Belakangan ini ramai ditayangkan di U-Tube video tentang lagu yang dinyanyikan oleh seorang diakon di Vatikan dalam Misa Malam (Vigili) Paska, yang terdengar menyebut kata “lucifer”. Lalu sejumlah orang menyangka Gereja Katolik sudah sesat, karena memohon doa kepada Lucifer/ Iblis. Mereka berkata: “Orang-orang Katolik: Bacalah Kitab Suci, jangan ikuti mereka [mungkin maksudnya Paus dkk] ke neraka!”….. Sebenarnya, apakah yang terjadi?
1. Apa yang dinyanyikan?
Sebenarnya yang direkam di U-Tube itu adalah Madah Paskah, atau dikenal dalam bahasa Latinnya, Exultet. Exultet ini adalah lagu pujian kuno yang umumnya dinyanyikan oleh diakon dalam upacara cahaya di awal perayaan Malam Paska. Saat itu lilin Paska dinyalakan untuk memperingati kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Exultet ini telah digunakan dalam Liturgi Malam Paska sejak abad ke-5, yang dimulai oleh Paus Zosimus di tahun 417/ 418 (jadi bukan dinyanyikan baru-baru ini saja).
Umat Katolik yang setia mengikuti perayaan Malam Paska, setiap tahunnya mendengar lagu pujian ini dinyanyikan dalam Misa Malam Paska, dan tidak ada yang aneh dari lagu ini. Sebab inti dari lagu ini adalah pujian kepada Tuhan, tentang Kristus yang bangkit. Kristus Cahaya Dunia, bangkit dari kematian dan dengan demikian mengalahkan kegelapan dosa.
Bagian ulangannya pasti akrab di telinga umat Katolik:
Bersoraklah, nyanyikan lagu gembira
Bagi Kristus yang menebus kita
Bersyukurlah kepada Allah,
Kita bangkit bersama Kristus…
2. Jadi apa yang dipermasalahkan?
Yang dipermasalahkan oleh sejumlah orang adalah versi Latin dari Madah Paska itu, karena ada penyebutkan kata “lucifer” pada bait yang terakhir dari madah itu. Nah bahasa Latin dari Bintang Timur (atau diterjemahkan Kejora Sejati dalam bahasa Indonesia)/ Morning Star (dalam bahasa Inggris) itu adalah lucifer. Mari kita lihat bersama bait terakhir dari Madah Paskah itu:
Dalam bahasa Inggris:
Therefore, heavenly Father,
in the joy of this night,
receive our evening sacrifice of praise,
your Church’s solemn offering.
Accept this Easter candle,
a flame divided but undimmed,
a pillar of fire that glows to the honor of God.
Let it mingle with the lights of heaven
and continue bravely burning
to dispel the darkness of this night!
May the Morning Star which never sets
find this flame still burning:
Christ, that Morning Star,
who came back from the dead,
and shed his peaceful light on all mankind,
your Son, who lives and reigns for ever and ever.
Amen.
Dalam bahasa Latin:
In huius ígitur noctis grátia, súscipe, sancte Pater,
laudis huius sacrifícium vespertínum,
quod tibi in hac cérei oblatióne solémni,
per ministrórum manus
de opéribus apum, sacrosáncta reddit Ecclésia.
Sed iam colúmnæ huius præcónia nóvimus,
quam in honórem Dei rútilans ignis accéndit.
Qui, lícet sit divísus in partes,
mutuáti tamen lúminis detrimenta non novit.
Orámus ergo te, Dómine,
ut céreus iste in honórem tui nóminis consecrátus,
ad noctis huius calíginem destruéndam,
indefíciens persevéret.
Et in odórem suavitátis accéptus,
supérnis lumináribus misceátur.
Flammas eius lúcifer matutínus invéniat:
ille, inquam, lúcifer, qui nescit occásum.
Christus Fílius tuus,
qui, regréssus ab ínferis, humáno géneri serénus illúxit,
et vivit et regnat in sæcula sæculórum.
Amen.
Dalam bahasa Indonesia:
Semoga lilin ini,
Yang diberkati demi penghormatan Bapa pada malam ini
Bernyala terus untuk menghalau kegelapan.
Semoga nyalanya digabungkan dengan sinar bintang kejora
Dengan Kejora Sejati itu, yang tak kunjung terbenam
Yang telah terbit dari alam maut
Dan menyinari umat manusia dengan seri cahayaNya.
Dialah Yesus Kristus, Putera Bapa
Yang bersama dengan Bapa dan Roh Kudus
Hidup dan berdaulat
Kini dan sepanjang masa.
Amin.
Yang menjadi masalah di sini adalah, sejumlah orang mengutip doa itu hanya sepotong, sehingga tidak terlihat konteks keseluruhan nya. Mereka mengutip hanya sekitar kata “lucifer” -yang mereka terjemahkan sebagai Lucifer/ Iblis; dan “Christus Filius tuus” yang mereka terjemahkan sebagai “Kristus Puteramu”, dengan menghubungkan “mu” itu dengan Lucifer. Maka mereka menyangka bahwa dalam doa itu dikatakan bahwa Kristus itu adalah Putera Lucifer. Astaga, pantas saja menghebohkan! Tentu saja sungguh keliru pemahaman ini.
3. Apa pemahaman yang benar?
Dengan mengutip lebih luas dari potongan doa itu, dan menghubungkannya dengan Kitab Suci, kita akan dapat memahami maksudnya dengan lebih baik. Memang kata ‘lucifer‘ disebut dalam doa itu, tetapi di sana tidak untuk diartikan sebagai Iblis. Mari kita lihat kenyataan konteksnya:
a. Doa tersebut ditujukan kepada Allah Bapa, bukan kepada Lucifer/ Iblis
Ini dapat dilihat pada awal bait itu yang berkata, “Therefore, heavenly Father, in the joy of this night, receive our evening sacrifice of praise…. Accept this Easter candle, a flame divided but undimmed, a pillar of fire that glows to the honor of God.” Atau dalam bahasa Latin, “In huius ígitur noctis grátia, súscipe, sancte Pater, laudis huius sacrifícium vespertínum… Sed iam colúmnæ huius præcónia nóvimus, quam in honórem Dei rútilans ignis accéndit. Qui, lícet sit divísus in partes, mutuáti tamen lúminis detrimenta non novit“.
Terjemahan bahasa Indonesia memang sepertinya tidak merupakan terjemahan langsung, dan dibuat lebih ringkas, namun maksudnya tetap sama sebagai pujian kepada Allah Bapa, sebab sebagaimana dinyanyikan dalam Refren, “Bersyukurlah kepada Allah…..” dan “Semoga lilin ini, yang diberkati demi penghormatan Bapa pada malam ini, bernyala terus untuk menghalau kegelapan.”
Maka doa ini ditujukan kepada Allah Bapa, bukan kepada Lucifer/ Iblis.
b. ‘Lucifer’ merupakan terjemahan dari kata ‘bintang timur’
Bagian akhir madah Paska itu merupakan doa persembahan dan permohonan kepada Allah Bapa, agar nyala lilin Paska yang menjadi gambaran dari Terang Kristus digabungkan dengan terang surgawi, agar menghalau kegelapan di bumi. Maka kata “lucifer/ the Morning Star/ Sang Bintang Kejora yang tak pernah padam” dalam doa tersebut mengacu kepada Kristus Sang Bintang Timur. Ini mengacu kepada apa yang dikatakan oleh Rasul Petrus, yaitu tentang “pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.” (2 Pet 1:19). Di ayat ini, bintang timur yang bersinar di dalam hati ini mengacu kepada Kristus sendiri, Sang Terang Dunia (Yoh 8:12) yang telah bangkit dari kegelapan maut.
Sedangkan kata Christus Filius tuus (Kristus Putera-Mu), tidak mengacu kepada Lucifer (iblis), tetapi kepada Bapa, kepada siapa doa tersebut ditujukan. Jadi Kristus Putera-Mu itu maksudnya adalah Kristus Putera Bapa, bukan Putera Lucifer. Dalam terjemahan Indonesia, di bait itu disebut “Yesus Kristus Putera Bapa, yang hidup dan berdaulat kini dan sepanjang masa”.
c. Mengapa orang salah paham bahwa yang disebut di sana Lucifer (Iblis)?
Kemungkinan kesalahpahaman ini disebabkan dengan pandangan umum yang menyamakan Lucifer dengan nama Iblis, sebagaimana dapat disimpulkan dari terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris, versi KJV, di kitab Yesaya (lih. Yes 14:12). Bintang timur yang jatuh dari langit tersebut dikaitkan dengan Iblis, karena dihubungkan dengan ayat Luk 10:18 dan Why 9:1.
Namun demikian, sebenarnya “lucifer” itu sendiri bukan nama, tetapi kata Latin dari bintang timur/ Morning star/ day star. St. Hieronimus (abad ke 4) menerjemahkan demikian, berdasarkan arti kata aslinya. St. Hieronimus sangat mengenal bahasa Ibrani. Ia menghabiskan hampir setengah masa hidupnya di Yerusalem (sekitar 35 tahun), untuk menerjemahkan Kitab Suci bahasa Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa Latin (yang disebut Vulgata). St. Hieronimus menggunakan kata “lucifer” untuk menerjemahkan empat kata dalam bahasa Ibrani dan Yunani yang secara literal berarti bintang timur, yaitu di Yes 14:12 (הילל/ morning star/ bintang timur), Ayb 11:17 (בקר, day star/pagi hari), Ayb 38:32 (מזרות/ Mazzaroth/ day star/ bintang Biduk) dan 2 Pet 1:19 (φωσφόρος/phosphoros/ day star/bintang timur).
Jika kita perhatikan keempat ayat tersebut, maka kita ketahui bahwa kata yang diterjemahkan oleh St. Hieronimus menjadi “lucifer” itu berasal dari tiga kata Ibrani yang berbeda, dan satu kata Yunani. Namun keempatnya diterjemahkan dengan satu kata Latin yang sama yaitu, “lucifer” (bintang timur atau bintang di pagi hari). Maka untuk memahami maksudnya, ayat-ayat tersebut harus dibaca dalam kesatuan dengan perikopnya, sehingga diketahui konteksnya. Setelah dibaca konteksnya, maka kita ketahui bahwa keempat kata “lucifer” di sana tidak semuanya mengacu kepada arti Iblis. Terjemahan Latin Vulgate menghubungkan ‘lucifer‘ secara literal dengan planet Venus, yang secara metafor melambangkan raja-raja di bumi dan dewa-dewi orang pagan/ kafir. Maka di Yes 14:12, ‘lucifer‘ mengacu kepada raja-raja Babel/ Babilonia, sebagaimana tertera pada judul perikopnya. Namun demikian, sepertinya Yesus mengacu kepada ayat Yes 14:12 ini untuk mengatakankan bahwa “iblis jatuh seperti kilat dari langit” (lih. Luk 10:18), sehingga kata “lucifer” kemudian juga dihubungkan dengan iblis. Meskipun begitu, jika kita secara jujur melihat kata ‘lucifer‘ dalam bahasa Latin, itu bukan menunjuk kepada sebuah nama, tetapi kepada sebuah kata benda, yaitu bintang timur, walaupun pada perikop tertentu dapat juga diasosiasikan dengan iblis. Sejujurnya, hal memperhatikan konteks ayat-ayat dan perikop untuk memahami arti suatu kata dalam Kitab Suci adalah hal yang umum dan seharusnya dilakukan, jika kita ingin memahami Kitab Suci. Sebab sebuah kata dapat mengacu kepada arti yang berbeda-beda, tergantung dari konteksnya. Misalnya, kata “Allah”, umumnya memang digunakan untuk Allah (God) yang satu dan sejati dalam Kitab Suci, tetapi kata “allah” (god), juga dapat digunakan untuk mengacu kepada manusia (Yoh 10:34-35) dengan merujuk kepada Mzm 82:6, yang mengatakan bahwa manusia adalah anak-anak Allah yang Mahatinggi, maka dalam konteks ini, manusiapun disebut allah. Demikian pula, kata yang sama, “god” (dalam Kitab Suci versi KJV, RSV, DRB, NAB) digunakan dalam 2 Cor 4:4, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “ilah” (lih. 2 Kor 4:4).
Melihat fakta ini, penting sekali kita memperhatikan konteks pada saat membaca Kitab Suci, agar tidak salah paham. Sebab kalau kita hanya memperhatikan hanya satu ayat saja atau sedikit ayat saja, tanpa memperhatikan konteksnya, maka seseorang dapat sampai pada kesimpulan yang keliru. Apalagi jika sudah ditambah dengan rasa curiga dan prasangka negatif terhadap Gereja Katolik, maka seseorang dapat menuduh macam-macam, yang selain tidak benar, juga menunjukkan kelemahannya sendiri. Sebab tuduhan itu menunjukkan bahwa cara mengutipnya kurang lengkap, menerjemahkannya juga keliru, dan pemahamannya terhadap arti kata ‘lucifer‘ tersebut juga terlalu sempit.
Akhirnya, tak apa kalau kita sebagai umat Katolik diperingatkan untuk membaca Kitab Suci, itu adalah himbauan yang positif. Semoga himbauan ini juga dilakukan oleh orang-orang yang menghimbau sehingga mereka akhirnya dapat sampai kepada pengertian bahwa ‘lucifer (bintang timur)’ itu ternyata tidak selalu hanya untuk diartikan sebagai iblis, dalam Kitab Suci.
Lepas dari istilah Latin dan mengacu pada paragraf 2 dan 3 poin c serta ayat-ayat Alkitab (2 Pet 1:19; Yes 14:12; Luk 10:18; Why 9:1), mengapa Yesus Kristus dan Iblis diberi ungkapan yang sama: Bintang Timur/Bintang Kejora?
[dari katolisitas: tidak menjadi masalah, karena memang pada awalnya iblis adalah malaikat yang diciptakan menurut rupa Allah. Jadi malaikat berpartisipasi dalam keindahan dan kebaikan Allah.]
Dear Jemy,
Sebelumnya saya pribadi berterimakasih kepada anda, dgn adanya orang semacam anda itu membuat iman saya semakin bertambah, …
[dari Katolisitas: …kami edit]
Jujur saya hanya seorang Katolik yg bs dibilang Katolik KTP, tapi dgn cemoohan sodara, saya jd tertantang untuk membaca, memahami Alkitab, juga mengamalkan doa yg diajarkan Kristus sendiri. “ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yg bersalah kepada kami”. Sungguh anda berjasa membuat saya menjadi manusia yg lebih baik menurut ajaranNya
Saya sungguh tidak mampu memberitahu saudara ttg yg saudara pertanyakan, tapi mungkin anda bs membaca sendiri Yoh 19 : 26 – 28 , 10 Perintah Allah butir ke4, mungkin dari situ anda bisa memahami. Kalau masih tdk bisa juga, anda harus lbh banyak berdoa supaya Tuhan membukakan hati anda, tdk cuma logika anda.
Semoga KasihNya selalu beserta anda
Dear All
Saya pikir artikel di atas sudah sangat cukup menjelaskan kisruh soal lucifer ini. Heran juga sih saya, kenapa mereka yang anti selalu berpatokan dengan madah paskah itu saja? Terang – terang dari team katolisitas sudah menjelaskan dengan sangat baik di artikel tersebut.
Saya pikir yang menjadi jawabannya adalah di ayat yang disebutkan yaitu : pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.” (2 Pet 1:19). Nah jelas – jelas rasul Petrus sendiri menyebut Yesus dengan Bintang Timur. Kalau bintang timur harus melulu diartikan lucifer si iblis, bagaimana bisa rasul Petrus menyebut Yesus adalah Lucifer. Tentu kan tidak mungkin.
Salam
Nico
Shalom, saudara katolik, Yesus mengasihi kalian.. Terlalu bnyk ritual dlm ibdah kalian yg mlenceng, bhkan kalian membuat perantara Maria ibu Yesus yg sbnar x hnya manusia biasa.. Bukankah Yesus lh satu2 ny perantara..
Shalom Jemy,
Anda perlu meluruskan interpretasi Anda, yang memandang bahwa adalah suatu kesalahan jika orang menghormati Bunda Maria dengan memohon dukungan doa syafaatnya sebagaimana dilakukan oleh umat Katolik. Anda berpandangan bahwa penghormatan ataupun permohonan akan dukungan doa Bunda Maria itu seolah merupakan sesuatu yang mengurangi penghormatan kepada Allah.
Namun penghormatan kepada Bunda Maria bukan saingan penghormatan kepada Allah. Tentang hal ini sudah sering sekali disampaikan di situs ini, jadi sebaiknya Anda membaca terlebih dahulu artikel-artikel berikut ini (silakan klik pada judulnya):
Apakah Umat Katolik Harus Berdoa Melalui Bunda Maria?
Apa Itu Devosi Kepada Bunda Maria?
Pengantaraan Yesus Bersifat Inklusif
Apakah Mohon Doa Dari Para Orang Kudus Bertentangan Dengan Firman Tuhan?
Mengapa Umat Katolik Mohon Dukungan Doa Kepada Orang-orang Kudus Yang Sudah Meninggal Dunia?
Apakah Jemaat Perdana Percaya Akan Persekutuan Para Kudus?
Apakah Umat Katolik Yang Berdoa Di Depan Patung Menyembah Berhala?
Aku Percaya Akan Persekutuan Para Kudus
Silakan Anda membaca artikel-artikel tersebut dan tanya jawab di bawahnya, baru kalau Anda punya argumen yang baru, silakan disampaikan di bawah artikel yang terkait, dan nanti kami tanggapi. Tapi sebelum bertanya, silakan ketik dulu kata kuncinya di fasilitas pencarian, karena siapa tahu topik itu sudah pernah ditanyakan dan ditanggapi. Pertanyaan Anda ini sudah sering ditanyakan dan ditanggapi di Katolisitas. Kalau Anda tulus berniat berdiskusi dengan kami, ataupun Anda ingin mengetahui tentang ajaran Katolik silakan membaca artikel-artikel di atas terlebih dulu, baru menanggapi/ bertanya, dan menyampaikan argumen yang belum pernah ditanyakan pembaca yang lain.
Penghormatan yang benar kepada Bunda Maria tidak akan mengurangi penghormatan kita kepada Allah Trinitas, namun malah semakin meningkatkan penghayatan kita akan persekutuan dengan Allah. Anda benar, Kristus sangat mengasihi kita semua dan bahwa tujuan akhir kita adalah persatuan sempurna antara kita dengan Allah di dalam Kristus. Justru persekutuan kita dengan Kristus inilah yang mendasari kita menghormati para orang kudus itu, karena mereka adalah para anggota Kristus yang telah sempurna bersatu dengan Allah di Surga, dan kita disatukan dengan mereka karena Kepala kita yang satu dan sama, yaitu Kristus. Konsep keselamatan yang diajarkan di dalam Kitab Suci bukan keselamatan yang sifatnya pribadi semata (antara saya dengan Allah Bapa atau antara saya dengan Kristus), tetapi antara saya dalam kesatuan dengan seluruh Tubuh Kristus, dengan Kristus Sang Kepala, yang mempersatukan kita dengan Allah Bapa oleh kuasa Roh Kudus. Maka ketidaksediaan kita menerima adanya persekutuan para kudus, malah menunjukkan kurang penuhnya kita menghayati persekutuan kita dengan Allah yang tidak terpisahkan dengan para kudus-Nya di Surga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Ingrid Listiati – katolisitas.org
Jemy yang juga dikasihi Tuhan Yesus,
Ada nas Alkitab yang mengatakan: siapakah kamu sehingga (merasa berhak/berkuasa) menghakimi sesamamu manusia?
Pertanyaan (retoris) yang sama untukmu, Jemy: siapakah kamu sehingga (merasa berhak/berkuasa) menghakimi keimanan katolik?
[dari katolisitas: Selama seseorang mau berdiskusi dengan baik, maka kita harus melihatnya dari sisi positif, bahwa seseorang ingin mencari kebenaran.]
Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. Tuhan Yesus memberkati.
[Dari Katolisitas: Setiap orang dapat mengusahakan jalan yang bersih dan benar menurut pandangannya; tetapi kerendahan hati dapat menuntun hati setiap orang untuk mengakui bahwa sebagai menusia iapun dapat gagal melaksanakan apa yang menurutnya bersih dan benar tersebut.]
Trus kenapa penulis lagu nya harus pake kata lucifer..? Memancing kontroversi.. memangnya tidak ada kata pengganti yang sepadan..?
Shalom Alx,
Dalam hal ini kita selayaknya menerima dengan kerendahan hati, bahwa kemungkinan tak ada dari kita yang lebih mengenal bahasa Ibrani, Yunani dan bahasa Latin dengan lebih baik, daripada St. Hieronimus, yang memang telah menghabiskan hampir separuh hidupnya untuk mempelajari bahasa asli dari Kitab Suci (Ibrani dan Yunani) sehingga ia dapat menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa aslinya ke bahasa Latin, yang disebut Vulgate/ Vulgata tersebut.
Teks Exultet itu ditulis atas dasar terjemahan Kitab Suci Vulgate, sehingga memang bukan lagu biasa yang disusun dengan kata-kata secara bebas. Justru kalau di sana dipakai istilah lain dari kata “Bintang Timur” itu malah menjadi tidak sesuai dengan terjemahan Kitab Suci Latin Vulgata tersebut, dan malah bergeser artinya.
Nampaknya di sini yang diperlukan adalah kebesaran hati untuk menerima bahwa kata ‘lucifer‘ dalam bahasa Latin, mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya untuk dihubungkan dengan iblis. Padahal dalam bahasa manapun adalah wajar kalau suatu kata/ istilah tertentu dapat mempunyai lebih dari satu arti. Jika orang dapat menerima kenyataan ini, maka sesungguhnya tak ada masalah baginya untuk menerima bahwa tak ada masalah jika kata ‘lucifer‘ disebut dalam lagu Exultet itu, sebab dalam lagu itu, ‘lucifer‘ tidak mengacu kepada iblis, namun kepada “Bintang Timur” yang mengacu kepada Kristus Sang Terang Dunia. Sayangnya, kebesaran hati untuk menerima fakta ini, sering tidak ada dalam hati orang-orang yang sejak awal sudah berpikir negatif tentang Gereja Katolik, sehingga cenderung menilai bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh Gereja Katolik adalah salah dan sesat. Terhadap orang-orang ini, kami umat Katolik hanya dapat berdoa agar suatu saat, Tuhan melembutkan hati mereka sehingga mereka dapat melihat kebenaran tentang hal ini dan menerimanya dengan hati yang lapang.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
dear sis
apakah st jerome sama dengan St. Hieronimus?
[Dari Katolisitas: Ya.]
Kalau mendalami arti Kitab Suci secara literal, artinya masuk ke ranah ekssegese. Para Ekseget membekali diri mereka dengan kemampuan bahasa latin, Yunani dan ibrani dan studi Kitab Suci dalam bahasa-bahasa itu. Apakah orang-orang yang memaksakan arti lusifer sebagai iblis saja ini punya kemampuan ini? Tentu saja tidak. Jadi kenapa tidak menurut saja dengan para ekseget yang memang jauh lebih mumpuni di bidangnya?
Hukum ini selalu berlaku: Pelajarilah apa yang anda hakimi.
salam.
Kepada team Katolisitas,
Sebagai tambahan,
Korek api didalam bahasa belanda juga dinamakan lucifer.
Pax et Bonum,
him
Memang agak mengkhawatirkan kalimat di lagu ini. Ada kata “Lucifer”(bahasa latin), yang diartikan ke bahasa indonesia sebagai “bintang timur”. Coba kita lihat dipembahasan “Tentang Kejatuhan Iblis dan Lucifer” pada bagian Yes 14:12-15, “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur (Lucifer), putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu:” Walaupun dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan sebagai Bintang Timur, tapi Kitab Suci dalam bahasa Latinnya kan memang dimaksudkan untuk menyatakan bahwa Lucifer sebagai Iblis yang jatuh ke bumi. Bukan “Bintang Timur” yang jatuh ke bumi. Dari situ kita bisa melihat bahwa yang dimaksudkan dalam kitab suci sebagai Lucifer adalah Iblis. Jadi kalo di lagu Madah Paskah dalam bahasa Latinnya ada kata Lucifer, ya mestinya artinya juga sama dong. Kalo Lucifer tidak dimaksudkan sebagai Iblis, jadi ayat di Yes 14:12-15 itu, berarti benar- benar Bintang Timur yang berupa benda langit, jatuh ke bumi?
Shalom Lusi,
Seperti telah disampaikan di atas, dalam membaca Kitab Suci, kita harus memperhatikan konteksnya, agar tidak salah paham. Sebab tidak semua kata yang sama dalam Kitab Suci dapat diartikan sama, jika konteksnya berbeda. Ini ditunjukkan sendiri oleh Kristus dalam Yoh 10:34-35), di mana “allah” (gods/ theos/ elohim) di sana tidak sama artinya dengan Allah (God/ Theo/ Elohim) yang digunakan di ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci secara umum.
Jadi kata Bintang timur (Lucifer dalam bahasa Latin) dalam Yes 14:12, memang artinya mengacu kepada Raja Babilonia (arti literal) ataupun juga bisa diartikan iblis, jika dihubungkan dengan Luk 10:18. Namun di ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci, kata lucifer itu tidak selalu mengacu kepada iblis. Jika seseorang berkeras menyamakannya, ia malah membaca Kitab Suci tidak dengan cara yang benar, sebagaimana yang diajarkan oleh Kristus dan para Rasul, bahwa selalu ada konteks yang menyertai suatu kata, agar kita dapat memahami artinya dengan benar.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom semuanya.
Terima kasih atas penjelasan Bpk n Ibu Tay.
Nah, terbukti lagi bhw kehebohannya berpangkal krn ceteknya (malah: tiadanya) pemahaman/pengetahuan bahasa Latin pada diri kita sendiri dan juga penghujat gereja Katolik.
Kisah2 spt ini bukan cuma satu-dua, dari yang serius spt “Lucifer” hingga yg konyol. Dulu saya juga dengar, ada orang yg nekad menyatakan bhw terjemahan doa Bapa Kami itu salah krn seharusnya, menurut dia, diterjemahkan sebagai “ampunilah/hapuskanlah UTANG2 kami”. Barangkali krn ada kata “debita” dan “debitoribus” pada doa Pater Noster, yg membuat pikirannya melayang kepada kata “debit/debt” (yg bagi nasabah bank, mengacu pada utang si nasabah kepada bank).
[Dari Katolisitas: ya, nampaknya kesalahan yang dimaksud oleh “debita” itu mempunyai dimensi spesifik sebagai suatu kesalahan yang perlu dibayar/ ditebus, sehingga konotasinya adalah dosa, bukan hanya kesalahan secara umum, atau kalau dalam bahasa Inggris adalah “error”/ error, erratum (Latin).]
Penjelasan Katolisitas sangat jelas. Saya sebagai orang Katolik kalau ditanya “lucifer” pasti menunjuk ke iblis/raja para iblis. Nggak tahu dulu yang mengajari siapa dan mengapa orang2 Katolik menganggap dan mengartikan demikian.
Dear Katolisitas
Didalam Alkitab tidak ada sebutan atau nama Lucifer yang ada adalah Bintang Fajar, dari mana nama Lucifer berasal .?
Terima Kasih.
[dari katolisitas: Silakan membaca dulu artikel di atas]
maaf saya mau tanya,saya ingin lebih mencari informasi lebih tentang simbol pada sabtu suci .Apakah arti lambang api pada sabtu suci/malam paskah?, mengapa memilih simbol api? trims
Salam, Freddy
Terima kasih atas pertanyaan anda. Syukur pada Allah atas rasa ingin tahu anda teerhadap liturgi, terutama Vigili Paskah. Semoga Injil yang para Rasul dan Bapa-bapa Gereja sematkan secara implisit dalam liturgi mampu menyentuh hati kita.
Mungkin yang anda maksud adalah api lilin yang digunakan dalam Liturgi Cahaya di awal Vigili Paskah. Cahaya tersebut adalah simbol dari Kristus sendiri, sebagai Cahaya Sejati Dunia. Ini terlihat dari bagaimana kita melakukan Liturgi Cahaya :
Di awal liturgi, gedung gereja gelap gulita. Munculnya cahaya bermula dari Lilin Paskah yang diberkati oleh imam dan menjadi tanda bahwa Kristus adalah Cahaya Dunia. Ini terlihat dari doa imam : “Semoga Cahaya Kristus, yang bangkit dengan mulia, menghalau kegelapan dalam hati dan budi kita”. Selama perarakan lilin, kita pun menyanyikan bersama imam : “Kristus Cahaya Dunia, syukur kepada Allah”. Cahaya lilin lalu disebar ke seluruh umat yang membawa lilin. Gedung gereja yang awalnya gelap menyimbolkan dunia yang gelap gulita, menjadi terang setelah Cahaya Kristus menyebar diantara kita. Secara mendalam, gedung gereja yang gelap juga menyimbolkan juga hati dan budi kita. Setelah kedatangan Kristus, terutama setelah kebangkitanNya, dunia diterangi oleh Kristus sehingga kegelapan dosa tidak lagi berkuasa atas dunia, atau atas diri kita. Dan sungguh, ketika cahaya lilin itu tadi menyebar, gedung gereja yang awalnya gelap gulita menjadi terang.
Makna ini tidak hanya ada dalam pikiran kita, namun dapat juga ditangkap oleh indra kita. Mata kita melihat cahaya tersebut, telinga kita mendengar madah syukur, dan mulut kita menyanyikan bersama seluruh Gereja ucapan syukur atas Kristus, Sang Terang yang Bangkit. Liturgi menghadirkan makna Injil tidak hanya pada ranah intelektual dan kata-kata, melainkan hingga ranah indra dan tindakan. Harapannya, cahaya yang kita alami dalam Liturgi Cahaya menyadarkan kita bahwa betapa kita butuh Kristus sebagai penerang dalam hidup kita. Demikian penjelasan mengenai makna Api dalam Vigili Paskah. Semoga membantu kita menghayati Kristus sebagai Cahaya Dunia kita.
Pacem,
Ioannes
Mbak Inggrid,
saya ingin bertanya, benarkah Bapa Paus Benedictus menyebut kata “Lucifer” pada saat misa Paskah 2012 seperti yang digambarkan oleh video ini ? Apa kira2 kalimat lengkap beliau ketika mengucap “Lucifer”
http://www.youtube.com/watch?v=nLNdxBWHcyI&feature=youtu.be
Terimakasih atas jawabannya ya ..
salam
Beatrix
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik]
CATHOLICS: PLEASE, START – READING – THE – BIBLE ! DO NOT FOLLOW THEM TO HELL!!!
“Flaming Lucifer finds Mankind,
I say: Oh Lucifer who will never be defeated,
CHRIST IS YOUR SON (!!!!)
who came back from hell,
shed his peaceful light and is alive and
reigns in the world without end.”
LATIN:
“Flammas eius lúcifer matutínus invéniat: ille, inquam,
Lúcifer, qui nescit occásum.
Christus Fílius tuus, (!!!)
qui, regréssus ab ínferis, humáno géneri serénus
illúxit, et vivit et regnat in sæcula sæculórum.
http://www.youtube.com/watch?v=nLNdxBWHcyI&feature=youtu.be
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik]
Yang seharusnya mendalami Alkitab sampai mendalam itu sampeyan sendiri jeng Anne, [Dari Katolisitas: yang perlu mendalami Alkitab adalah kita semua yang percaya kepada Kristus]
jangan baru ngerti sedikit saja sudah berani mencela lembaga yg mengkanonkan Alkitab…kalau tidak ada Gereja Katolik anda tidak akan tau mana Injil yg benar dan yg palsu :)
Dear Anne,
Please read the Bible Rome 2 : 1 camkan baik2 dengan segenap akal budi dan hatimu.
Read also Rome 1 : 17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.”
Jd yg terpenting adalah iman. Dari mana iman bertumbuh? Darinkeyakinan hati akan Tritunggal Mahakudus, dari Cinta kasih yg diajarkan oleh Yesus sendiri.
Maka hendaklah kita orang beriman lebih mendengarkan suara Hati (suara Tuhan) drpd HANYA menggunakan indera dan logika yg punya keterbatasan.
Mau dibilang lucifer atau setan sekalipun, kalau iman kita hanya tertuju kepada Tuhan, ga akan terjadi penyembahan terhada setan!
Mengatakan bahwa lucifer = setan adalah kesalahkaprahan yg MASIF yg terlalu lama di biarkan. Salut buat paus Francis!!
Lucifer sendiri merupakan bahasa latin, = lux (lucis) ferre => “light bringer, the bright morning star” . Kata “lucifer” tidak ada dlm kitab bhs aslinya. Kata lux ferre diatas adalah terjemahan dari kata Ibrani הֵילֵל – HÊYLÊL.
Kata HEYLEL sendiri banyak di pakai sebagai nama orang yahudi => bukan sesuatu yg evil.
Comments are closed.