Refleksi kerahiman Allah oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

“Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (2 Korintus 9:8).

Memperhatikan orang miskin merupakan niat Paus Fransiskus karena perhatian terhadap orang miskin merupakan perwujudan dari wajah kerahiman Allah. Allah menyatakan diri-Nya sebagai tempat perlindungan, pertolongan, dan pemelihara mereka: “Engkau memang melihatnya, sebab Engkaulah yang melihat kesusahan dan sakit hati, supaya Engkau mengambilnya ke dalam tangan-Mu sendiri. KepadaMulah orang lemah menyerahkan diri; untuk anak yatim Engkau menjadi penolong” (Mazmur 10:14). Kita adalah saluran dari perlindungan, pertolongan, dan pemeliharaan Allah kepada orang-orang miskin itu.

Tuhan Yesus menjadi teladan yang sempurna bagaimana menjadi saluran kerahiman Allah. Tuhan Yesus tidak menjauhi orang-orang miskin, tetapi bersahabat dengan mereka. Bersahabat dengan orang miskin berarti memperhatikan mereka. Sebagian besar pelayanan Tuhan Yesus adalah untuk orang miskin dan kurang beruntung, seperti mereka yang tertindas, orang sakit, orang kusta, dan para janda.

Tuhan Yesus juga meminta kepada para rasul-Nya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Dalam tugas penginjilannya, Paulus dan Barnabas tetap harus mengingat orang-orang miskin: “hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya” (Galatia 2:10). Mengingat orang miskin bukan sekedar mengenang mereka dalam doa, tetapi juga benar-benar membantu apa yang mereka butuhkan. Sambil memberitakan Injil, Paulus dan Barnabas mengumpulkan bantuan untuk saudara-saudari yang kelaparan di Yerusalem.

Kita sebagai orang Kristiani, seharusnya juga melakukan hal yang sama, terlebih pada saat kehidupan sangat sulit seperti sekarang ini. Sekarang ini banyak orang terkena PHK. Banyak orang yang bekerja saja sulit memenuhi kebutuhan dasar dalam hidupnya, apalagi dengan tidak bekerja, pasti mereka menderita. Kita harus menjadi saluran berkat Tuhan bagi sesama yang sekarang mengalami kesulitan hidup. Tuhan telah memberkati kita dengan banyak hal, bukan untuk membuat kita tinggi hati, tetapi untuk membagikannya kepada sesama: “Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (2 Korintus 9:8).

Bantuan kepada orang-orang dalam kesukaran haruslah nyata. Mendoakan mereka itu wajib dan penting, tetapi doa harus diwujudkan dalam tindakan nyata sehingga doa kita menjadi sempurna. Banyak orang sering terjebak dengan memilih mendoakan saja mereka karena mendoakan mereka itu tindakan yang mudah dan gratis, sedangkan berdoa dan memberikan sesuatu itu berarti mengurangi miliknya. Bantuan kepada mereka juga bukan sekedar uang. Ketika kita tidak bisa membantu mereka dalam bentuk uang, kita dapat mendengarkan keluhan/cerita mereka dengan sabar dan memperlakukan mereka dengan hormat. Kita memperlakukan mereka dengan hormat dengan cara mau menyapa mereka sebagai sahabat dan tidak memandang nista mereka. Ketika kita tidak dapat memberikan pekerjaan kepada mereka yang terkena PHK, kita bisa mencarikan informasi tentang lowongan pekerjaan. Perhatian kita kepada mereka mungkin tidak berpengaruh besar kepada kita, tapi itu bisa memberi kelegaan dan sukacita besar bagi mereka yang tengah terdesak.

Ketika kita memperhatikan orang miskin, Tuhan memberkati kita: “Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! TUHAN akan meluputkan dia pada waktu celaka” (Mazmur 41:2). Tuhan memberkati kita karena kita telah memuliakanNya dengan menolong mereka: “Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia” (Amsal 14:31). Karena itu, perhatian terhadap orang-orang miskin merupakan salah satu tuntutan bagi kita untuk dapat masuk kerajaan-Nya. Tuhan Yesus mengindentifikasikan diri-Nya dengan orang yang sakit, orang yang lapar, dahaga, tunawisma, dan telanjang.

Kesimpulan dari refleksi tentang Kerahiman Allah terangkai dalam sebuah doa berikut ini:

Tuhan,

Begitu banyak orang miskin di sekitarku.

Makan saja, mereka tidak mampu,

apalagi rumah dan pakaian yang layak.

Mereka terutama kelaparan cinta,

karena dihina dan dipandang nista

Tuhan,

Semoga aku dapat menolong mereka,

mungkin bukan dengan uang,

tetapi dengan menyapa mereka.

Sapaan sederhana pasti memuliakan harkat martabatnya.

Amin