Pertanyaan:

Saya bingung menafsirkan ayat-ayat ini: “Allah adalah kasih” dan “Firman itu adalah Allah”. Karena yang saya tau Allah adalah Roh
2Kor 3:17 Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.

1Yoh 4:8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
1Yoh 4:16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Douay Rheims
1John 4:8 He that loveth not knoweth not God: for God is charity.
1John 4:16 And we have known and have believed the charity which God hath to us. God is charity: and he that abideth in charity abideth in God, and God in him.
New American Bible
1John 4:8 Whoever is without love does not know God, for God is love.
1John 4:16 We have come to know and to believe in the love God has for us. God is love, and whoever remains in love remains in God and God in him.

Apa maksudnya Allah adalah kasih? Apakah St Yohanes mau mengatakan bahwa Allah adalah sumber kasih atau penuh kasih? Apakah di mana ada kasih di situ ada Allah? Apakah kasih adalah bagian dari Roh Allah/Roh Kudus? Apakah kasih sama dengan Allah? Ada orang Protestan (Pendeta) berkata bahwa “Allah adalah kasih tetapi kasih bukanlah Allah”. Benarkah kata-kata pendeta tersebut? Karena malah ada pastor paroki saya mengatakan “Kasih itu adalah Allah sendiri”. Siapa yang benar? Siapa yang salah? Pendeta tersebut atau pastor kami?

Yoh 1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Douay Rheims
John 1:1 In the beginning was the Word: and the Word was with God: and the Word was God.
New American Bible
John 1:1 In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God.

Dapet penjelasan dari http://www.usccb.org/nab/bible/john/john1.htm begini:
“The Word (Greek logos): this term combines:
1. God’s dynamic, creative word (Genesis),
2. personified preexistent Wisdom as the instrument of God’s creative activity (Proverbs), and
3. the ultimate intelligibility of reality (Hellenistic philosophy).”

Apakah Yesus Kristus lahir karena Allah berfirman? Waktu Allah sedang diam bagaimana? Apakah Tuhan Yesus Kristus belum lahir karena Dia adalah Firman Allah?

Terakhir pertanyaan saya, mengapa Tuhan menciptakan langit dan bumi? Karena ingin disembah oleh para makhluk ciptaan? Apakah dahulu kala Tuhan sedang kesepian sehingga Dia menciptakan langit dan bumi supaya ramai? Sebelum menciptakan langit dan bumi ini, mungkinkah Tuhan pernah menciptakan langit dan bumi “yang lain” selain kita?

Terima kasih, Andreas

Jawaban:

Shalom Andreas,

Untuk menjawab pertanyaan anda, sebenarnya dibutuhkan pengertian tentang konsep Allah. Tanpa pengertian ini memang kita mudah menjadi bingung. Mari kita menilik kepada pengajaran dari St. Thomas Aquinas, yang menurut saya sangat baik dan sangat membantu. St. Thomas melihat kepada diri manusia (yang lebih mudah dipahami, karena realitasnya sangat nyata bagi kita) untuk menjelaskan tentang Allah. Hakekat (“essence“) manusia adalah mahluk yang terdiri dari kesatuan jiwa spiritual dan tubuh, yang mempunyai akal budi dan kehendak bebas. Hakekat ini sama pada setiap orang, namun jika kita melihat ada lagi yang bersifat spesifik pada tiap-tiap manusia yang membuat setiap orang berbeda-beda, yaitu yang disebut”accidents” misalnya, warna kulit, tinggi dan berat badan, warna rambut, bangsa, bagian-bagian tubuh (kepala, dan anggota badan) dst yang bisa berubah-ubah oleh dimensi waktu. Ini disebabkan karena manusia mempunyai tubuh yang terbatas oleh ruang dan waktu. Nah, hal ini tidak ada pada diri Allah. Allah adalah spiritual Being dan tidak mempunyai tubuh. Ia tidak terbatas oleh ruang dan waktu, dan Ia tidak mempunyai “accidents” yang membuatnya berubah atau terbagi-bagi. Allah itu Satu (Kel 20:2-3; Mal 2:10; Rom 10:12; 1 Kor 8:6; 1 Kor 12:6; Gal 3:20; Ef 4:6) dan tetap selamanya (Rat 5:19; Ibr 7:24; 13:8).

Cara lain, menurut St. Thomas, adalah dengan melihat bahwa manusia adalah mahluk komposit yang mempunyai dua unsur, yaitu jiwa (rohani) dan tubuh (jasmani). Di antara mahluk ciptaan lainnya yang mempunyai unsur jasmani (yaitu tumbuhan dan hewan), maka manusia adalah mahluk yang paling tinggi dan kompleks, tetapi di antara mahluk rohani, yaitu jika dibandingkan dengan malaikat yang tidak mempunyai tubuh jasmani, maka manusia berada di bawah malaikat. Dan kita mengetahui bahwa semakin tinggi derajat kerohaniannya, maka mahluk itu menjadi semakin sederhana, “simple“, tidak terdiri dari bagian-bagian yang kompleks. Dengan kacamata ini kita memahami bahwa Allah, sebagai Roh, adalah suatu Pribadi yang paling sederhana, satu, dan tidak terdiri dari unsur-unsur, seperti pada manusia.

Maka, mari kita kembali kepada manusia, yang mempunyai kompleksitas yang tinggi dengan keaneka-ragaman sifat-sifat dan ‘accidents‘.  Tubuh kita terdiri dari beberapa bagian, dan kita dikatakan ‘mempunyai’ sifat-sifat, dan sifat-sifat itu bukan hakekat kita sebagai manusia. Namun tidak demikian halnya dengan Allah. Allah adalah Maha Sempurna, Sederhana, tidak terdiri dari bagian-bagian, karena Allah adalah satu dan tetap selamanya. Ia ada sebelum segala sesuatu diciptakan, Ia adalah awal dan akhir dari segala sesuatu. Allah adalah Sumber segala sesuatu, dan Kesempurnaan dari segala sesuatu. Apapun yang baik di dunia ini hanyalah contoh sebagian kecil yang menggambarkan sifat Allah. Dan karena tidak ada bagian-bagian dalam Diri Allah, maka hakekat Allah adalah satu dan sama dengan segala sifat-sifat-Nya. Maka kita dapat mengatakan Allah itu Roh, Allah itu Kasih, Allah itu Jalan, Allah itu Kebenaran, Allah itu Kehidupan, Allah itu Kebaikan, Allah itu Keadilan, Allah itu Kekudusan, dst. Tentu pada masing-masing sifat ini, artinya Allah adalah kesempurnaan sifat-sifat itu, sehingga jangan menyamakan kasih yang kita kenal di dunia ini dengan Kasih Allah, karena Kasih Allah jauh melampaui kasih manusia, demikian pula dengan sifat- sifat Tuhan lainnya, yaitu Kebaikan, Keindahan, Kemuliaan, dst, Allah adalah kesempurnaan absolut akan semua sifat-sifat itu. Dan walaupun ada banyak sifat Allah namun, Ia tetap Satu. Walaupun Dia mempunyai Tiga Pribadi (Bapa, Putera dan Roh Kudus), namun Ia tetap Satu (lebih lanjut tentang Trinitas ini, silakan klik disini.) Kesempurnaan Allah justru terlihat dalam kesederhanaan-Nya, di mana semuanya tergabung menjadi satu.

Untuk memahami konsep Allah ini dengan lebih baik, saya menganjurkan anda membaca artikel: Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu Ada?, silakan klik. Maka untuk menjawab pertanyaan anda:

1. Allah adalah Kasih (1 Yoh 4:8)? Atau Allah adalah Roh (2 Kor 3:17)? Atau Firman adalah Allah (Yoh 1:1)?

Jawabnya adalah semua benar, karena semua itu tertulis dalam Kitab Suci, dan dengan pemikiran filosofis yang disampaikan oleh St. Thomas Aquinas, maka kita dapat memahami makna dan kebenaran dari ayat-ayat itu.

Pengertian Allah adalah Roh mungkin sudah cukup jelas, ya, sehingga tidak perlu diuraikan kembali di sini.

Sedangkan untuk Allah adalah kasih, kita melihatnya demikian: Kasih dan kekudusan adalah sifat Allah yang paling penting. Kasihlah yang menjadikan Allah kita bukan Pribadi yang terisolasi sendirian, tetapi yang merupakan “Keluarga Allah” yang terdiri dari Tiga Pribadi, yaitu Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Karena kasih pada hakekatnya adalah “memberi” yang terbaik kepada yang dikasihi.  Kasih yang sempurna dan timbal balik antara Allah Bapa dan Allah Putera ‘menghembuskan’ Roh Kudus, maka sifat Kasih pada Allah sering dihubungkan dengan Roh Kudus, walaupun dengan prinsip Kesatuan Allah, maka baik Bapa maupun Putera, tetaplah Kasih itu juga. Menghubungkan Kasih ini dengan Pribadi Roh Kudus adalah yang disebut sebagai “appropriation” dalam Teologi; seperti halnya menghubungkan Firman, yang adalah Kebijaksanaan Allah kepada Pribadi Kristus Sang Putera Allah. Paus Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa Roh Kudus, “menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (1 Kor 2:10) sebagai “uncreated Love-Gift” ((Pope John Paul II, Encyclical Letter, Dominum et Vivificantem, The Holy Spirit in the Life of the Church, 10))  atau Kasih Karunia yang tidak diciptakan. Maksudnya Kasih Karunia ini (Roh Kudus), seperti halnya dengan Firman Allah (Kristus Putera Allah) telah ada bersama-sama dengan Allah sejak awal mula, dan ketiganya adalah Pribadi Allah yang satu.

Jadi Kasih yang sama dengan Allah itu adalah Kasih yang semacam ini, yaitu Kasih yang sempurna, Kasih yang tidak diciptakan, tetapi yang sudah ada bersama-sama dengan Allah sejak awal mula. Dengan pengertian ini maka kita dapat mengatakan bahwa Allah pada hakekatnya adalah Kasih. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Allah adalah Sumber kasih, dan Allah penuh Kasih, keduanya benar. Allah adalah sumber kasih karena kasih kita di dunia ini adalah partisipasi dari kasih Allah, dan mengambil sumbernya dari Kasih Allah. Allah dikatakan penuh kasih, karena Ia adalah Kesempurnaan Kasih itu sendiri.

Karena Allah itu sederhana/ simple, maka bukan Ia ‘mempunyai’ (seperti manusia mempunyai kasih) tetapi bahwa Kasih yang sempurna itu adalah hakekat Diri-Nya sendiri. Maka untuk menjawab pertanyaan anda apakah Allah itu Kasih dan apakah Kasih itu Allah, kita harus melihat dahulu, apa yang dimaksud di sini dengan kasih oleh orang yang mengatakannya.

a. Allah itu Kasih, itu sudah jelas. Pendeta dan pastor anda setuju akan hal ini.
b. Apakah Kasih itu Allah? Nah perlu didefinisikan dahulu di sini apakah kasih yang dimaksud. Kalau yang dimaksud adalah kasih manusia, maka jawabannya BUKAN. Sebab kasih manusia memang terbatas, dan karena itu bukan Allah. Tetapi kalau Kasih yang dimaksud di sini adalah Kasih yang Sempurna, yang sudah ada sebelum segala abad, dan kasih yang selalu ada bersama- sama dengan Allah dan adalah hakekat dari Allah sendiri, maka jawabnya adalah YA.
Maka kelihatannya di sini pendeta yang anda sebut mengacu pada kasih manusia maka memang benar kasih bukan Tuhan. Sedangkan kelihatannya pastor anda mengacu pada Kasih Allah yang tak terbatas, maka jawabnya bahwa Kasih yang Sempurna itu memang hakekat Allah sendiri.

Sedangkan arti bahwa pada mulanya adalah Firman; Firman itu ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (Yoh 1:1) adalah: bahwa sebelum segala alam semesta diciptakan, Allah itu ada dalam kesatuan dengan Firman-Nya (dan Kasih). Maka ‘kedudukan’ Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus itu sama, karena mereka itu satu. Yang membedakan hanya hubungan ‘asalnya’, yaitu bahwa Firman/ Sang Allah Putera berasal dari Allah Bapa, dan Allah Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putera. Namun karena ke-Tiga Pribadi ini tidak terbatas oleh waktu, maka hubungan asal ini sudah terjadi sejak awal mula bersama-sama dalam kesatuan, tidak ada yang mendahului atau mengawali. Allah adalah alfa dan omega, awal dan akhir, mengatasi waktu dan jaman. [Ini adalah konsep yang cukup sulit kita bayangkan, karena manusia selalu terbatas oleh waktu. Tetapi begitu kita mencoba melepaskan konteks ‘batasan waktu’ ini bagi Allah, maka kita akan dapat membayangkannya, dan sedikit demi sedikit kita akan memahaminya].

2. Nah sekarang untuk menjawab pertanyaan anda: Apakah Tuhan Yesus lahir karena Allah berfirman? Dengan keterbatasan kata ‘lahir’, maka memang kita dapat mengatakan terdapat dua macam ‘nativity‘/ kelahiran Yesus. Yang pertama adalah ‘kelahiran’-Nya sebelum segala abad dari Allah Bapa, dan yang kedua adalah kelahiran-Nya sebagai manusia, melalui Bunda Maria. Mungkin “kelahiran” Yesus sebagai manusia dapat kita pahami, namun “kelahiran”-Nya sebagai Allah Putera ini yang memang harus diberi penjelasan lebih lanjut, karena di sini, “kelahiran-Nya” tidak terbatas oleh waktu, sehingga tidak terbatas oleh urutan ‘sebelum dan sesudah’. Ia berasal dari Bapa, namun Ia ada bersama-sama dengan dengan Bapa, bukan “sesudah” Bapa, seolah-olah sebelum Allah berfirman Yesus belum ada. Pandangan yang menganggap bahwa Allah Bapa ada sebelum Allah Putera, dan demikian Allah Putera tidak setara dengan Allah Bapa adalah heresi Arianisme di abad ke-3. Kita harus mencoba melepaskan konteks waktu pada Allah, pada waktu kita membayangkan tentang Allah. Ini memang suatu misteri, namun jika kita tidak mau melepaskan batasan ini, sebenarnya, kita mencoba menghilangkan misteri yang ada pada Allah, dengan mencoba membatasi Allah dengan kerangka pikir kita sebagai manusia, dan bukannya membuka cakrawala berpikir kita tentang Allah yang tidak terbatas. Maka misteri Allah ini salah satunya adalah: di awal mula dan kekekalan itu, Allah berfirman, dan Firman itu sendiri adalah Allah.

3. Mengenai mengapa Allah menciptakan langit dan bumi, sudah pernah dijawab di sini, silakan klik.

Allah tidak mencipta karena ingin disembah dan dipuji-puji. Sebab sebenarnya, Allah tidak membutuhkan manusia dan segala ciptaan-Nya, dalam arti bahwa tanpa pujian dari ciptaan-Nya, Allah sudah dan tetap sempurna, dan tidak kurang sesuatu apapun, karena Dia adalah Allah. Allah juga tidak kesepian, karena Allah kita dalam keTiga Pribadi-Nya sudah mempunyai kesempurnaan Kasih. Maka alasan utama Allah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya adalah karena Allah mau membagikan kasih dan kebaikan-Nya kepada semua ciptaan-Nya, terutama kepada manusia. Sehingga pada akhirnya seluruh bumi dan ciptaan-Nya dapat mengalami kebaikan-Nya dan memuliakan Dia. Melalui Sabda Allah yang diwahyukan-Nya kepada kita, kita mengetahui bahwa penciptaan langit dan bumi hanya terjadi sekali, dan itu adalah langit dan bumi yang ada di sekitar kita sekarang. Tentang ‘penciptaan langit dan bumi yang lain’ itu merupakan spekulasi yang tidak secara eksplisit kita ketahui dari Sabda Tuhan dalam Kitab Suci. Bagi saya, adalah lebih baik kita berpegang kepada apa yang jelas tertulis di Alkitab daripada mereka-reka akan kemungkinan yang merupakan ‘perkiraan’ pribadi, yang juga tidak dapat dibuktikan.

Semoga keterangan di atas dapat berguna bagi anda.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

7 COMMENTS

  1. Syalom Tim Katolisitas,

    Saya mau tanya beberapa hal untuk meneguhkan Iman saya yang sedikit terguncang.
    1)Apa betul hakekat Tuhan itu kasih ? ( mungkin bisa dibantu dengan ayat di alkitab ).
    2)Jadi di surga nanti kita dengan tubuh / self yang baru / dimuliakan akan bersatu dengan kasih Tuhan yang sempurna ?
    3)KGK itu adalah hasil magisterium’kan ? Jadi kedudukannya sama dengan Firman Yesus sendiri ya ?

    Mohon bantuan tentang pengajaran Gereja Katolik akan 3 hal diatas. Terima kasih
    Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA

    • Shalom Budi Darmawan,

      1. Allah itu Kasih

      Ya benar, hakekat Allah adalah Kasih (1 Yoh 4:8). Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik

      Sebagai tambahan, mari kita renungkan apa yang dituliskan oleh Paus Benediktus XVI dalam pendahuluan surat ensikliknya yang pertama, Deus Caritas est (God is Love).

      “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1Yoh 4:16). Kata- kata ini dari surat pertama Rasul Yohanes, mengekspresikan kejelasan yang paling menakjubkan tentang inti iman Kristiani: gambaran Kristiani tentang Tuhan dan karenanya gambaran manusia dan tujuan akhirnya. Di dalam ayat yang sama, St. Yohanes juga menawarkan ringkasan hidup Kristiani: “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita.”

      Kami telah sampai kepada iman akan kasih Tuhan: di dalam perkataan ini seorang Kristen dapat mengekspresikan keputusan mendasar dalam hidupnya. Menjadi Kristen bukan merupakan hasil dari keputusan etis atau ide- ide yang tinggi-tinggi, melainkan pertemuan dengan sebuah kejadian, dengan seorang Pribadi yang memberikan kepada hidup suatu cakrawala baru dan arah yang menentukan. Injil Yohanes menjabarkan kejadian ini di dalam kata- kata ini: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Dengan mengakui pentingnya kasih, iman Kristiani telah mempertahankan inti iman Israel, sementara pada saat yang sama memberikan kepadanya kedalaman dan keluasan maknanya. Orang Yahudi yang saleh mendoakan setiap hari kata- kata dari Kitab Ulangan yang menyatakan inti keberadaannya: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ul 6:4-5) Yesus menyatukan di dalam satu rumusan, perintah ini tentang kasih kepada Tuhan dengan kasih kepada sesama yang terdapat dalam Kitab Imamat: “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Im 19:18; lih. Mrk 12:29-31). Karena Kristus telah lebih dahulu mengasihi kita (lih. 1 Yoh 4:10) sekarang kasih tidak lagi merupakan sebuah ‘perintah’; [namun] adalah tanggapan atas karunia kasih yang olehnya Tuhan datang mendekat kepada kita….” (DCe, 1)

      Dengan demikian, kasih menjadi tolok ukur yang paling jelas akan suatu arah spiritualitas bagi kita umat Kristiani.

      2. Tubuh Kebangkitan

      Setelah kebangkitan badan, kita akan memperoleh tubuh kebangkitan. Keterangan tentang hal ini sudah pernah dituliskan di sini, silakan klik.

      Sabda Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa pada saat akhir nanti, saat Kristus datang kedua kalinya untuk menaklukkan segala sesuatu, maka Tuhan akan meraja di dalam semua, “Allah menjadi semua di dalam semua” (lih. 1 Kor 15: 28). Dan karena hakekat Allah adalah Kasih, maka pada saat Allah bersatu sempurna dengan semua ciptaan-Nya di akhir nanti, maka kita semua -dalam tubuh dan jiwa- akan dipersatukan oleh Tuhan di dalam Kasih. Rasul Yohanes mengajarkan, “Apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” (1 Yoh3:2). Nah, keadaan Kristus yang sebenarnya ini adalah Kasih. Ini sesuai dengan apa yang juga diajarkan oleh Rasul Paulus, “Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap…. Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1Kor 13:10-13) Dan sungguh, persatuan jiwa dan tubuh kita dengan Sang Kasih itulah yang menjadi puncak kesempurnaan dan tujuan akhir hidup kita.

      Persatuan kasih itu telah dapat kita alami di dunia ini, sejak kita digabungkan dengan Kristus di dalam Pembaptisan, dan secara khusus di dalam Ekaristi. Katekismus mengajarkan demikian:

      KGK 1002    Kristus akan membangkitkan kita “pada hari kiamat”; tetapi di pihak lain kita telah bangkit bersama Kristus dalam arti tertentu. Oleh Roh Kudus, kehidupan Kristen di dunia ini sudah merupakan keikut-sertaan pada kematian dan kebangkitan Kristus:
      “Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. … Karena itu kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus duduk, di sebelah kanan Allah” (Kol 2:12; 3:1)

      KGK 1003    Umat beriman telah disatukan dengan Kristus melalui Pembaptisan dan karena itu sekarang juga telah mengambil bagian dalam kehidupan surgawi Kristus yang telah dibangkitkan (Bdk. Flp 3:20). Tetapi kehidupan ini “tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah” (Kol 3:3). “Di dalam Kristus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di surga” (Ef 2:6). Sebagai orang yang telah dipuaskan dengan tubuh-Nya di dalam Ekaristi, kita sudah termasuk Tubuh Kristus. Kalau kita bangkit pada hari kiamat, kita pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan” (Kol 3:4).

      3. KGK adalah hasil Magisterium? Apakah kedudukannya sama dengan Firman Yesus (Sabda Tuhan)?

      Benar bahwa Katekismus Gereja Katolik dikeluarkan oleh Magisterium Gereja, dalam hal ini oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 11 Oktober 1992, pada peringatan 30 tahun anniversary pembukaan Konsili Vatikan II, dan pada tanggal 15 Agustus 1997, saat dipromulgasikannya Katekismus edisi Latin.

      Sebagai rangkuman ajaran Gereja Katolik yang dikeluarkan oleh Magisterium, Katekismus mengambil sumber dari Kitab Suci dan Tradisi Suci. Sehingga kedudukannya bukan untuk dipertentangkan dengan Kitab Suci dan Tradisi Suci (atau dipertanyakan manakah yang lebih tinggi antara Katekismus dan Kitab Suci atau Tradisi Suci), sebab Katekismus merupakan rangkuman keduanya. Yang menjadi Sabda Tuhan adalah Wahyu Allah yang disampaikan secara tertulis dalam Kitab Suci, dan Wahyu Allah yang disampaikan secara lisan dalam Tradisi Suci. Hal ini diajarkan dalam Katekismus:

      KGK 75    “Maka Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Maha tinggi, memerintahkan kepada para Rasul, supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para nabi dan dipenuhi oleh-Nya serta dimaklumkan-Nya sendiri, mereka wartakan kepada semua orang, sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan serta sumber ajaran kesusilaan, dan dengan demikian dibagi-bagikan karunia-karunia ilahi kepada mereka” (Dei Verbum 7).

      KGK 76    Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
      secara lisan “oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari”;
      secara tertulis “oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga membukukan amanat keselamatan” (Dei Verbum 7).

      KGK 80    “Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat sekali dan terpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama” (Dei Verbum 9). Kedua-duanya menghadirkan dan mendaya-gunakan misteri Kristus di dalam Gereja, yang menjanjikan akan tinggal bersama orang-orang-Nya “sampai akhir zaman” (Mat 28:20)

      KGK 81    “Kitab Suci adalah pembicaraan Allah seperti yang termaktub/ tertulis di bawah ilham Roh ilahi“. “Oleh Tradisi Suci, Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran dengan pewartaan mereka, memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan setia” (Dei Verbum 9)

      KGK 82    Dengan demikian maka Gereja, yang dipercayakan untuk meneruskan dan menjelaskan wahyu, “menimba kepastiannya tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci. Maka dari itu keduanya [baik Tradisi Suci maupun Kitab Suci] harus diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang sama” (Dei Verbum 9).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Shalom bpk Stefanus

    Saya mau tanya dan minta informasi tentang Doktrin ROH KUDUS dalam Gereja Katolik Roma, karena yg saya dapatkan bhw sepertinya di Gereja Katolik, ROH KUDUS selain sebagai Pribadi,tapi Ia juga adalah KASIH itu sendiri.

    Dan KASIH yg mengikat antara Bapa dan Anak ini adalah ROH KUDUS. Lalu saat kita bersekutu dalam KASIH,sesungguhnya kita bersekutu dalam ROH KUDUS.

    Saya agak bingung kenapa ROH KUDUS itu disamakan dengan Kasih, tolong saudara2 yg Katolik untuk bantu membagi pengertiannya tentang hal ini,

    salam
    Vano

    [Dari Katolisitas: Mohon anda membaca terlebih dahulu artikel di atas, untuk mengetahui penjelasan tentang Allah adalah Kasih dalam hubungannya dengan Roh Kudus, silakan klik]

  3. saya mencari pertanyaan saya yg lagi berlanjut tapi tulisan(galileo,martin luher) saya diposting disini saya ikut nimbrung saudara andreas kalau saya dalam mencari tuhan bukan berangkat dari teori atau doktrin tapi mengalami tuhan. jadi bagi saya tuhan itu hidup dan nyata bukan teori arau konsep benar kata firman, pasti benar dong firman tuhan .tuhan adalah ROH, pada waktunya akan muncul penyebah penyembah yang BENAR menyembah dalam roh dan kebenaran(kebenaran disini bicara tentang firman tuhan) menurut saya gereja yang berangkat dari teori dan theologi yang jelimet sampai segudang buku nya tetap berhenti hanya sekedar teoritis belaka tidak mengalami perjumpaan secara pribadi dengan tuhan. dan ROH KUDUS sangat sangat nyata bukan konsep ajaran agama. saya itu heran ada gereja ngaku paling benar ada kesaksiannya malah, HEBOH man tapi sebagian besar pengajaranya hanya teoritis belaka belum mengalami perjumpaan tuhan secara pribadi dan payahnya ngajari umatnya fanatik membabi buta pada hal tokoh yang diagungkan mereka megalami pergumulan secara luar biasa dengan ROH KUDUS dan firman tuhan tapi sampai sekarang kepercayaan terhadap firman tuhan masih suam suam kuku lha??piye itu. gimana bisa mengatakan firman tuhan itu kebenaran sejati kalau tidak pernah mengalami,cuma eori dan mengacu pendapat orang ini kesombongan manusia saudara. pernah dipertanyakan martin luther dengan judul pemberontakan akal budi yang sangat! sangat! saya saya sayangkan pahlawan rohani ini malahan dianggap tidak lebih tokoh pemecah belah???? BUKANKAH DIA TOKOH PEMULIHAN GEREJA??.renungkan sendiri bukan kapasitas saya ngomong disini.soal martin luther terang ROH KUDUSNYA DIMANA?GBU-.DEMI KEMULIYAAN TUHAN YESUS DAN DEMI KESATUAN TUBUH KRISTUS BIAR ROH KUDUS SENDIRI YG PIMPIN SAMPAI MARANATHA. AMIN.JLU

    • Shalom Johanes Yus,

      Ya, benar, kita sama- sama setuju bahwa Allah adalah Roh, dan saya juga percaya andapun setuju bahwa Allah adalah Kasih, seperti yang tertulis dalam Kitab Suci. Uraian di atas hanay bermaksud untuk menjelaskan ayat-ayat itu. Maka ini adalah bentuk dari ‘faith seeking understanding’ dan bukan hanay sekedar teori saja. Saya tidak mengerti maksud anda mengatakan, "ada gereja ngaku paling benar ada kesaksiannya malah, HEBOH man tapi sebagian besar pengajaranya hanya teoritis belaka belum mengalami perjumpaan tuhan secara pribadi dan payahnya ngajari umatnya fanatik membabi buta pada hal tokoh yang diagungkan mereka megalami pergumulan secara luar biasa dengan ROH KUDUS dan firman tuhan tapi sampai sekarang kepercayaan terhadap firman tuhan masih suam suam kuku lha??piye itu." Apa yang anda maksud di sana, mohon diperjelas. Gereja Katolik tidak pernah mengaku paling besar, namun memang Gereja Katolik mengaku sebagai Gereja yang didirikan oleh Kristus, karena memang demikianlah fakta sebenarnya. Gereja Katolik tidak pernah mengajari umatnya untuk fanatik, apalagi membabi buta. Gereja Katolik selalu mengajarkan umat untuk menggunakan akal budi dan iman untuk mengenal Tuhan, jadi tidak hanya asal beriman, lalu menjadi fanatik.

      Gereja Katolik bukannya hanya menekankan pada teori apalagi yang mengacu kepada pandangan orang semata. Kalau sampai ada penjelasan orang-orang yang dituruti oleh Gereja Katolik, itu adalah karena orang-orang tersebut adalah orang-orang yang istimewa, dan sudah pasti dipimpin oleh Roh Kudus, seperti para rasul dan para Bapa Gereja dan para penerus mereka, yang ajarannya sesuai dengan Alkitab. Para rasul itu dan para Bapa Gereja itu hidupnya jauh lebih kudus dari kebanyakan dari kita, sehingga untuk mengatakan bahwa mereka semua adalah sombong rohani, menurut saya malah menunjukkan bentuk kesombongan rohani yang sesungguhnya.

      Lebih dalam mengenai Luther, akan kami tuliskan di artikel terpisah jika kami menuliskan tentang artikel- artikel Sejarah Gereja. Anda mungkin menganggap Martin Luther adalah pahlawan rohani, namun di mata Gereja Katolik ia bukan pahlawan rohani. Saya bisa memahami bahwa maksud awal Luther mungkin baik, namun sangat disayangkan akhirnya mengacu kepada pemisahan diri dari kesatuan Gereja. Bagaimana dapat dikatakan sebagai tokoh pemulihan, kalau setelah ‘reformasi’ yang dipimpinnya malah melahirkan 28.000 denominasi gereja yang tidak bersatu? Inilah suatu kenyataan yang sebaiknya kita renungkan dan doakan bersama.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

       

    • Shalom Yohanes Yus,

      Ya, saya juga setuju bahwa Allah adalah Roh, coba anda perbaiki konsep pemahaman anda mengenai ‘kebenaran akan Allah’ baru berlanjut pada “Kasih, Hidup dalam Roh dan Kebenaran” semua dilakukan demi menjadi saksi Kristus.

      saya percaya bahwa alasan saya diatas akan memperbaharui pertumbuhan iman saudara sendiri, seperti apa yang saudara urtarakan mengalami perjumpaan dgn Tuhan secara pribadi, kelihatannya memang mudah untuk di ucapkan, namun membuat orang lain yang mendengarkan cerita dari anda merasakan sebuah keadaan yang ‘tumpang tindih’ dan membingungkan, jangan2 malah menjadi batu sandungan bagi orang lain yang mendengarkannya. di dalam keadaan demikian bagaimana bisa membagikan kasih pada saudara2 kita yang belum percaya? (pertanyaannya: apakah hanya ‘Percaya’ tok…tok….semuanya akan beres sudah ?? apakah anda sudah terbebas dari pergumulan2 yang membingungkan anda sendiri?)

      Mengenai “Teologi” tidaklah sebuah teori, bagi orang2 yang menganggapnya banyak teori, pada dasarnya suatu waktu nanti (pada tahap iman tertentu) juga akan mempelajari teologi (maaf, mereka belajarnyapun juga tidak secara teratur lho) yang akhirnya juga akan mengajar kepada pihak lain dengan ‘teori dan pemahaman’ menurut masing2 orang dan hasilnya adalah pemahaman tumpang-tindih membingungkan. (untuk ini, apakah anda telah mengalaminya sendiri dan mohon di renungkan)

      Tentang ajaran Martin Luther, sebelumnya saya mohon maaf, tokoh ini seringkali dianggap sebagian besar orang Protestan adalah seorang pahlawan (saya tidak setuju), kenyataannya tidak demikian! kita cukup melihat banyak gereja2 yang ada di Indonesia saja (gereja non Katolik), betapa banyaknya perbedaan2 pamahaman ttg ke Kristenan meskipun mereka semua mengaku pengikut Yesus dan pada hakekatnya dimana2 terjadi perpecahan internal maupun external! (juga mohon di cermati agar lebih bisa melihat akibat teori2 pribadi yang dikatakan digerakan oleh Roh Kudus – apakah Roh Kudus adalah Roh Pemecah ??).

      kemudian anda mengatakan bahwa “ROH KUDUS sangat sangat nyata bukan konsep ajaran agama’ dan saya berharap anda menjawabnya di dalam hati saudara sendiri: Mengapa Roh Kudus yang bersumber dari Allah yang Esa – telah menghasilkan begitu banyak pengajaran2 baru, pemahaman baru, pendapat2 baru yang berbeda2 (apakah ini yang anda maksudkan: ROH KUDUS sangat sangat nyata bukan konsep ajaran agama).

      jawabannya ialah “Bertobat, dan jalani pertobatan lebih mendalam sesaui dengan iman keyakinan masing2 orang” yang dilakukan dalam alam sadar secara terus menerus, untuk meraih ‘Kasih dari Allah Bapa’ kita di Sorga. (sekali lagi saya tekankan dengan kata ‘meraih’ agar terhindar dari kesombongan rohani)

      sekian, sedikit komentar serta pendapat dari saya dan salam sejahtera.

      Tuhan memberkati.
      Soegiharto BP

  4. [Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini diedit karena sudah ditulis dengan selengkapnya pada artikel di atas, dan juga telah dijawab di sana, silakan klik]

    Saya bingung menafsirkan ayat-ayat ini: “Allah adalah kasih” dan “Firman itu adalah Allah”. Karena yang saya tau Allah adalah Roh
    2Kor 3:17 Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.
    ……….
    Apa maksudnya Allah adalah kasih? Apakah St Yohanes mau mengatakan bahwa Allah adalah sumber kasih atau penuh kasih? Apakah di mana ada kasih di situ ada Allah? Apakah kasih adalah bagian dari Roh Allah/Roh Kudus? Apakah kasih sama dengan Allah? Ada orang Protestan (Pendeta) berkata bahwa “Allah adalah kasih tetapi kasih bukanlah Allah”. Benarkah kata-kata pendeta tersebut? Karena malah ada pastor paroki saya mengatakan “Kasih itu adalah Allah sendiri”. Siapa yang benar? Siapa yang salah? Pendeta tersebut atau pastor kami?
    ……….
    Apakah Yesus Kristus lahir karena Allah berfirman? Waktu Allah sedang diam bagaimana? Apakah Tuhan Yesus Kristus belum lahir karena Dia adalah Firman Allah?

    Terakhir pertanyaan saya, mengapa Tuhan menciptakan langit dan bumi? Karena ingin disembah oleh para makhluk ciptaan? Apakah dahulu kala Tuhan sedang kesepian sehingga Dia menciptakan langit dan bumi supaya ramai? Sebelum menciptakan langit dan bumi ini, mungkinkah Tuhan pernah menciptakan langit dan bumi “yang lain” selain kita? Terima kasih. Andreas.

Comments are closed.