Kidung Zakaria (Luk 1:68-79) merupakan kidung ucapan syukur yang diucapkan oleh Zakaria oleh karena kelahiran puteranya Yohanes Pembaptis.
Kidung Zakaria dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertama, ucapan syukur atas penggenapan janji Mesianis kepada bangsa Israel yang menantikan Sang Penyelamat; dan kedua, ucapan Zakaria yang ditujukan kepada anaknya yang mengambil bagian di dalam karya penyelamatan Allah itu, sebagai seseorang yang menyiapkan jalan-Nya (Luk 1:76, lih. Yes 40:3)
St. Benediktus dari Nursia (480-547) dipercaya sebagai yang pertama-tama memasukkan Kidung Zakaria ini dalam Ibadat Pagi Gereja, kemungkinan karena kidung ini merupakan nyanyian ucapan syukur akan kedatangan Kristus Penyelamat. Penyelamatan Allah di dalam Kristus memang selayaknya direnungkan dan diwartakan setiap hari sampai akhir zaman sebab hal itu merupakan puncak dari kasih Allah kepada umat manusia. Sabda Tuhan mengajarkan kepada kita agar kita mengucap syukur senantiasa (lih. 1 Tes 4:16-18), tentu terutama pada saat pagi hari, sebelum kita memulai segala aktivitas kita. Ucapan syukur ini dapat berupa ucapan syukur atas hari yang baru, untuk rahmat penyertaan sepanjang malam, rahmat kesehatan dan seterusnya, namun yang terutama, kita mensyukuri akan rahmat kasih Allah yang terbesar, yaitu Penebusan yang kita terima di dalam Kristus Tuhan kita.
Selain itu, doa Kidung Zakaria dimasukkan dalam doa Ibadat Pagi, menurut Durandus (seorang penulis liturgis di abad ke 13), berhubungan dengan perumpamaan Kristus yang datang sebagai Fajar yang menyingsing. Sebab Sabda Tuhan mengatakan, bahwa Kristus adalah Terang dunia (lih. Yoh 8:12, 3:19). Kedatangan Kristus sebagai Fajar menyingsing ini digunakan pula dalam doa- doa liturgis lainnya, misalnya pada saat penguburan, ketika didoakan ucapan syukur atas Penebusan Kristus sebagai pernyataan pengharapan umat Kristiani.
Dear pengasuh Katolisitas, bagaimana memahami Kidung Maria atau Magnificat dengan benar, terutama mengenai orang yang berkuasa dan kaya. Apa yang sebenarnya ingin disampaikan Bunda Maria. Terima kasih.
Shalom Dave,
Demikianlah keterangan tentang Luk 1:53, dari Catena Aurea, dari St. Thomas Aquinas:
“Sebab kemakmuran manusia sepertinya dicapai pertama-tama dalam kehormatan dari mereka yang berkuasa dan kelimpahan kekayaan, maka setelah mengatakan tentang merendahkan yang berkuasa dan meninggikan yang orang-orang yang rendah, maka sabda Tuhan mengatakan tentang penghampaan orang yang kaya dan pelimpahan yang baik kepada orang-orang miskin dan yang lapar…
St. Basil mengajarkan bahwa perkataan ini mengatur tindakan kita tentang hal-hal yang dapat kita rasakan, dengan mengajarkan hal-hal tentang ketidakpastian dari semua hal-hal harta milik duniawi, yang bertahan hanya sebentar, seperti gelombang laut yang datang dan pergi sesuai dengan kekuatan angin. Namun secara rohani semua umat manusia menderita kelaparan, kecuali bangsa Yahudi, sebab mereka memiliki kekayaan tradisi hukum dan pengajaran para nabi yang kudus. Namun karena mereka tidak memiliki kerendahan hati untuk mengandalkan Sabda yang menjelma, mereka akan disuruh pergi dengan tangan hampa, tanpa membawa apapun, tidak juga iman ataupun pengetahuan, dan merekapun tidak memperoleh pengharapan tentang hal-hal yang baik, tertutup dari baik Yerusalem dunia maupun di kehidupan yang akan datang. Tetapi bangsa-bangsa lain, yang dalam kerendahan karena haus dan lapar, sebab mereka bersandar kepada Tuhan, akan dipenuhi dengan hal-hal rohani yang baik.
Mereka yang menghendaki kehidupan kekal dengan seluruh jiwa mereka, seperti kelaparan karenanya, akan dipenuhi, ketika Kristus akan datang kembali dalam kemuliaan; tetapi mereka yang bersukacita dalam hal-hal duniawi, pada akhirnya akan disuruh pergi dengan tangan kosong, tanpa kebahagiaan.”
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear katolisitas
Apakah Bunda Maria mengutip Jesus Bin Sirakh ketika mengucapkan magnificat?
Adapun bunyi ayatnya adalah demikian
Tuhan menggulingkan takhta orang kuasa, dan menempatkan orang rendah hati ganti mereka ( Sirakh 10:14)
hampir sama dengan ayat dibawah ini:
Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah ( Lukas 1:52 )
Salam Kasih
Shalom Shinta,
Mungkin saja, jika Bunda Maria mengutip kitab Sirakh (Sir 10:14), ketika mengucapkan doa Magnificat (lih. Luk 1:52). Atau, dapat juga ia mengutip doa pujian Hana (lih. 1 Sam 2:1-10). Hal ini menunjukkan bahwa memang kitab-kitab Perjanjian Lama (termasuk kitab-kitab Deuterokanonika), telah sering dibacakan di tengah umat Yahudi, dan Bunda Maria termasuk dalam bilangan mereka yang mendengarkan, merenungkan dan meresapkan sabda Allah itu sehingga ayat-ayat tersebut juga menjadi doa-doa pujiannya kepada Allah.
Silakan klik di link ini, untuk selanjutnya melihat bagaimana ayat-ayat dalam kitab-kitab Deuterokanonika dikutip kembali atau intinya disampaikan kembali dalam kitab Perjanjian Baru. Hal ini menunjukkan bahwa kitab-kitab Deuterokanonika sudah ada dan menjadi kesatuan yang tak terpisahkan dengan kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain, dan bukan baru ditambahkan kemudian.
Silakan untuk selanjutnya membaca artikel-artikel tentang kitab-kitab Deuterokanonika di situs ini. Silakan menggunakan fasilitas pencarian di sisi kanan homepage untuk menemukan artikel-artikel tersebut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
thx buat tim katolisitas, saya juga punya pertanyaan yg ini tapi sudah di wakili oleh sdr. Paulus…
Salam untuk teman-teman pengelola katolisitas,
Dalam lingkaran harian ibadat pagi ada satu pasal tetap yaitu Kidung Zakaria yang diambil dari Lukas pertama ayat 68-79. Selama ini kami hanya membaca berulang tanpa mengerti mengapa pasal tersebut dicantumkan sebagai bagian tetap dalam ibadat pagi. Apakah teman-teman katolisitas bisa membantu menjelaskan makna dan latar belakang dicantumkannya pasal tersebut ?
Terima kasih sebelumnya atas bantuannya.
[Dari Katolisitas: Silakan membaca ulasan singkat di atas, silakan klik]
Comments are closed.