di dunia ini. Peristiwa penderitaan dan kejahatan terus ada sejak dulu dan berlangsung hingga kini di bumi, tidak pernah berhenti dan ini yang ditangkap oleh rasionalitas sebagai ‘Tuhan tidak turut campur’ atas perkara itu. Namun demikian, dapat dikemukakan pula argumen yang memedomi ini, yaitu: pertama, kejahatan (dan atau penderitaan) merupakan… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  krishna
14 years ago

Shalom Krishna, Gereja Katolik mengajarkan agar kita mendekati kebenaran dengan akal budi (rationalitas) dan iman, sehingga tidak dapat kita hanya mengambil kesimpulan akan sesuatu kenyataan hanya atas pertimbangan akal budi saja. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian: KGK 156: "Alasan untuk percaya tidak terdapat dalam kenyataan bahwa kebenaran yang diwahyukan itu kelihatan benar dan jelas dalam cahaya budi kodrati kita. Kita percaya "karena otoritas Allah yang mewahyukan, yang tidak dapat keliru dan tidak dapat menyesatkan" (Konsili Vatikan I: DS 3008). Namun, "supaya ketaatan iman kita sesuai dengan akal budi, maka Allah menghendaki agar bantuan batin Roh Kudus dihubungkan dengan tanda bukti… Read more »

angela
angela
14 years ago

When the oceans rise and thunder roar, I will soar with You above the storm. Father You are King over the flood, I will be still know You are God. Mazmur 84:7-8 mengatakan : “Apabila MELINTASI lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.” Lembah Baka adalah gambaran sebuah tempat yang menakutkan, tidak enak untuk dilewati, dan penuh rintangan serta masalah. Walaupun demikian, Tuhan tidak mengatakan bahwa kita akan terhindar darinya melainkan Ia berkata bahwa kita akan MELINTASINYA! Kita akan… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
16
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x