Konsep karma dan reinkarnasi (bedakan dengan Inkarnasi), secara sekilas terlihat logis dan adil. Namun, kalau kita telusuri, sebenarnya justru bertentangan dengan prinsip keadilan dan bahkan dapat dikatakan bertentangan dengan akal budi, serta bertentangan dengan iman Katolik. Karma mengajarkan bahwa apa yang dialami sekarang adalah merupakan akibat dari baik atau buruk kehidupan di masa sebelumnya, dan karena itu, ada suatu rangkaian reinkarnasi, yaitu penjelmaan kembali, baik sebagai manusia, ataupun sebagai mahluk hidup lainnya. Proses rangkaian kehidupan ini dilihat sebagai suatu penderitaan, dan penderitaan ini hanya dapat dilepaskan ketika seseorang melepaskan semuanya dari dunia ini dan mencapai pencerahan (enlightment).
Dari pengertian di atas, maka kita dapat melihat beberapa hal dalam konsep karma dan reinkarnasi: (1) Apa yang terjadi pada diri kita adalah suatu bentuk perbuatan masa lalu kita, yang mungkin terjadi di satu generasi, ataupun beberapa generasi atau bahkan ratusan generasi sebelumnya. Yang menjadi masalah di sini adalah apapun yang kita lakukan tidak mengubah keadaan kita, karena semua itu adalah sebagai akibat dari masa lalu kita. Jadi yang perlu dipertanyakan adalah sampai seberapa jauh manusia mempunyai kebebasan (free will) kalau semuanya telah ditentukan oleh kehidupan sebelumnya; (2) Penjelmaan dari satu makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain dalam bentuk reinkarnasi menyebabkan tidak adanya perbedaan antara manusia dan makhluk hidup yang lain, seperti binatang; (3) Ajaran tentang karma dan reinkarnasi mengajarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan sejati atau surga tanpa campur tangan Tuhan, karena semuanya adalah melalui perbuatan baik yang diusahakan diri sendiri.
Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci mengajarkan bahwa tidak ada reinkarnasi setelah kematian. Katekismus Gereja Katolik menuliskan sebagai berikut:
KGK 1013 Kematian adalah titik akhir penziarahan manusia di dunia, titik akhir dari masa rahmat dan belas kasihan, yang Allah berikan kepadanya, supaya melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan rencana Allah dan dengan demikian menentukan nasibnya yang terakhir. “Apabila jalan hidup duniawi kita yang satu-satunya sudah berakhir” (Lumen Gentium 48), kita tidak kembali lagi, untuk hidup beberapa kali lagi di dunia. “Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi” (Ibr 9:27) Sesudah kematian tidak ada “reinkarnasi”.
Iman Kristiani yang percaya akan kebangkitan badan di akhir zaman, menolak adanya kemungkinan kelahiran kembali seorang manusia menjadi manusia lain atau bahkan binatang. Sebab dengan tubuh yang mana, jika seseorang itu kelak dibangkitkan? Prinsip ajaran reinkarnasi bertentangan dengan prinsip keseriusan rahmat Allah yang diberikan kepada seseorang dalam kehidupannya di dunia yang terjadi hanya satu kali saja.
Pada tahun 1991 Komisi Teologi Internasional Tahta Suci mengeluarkan dokumen Aspek-aspek tertentu tentang Eskatologi, yang antara lain mengatakan:
“Kristianitas mempertahankan dualitas [yaitu adanya tubuh dan jiwa], reinkarnasi mempertahankan dualisme, di mana tubuh hanya dilihat sebagai alat jiwa dan disingkirkan keberadaannya dengan keberadaan berturut-turut, sebagai tubuh yang seluruhnya berbeda, di saat tubuh itu diambil setiap kalinya…. Menurut pertimbangan eskatologis, ajaran reinkarnasi menyangkal kemungkinan penghukuman kekal dan kebangkitan badan. Tetapi kesalahan fundamentalnya adalah di dalam hal penolakan akan ajaran Kristiani tentang keselamatan. Sebab bagi mereka yang percaya akan reinkarnasi, jiwa adalah merupakan penyelamatnya sendiri dengan usaha- usahanya sendiri.” (Section 9.3)
Selain itu, paham reinkarnasi dan karma juga menyangkal perlunya seseorang untuk bertobat, padahal pertobatan merupakan salah satu ajaran yang penting yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Sebab jika jiwa-jiwa itu terus berdaur ulang, maka bukankah jiwa-jiwa itu akan menuju suatu tempat, tapi tanpa tempat definitif? Jika demikian, mengapa harus dibuat keputusan pertobatan di dalam hidup sekarang ini? Sebab -menurut paham reinkarnasi- pertobatan ini toh tidak menghantar kepada suatu tempat yang kekal. Jika dilihat dari sisi ini, malah prinsip reinkarnasi tidak adil, sebab orang yang sudah bertobat dengan tuluspun tidak ada efek/ akibatnya, sebab kelahiran kembali ‘sebagai orang lain’ itu juga tidak menjamin pasti kondisinya lebih baik daripada kondisi sebelumnya, sampai pada akhir hidupnya.
Maka reinkarnasi tidak kompatibel dengan ajaran Kristiani, pertama-tama karena ajaran itu menolak perlunya rencana keselamatan Allah yang dinyatakan di dalam Kristus. Ajaran reinkarnasi itu juga tidak sesuai dengan akal sehat, sebab bahkan binatang yang lebih rendah dari manusia dapat lahir kembali menjadi manusia dan ini merupakan asumsi yang tidak sesuai dengan prinsip self- evident principle (prinsip yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya), yaitu bahwa segala sesuatu tidak dapat memberikan apapun yang tidak dimilikinya sebelumnya. Dengan prinsip ini kita mengetahui bahwa jiwa hewan yang derajatnya lebih rendah ataupun kemampuannya jauh di bawah jiwa manusia, tidak dapat berubah dengan sendirinya menjadi jiwa manusia.
Di sisi yang lain, reinkarnasi dan karma mensyaratkan bahwa jiwa manusia telah ada terlebih dahulu sebelum menempati tubuh atau bentuk yang ada sekarang (sebelumnya telah hidup di zaman/ generasi yang lalu). Memang jiwa kita memungkinkan kita mengetahui bahwa kita ada, yang dibuktikan dengan pengetahuan kita akan masa lalu kita (namun dalam kehidupan yang sama), misalkan: apa yang terjadi satu tahun atau beberapa yang lalu, ataupun masa kecil kita. Namun akan sangat sulit bagi kita untuk menjumpai orang yang tahu dan sadar akan kehidupannya beberapa generasi sebelumnya, dan kalaupun ada, maka sangat sulit untuk membuktikan kebenarannya.
Reinkarnasi bertujuan untuk mencapai suatu “enlightment“, di mana menurut kepercayaan ini dibutuhkan ribuan tahun untuk mencapainya. Kalau memang demikian, maka roh manusia yang telah menjelma dalam ratusan kehidupan, seharusnya menjadi lebih baik, karena mereka belajar dari masa lalu. Namun kenyataannya tidaklah demikian, karena kejahatan manusia jaman dulu dan sekarang adalah sama, bahkan di beberapa sisi kehidupan, manusia saat ini menjadi lebih kejam daripada manusia masa lalu.
Mungkin ada orang yang mengatakan bahwa reinkarnasi dan karma memberikan keadilan, namun sesungguhnya, ajaran Kristiani yang menolak reinkarnasi, justru lebih adil, karena memberikan prinsip keadilan yang sejati. Sebab setiap orang, pada akhirnya akan diadili menurut perbuatannya (lih. Mat 16:27;1Pet 1:17; 2Tim 4:14; Ams 24:12; Mzm 62:12; Why 2:23;20:13;22:12) dan ini tidak mungkin terjadi jika jiwa itu pernah berkali-kali hidup dengan tubuh yang berbeda-beda yang melakukan perbuatan yang berbeda- beda juga.
Kehidupan yang hanya sekali dan sesudah itu diadili oleh pengadilan Kristus merupakan sesuatu yang pasti adil, karena setiap orang pasti menerima sesuai dengan apa yang diperbuatnya di dunia selama hidupnya, dan ini tidak dicampurkan ataupun dikacaukan dengan perbuatan orang lain. Sesungguhnya klaim keadilan yang umumnya dipegang oleh mereka yang meyakini reinkarnasi, justru malah tidak dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi logika maupun dari segi kebenaran yang diwahyukan Allah sendiri, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci.
saya akan mencoba menjelaskan dari sudut pandang saya secara pribadi
“”Dari pengertian di atas, maka kita dapat melihat beberapa hal dalam konsep karma dan reinkarnasi: (1) Apa yang terjadi pada diri kita adalah suatu bentuk perbuatan masa lalu kita, yang mungkin terjadi di satu generasi, ataupun beberapa generasi atau bahkan ratusan generasi sebelumnya. Yang menjadi masalah di sini adalah apapun yang kita lakukan tidak mengubah keadaan kita, karena semua itu adalah sebagai akibat dari masa lalu kita. Jadi yang perlu dipertanyakan adalah sampai seberapa jauh manusia mempunyai kebebasan (free will) kalau semuanya telah ditentukan oleh kehidupan sebelumnya;””
JAWAB ::
kehidupan yang kita sekarang memang hasil akibat dari perbuatan masa lalu. logikanya adalah jika kita banyak membantu orang di sekitar kita, maka orang disekitar kita juga tidak akan pernah sungkan membantu kita dan sebaliknya jika kita sering berbuat jahat dengan orang sekitar kita orang di sekitar kita akan berpikir 100x jika ingin membantu” dan jika mau tahu KARMA itu adil bisa di praktekan secara nyata dikehidupan sekarang.
masalah dengan kebebasan (free will) justru dalam konsep KARMA, kebebasan memilihlah yang menentukan KARMA kita? mau menjadi apa kita ??anda menjadi penjahat silakan,mau menjadi pengkotbah silakan jadi saya tekankan bukan di tentukan oleh orang lain tetapi “YANG MENENTUKAN HIDUP KITA BAIK ATAU BURUK ADALAH KITA SENDIRI” dan ini berlaku untuk kehidupan selanjutnya, sampai kita tidak terlahir kembali dan yang paling penting dari semua adalah KEHIDUPAN SEKARANG, bukan masa lalu dan juga bukan masa yang akan datang.
(2) Penjelmaan dari satu makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain dalam bentuk reinkarnasi menyebabkan tidak adanya perbedaan antara manusia dan makhluk hidup yang lain, seperti binatang; (3) Ajaran tentang karma dan reinkarnasi mengajarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan sejati atau surga tanpa campur tangan Tuhan, karena semuanya adalah melalui perbuatan baik yang diusahakan diri sendiri.
JAWAB::
memang secara fisik kita dengan hewan sangat berbeda, dalam ajaran Buddhis, HEWAN TETAP MAHKLUK HIDUP yang sama, hanya lagi menjalankan KARMA BURUKnya sampai TUNTAS. hingga terlahir kembali
pertanyaannya adalah, kenapa kita tidak bisa mengingat kehidupan lampau, karena memori manusia sangat terbatas. silakan anda mencoba/praktekan menghapal 1 halaman penuh dengan membaca?
untuk mencapai nibanna/tidak lahir kembali ( ini adalah tujuan Buddhis, karena dalam Buddhis, alam Dewa/surga ada sendiri bagiannya) harus dengan usaha sendiri, kenapa? karena inilah KEADILAN. jadi kita disuruh BELAJAR, MENGERTI DAN MEMPRAKTEKAN, masalah dengan HASIL , itu urusan belakangan.
Nah bagaimana konsep KETUHANAN,dimana letak keadilan dan kebebasan jika semua di tentukan
contoh :: siapa yang menentukan HIDUP MATI MANUSIA?TUHAN?justru tidak ada free will/
contoh:: bagaimana korban perang gaza? apa Tuhan suka melihat berperang? sampai engan menghentikan
contoh:: bagaimana jika bayi yang baru lahir meninggal??kemana kah dia SURGA ATAU NERAKA?
contoh :: siapa yang menentukan kaya miskin?yang miskin sudah berusaha tapi tetap miskin?free will dimana??keadilan dimana?
contoh :: siapa yang mentukan iman?
tesolonika 3:2 “dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman.
Efesus 2:8 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”
kita di suruh percaya dan beriman dengan Tuhan,tetapi ayat ini menyatakan “BUKAN SEMUA ORANG BEROLEH IMAN” dan di dukung ” tetapi pemberian ALLAH”
Shalom Bverly,
1. Nampaknya harus dilihat terlebih dahulu, apakah definisi umum “karma”. Kalau kita klik di Google, lalu yang muncul adalah definisi ini: (in Hinduism and Buddhism) the sum of a person’s actions in this and previous states of existence, viewed as deciding their fate in future existences.
Dengan demikian, dari definisi ini, karma memang dihubungkan dengan keadaan masa sekarang, yang dihubungkan dengan takdir di kehidupan mendatang. Jadi di sini karma dihubungkan dengan paham re-inkarnasi, yang mengacu kepada adanya hubungan antara kehidupan masa sekarang dengan kehidupan yang lain di masa mendatang.
Namun demikian, memang ada definisi lain, misalnya yang dari Dictionary.com, yang mengatakan demikian: Hinduism, Buddhism. action, seen as bringing upon oneself inevitable results, good or bad, either in this life or in a reincarnation: in Hinduism one of the means of reaching Brahman.
Dalam pengertian ini, karma diartikan secara umum sebagai perbuatan yang membawa akibat yang tak terhindarkan entah baik atau buruk -entah di kehidupan ini atau dalam reinkarnasi. Nah, kalau pengertiannya begitu umum macam ini, dan jika tidak dikaitkan dengan reinkarnasi, maka itu tidak bertentangan dengan ajaran iman Kristiani. Sebab bagi umat Kristiani, hal ini dikenal sebagai hukum tabur tuai. “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2Kor 9:6). Penerapannya, adalah kalau orang banyak berbuat kasih, maka ia akan menerima juga banyak kasih dari orang lain. Kalau ia murah hati kepada orang lain, maka ia juga akan beroleh kemurahan (lih. Mat 5:7).
Nah, tetapi masalahnya, kita tahu bahwa umumnya karma tidak dikaitkan hanya dengan kehidupan sekarang ini, tetapi juga dengan re-inkarnasi. Hal ini dapat dilihat dalam situs- situs yang menyampaikan ajaran Buddha, dan karena itu, kami menyatakan bahwa ajaran tentang karma secara keseluruhan itu tidak sesuai dengan ajaran iman Kristiani.
2. Ajaran iman Kristiani memang mengajarkan bahwa Tuhan adalah Pencipta semua manusia. Tuhanlah yang memberikan kehidupan kepada manusia, dan manusia itu hidup hanya satu kali saja, lalu ketika ia wafat langsung diadili (lih. Ibr 9:27) menurut perbuatannya (Why 20:12) dan akan dimintai pertanggungan jawab akan perbuatannya sendiri dan menerima akibat dari segala perbuatannya itu. Freewill/ kehendak bebas ini nyata pada manusia, sebab dalam melakukan segala sesuatu, selalu manusia menggunakan kehendak bebasnya. Ia bebas untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan. Namun segera setelah kematian segala sesuatu yang dilakukannya manusia itu akan diperhitungkan oleh Tuhan. Di sinilah manusia akan dihakimi oleh Allah yang Maha adil dan Maha kasih, dan manusia akan mengalami konsekuensi dari penghakiman itu. Jiwa-jiwa yang sudah sempurna akan masuk Surga, yang belum sempurna akan dimurnikan dahulu di Api Penyucian, sedangkan mereka yang menolak Dia, menempatkan diri mereka sendiri ke dalam neraka.
3. Bagaimana dengan korban perang?
Iman Kristiani melihat kehidupan tidak berakhir dengan kehidupan di dunia ini saja. Ada kehidupan kekal, bagi mereka yang percaya kepada Allah, hidup berbuat kasih dan yang dengan tulus mencari Allah dan melakukan segala kehendak-Nya sebagaimana diketahuinya melalui hati nuraninya, yang secara eksplisit dinyatakan dengan Baptisan. Maka jiwa-jiwa yang wafat di medan perang juga akan menerima keadilan dan kasih Tuhan, dan hidup mereka tidak berakhir di medan perang. Bagi orang-orang yang berkenan kepada Tuhan, jiwanya akan masuk ke dalam kehidupan kekal bersama Allah.
4. Bagaimana dengan bayi yang baru lahir dan meninggal?
Katekismus Gereja Katolik mengajarkannya demikian:
KGK 1261 “Anak-anak yang mati tanpa Pembaptisan, hanya dapat dipercayakan Gereja kepada belas kasihan Allah, seperti yang ia lakukan dalam ritus penguburan mereka. Belas kasihan Allah yang besar yang menghendaki, agar semua orang diselamatkan (Bdk. 1 Tim 2:4.), cinta Yesus yang lemah lembut kepada anak-anak, yang mendorong-Nya untuk mengatakan: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku; jangan menghalang-halangi mereka” (Mrk 10:14), membenarkan kita untuk berharap bahwa untuk anak-anak yang mati tanpa Pembaptisan ada satu jalan keselamatan. Gereja meminta dengan sangat kepada orang-tua, agar tidak menghalang-halangi anak-anak, untuk datang kepada Kristus melalui anugerah Pembaptisan kudus.”
KGK 1283 “Mengenai anak-anak yang mati tanpa dibaptis, liturgi Gereja menuntun kita, agar berharap kepada belas kasihan ilahi dan berdoa untuk keselamatan anak-anak ini.”
Selanjutnya tentang hal ini, silakan membaca artikel ini, silakan klik.
5. Siapa yang menentukan kaya dan miskin?
Keadaan kaya dan miskin tidaklah merupakan hal yang penting yang mempengaruhi keselamatan kekal. Kristus Sang Putera Allah yang mengambil rupa manusia, itu juga semasa hidup-Nya di dunia adalah Seorang yang miskin. Demikian juga dengan para rasul-Nya. Orang yang miskin, dalam arti rendah hati dan menyadari kekurangannya di hadapan Allah, bahkan disebut sebagai sang empunya Kerajaan Surga (lih. Mat 5:3).
Keadaan kaya dan miskin ini memang melibatkan kehendak manusia -dalam hal ini untuk berusaha/ bekerja keras, dan juga faktor berkat Tuhan. Tuhan memberikan berkat/ talenta kepada manusia menurut kemampuan manusia itu untuk mengembangkannya. Namun bagi mereka yang dipercaya banyak berkat, daripadanya juga lebih banyak dituntut (lih. Luk 12:48), yaitu bagaimana ia dapat menggunakan berkat yang dipercayakan kepadanya untuk memuliakan Tuhan dan menolong sesamanya.
Selanjutnya tentang Mengapa Tuhan menciptakan perbedaan, orang cacat dan miskin, silakan klik di sini.
6. Siapa yang menentukan iman?
Iman memang adalah pemberian Allah (Ef 2:8), namun juga iman adalah bentuk ketaatan yang diberikan oleh kita manusia kepada Allah yang mewahyukan Diri-Nya (lih. Yoh 3:36). Maka ada dimensi ilahi dan manusiawi dalam iman, dan kedua dimensi ini nampak secara nyata dalam penerimaan Baptisan, di mana manusia mengakui imannya, dan Allah menyampaikan rahmat-Nya yang dapat menghantar orang itu kepada keselamatan kekal.
Sekilas tentang apa itu iman, yang diakui oleh setiap umat Kristiani di dalam Kredo (Syahadat Aku Percaya), silakan membaca artikel ini, silakan klik.
Karena iman adalah pemberian Allah (dimensi ilahi), dan melibatkan kehendak bebas manusia (dimensi manusiawi), maka memang kita ketahui bahwa tidak semua orang beroleh iman, sebab tidak semua orang memutuskan untuk mengimani pewahyuan Allah itu. Namun jika seseorang memutuskan untuk menanggapi kasih karunia Allah dengan memberikan ketaatan imannya, maka ia memperoleh keselamatan (lih. Ef 2:1-10).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya juga be-reinkarnasi.. Saya sering melihat kejadian kehidupan saya di masa lampau. Pada saat usia saya 3th,, saya sering melihat mimpi yang berulang-ulang kali bahwa saya diperkosa, diseret dan disiksa oleh sekelompok pria apabila saya kabur dari rumah tuannya. Masuk akal kah saya yg berusia 3th kurang sudah bermimpi pemerkosaan dan kekerasan. Saya juga melihat kuburan saya. Ternyata kehidupan saya di masa lampau seperti Cabau Kan.. Apakah saya seorang yang tidak bereinkarnasi?! Apakah saya tidak nyata? Terima kasih.
[Dari Katolisitas: Yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana dapat dipastikan bahwa pengalaman mimpi-mimpi itu adalah suatu kejadian nyata di kehidupan sebelumnya. Iman Kristiani tidak mengajarkan reinkarnasi, sebagaimana telah dijabarkan dalam artikel di atas.]
Dosa Asal dan Karma
Gereja katolik mengajarkan adanya dosa asal tetapi menolak ajaran karma. Sebenarnya Gereja Katolik juga memberikan ajaran yang tidak adil : mengapa dosa Adam dan Hawa harus ditanggung juga oleh manusia sekarang?
Ajaran ini pada dasarnya sama juga dengan ajaran karma, Adam dan Hawa menabur dosa, manusia sekarang menuai dosanya. Bukankah ini juga hukum sebab akibat yang diajarkan gereja Katolik?
Shalom Herman Jay,
Gereja Katolik memang menolak karma. Memang dosa asal adalah dosa yang diwariskan oleh Adam dan Hawa kepada seluruh umat manusia. Apakah hal ini adil? Silakan melihat diskusi tentang dosa asal – silakan klik. Karma dalam artian rangkaian sebab akibat yang berhubungan dengan reinkarnasi, memang tidak dapat diterima. Dalam konsep ini dimengerti bahwa apa yang dialami oleh seseorang adalah akibat dari rangkaian (lebih dari satu kali) kehidupan sebelumnya dan berpengaruh terhadap rangkaian (lebih dari satu kali) kehidupan selanjutnya. Perubahan kehidupan selanjutnya ditentukan dari tindakan di masa lalu dan masa kini.
Hal ini berbeda dengan dosa asal dan seluruh rangkaian konsep keselamatan di dalam Kristus. Dosa asal memang berpengaruh kepada seluruh umat manusia. Manusia tidak mampu untuk menyelamatkan diri sendiri. Oleh karena itu, Tuhan juga telah menyediakan penawarnya, Inkarnasi (bukan reinkarnasi), yaitu dengan Kristus menjadi manusia. Pengaruh dosa asal dan belenggu dosa kemudian dipatahkan oleh Kristus. Jadi, kalau kita mau berbicara tentang keadilan, maka Kristus sendiri telah membayar keadilan yang kita sendiri tidak dapat membayarnya.
Perbedaan yang lain adalah terletak pada pertobatan, iman dan kasih dari masing-masing individu – yang digerakkan oleh rahmat Allah – berpengaruh terhadap keselamatan dari individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, keselamatan kita tidak ada pengaruh dari kehidupan sebelumnya maupun lingkaran kehidupan di masa depan. Yang mempengaruhi adalah pengorbanan Kristus untuk keselamatan kita. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
selamat malam pak stef
ada yg saya mau tanyakan jika memang reinkarnasi benar2 tidak ada
tolong baca website dibawah ini sampai selesai:
http://koetaradja.wordpress.com/2011/04/12/kisah-tragis-junko-furuta-gadis-yang-disiksa-selama-44-hari/
yang membuat saya selalu berfikir
1. junko selalu memohon pada orang tua pelaku yg mempunyai rumah, tetapi mereka hanya berdiam diri saja.(apakah Tuhan memberatkan hati mereka untuk menolong?)
2. junko beberapa x berusaha kabur tetapi selalu tertangkap kembali. (apakah Tuhan yg maha pengasih tidak membiarkan junko untuk lepas dari siksaan ini selama 44hari?)
3. bahkan sekitar 100 orang mengetahui junko di siksa selama 44hari( apakah Tuhan yg maha adil, pengasih, baik mentulikan hati ke 100 orang tersebut?)
selama ini saya mempercayai reinkarnasi dan karma
apa bila memang tidak ada reinkarnasi dan karma kenapa junko yg di lahirkan hidup 1x di dunia sangat sangat sangat menderita bisa kah anda bayangkan di siksa seperti itu selama 44hari?(bagaimana bila itu terjadi pada anda atau orang yg anda kasihi seperti putri atau istri anda?)
dan saya ingin menanggapi artikel anda reinkarnasi dan karma malah tidak adil.
menurut saya reinkarnasi dan karma itu sangat adil. karena mempercayai reinkarnasi dan karma saya masih mempercayai ada nya Tuhan yang maha adil dan pengasih.
catatan: di artikel anda mengatakan reinkarnasi justru tidak adil
kenapa ada yg di takdirkan terlahir cacat dan normal?(bila memang adil kenapa tidak semua nya terlahir normal)
kenapa ada yg di takdirkan terlahir kaya makmur berkuasa tapi berjiwa setan?
kenapa ada yg di takdirkan tersiksa dan ada bahagia?
ke empat pelaku penyiksa junko hanya di kenakan hukuman pidana 8th di penjara anak2, dan sekarang menjalani kehidupan yg bebas(saya tidak bisa berfikir di mana Tuhan yg maha adil dan pengasih jika memang reinkarnasi tidak ada?)
mohon maaf bila ada tulisan saya yg kurang berkenan.
Submitted on 2013/05/12 at 6:50 pm
o…iya saya mau menambah kan tulisan anda :
Selain itu, paham reinkarnasi dan karma juga menyangkal perlunya seseorang untuk bertobat
benar2 anda salah kaprah tentang reinkarnasi (manusia tidak perlu bertobat)
justru proses reinkarnasi di tujukan untuk pertobatan manusia yg melakukan dosa.
coba anda pelajari lagi tentang reinkarnasi dan karma
Shalom Wandi,
Terima kasih atas tanggapan Anda. Secara prinsip, Anda ingin memberikan argumentasi bahwa penderitaan seseorang menjadi masuk akal karena prinsip reinkarnasi – yaitu dalam kehidupan sebelumnya dia telah melakukan hal yang tidak baik, sehingga harus ditebusnya dalam kehidupan sekarang maupun dalam lingkaran kehidupan selanjutnya. Kita tidak perlu mempermasalahkan bahwa penderitaan yang dialami oleh Junko maupun banyak penderitaan di dunia ini memang sungguh nyata dan menyedihkan. Dalam prinsip reinkarnasi, penderitaan tersebut dianggap adil karena perbuatan yang dilakukan di masa lalu – tanpa orang tersebut sebenarnya mengetahui apakah memang di masa lalu dia benar-benar melakukan sesuatu yang buruk. Tanpa prinsip reinkarnasi, maka kekristenan melihat bahwa penderitaan yang diterima oleh orang-orang yang tidak bersalah akan mendapatkan ganjarannya di Sorga. Dan umat Kristen dapat melihat contoh kepada Yesus sendiri yang menderita dan wafat di kayu salib. Dengan demikian, kekristenan memandang ketidakadilan pada masa ini dengan mata tertuju pada pengharapan di masa depan, di mana Tuhan sendiri yang akan menegakkan keadilan dengan seadil-adilnya.
Kalau Tuhan mengapa ada penderitaan dan tanpa mempercayai reinkarnasi telah dijelaskan di sini – silakan klik dan klik ini. Silakan melihat link tersebut. Kuncinya adalah memahami arti penderitaan serta memahami bahwa kehidupan kita tidak berhenti di dunia ini, namun akan ada kehidupan kekal. Dengan adanya kehidupan kekal (baik yang masuk Sorga maupun neraka) maka kita dapat melihat adanya keadilan yang akan ditegakkan sendiri oleh Allah.
Kalau penjelasan saya tentang reinkarnasi dan karma adalah salah, maka silakan memberikan masukan dan definisi yang jelas tentang hal tersebut. Point yang saya ingin berikan adalah seseorang yang bertobat pada saat ini tidak menjamin bahwa di kehidupan mendatang akan terus bertobat dan hidup baik. Dan inilah yang sebenarnya menjadi tidak adil. Silakan memberikan masukan kalau pengertian ini salah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Sejahtera.
Untuk Memahami reinkarnasi dan karma serta ada atau tidaknya hal tersebut dibutuhkan lebih dari sekedar bijaksana, lebih dari sekedar beriman dan kepatuhan kepada dogma maupun sebuah pembelajaran terhadap keyakinan. Keagungan dan kebesaran Allah yang mahatinggi tidaklah cukup di diselami dengan sebuah pembelajaran terdalam sekalipun terhadap suatu iman atau keyakinan.
[dari katolisitas: Disinilah pentingnya seseorang berpegang pada wahyu Allah dan iman yang mencari pengertian – yang juga selaras dengan akal budi]
katolositas pemahaman spiritualnya minim banget
[dari katolisitas: Silakan memberikan masukan yang jelas]
pak stef…dari semua penjelasan bapak, khususnya pertanyaan dari sdr Yohanes…jawaban dan penjelasan bapak terlalu berbelit2 dan tidak menjawab apapun dari pertanyaan tersebut..anda hanya bilang tidak masuk akal menurut saya tidak menjawab pertanyaan… dan pak stef bilang…bahwa tidaklah adil kalau saya harus menanggung penderitaan yang disebabkan oleh kehidupan di masa lalu – yang saya sendiri tidak tahu menahu….pak menurut saya pernyataan pak stef ini kurang baik pak…coba pak bayangkan …bila bapak berbuat dosa pada waktu kecil atau lg ABG..terus dampaknya setelah bapak tua…emank bapak bisa inget…..dalam kehidupan bapak skarang…bapak berbuat dosa emank bapak tau……itu penjelasan sederhana saya…
setiap manusia ada pilihan…untuk memutuskan pilihan yang penting ini, mesti melihat dan pelajari…tidak cukup hanya percaya..datang dan buktikan….semua ajaran di dunia ini semua baik, karena ada ajaran dari kitab2 inilah yang sampe skarang mengontrol manusia, agar tidak lebih buas pak…inget pak jaman dulu semua perang…., jadi bilah saling mengisi..ibarat okestra pak, ada bas ,trompet dan alat2 musik lainya…bermain dengan suara yang berbeda, tetapi terdengar indah pak…
TUHAN YESUS MEMBERKATI AMIN
Shalom Josenius,
Terima kasih atas tanggapan Anda. Saya telah memberikan jawaban kepada Yohanes di sini- silakan klik dan telah menuliskan argumentasi tentang reinkarnasi di sini – silakan klik. Silakan memberikan kritikan maupun argumentasi sehingga kita dapat berdialog lebih lanjut. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan atas tanggapan Anda.
Saya mengetahui bahwa dosa berdampak sosial, seperti kalau saya berdosa, maka anak-anak saya dapat menanggung dosa saya. Yang saya permasalahkan dalam konsep reinkarnasi adalah apa yang saya alami saat ini adalah akibat dari “saya di masa lalu”. Dari mana kita dapat membuktikan kebenaran ini? Mungkin ada baiknya berfokus pada diskusi ini dan bukan pada pluralitas agama. Diskusi tentang pluralitas agama dapat dilakukan dalam topik yang lain. Sebagai catatan, diskusi tentang reinkarnasi adalah dimulai dari pertanyaan salah satu umat Katolik yang bertanya tentang reinkarnasi. Dan yang kami lakukan adalah memaparkan bahwa reinkarnasi memang tidak sesuai dengan iman Gereja Katolik. Tentu saja menjadi kebebasan bagi Anda kalau Anda memandang reinkarnasi sebagai satu kebenaran bagi Anda. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
justru kepercayaan anda menunjukan ketidak adilan.seakan akan hanya melalui yesuslah keselamatan didapatkan,sebaik apapun orang akan tetapi tak mengenal yesus maka jiwanya tak diselamatkan
[dari katolisitas: Kalau Anda mau mencoba mengerti tentang konsep keselamatan di dalam Gereja Katolik, silakan untuk membaca di tanya jawab ini – silakan klik. Anda juga dapat berdialog tentang konsep keselamatan di dalam link tersebut.]
Selamat siang,
Saya sudah membaca hampir keseluruhan dari penjelasan Pak Stefanus Tay. Tapi dari semua penjelasan tidak sama sekali memberikan pencerahan karena penjelasan yang anda jelaskan sangat mendasar dan tidak mengerti prinsip hukum reinkarnasi dan karma secara mendalam.
Membicarakan soal reinkarnasi, banyak hal yang perlu kita pahami kalau reinkarnasi bukan sesuatu hal yang mengambarkan “Kita yang sekarang ini adalah hasil dari kehidupan yang lalu”. Yah! Itu hanya dasar dari reinkarnaasi. Saya akan menjelaskan sedikit tentang reinkarnasi itu apa.
Saya rasa Pak Stef sering mendengar kata-kata ini: “Saya bisa sukses sekarang, karena dulu saya membuka usaha kecil2an hingga besar.”
Dari kalimat di atas kita ketahui bahwa orang-orang akan selalu menyebutkan “dulu” pada saat mereka mengenang apa yang mereka alami saat ini. Artinya apa? Kehidupan kita yang sekarang memang sudah pasti berasal kehidupan kita yang sebelumnya (prinsip hukum karma juga di dalamnya). Karma yang anda jelaskan bukan hanya terjadi di reinkarnasi saja, tetapi semuanya. Dan anda tidak menerima jika sosok binatang bisa lahir kembali menjadi manusia. Apa yang salah dengan mereka? Apakah binatang tidak layak menjadi manusia dan manusia juga tidak layak lahir kembali menjadi binatang? Itu adalah hal yang bisa terjadi.
Jika Pak Stef tidak mempercayai adanya reinkarnasi berarti anda juga tidak boleh mempercayai adanya hukum karma, karena mereka berdua korelasinya sangat dekat dan berhubungan satu yang lainnya. Oleh karena itu jika mau kehidupan kita terlahir di kehidupan yang bahagia maka berbuatlah banyak kebaikan dikehidupan sekarang.
Yang paling tidak masuk akal adalah Tuhan yang menciptakan semuanya.
Dan yang paling membuat saya ambigu adalah bagaimana caranya Tuhan mengadili seorang manusia yang baru dilahirkan/baru diciptakannya ke bumi dengan kondisi yang beragam seperti cacat, miskin, kaya dsb, sedangkan manusia tersebut baru saja dilahirkan? (Karena tidak mempecayai reinkarnasi maka bisa dibilang manusia yang baru diciptakan Tuhan masih polos dan ga membawa apa2 dalam arti dosa/perbuatan2 masa lampaunya). Bukankah tidak adil Tuhan menciptakan manusia yang kondisi yang beragam tersebut? Kenapa tidak Tuhan ciptakan saja semua manusia dengan kondisi yang sama, maka tidak ada lagi perdebatan sbg. Dan seakan-akan di surga Tuhan mempunyai “Pabrik Manusia” yang sudah ditentukan kapan dia akan dilahirkan. Dan bagi yang sudah dilahirkan dan percaya kepada Yesus meskipun bejat dan jahatpun tetap masuk surga, begitu? Berarti sudah banyak yang mati dan di surga sudah sesak dengan jiwa2/roh2 orang mati.
Terima kasih.
Shalom Desy,
Terima kasih atas tanggapan Anda mengenai topik reinkarnasi. Untuk menghindari kesalahpahaman, silakan Anda menerangkan terlebih dahulu konsep reinkarnasi yang Anda percayai dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini: Apakah definisi reinkarnasi dan bagaimana menjelaskan konsep ini? Apakah paham ini mempercayai bahwa manusia dapat dilahirkan kembali ke makhluk hidup yang lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya dibandingkan manusia sesuai dengan kehidupan yang dijalaninya dan apakah siklus ini berlangsung secara tidak terbatas? Apakah jiwa yang masuk ke dalam tubuh merupakan jiwa yang identik dengan jiwa di kehidupan sebelumnya atau merupakan jiwa yang baru atau merupakan gabungan? Apakah paham ini mempercayai adanya jiwa yang telah ada sebelumnya (pre-existing soul)? Kalau demikian, ada berapa banyak jiwa sebelumnya – satu atau banyak dan apakah alasannya satu atau banyak? Siapakah yang menciptakan jiwa atau jiwa-jiwa tersebut? Apakah jiwa / jiwa-jiwa tersebut merupakan bagian dari Tuhan?
Anda memberikan kalimat “Saya bisa sukses sekarang, karena dulu saya membuka usaha kecil2an hingga besar.” Dan kata “dulu” Anda hubungkan bukan dalam kehidupan ini saja namun juga dengan kehidupan sebelumnya, yang juga mungkin terdiri dari beberapa generasi. Namun, kalimat yang sama, saya juga dapat mengartikan bahwa kata “dulu” diartikan tetap dalam kehidupan sekarang ini. Hal ini sama seperti kalau seseorang belajar setiap hari, maka pada waktu ujian, dia akan dapat menjawab soal ujian dengan baik. Dapatkah Anda membuktikan bahwa kata “dulu” harus diartikan sebagai kehidupan sebelumnya?
Tentang binatang dan manusia, memang keduanya mempunyai tingkatan yang berbeda dan tidak dapat disamakan. Menurut saya, menjadi sulit kalau kita berkeras untuk menyamakan antara binatang dan manusia. Silakan membaca artikel ini – silakan klik.
Tentang hukum karma, memang Gereja Katolik tidak mempercayai hukum karma seperti yang diajarkan oleh agama Hindu maupun Budha. Dari argumentasi yang Anda berikan, maka mungkin Anda melihat bahwa kebahagiaan dan keadilan hanya dapat dilihat di dalam kehidupan dunia ini, sehingga kemiskinan, penderitaan fisik di dunia ini dianggap sebagai akibat dari kehidupan sebelumnya untuk menjaga prinsip keadilan. Namun, dengan prinsip karma inipun, sesungguhnya keadilan dapat dipertanyakan, mengingat apapun yang dilakukan seseorang menjadi tidak berhasil karena adanya kehidupan sebelumnya yang tidak baik.
Tentang bagaimana prinsip kekristenan melihat penderitaan dan kejahatan di dunia ini, Anda dapat membacanya di sini – silakan klik. Secara prinsip, semua penderitaan di dunia ini tidaklah bertentangan dengan keadilan Allah, karena semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh kehidupan kekal, baik yang miskin maupun yang kaya. Bahkan orang-orang yang miskin yang berserah dan bergantung pada Tuhan sesungguhnya telah dekat dengan Kerajaan Allah. Gereja Katolik juga tidak mengajarkan bahwa hanya percaya kepada Yesus saja maka dapat diselamatkan. Silakan melihat artikel ini – silakan klik. Silakan berfokus pada diskusi tentang reinkarnasi, sehingga diskusi dapat semakin mendalam.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Stef, mohon maaf apakah karma itu sama dengan prinsip tabur tuai?
Apa yang kita tabur itu yang akan kita tuai pada akhirnya; jika kita menanam karma baik maka akan mendapat buah kebahagiaan, sama jika kita menabur kebaikan maka akan memperoleh berkah yang baik.
Untuk reinkarnasi yang tidak dibenarkan oleh ajaran kristiani, bagaimana menjelaskan perasaan dejavu / perasaan sudah pernah melihat atau mengalami suatu kejadian, apakah berhubungan dengan psikologis?
Mohon penjelasannya, terima kasih. Tuhan memberkati.
Shalom Moniq,
Gereja Katolik tidak mengajarkan hukum karma yang dihubungkan dengan reinkarnasi, seolah orang dapat hidup kembali setelah kematian dengan sendirinya, dengan mengambil wujud tubuh yang lain. Dasarnya sudah disebutkan di artikel di atas, tidak perlu diulangi lagi di sini.
Kitab Suci memang mengajarkan, “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Kor 9:6). Maka hukum tabur tuai yang diajarkan di dalam Kitab Suci harus kita pahami secara menyeluruh, dan sebab yang ditabur itu tidak hanya sesuatu yang kelihatan, tetapi juga yang tidak kelihatan, seperti kasih, pengabdian, pengorbanan, dst. Dengan demikian, hukum tabur tuai ini tidak terbatas pada hal harta milik/ materi. Pertama- tama, kita harus melihat masa hidup kita di dunia ini sebagai masa menabur benih kasih, sebab Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita. Semakin banyak kita mengasihi, semakin banyak pula Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada kita, dan ini tidak dapat diukur dari kemakmuran jasmani.
Namun betapapun dengan luas kita mengartikan hal tabur tuai ini, kita tak bisa menghubungkannya dengan hal kehidupan dalam arti bahwa kehidupan dapat diperoleh sendiri atau dapat berganti secara otomatis tergantung perbuatan mahluk yang bersangkutan dalam kehidupan sebelumnya. Kehidupan manusia berasal dari Allah, dan kita tidak dapat menciptakan dan menyelamatkan hidup kita sendiri tanpa campur tangan Tuhan.
Hal dejavu termasuk ranah psikologi, jadi tidak dapat dibahas di situs ini. Sedangkan hal hipnoterapi, silakan klik di sini
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pak Stef,
saya ingin memisahkan reinkarnasi dengan karma.
saya sendiri tidak setuju dgn reinkarnasi. namun saya mempercayai adanya karma dalam artian konsekuensi logis dari perbuatan kita.
sebagai contoh sederhana, kalau kita berbuat baik pada semua orang maka orang akan suka pada kita. sebaliknya kalau kita berbuat jahat pada setiap orang maka cepat atau lambat kita akan mendapatkan konsekuensi buruk dari perbuatan kita itu.
jika kita korupsi uang yang jadi hak orang lain maka cepat atau lambat kita akan mendapatkan karma (entah dipenjara, anak sakit keras, mobil hasil korupsi dicuri orang, atau anak terlibat dalam narkoba dsb).
namun logikanya tidak bisa dibalik: kalau anak seseorang terlibat narkoba pasti dia korupsi. Tidak seperti itu, karena para santo santa akir hidup mereka bahkan banyak yang berakhir dg siksaan (namun bukan karma).
mohon tanggapan. terima kasih
Shalom Yusuf Sumarno,
Yang perlu kita pegang adalah: (1) Seseorang akan menanggung apa yang dia perbuat, baik di dalam kehidupan ini maupun di kehidupan mendatang; (2) Jiwa masing-masing individu diberikan oleh Tuhan sejak pembuahan sel telur dan jiwa ini adalah jiwa yang baru, yang bukan jiwa yang ‘didaurulang’ dari kehidupan masa lalu. Dengan prinsip ini, maka kita tidak pernah menyalahkan kehidupan sebelum kita dan masing-masing dari kita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh kehidupan abadi di Sorga.
Belum tentu orang yang berlaku tidak jujur – seperti korupsi – mendapatkan penghukuman di dunia ini. Dapat saja orang yang selama hidupnya korupsi, sampai akhir hidupnya juga meninggal dalam kondisi tetap kaya. Dan mungkin juga anak-anaknya juga hidup dalam kelimpahan. Namun, iman Katolik kita memberikan satu kepastian bahwa Tuhan adalah maha adil, sehingga Dia akan mengadili segala sesuatunya dengan adil. Dan keadilan yang seadil-adilnya akan kita saksikan pada saat pengadilan terakhir.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Stef,
banyak terima kasih, terutama paragraf terakhir (bahwa Tuhan adil seadil adilNya)
Shalom dan slamat pagi katolisitas…
Mau bertanya bagaimana dengan orang katolik yang percaya akan karma? Bukankah sebagai org kristen (katolik) kita tidak percaya dgn itu??
Mohon penjelasannya tentang injil Mrk.4:24..tks sblumnya
Tuhan Yesus Memberkati
Shalom Erviani,
Reinkarnasi dan karma bertentangan dengan iman Katolik, seperti yang telah dijabarkan di atas – silakan klik.
Mrk 4:24 menuliskan “Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.” (bdk. Mt 7:2; Luk 6:38) Untuk mengerti ayat ini, maka kita harus melihat ayat 25, “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”Dua ayat ini mengingatkan kita akan perumpamaan tentang talenta (lih. Mat 25:14-30).
Semakin banyak kita diberi talenta oleh Tuhan, maka semakin banyak tuntutan yang kita terima dari Tuhan. Dengan demikian, menjadi satu tantangan bagi orang yang dipercaya banyak oleh Tuhan, agar dia dapat mengembangkan talentanya. Seseorang yang mempunyai kerendahan hati akan dapat bekerjasama dengan rahmat Tuhan, sehingga kepadanya akan ditambahkan berbagai macam karunia dan rahmat agar dapat terus bertumbuh kehidupan spiritual dan karya kerasulannya. Dan dengan semakin bertumbuhnya kehidupan spiritualnya, maka Tuhan akan memberikan rahmat yang lebih lagi, sehingga orang tersebut dapat bertumbuh lagi dengan luar biasa dan menghasilkan buah yang berlimpah. Namun, di sisi yang lain, menjadi tantangan bagi orang yang dipercaya banyak – terutama katekis, pewarta sabda, klerus, dll – agar dapat menerapkan apa yang diwartakannya dalam kehidupannya sendiri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terima kasih Pak Stef untuk jawabannya..Artikel dan tulisan yg ada di Situs ini sangat membantu saya memahami apa yang menjadi pertanyaan saya jg slama ini. Terima kasih banyak. GBU.
http://terselubung.blogspot.com/2011/12/reinkarnasi-tang-jiangshan.html
Bagaimana anda menjelaskan hal ini?
Jika Allah dapat ber reinkarnasi menjadi manusia… Mengapa manusia masa lampau tidak dapat ber reinkarnasi lagi menjadi manusia yang hidup di zaman sekarang?
thanks
Shalom Krisna,
Yang diajarkan oleh iman Kristiani adalah bukan reinkarnasi tetapi Inkarnasi: yaitu Penjelmaan Putera Allah menjadi manusia di dunia; dan ini hanya terjadi sekali saja, sehingga istilahnya inkarnasi, bukan reinkarnasi. Mengapa Allah dapat menjelma menjadi manusia? Jawabnya: karena Ia Allah dan bagi Allah tidak ada sesuatupun yang mustahil, sepanjang tidak melawan diriNya sendiri. Nah, akan menjadi tidak mungkin (mustahil) jika Allah berhenti menjadi Allah; karena hal itu bertentangan dengan kodrat-Nya sebagai Allah. Sebab salah satu kodrat Allah adalah tetap ada selamanya. Dalam Inkarnasi, Allah tidak berhenti menjadi Allah; sebab Kristus yang lahir sebagai sungguh manusia, juga tetap adalah sungguh Allah.
Sedangkan, ajaran reinkarnasi (kelahiran berkali-kali sebagai seseorang (atau sesuatu mahluk yang lain) yang berbeda) tidak saja bertentangan dengan ajaran iman Kristiani, tetapi juga bertentangan dengan akal sehat, karena paham ini mengajarkan bahwa:
1) Manusia tidak membutuhkan Allah
Ajaran reinkarnasi mengajarkan bahwa manusia tidak membutuhkan Allah, sebab jiwanya sendiri seolah dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Hal inilah yang tidak mungkin, sebab manusia tidak mungkin mencapai kehidupan kekal surgawi (memperoleh hidup ilahi) tanpa campur tangan Allah sendiri. Sebab jika diyakini hal ini, maka sama saja percaya bahwa Allah tidak ada, atau bahwa semua orang dapat menjadi Allah. Sedangkan akal sehat saja dapat menunjukkan bahwa Allah itu sungguh ada, sebagaimana pernah diulas di sini, silakan klik.
2) Selain itu, paham reinkarnasi juga mengajarkan kemungkinan bahwa binatang/ hewan yang lebih rendah dapat ber-reinkarnasi menjadi manusia.
Kedua dasar pemikiran ini tidak mungkin jika ditinjau dari ‘self-evident principle‘ / prinsip yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya, yaitu bahwa mahluk yang lebih rendah tidak dapat secara otomatis berubah menjadi sesuatu yang lebih tinggi, karena seseorang/ sesuatu tidak dapat memberi jika ia tidak lebih dahulu memiliki apa yang mau diberi. Maka binatang yang tidak punya akal budi, tidak bisa berubah menjadi manusia yang berakal budi, karena binatang tidak pernah memiliki akal budi sebelumnya. Karena binatang tidak punya akal budi, maka ia tidak dapat ‘menurunkan’ akal budi itu kepada manusia yang akan lahir sebagai gantinya/ penerusnya dalam prinsip reinkarnasi. Atas prinsip yang sama, maka manusia tidak dengan sendirinya dapat memiliki hidup ilahi, jika bukan karena Allah sang Empunya hidup ilahi itu yang memberikannya kepada manusia.
3) Paham reinkarnasi yang mengajarkan bahwa orang di masa lalu dapat lahir kembali di masa kini, mengisyaratkan hubungan antara jiwa dan badan seseorang bukan merupakan hubungan yang unik (hanya terjadi sekali saja) namun terjadi begitu saja seperti kebetulan. Pertanyaannya apakah masuk akal jika manusia dengan segala sifat-sifat dan kemampuan yang khusus dan istimewa itu hanya terjadi karena kebetulan?
Fenomena orang yang sepertinya dapat mengingat kehidupan masa lalunya memang mengundang perdebatan sebagaimana disampaikan oleh kisah di link yang Anda sertakan. Tetapi sejujurnya, agar suatu kisah dapat dinyatakan sebagai suatu fenomena yang otentik, perlu diteliti dengan melibatkan para ahli, termasuk ahli psikolog, dan tim dokter untuk memeriksa keadaan orang-orang yang terlibat. Sebab klaim reinkarnasi dari kehidupan silam juga pernah diklaim oleh Virginia Tighe di Colorado, Amerika Serikat, namun setelah diperiksa, ternyata kisah itu fiktif. Klik di sini untuk membaca sekilas beritanya.
Maka, sebenarnya dalam kasus Tang Jiangshan di link yang Anda berikan tersebut, keotentikannya juga perlu diperiksa, mengingat terdapat hal- hal kebetulan yang bisa dicocok-cocokkan juga. Misalnya, Tang Jiangshan memanggil bapak tua Chen Zan Ying dengan nama yang berbeda, San Die. Maka harus dicheck kebenarannya, sebenarnya apakah San Die itu memang nama alias/ nama lain dari pak tua itu. Secara psikologis keluarga yang kehilangan anak secara tragis tentu akan merasa terhibur dengan ide bahwa sang anak dapat ‘lahir kembali’ dan menyapa orang tuanya. Sehingga di sini ada banyak sekali faktor psikologis dan paham kepercayaan setempat yang dapat turut bermain di sini. Lalu perlu diingat bahwa saat Tang mengunjungi ‘San Die’, ia baru berumur enam tahun dan pada saat ia mengatakan ‘nama masa lalunya’ itu ia baru berusia tiga tahun. Maka dapat saja apapun yang dikatakannya dan nampaknya mirip, lalu dicocok-cocokkan atau dihubungkan dengan keadaan sang anak yang dulu (Chen Ming Dao), lalu dianggap sebagai peneguhan reinkarnasi itu.
Kami di Katolisitas bukan ahli untuk meneliti hal ini, dan bukan bagian kami untuk meneliti fenomena macam ini, namun kami berpegang bahwa ajaran reinkarnasi bertentangan dengan ajaran iman Kristiani, sebagaimana dijabarkan di artikel di atas.
4) Paham reinkarnasi tidak dapat menjamin bahwa seseorang pasti mencapai kesempurnaan.
Dalam paham reinkarnasi, tetaplah setiap orang mempunyai kelahiran yang pertama; yang artinya ia mempunyai karma yang sempurna sebab ia tidak mempunyai hidup sebelumnya dan ia tidak mempunyai kesalahan. Jika ia mempunyai karma yang sempurna, tapi kemudian tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan di kehidupan yang pertama tersebut, mengapakah ia dapat yakin bahwa setelah ia menjalani ratusan reinkarnasi dengan akumulasi karma yang buruk, dapat akhirnya mencapai persatuan yang sempurna dengan kesadaran ilahi?
Akhirnya hal reinkarnasi ini memang bukan paham baru. Para filsuf Yunani di abad-abad awal-pun ada yang mengajarkan demikian. Para Bapa Gereja berpegang pada Kitab Suci dan pengajaran para rasul, sudah sejak awal menolak ajaran ini, silakan klik di link ini untuk membacanya. Magisterium Gereja Katolik, sebagaimana disebutkan dalam Katekismus, juga jelas menentang ajaran tentang reinkarnasi karena secara prinsip menentang keberadaan Allah dan rencana keselamatan-Nya di dalam Kristus. Maka seseorang yang mengimani Kristus, tidak dapat sekaligus juga mengimani reinkarnasi yang menihilkan peran Kristus.
Semoga kita semua yang mengimani Kristus diberi karunia Roh Kudus untuk dapat membedakan mana ajaran yang benar, dan mana yang salah, agar tidak lekas dibingungkan dengan berbagai informasi yang disodorkan oleh dunia dewasa ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Damai dlm Kristus
Trima kasi pak stef atas tanggapan dan jwb dr ptanyaan sy tsb…..
Sy ada 1 ptanyaan namun mgkn sdikit d luar dr topik ttg reinkarnasi ini(bbrp mggu lalu sy pernah m’irim nya,entah sampai atau tidak)
Yaitu bbrp mggu lalu ketika sy sedang berjalan d gramedia sy melihat sebuah buku yg m’upas ttg sgala misteri fenomena yg tjd d dunia ini dan d hub kan dng pandangan dr sisi agama(dr sudut pndang muslim)
Ada slh 1 bab yg m’buat sy penasaran,yaitu ttg crita 7 pemuda romawi pd masa kaisar siapa sy lupa,yg psti d ceritakan ke 7 pemuda ini m’anut ajaran Nasrani(Kristen)dan pd ms kaisar tsb tjd p’aniayaan hebat thd pemeluk ajaran Nasrani,dan ke 7 org tsb d kejar dan akan d bunuh oleh kaisar romawi tsb krn tidak mau memeluk paganisme……
Namun ke 7 pemuda tsb dpt melarikan diri dan melarikan diri dn bersembunyi dlm sebuah gua,namun malang para tentara romawi m’etahui nya dan atas perintah kaisar akirnya menyuruh mnutup mulut gua tsb dng batu bsar supaya 7 pemuda tsb mati……
7pemuda tsb berdoa mohon perlindungan Tuhan,hingga akirnya mereka tertidur….
D sni keajaiban tjd krn setelah bgn dr tdr tsb tnyt mereka tlah tidur slma beratus” tahun,dan ketika tersadar mereka sudah berada pd jaman kekaisaran romawi yg tlah memeluk ajaran Kristen,sehingga oleh sang kaisar ke 7 pemuda itu d beri p’hormatan sbg org kudus krn iman nya…..
Siapakah ke 7 pemuda itu mnrt ajaran Katolik?apakah mereka tmsuk para santo dan org’ kudus Gereja awal?
Mohon pnjelasan nya,sekian,dan Trima Kasi
Berkah Dalem
[dari katolisitas: dalam Roman Mariology menjelaskannya sebagai “The Seven Sleepers of Ephesus” di tanggal 27 Juli.]
Salam dalam damai Kristus
Sy ingin bertanya”dosa apa yg masuk,bila kita mnyiksa binatang?
Trima kasih,
Berkah Dalem
Shalom Michael,
Menyiksa binatang yang didorong untuk sekedar menyakiti binatang adalah berdosa. Sebagai contoh, kalau sebuah perusahaan penjagalan sapi memperlakukan sapi secara kejam sebelum dijagal, maka itu juga tidak boleh, karena menyebabkan penderitaan yang tidak perlu bagi sapi tersebut. Katekismus Gereja Katolik menuliskan sebagai berikut:
Intinya adalah kita dapat memanfaatkan dan menggunakan binatang namun dengan tidak menyebabkan penderitaan yang tidak perlu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Damai dalam Kristus Bu Inggrid/Pak Stefanus,
Trimakasih atas pencerahannya, sebagai orang Katolik kami sudah meyakini ajarani ini namun dalam hati saya masih ada pertanyaan terkait dengan permasalahan ini yaitu :
1. Jika tidak ada reinkarnasi atau kelahiran kembali, bagaimana dengan orang yang terlahir cacat berat, kondisi keluarga yang serba kekurangan dan lingkungan kehidupan mereka entah karena negara, masyarakat di sekitarnya tidak memungkinkan untuk mengenal Kristus, apakah dalam kehidupan yang sekali ini bisa dikatakan adil bagi yang cacat ini bila dibandingkan dengan mereka yang normal kecukupan dan lingkungan memberi kesempatan mengenal Kristus?
2. Terkait dengan kebangkitan badan, saya juga masih ada sesuatu yang mengganjal. Dalam hati saya selama ini kredo yang menyatakan Kebangkitan Badan adalah kebangkitan Tubuh Kristus setelah hari ketiga, sedangkan kebangkitan badan untuk semua orang masih menimbulkan pertanyaan dalam hati dan selama ini belum pernah saya tanyakan pada mereka yang lebih tahu tentang kekatolikan karena sungkan, lha sudah mengaku Katolik kok masih mempertanyakannya. Bapak Stef dan Ibu Inggrid yang saya hormati, saya mau mempertanyakan bagaimana dengan orang Katolik yang jenasahnya dikremasi, kuburan yg sudah ratusan tahun dan berubah jadi bangunan, jenasah yang dibuang ke laut dan sudah termakan banyak ikan atau yang dimangsa binatang dan mengalami metabolisma dalam binatang tersebut secara materi telah berubah bentuk dan lain sebagainya. Pertanyaannya adalah apakah masih bisa dibangkitkan badannya secara utuh? Walaupun tidak ada yang mustahil di hadapan Allah tapi jawaban yang bisa diterima secara umum bagaimana, karena hal ini sering jadi perdebatan dengan saudara kita yang berkeyakinan lain?
Mohon pencerahannya, terimakasih untuk perhatiannya
Yohanes Sumiyono
Shalom Yohanes,
Coba kita pikirkan sebentar pertanyaan Anda dengan menggunakan logika reinkarnasi. Dengan logika ini, maka orang cacat, serba kekurangan merasa bahwa ada keadilan, karena yang berbuat baik akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik di masa depan. Sedangkan orang yang cacat juga dapat melihat adanya keadilan dengan logika berfikir inkarnasi, karena bisa saja manusia yang terlihat sempurna di mata dunia namun tidak baik dapat saja turun derajat, menjadi binatang atau makhluk yang lain.
Namun, di satu sisi, walaupun terlihat adil, namun sungguh sulit diterima oleh akal sehat bahwa binatang bisa menjadi manusia atau sebaliknya. Kalau kita mengerti hakekat dari binatang dan manusia, maka sungguh sulit menerima konsep reinkarnasi. Kesusahan dan penderitaan di masa ini, seolah-olah ‘menyalahkan’ sesuatu yang terjadi di masa lalu. Yang kalau mau dipikir, bagaimana kita dapat membuktikan bahwa kehidupan sebelumnyalah yang menyebabkan penderitaan di masa sekarang. Orang dapat juga berfikir, bahwa tidaklah adil kalau saya harus menanggung penderitaan yang disebabkan oleh kehidupan di masa lalu – yang saya sendiri tidak tahu menahu.
Konsep keadilan yang sama dan bahkan lebih sempurna, dapat kita lihat dalam pengajaran Kristus, terutama tentang Pengadilan Terakhir. Dengan pengadilan terakhir, maka keadilan akan ditegakkan dengan seadil-adilnya. Manusia tidak perlu dilahirkan berkali-kali, namun setelah dia meninggal, dia akan mendapatkan pengadilan yang sungguh adil dari Sang Hakim Agung, yaitu Kristus sendiri. Kristus sendiri yang telah turun mengajarkan kepada kita jalan menuju ke Sorga, Dia yang membebaskan kita dari belenggu dosa dengan kematian dan kebangkitan-Nya, dan Dia sendiri yang terus menyertai kita, serta pada akhirnya Dia sendiri yang akan mengadili seluruh umat manusia.
Tentang kebangkitan badan, maka sebenarnya ini mengacu kepada kondisi seluruh umat beriman yang ‘diubah / dimuliakan’ pada saat kedatangan Kristus yang kedua atau akhir dunia. Dan bagaimanakah kondisi tubuh yang telah dimuliakan? Kristus memberikan bukti, yaitu tubuh yang Dia miliki setelah kebangkitan-Nya. Hal ini dijelaskan secara lengkap dalam Katekismus Gereja Katolik 988-1004. Sebagai gambaran tentang topik ini dikatakan:
Jadi dengan demikian, umat beriman yang tubuhnya dibakar, tidak lengkap, telah menjadi tanah ribuan tahun, semuanya akan mendapatkan tubuh yang telah diubah. Bagaimana mungkin Tuhan dapat menyatukan tubuh yang telah tercecer, menjadi debu, dimakan ikan, dll dapat bersatu dengan jiwa masing-masing? Kalau Tuhan dapat menciptakan kita dengan jiwa yang spesifik terhadap tubuh kita, dan kalau kita kita percaya bahwa Tuhan adalah maha kuasa, dan Dia tahu apa yang kita perbuat – sekalipun yang tersembunyi – sehingga dapat mengadili seluruh umat manusia dengan adil, maka apakah yang menghalangi kita untuk percaya bahwa Tuhan dapat memberikan kepada kita tubuh yang telah diubah oleh Tuhan kepada kita masing-masing? Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom, salam sejahtera bagi kita semua,
Banyak pandangan orang mengenai karma, tetapi mungkin saya mencoba menambahkan pendapat saya tentang karma (hukum sebab akibat). Beberapa pendapat tentang karma yaitu:
1. Nasib kita sekarang itu tidak ada sebabnya, terjadi begitu saja
2. Nasib kita sekarang (susah senang, bahagia menderita) terjadi karena sudah digariskan seperti itu/ grand skenario yang sudah disiapkan. Kita hanya menjalankan saja apa yang sudah digariskan itu.
3. Nasib kita sekarang ditentukan oleh sebab lampau/karma dikehidupan lampau (berkaitan dengan reinkarnasi). Sehingga kita mengetahui dan menjalankan apa yang menjadi karma kita
Dari ketiga pendapat ini, menurut Guru saya kurang tepat karena apabila semua tergantung dari karma lampau, apa gunanya kita hidup sekarang ini? Sepertinya usaha kita sekarang ini akan sia-sia saja atau tidak ada artinya. Oleh karena itu, sesungguhnya apa yang kita alami sekarang ini adalah akibat dari sebab perbuatan kita yang lampau dan apa yang kita lakukan sekarang.
Yang lampau tidak bisa dibatalkan atau diralat, karena sudah terjadi. Justru apa yang kita lakukan sekarang bisa mempengaruhi karma dimasa lampau.
Jadi apabila kita sudah terlahir menderita, kita dapat memperbaiki dengan usaha-usaha yang sekarang. Dengan menambah kebajikan, penderitaan yang seharusnya kita terima dapat kita minimalisirkan. Seperti buah penderitaan yang akan panen, tetap akan tumbuh tetapi tumbuh dengan tidak sempurna, sehingga yang seharusnya waktu kita menderita, dengan melakukan kebajikan secara terus menerus maka penderitaan itu tidak muncul sebagaimana mestinya.
Terima kasih atas kesempatannya.
Shalom Antoni,
Sebagaimana telah ditulis di artikel di atas, paham reinkarnasi tidak sesuai dengan ajaran Kristiani. Ajaran iman Kristiani juga tidak mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita itu sudah digariskan secara aktif oleh Tuhan. Ada peran serta kehendak bebas manusia dalam berlangsungnya jalan hidup setiap manusia.
Maka, tentu benar, bahwa kerja keras di masa ini dapat saja mengubah keadaan orang yang lahir dari keluarga yang berkekurangan. Namun ini bukan untuk meminimalisir perngaruh karma ataupun akibat perbuatan di kehidupan yang lalu, yang sesungguhnya bukan tanggung jawabnya. Iman Kristiani mengajarkan bahwa setiap orang yang wafat, menanggung kesalahannya sendiri (Yer 31:30).
Nah, maka jika seseorang bekerja keras untuk memperbaiki keadaan, itu adalah bentuk tanggungjawab terhadap pengembangan dirinya sendiri dan sesamanya. Sebab firman Tuhan mengatakan, adalah hak orang yang bekerja keras itu sendiri untuk menikmati hasil usahanya (lih.2 Tim 2:6) dan membagikannya kepada orang lain yang lebih berkekurangan (lih. Ef 4:28).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shallomm Bu Inggrid/Pak Stef,
Seorang teman bertanya kepada saya dan saya tidak bisa menjawab dengan detail. Mohon bantuan Bu Inggrid dan Pak Stef untuk menjawab pertanyaan berikut:
“Jika tidak ada hukum karma dan reinkarnasi, bukan kah tidak adil bagi org2 baik di dunia ini. Begitu banyak org jahat yg hidup jaman sekarang. Moral anak2 muda bejat. Masih kecil saja sudah dpt menghina org tua, dll. Jika kita pakai statistic, mungkin org baik di dunia hanya seperti sebutir emas pada beras. Apakah jika semua org percaya kepada Yesus maka mereka semua akan ke Surga? Bagaimana dengan org2 baik yg dicelakakan oleh org2 jahat dan berubah menjadi jahat? Apakah adil?”
Semoga Tuhan memberkati pelayanan kalian selalu…
Elizabeth Yustira
[Dari Katolisitas: Silakan membaca jawaban ini, silakan klik]
Comments are closed.