[Hari Raya St. Perawan Maria diangkat ke Surga: Why 11:19a,12:1-6,10; Mzm 45:10-12,16; 1Kor 15:20-26; Luk 1:39-56]

Di layar TV terpampang gambar seorang gadis kecil yang bertutur, “Ibuku … membuat kincir di bawah air bertenaga bulan…, ibuku membuat kereta api yang bersahabat dengan lingkungan…, ibuku bekerja di XX [nama perusahaan yang di-iklankan].” Ini adalah potret sederhana tentang kebanggaan seorang anak terhadap apa yang telah dicapai oleh ibunya. Ia bangga dan gembira, karena ibunya telah berhasil melaksanakan tugas yang besar di suatu perusahaan yang besar pula. Aku bertanya kepada diriku sendiri, apakah aku- pun mempunyai perasaan semacam itu… Bunda Maria, ibuku, telah diangkat ke Surga! Ia yang telah diberikan Kristus untuk menjadi ibuku, telah melakukan tugasnya yang begitu besar yang dipercayakan Allah kepadanya, dan Allah memberikan penghargaan kepadanya dengan mengangkatnya ke tempat yang termulia.  “Alleluia, alleluia… Maria diangkat ke Surga… para malaikat bergembira… Alleluia, alleluia!” demikianlah seruan Bait Pengantar Injil hari Minggu ini. Sungguhkah kita, seperti para malaikat itu, turut bergembira merayakannya pada hari ini?

Bacaan pertama dan kedua Minggu ini menyampaikan sejumlah ayat Kitab Suci yang mendasari ajaran Gereja Katolik bahwa Bunda Maria diangkat ke Surga. Pertama, sebab dalam Kitab Wahyu, Bunda Maria digambarkan sebagai Tabut Perjanjian di bait suci Allah di Surga; sebagai seorang perempuan berselubungkan matahari; yang kemudian melahirkan seorang Anak laki-laki yang menggembalakan semua bangsa. Jika Anak laki-laki ini adalah gambaran Kristus, maka sang perempuan yang melahirkan-Nya adalah Bunda Maria. Kedua, Rasul Paulus mengajarkan bahwa kita yang percaya, setelah kita meninggal akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus, tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya. Jika Kristus adalah yang sulung dari orang-orang yang meninggal, maka urutan kedua tentu adalah ibu-Nya, Maria. Sebab Maria adalah anggota Gereja yang pertama, yang hidup mendengarkan dan melaksanakan firman Tuhan dengan sempurna, sehingga rencana Tuhan dapat terlaksana. Oleh ketaatan dan persetujuan Maria-lah, Allah dapat mengutus Kristus Putera-Nya ke dunia.

Maka tak mengerankan jika sejak awal, Gereja telah menghormati Bunda Maria, dan meyakini bahwa ia telah berada di Surga. Di sana, ia turut mendukung pengantaraan Kristus dengan doa-doa syafaatnya. Teks papyrus Mesir di tahun 250-an menjadi saksi bahwa Gereja sejak awal telah memohon dukungan doa Bunda Maria, “Di bawah belas kasihmu kami berlindung, O Bunda Tuhan. Jangan menolak permohonan kami dalam kesesakan, tetapi bebaskanlah kami dari mara bahaya, engkaulah yang suci dan terberkati…” Walau teks ini tidak secara literal mengatakan bahwa Maria diangkat ke Surga, namun yang tertulis di sana mencerminkan iman Gereja akan persatuan yang erat antara dia dengan Kristus di Surga, sehingga Gereja memohon perlindungannya, seperti permintaan seorang anak kepada ibunya. Maka sebenarnya, apa yang dinyatakan Paus Pius XII di tanggal 1 November 1950, bukanlah ajaran baru, sebab Gereja telah sejak dulu meyakininya. Paus hanya merumuskannya, untuk menegaskan iman Gereja tentang bagaimana Bunda Maria bisa berada di Surga: “…dengan otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan Paulus yang terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikannya sebagai dogma yang diwahyukan Allah: bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi” (Munificentissimus Deus, 44).

Jika kita, seperti Rasul Yohanes, melaksanakan kehendak Tuhan Yesus agar menerima Bunda Maria sebagai Bunda kita juga, pantaslah kita turut bergembira merayakan peristiwa pengangkatannya ke Surga. Sebab bukankah kalau ibu kita menerima penghargaan, kitapun pantas bersukacita? Bukankah Rasul Paulus berkata, “ … jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita…”? (1Kor 12:26) Sebagai anggota Tubuh Kristus, mari kita bersukacita, karena Tuhan telah berkenan melakukan perbuatan- perbuatan besar kepada Bunda Maria, Bunda kita! Sebab Tuhan telah menggenapi dalam diri Bunda Maria, janji keselamatan kekal yang dijanjikan-Nya kepada semua orang yang mengimani Dia. Bukankah penggenapan janji Tuhan dalam diri Bunda Maria merupakan sesuatu yang kita nantikan agar terjadi pada diri kita juga? Maka peristiwa Bunda Maria diangkat ke Surga adalah peringatan pengharapan kita akan keselamatan dan kebangkitan badan kita di akhir zaman. Yaitu, jika kita hidup setia dan taat kepada Allah sampai akhir -seperti halnya Bunda Maria- kitapun akan mengalami apa yang dijanjikan Allah itu. Jiwa dan tubuh kita akan diangkat ke Surga, untuk bersatu dengan Tuhan dalam kemuliaan surgawi. Allah akan “mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia… “ (Flp 3:21). Maka, dogma Maria diangkat ke Surga, tubuh dan jiwanya, bukan semata-mata ajaran untuk menghormati Maria, tetapi untuk meneguhkan pengharapan iman kita. Bukankah ini adalah kabar gembira?

6 COMMENTS

  1. Shalom, selamat hari minggu .
    Terimakasih utk smua tanggapan2 katolisitas trhdp pertanyaan-prtanyaan sy. ;)
    Maaf, kembali sy ingin brtanya (hehehe… maklumlah, sy lgi giat2nya mmperdalam Iman Katolik sy. :) )
    Kita percya bahwa slh satu sifat Tuhan adalah Omnipresent (Maha Hadir) dmna Tuhan dpt hdir dmna sja bhkn dlm dwilokasi skaligus. Oleh krna itu dimanapun dan brapa bnyak pun manusia yg berdoa kpd Nya, kita percya Tuhan hadir disana. Pertanyaan sya , apakah konsep Omnipresent sprti ini jg brlaku bgi Bunda Maria ( Kita prcya beliau bkn Tuhan ) ? Sebab bgtu byk mnusia yg stiap waktu mmohon bantuan beliau dlm doa ( jujur , sya sring membatin bgini, “Yg Omnipresent itu Tuhan, lalu sya dan mungkin bgtu byk org di luar sna jga brdoa kpd Bunda Maria, apakah beliau mndenger? beliau kn cma stu. Klo dibilang beliau bsa mndengar smua doa itu, brarti beliau sma dong dgn Tuhan ?” :D )

    Tolong penjelasannya, sya btul2 bingung…..
    Thank You

    [Dari Katolisitas: Anda benar, yang Maha Hadir dan Mahakuasa itu adalah Tuhan. Nah, dalam ke mahakuasaan-Nya, Tuhan dapat mengizinkan para orang kudus-Nya untuk mendengar doa-doa umat-Nya yang masih berziarah di dunia ini, yang meminta dukungan doa dari para orang kudus-Nya itu. Dalam Luk 16:19-30 Yesus memberikan contoh bahwa seorang kaya memohon kepada Abraham untuk memberitahukan kepada saudara- saudaranya agar bertobat. Dan Abraham mendengarkan permohonan orang itu. Demikianlah, hanya atas seizin Allah, para orang kudus di Surga dapat mendengar permohonan sesama anggota Gereja yang memohon dukungan doa mereka. Namun mereka (para orang kudus) itu tidak Mahahadir, Mahatahu dan Mahakuasa seperti Allah.]

  2. Maria lagi maria lagi yang dominan, maria punya pengaruh yang mempengaruhi keputusan Allah

    [dari katolisitas: Tidak ada yang membuat Maria dominan. Kami tahu bahwa Maria adalah ciptaan dan Allah adalah pencipta. Apakah Anda mempunyai masalah dengan hal ini?]

  3. Shalom tim katolisitas, ada satu pertanyaan yang mengganggu saya sehubungan dengan bunda Maria. Bisakah Tuhan menciptakan makhluk atau manusia lain yang lebih sempurna dari bunda Maria? terima kasih..

    • Shalom Kefas,

      Sebenarnya pertanyaan ini menjadi tidak relevan lagi, karena memang nyatanya Tuhan telah memilih Bunda Maria sebagai Bunda Allah. Kenyataan ini memberikan kesadaran kepada kita bahwa Allah telah mempersiapkan Bunda Maria sedemikian rupa – termasuk dengan memberinya rahmat tanpa noda asal – sehingga dia dapat mengemban tugas menjadi Bunda Allah dengan baik. Di dalam Allah tidak ada fungsi “IF”, karena segala sesuatunya terhampar di hadapan-Nya secara jelas. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  4. Salam Damai Tim Katolisitas :)

    Gereja Ortodox mengenal peristiwa Dormition of Theotokos. Perisitwa ini juga jatuh pada tanggal 15 Agustus dan dirayakan pada hari Minggu kedua bulan Agustus seperti halnya GK (CMIIW :D). Bagaimana pendapat GK mengenai ajaran Gereja Orthodox tersebut?

    Mereka menyatakan bahwa Maria telah meninggal (mereka menyebutnya tidur/dormition) dan telah dikuburkan di Lembah Kidron, di bawah Bukit Zaitun, dan disana mereka mendirikan Church of Sepulchre of Saint Mary.

    Hal ini menarik untuk saya, karena Gereja Orthodox adalah salah satu gereja tertua dan terawal bersama dengan denominasi Katolik Roma, dan juga seperti halnya GK, mereka memberikan tempat dan kedudukan dalam gereja yang lebih besar ketimbang denominasi lainnya yang baru muncul setelah abad ke-16.

    Terima Kasih. Ciao :)

    [Dari Katolisitas: pesan digabungkan karena masih dari pembaca yang sama dan topik yang sama]

    Oh dan juga, mereka menyatakan bahwa setelah 3 hari tertidur, Maria bangkit dari alam maut seperti Yesus, kemudian mengalami peristiwa Assumption seperti yang kita kenal dalam GK.

    Apakah mungkin juga, pihak Gereja Orthodox lebih benar menurut sejarah? Karena sepertinya kisah mereka ‘lebih lengkap’ ketimbang versi GK.

    Maafkan bila saya tampak seperti meragukan dogma Gereja, sebenarnya saya hanya seorang Katolik yang mencoba memperdalam iman saya :) Terima kasih banyak tim katolisitas.. Ciao :)

    • Shalom Rio,

      Gereja Katolik tidak mendefinisikan secara mendetail keadaan akhir Bunda Maria di dunia, apakah ia wafat ataukah ia tertidur, sebelum kemudian diangkat ke Surga. Dalam Dogma tentang Bunda Maria diangkat ke Surga, Paus Pius XII, menyatakannya demikian:

      “…. dengan otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan Paulus yang Terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikannya sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah: bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” (Munificentissimus Deus 44)

      Ajaran ini kemudian diulangi/ ditegaskan kembali dalam Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Gereja,

      “Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal[184], sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di sorga beserta badan dan jiwanya.” (Lumen Gentium 59)

      Nah, maka memang tidak disebutkan di sana, apakah Bunda Maria mengalami kematian, ataukah di akhir hidupnya ia langsung diangkat ke Surga. Namun banyak ahli Kitab suci dan teolog mengatakan bahwa adalah fitting, bahwa Bunda Maria juga mengalami kematian, seperti Puteranya, Tuhan Yesus, yang juga mengalami kematian sebelum kebangkitan-Nya.

      Perayaan Bunda Maria diangkat ke Surga dirayakan oleh Gereja sejak sekitar abad ke-6, dirayakan pada tanggal 15 Agustus, di gereja St. Maria Maggiore di Roma. Nampaknya baik Gereja Katolik maupun Orthodoks sama-sama mengacu kepada Tradisi yang sama dari para Bapa Gereja di abad-abad awal, yang telah mengajarkan bahwa Bunda Maria diangkat ke Surga, walaupun tidak terdapat konsensus yang sama tentang berapa lama setelah kematiannya, ia diangkat ke Surga. Sebab terdapat perbedaan tentang detail ini dalam tulisan-tulisan para Bapa Gereja. Di kalangan jemaat Orthodoks sendiri terdapat tradisi yang tidak sama tentang hal ini. Gereja Yunani (Greek Church) merayakannya tanggal 23 Agustus, sedangkan di biara-biara Mount Athos, merayakannya di tanggal 29 Agustus. Gereja Katolik merayakan Bunda Maria diangkat ke Surga tanggal 15 Agustus; dan ini merupakan perayaan yang wajib. Karena pada tahun ini tanggal 15 Agustus itu tidak jatuh pada hari Minggu, maka KWI memutuskan untuk menggeser perayaannya ke hari Minggu sebelumnya yaitu tanggal 10 Agustus.

      Selanjutnya tentang topik Bunda Maria diangkat ke Surga, silakan membaca di link ini, silakan klik; dan klik di sini.

      Silakan melihat di sana, bahwa bukan soal mana Tradisi mana yang lebih lengkap. Sebab tulisan-tulisan tentang hal Maria diangkat ke Surga ini memang cukup banyak, dan dapat dibaca juga di internet. Itu adalah tulisan-tulisan penulis Kristen di abad-abad awal, sebagian memang dari Gereja Timur (Orthodoks-Yunani), sebagian yang lain dari Gereja Barat/Latin. Namun justru karena adanya perbedaan detail itu, Gereja Katolik sampai pada saat ini tidak memutuskan perumusan yang lebih mendetail tentang bagaimana keadaan diangkatnya Bunda Maria ke Surga, namun hanya memfokuskan kepada fakta yang menjadi intinya, yaitu bahwa Bunda Maria, setelah menyelesaikan hidupnya di dunia, diangkat ke Surga.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

Comments are closed.