Pertanyaan:
Saya juga ingat waktu SMP mendapat pelajaran sejarah bagaiman Martin Luther menentang gereja Katholik karena tidak sesuai dengan Firman Allah mengenai surat penghapusan dosa. Apakah Tuhan akan mengatakan demikian,”Kamu boleh melanggar Firman Allah karena kamu Katholik?” Saya rasa tidak. Firman Allah di atas segala aliran gereja.
Salam – Samuel.
Jawaban:
Shalom Samuel,
Berikut ini adalah jawaban dari saya untuk point E.
Tuhan memang tidak pernah dan tidak akan pernah mengatakan bahwa kamu boleh melanggar Firman Allah karena kamu Katolik. Bahkan bukanlah Gereja Katolik, kalau ajaran dan doktrin Gereja Katolik bertentangan dengan Kitab Suci. Kitab Suci, seperti yang saya coba jelaskan adalah satu dari tiga pilar kebenaran Gereja, yang terdiri dari: Alkitab, Tradisi Suci, dan Magisterium Gereja. Dan ketiga hal tersebut tidaklah bertentangan, bahkan saling melengkapi, dimana yang satu tidak akan lengkap tanpa yang lain.
Mari sekarang kita melihat kasus penyelewengan tentang surat penghapusan dosa.
Saya pernah menjawab tentang apa yang dipertentangkan oleh Martin Luther tentang indulgensi di sini (silakan klik), dimana saya menjawabnya sebagai berikut:
I. Apakah indulgensi (penghapusan siksa dosa).
- Pertama-tama saya akan memberikan arti apa sebenarnya arti indulgensi. Hal ini disebutkan di dalam Katekismus Gereja Katolik 1471 “Ajaran mengenai indulgensi [penghapusan siksa dosa] dan penggunaannya di dalam Gereja terkait erat sekali dengan daya guna Sakramen Pengampunan. Indulgensi adalah penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni. Warga beriman Kristen yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif.”
- Untuk mengenai pernyataan di atas, kita harus mengetahui akan akibat ganda dari dosa, yaitu: 1) dosa berat membawa kita kepada siksa dosa abadi di neraka, 2) dosa ringan membawa kita kepada siksa dosa sementara. Silakan membaca Sakramen Pengampunan Dosa (bagian 1, 2, 3, 4) . Setelah dibaptis, seorang Katolik dapat mengakukan dosanya dan terlepas dari siksa dosa abadi di neraka, namun siksa dosa sementara tinggal yang pada akhirnya akan membawa pendosa kepada api penyucian (topik ini akan ditulis tersendiri di kemudian hari).
- Kenapa Gereja mempunyai otoritas untuk mengampuni dosa? Karena otoritas ini diberikan oleh Kristus sendiri yang mengatakannya kepada Petrus “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat 16:19). Dan kepada para rasul, Ia memberikan kuasa untuk mengampuni dosa, dan apa yang terikat di dunia akan terikat di surga, dan yang dilepaskan di dunia akan terlepas juga di surga (lih Mat 18:18). Dan Yesus yang mengunjungi para rasul, setelah kebangkitan-Nya, memberikan kuasa kepada mereka untuk mengampuni dosa (lih. Yoh 20:23).
- Dengan indulgensi, maka Gereja memberikan suatu tanda kasih kepada umat-Nya, yaitu suatu “spiritual goods”, agar umatnya dapat terlepas dari siksa dosa sementara. Ini sama saja kalau di dalam keluarga, kalau orang tua mempunyai kekayaan duniawi, maka mereka akan berusaha membagikannya kepada anak-anaknya. Dalam hal ini, Gereja mempunyai kekayaan rohani, yang dititipkan sendiri oleh Kristus. Yang menjadi masalah adalah kalau Gereja tidak mendapatkan mandat dari Kristus, namun memberikan indulgensi. Namun dalam kenyataannya, Kristus sendiri yang memberikan mandat kepada Gereja. Dan setia kepada mandat ini, Gereja memberikan indulgensi kepada umatnya.
- Saya harap sampai tahap ini, Samuel setuju bahwa Gereja diberi kuasa oleh Yesus untuk memberikan indulgensi. Dan Martin Luther sendiri tidak terlalu menentang doktrin ini, yang paling ditentangnya adalah praktek dari indulgensi di masa itu.
II. Bagaimana seseorang mendapatkan indulgensi dan penerapannya di abad pertengahan:
- Sekarang mari kita melihat, bagaimana sebetulnya seseorang mendapatkan indulgesi. Tidak pernah Gereja mengajarkan bahwa indulgensi dapat diperoleh dengan uang. Gereja senantiasa mengajarkan bahwa indulgensi tidak dapat dibeli. Gereja mengajarkan bahwa seseorang mendapatkan indulgensi dengan: 1) perbuatan kasih, 2) perbuatan baik: doa, berpuasa, dan memberikan sedekah. dan semuanya harus dilakukan dengan disposisi hati yang benar. Memberikan uang tidak dapat membeli indulgensi, memberi uang dengan dasar kasih membuat seseorang mendapatkan indulgensi. Kita melihat contoh bagaimana Yesus sendiri memuji persembahan janda miskin (Mk 12:41-44; Lk 21:1-4). Yesus memujinya bukan karena janda miskin memberikan uang, namun karena disposisi hatinya. Sebaliknya Gereja juga tidak memberikan indulgensi kalau seseorang memberikan uang, namun sebagai ungkapan kasih. Semuanya tergantung dari disposisi hati. Kalau diperhatikan, semua indulgensi selalu mencantumkan “disposisi hati yang benar“.
- Mari kita lihat prakteknya di abad pertengahan, yang pada waktu itu Gereja sedang membangun Gereja St. Petrus. Memang ada penyalahgunaan penerapan indulgensi dalam prakteknya, namun ini tidak menghapus akan kebenaran bahwa Gereja mempunyai kuasa untuk memberikan indulgensi.
- Paus Leo X (1513-1521), memberikan indulgensi kepada orang-orang yang memberikan sumbangan untuk pembangunan Gereja St. Petrus, namun bukan karena mereka memberi uang, tetapi karena sebagai ungkapan perbuatan baik. Dan bukan itu saja, yang ingin mendapatkan indulgensi harus memenuhi kondisi yang disebutkan diatas, seperti: doa, berpuasa, dan sedekah, yang semuanya harus dilakukan dengan disposisi hati yang benar.
- Dan kemudian beberapa konsili, the Councils of Fourth Lateran [1215], Lyons [1245 and 1274] and Vienne [1311-1312], The Council of Trent [1545-1563] melarang dan mengecam akan praktek-praktek indulgensi yang menyalahi ajaran Gereja.
- Jadi memang ada yang melakukan penyelewengan dalam praktek memberikan indulgensi, namun adalah tidak benar dengan menyalahkan seluruh Gereja Katolik, dan juga ajaran Gereja Katolik tentang hal ini, yang sebenarnya bersumber kepada Alkitab. Ini sama saja dengan menyalahkan negara Indonesia karena beberapa warga negara Indonesia membuat kesalahan, walaupun kesalahan itu juga tidak sesuai dengan undang-undang negara Indonesia.
Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan kepada Samuel tentang doktrin indulgensi. Gereja Katolik, oleh kuasa yang diberikan oleh Kristus, memberikan indulgensi, agar umat-Nya dapat bertumbuh di dalam kekudusan dan dapat mencapai kebahagiaan abadi di surga. Semoga keterangan di atas dapat menjawab keberatan Samuel.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org
Maaf ya disini saya mau kasih tahu,sebenarnya ajaran katholik adalah sisa2 dr kekaisaan romawi
[Dari Katolisitas: Apakah sumber yang menjadi dasar Anda mengatakan demikian? Ajaran Gereja Katolik bersumber dari ajaran para Rasul, dan ini ada dasarnya dari tulisan-tulisan para Bapa Gereja sejak awal (abad 1) yang sudah ada beratus tahun sebelum Gereja Katolik diterima oleh kekaisaran Romawi di abad ke 4]
dan kekaisaran romawi itu terkenal keji kalau memang bangsa romawi menerima pengajaan firman Tuhan harusnya dari zaman rasul petrus masuk ke roma
[Dari Katolisitas: Ya, memang Rasul Petrus mengunjungi Roma, yang dianggap sebagai pusat dunia pada saat itu, yaitu pada abad pertama (42-49). Tentang hal ini, sudah pernah diulas di artikel ini, silakan klik]
apa yg petrus ajarkan bisa diterima dan ini malah sebaliknya petrus ke roma tapi apa yg dia dapat bukanlah baik petrus mati dibunuh oleh kaisar nero diroma dengan disalibkan terbalik setelah itulah semuanya bahkan kebenaran alkitab sudah tidak suci lagi,
[Dari Katolisitas: Justru kemartiran Rasul Petrus menunjukkan bahwa ia mempertahankan imannya akan Kristus sampai titik darah penghabisan. Hal ini menjadi teladan iman bagi Gereja, yang sejak awal memang telah dianiaya oleh pihak penguasa (bangsa Romawi). Di abad-abad tersebut, terdapat banyak anggota Gereja Katolik yang menjadi martir yang menyerahkan nyawanya demi mempertahankan iman mereka. Sampai awal abad ke-4, semua Paus dibunuh sebagai martir. Ini justru menunjukkan kemurnian ajaran iman yang diajarkan oleh Gereja Katolik, dan bukan sebaliknya.]
martin luther adalah pencetus kebenaran dari firman Allah sesuai dengan ajaran alkitab kembali disebarkan ke seluruh umat manusia supaya kia ditebus oleh Allah dengan melalui kematian Yesus,
[Dari Katolisitas: Hal bahwa manusia ditebus oleh Allah melalui kematian Kristus, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga, itu juga diajarkan oleh Gereja Katolik. Luther tidak mengajarkan sesuatu yang baru dalam hal ini, sebab itu sudah tertulis dalam Kitab Suci, dan telah juga diajarkan sepanjang sejarah oleh Gereja Katolik sampai sekarang]
ingatlah kalau mau selamat lakukanlah seperti apa yang alkitab bilang karena isi dalam alkitab tidak boleh ada tambahan atau pengurangan,jalan keselamatan hanya ada dalam Yesus krn sudah nubuat dalam alkitab dan Yesus mengatakan akulah jalan kebenaran dan hidup, tidak ada yang sampai kepada Allah Bapaku kecuali melalui aku,syalom
[Dari Katolisitas: Gereja Katolik mengajarkan keseluruhan ajaran Kristus tentang keselamatan. Maka tidak hanya ayat Yoh 14:6 tentang Yesus sebagai jalan, kebenaran dan hidup, namun juga perlunya pertobatan, baptisan, kekudusan, melaksanakan semua perintah-perintah-Nya sebagaimana yang diajarkan oleh Gereja-Nya, itu diperlukan agar manusia dapat sampai kepada keselamatan kekal]
yth sdr Stef / sdri Inggrid
apa benar martin luther memisahkan diri dari gereja katolik karna masalah “penghapusan dosa”. dan bagaimana dengan calvin dan lainnya? tapi kenapa pengikutnya (protestan) yg sekarang mempermasalahkan soal Bunda Maria, tata cara Liturgi dll. tolong jawabannya ya..
maaf, saya orang awam. tapi saya sangat berterimah kasih dengan adanya situs Katolisitas ini, karena sangat membantu keyakinan saya terhadap Katolik.
Shalom Tasjim,
Terima kasih atas pertanyaannya. Martin Luther bukan memisahkan diri dari Gereja Katolik karena masalah indulgensi. Akar dari permasalahan adalah penolakannya terhadap otoritas Paus. Dengan menolak otoritas, maka dia sendiri pada akhirnya menempatkan diri sebagai otoritas tertinggi dari doktrin-doktrin yang dipercayainya. Dan hal ini dapat dilihat dari pertentangannya dengan John Calvin tentang topik Ekaristi dan hal-hal lain. Dengan menjadikan Alkitab sebagai satu-satunya sumber kebenaran yang dapat diinterpretasikan secara pribadi, maka tidak mungkin terjadi persamaan doktrin dari satu generasi ke generasi yang lain. Dan dengan kondisi seperti ini selama berabad-abad, maka apa yang dianggap benar pada masa Martin Luther dapat saja dianggap salah pada pengikut Martin Luther pada zaman ini. Kita dapat melihat pada beberapa doktrin seperti: Ekaristi, Pengakuan Dosa, Keperawanan Maria, dll. Untuk dapat mempunyai doktrin yang utuh, maka tiga pilar kebenaran harus senantiasa dipegang, yaitu: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Semoga jawaban ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
shalom pak Stef…
Terima kasih atas jawabannya. Walau singkat, sudah cukup untuk meneguhkan akan iman Katolik saya. Ajaran yg tetap sama di setiap Gereja Katolik dimanapun berada. Tuhan Yesus selalu memberi rahmatNya kepada kita. Amin.
Makasih Stef,
semoga saya lebih mengerti lagi dari perbedaan2 ini.
Comments are closed.