Sharing Penghayatan Kerahiman Ilahi Dalam Keluarga oleh Pst Felix Supranto, SS.CC
1. Ayat Kitab Suci
Ketika suami kasar yang membuat hati istri dan anak-anak terluka, istri bisa mendoakan Firman Tuhan dari Amsal 25:15 : “Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang”.
2. Maksud Ayat Tersebut
Maksud Amsal 25:15 adalah kelemahlembutan merupakan sifat yang luar biasa menarik hati dan mengandung kekuatan. Orang yang lemah lembut mempuyai kekuatan karena memiliki sifat dari Allah. Salah satu sifat Allah adalah lemah lembut. Allah sangat menghargai kelemahlembutan kita karena sifat-Nya sendiri terwujudnyatakan: “tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” (1 Petrus 3:4). Allah yang mahakuasa ini memperlihatkan kelemahlembutan-Nya secara sempurna dalam diri Tuhan Yesus. Tuhan Yesus juga meminta kita belajar kelemahlembutan dari diri-Nya: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Matius 11:29-30). Hati-Nya penuh dengan kelemahlembutan dan kesabaran dalam menghadapi kekurangan dan kelemahan para murid-Nya ketika mereka berambisi atas kekuasaan dalam mengikuti-Nya. Kelemahlembutan-Nya telah memenangkan banyak jiwa.
Seruan Tuhan Yesus “untuk belajar kelemahlembutan dari-Nya” menjadi penghiburan yang menyegarkan bagi para istri yang mungkin tertekan dengan kekasaran suaminya. Banyak istri terhina dan terluka karena perkataan kasar yang keluar dari mulut suaminya seperti “bodoh, goblok, tolol, dan nama-nama penghuni kebun binatang”. Janganlah kekasaran suami dibalas dengan kekasaran karena situasi akan semakin menjadi lebih runyam. Ungkapan kekasaran suami dan istri itu sangat tidak baik bagi jiwa dan perilaku anak-anak. Anak-anak merasa tidak nyaman di rumahnya sendiri. Lebih bahaya lagi, anak-anak tanpa sadar akan terbiasa dengan kata-kata kasar dalam kehidupannya sehari-hari. Sebaliknya, para istri hendaknya menjadikan kekasaran suami sebagai sebuah kesempatan untuk mengejar kelemahlembutan: “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan” (1 Timotius 6:11). Mengejar kelemahlembutan berarti istri menjadikan kekasaran suami sebagai sebuah kesempatan untuk belajar menjadi semakin lembut. Di balik kelembutan terdapat kekuatan baja. Besi tidak mampu menembus batu besar di sungai, tetapi air yang mengalir pelan-pelan pasti akan mampu menerobos batu yang kuat. Suara lembut dan halus dari istri pelan, namun pasti, akan mampu meredam gejolak emosi dari suami.
Bagaimana caranya istrinya mempertunjukkan kelemahlembutan terhadap suami yang kasar? Caranya adalah penuh pengertian dan hikmat: “Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan” (Yakobus 3:13). Istrinya berusaha memahami mengapa suaminya bersikap kasar. Suaminya bersikap kasar karena mungkin sedang mempunyai beban berat yang tidak dapat ia ungkapkan. Suami tidak mau mengungkapkan persoalannya kepada istrinya karena istri mungkin tanpa sadar sering menganggap enteng permasalahannya itu: “Ah soal itu gampang, kamu kan laki-laki, jangan cengeng”. Pelampiasan suaminya pun berbentuk kekasaran. Kalau penyebab kekasaran suami adalah sikap istri, istri hendaknya dengan rendah hati membisikkan kata-kata “maaf” dengan lembut di telinga suaminya: “Mas, maaf aku telah melukaimu”. Kelembutan istri pasti menghapus luka suami dan dirinya. Kelembutan istri menentramkan segala gundah dan gelisah suaminya dan dirinya sendiri. Suami pasti akhirnya akan membenamkan diri kembali ke dalam jiwa istrinya.
3. Doa
Doa Mohon Kelembutan, Ketika Suami Kasar
“Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang” (Amsal 25:15)
Allah Bapa Yang Mahabaik,
hatiku terluka,
diriku terhina,
karena sifat suamiku yang kasar.
Hati ini rasanya tidak tahan menghadapinya,
mau rasanya meninggalkanya.
Tetapi, itu pasti tidak akan menyelesaikan persoalan.
Bapa,
Beri aku kelembutan hati senantiasa.
Di balik kelembutan terdapat kekuatan baja.
Kelembutan itu seperti air tenang yang mampu melunakkan hati yang keras.
Kelembutan itu seperti angin sepoi-sepoi yang mampu menidurkan singa yang buas.
Kelembutanku pasti mampu menyembuhkan luka suamiku.
Kelembutanku akan menetramkan gundah dan gelisahnya.
Semuanya terjadi karena kelemahlembutan berbuah pengertian dan hikmat.
Kegelapan pun menjadi terang.
Yang tersirat menjadi terbaca.
Cinta dan kasih sayang yang melimpah kembali terlahirkan.
Senyuman menjadi hiasan indah dalam keluarga.
Amin.