Kristus naik ke Sorga
Setelah Kristus menyelesaikan tugas-Nya di dunia ini dengan penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya, maka hal terakhir yang dilakukan-Nya adalah Ia naik ke Sorga (lih. Luk 24:51; Mrk 16:19; Kis 1:9). Sebelum naik ke Sorga, Kristus memberkati para rasul-Nya, setelah Dia memberikan perintah kepada para rasul tersebut untuk menjadikan seluruh bangsa murid-Nya, dan mengajar serta membaptis mereka semua (lih. Mat 28:19-20; Mrk 16:15-16). Kenaikan Kristus ke Sorga merupakan suatu peralihan di mana kodrat manusiawi-Nya masuk secara definitif ke dalam kemuliaan ilahi. Katekismus Gereja Katolik menuliskannya sebagai berikut:
KGK 659 “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah” (Mrk 16:19). Tubuh Kristus telah dimuliakan pada saat kebangkitan, seperti dibuktikan oleh sifat-sifat baru dan adikodrati, yang dimiliki tubuh-Nya mulai sekarang dan seterusnya (bdk. Luk 24:31; Yoh 20:19.26). Tetapi selama empat puluh hari, di mana Ia dengan ramah makan dan minum bersama murid-murid-Nya (bdk. Kis 10:41) dan mengajarkan (bdk. Kis 1:3) mereka mengenai Kerajaan Allah, kemuliaan-Nya masih terselubung dalam sosok tubuh seorang manusia biasa (bdk. Mrk 16:12; Luk 24:15; Yoh 20:14-15; 21:4). Penampakan Kristus lantas berakhir dengan masuknya kodrat manusiawi-Nya secara definitif ke dalam kemuliaan ilahi, yang dilambangkan oleh awan (bdk. Kis 1:9; bdk. juga Luk 9:34-35; Kel 13:22) dan langit (bdk. Luk 24:51). Di sana Yesus duduk di sebelah kanan Allah. Sebagai kekecualian – dan hanya satu kali – Ia menunjukkan Diri dalam suatu penampakan terakhir kepada Paulus – seperti kepada anak yang “lahir cacat” (1 Kor 15:8) – dan menjadikan dia rasul (bdk. 1 Kor 9:1; Gal 1:16).
KGK 660 Bahwa kemuliaan dari Dia Yang Telah Bangkit dalam waktu antara ini terselubung, dapat didengar dari perkataan-Nya yang penuh rahasia kepada Maria dari Magdala: “Saya belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada suadara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu” (Yoh 20:17). Ini menunjukkan bahwa kemuliaan Kristus yang bangkit, belum bersinar dengan jelas seperti kemuliaan Kristus yang ditinggikan di sebelah kanan Bapa. Peristiwa kenaikan ke surga yang sekaligus historis dan transenden merupakan peralihan.
Perlu ditegaskan di sini bahwa Kristus naik ke Sorga dalam kemanusiaan-Nya, yaitu tubuh dan jiwa, karena ke-Allahan-Nya senantiasa berada bersama dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Dengan kenaikan-Nya ke Sorga – dengan tubuh dan jiwa – maka Kristus untuk selamanya membawa persatuan kodrat kemanusiaan-Nya yang telah mulia bersama dengan ke-Allahan-Nya.
Kenaikan Kristus ke Sorga berbeda dengan pengangkatan Bunda Maria ke Sorga. Bunda Maria diangkat ke Sorga karena kekuatan Allah, sedangkan Kristus naik ke Sorga karena kekuatan-Nya sendiri – karena Dia adalah sungguh Allah. Rasul Paulus menegaskan: “Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.” (Ef 4:10). Dengan demikian, Yesus naik ke Sorga dan ditinggikan lebih tinggi dari segala sesuatu baik di bumi maupun di Sorga, bahkan segala sesuatu diletakkan di bawah kaki Kristus (lih. Ef 1:20-22).
Barangsiapa direndahkan, ia akan ditinggikan
St. Thomas dalam bukunya the Aquinas Catechism, menuliskan beberapa alasan mengapa Kristus naik ke Sorga. Pertama, karena Sorga adalah sesuai dengan kodrat Kristus. Kristus yang adalah Putera Allah, datang dari Allah Bapa (lih. Yoh 1:1), masuk ke dalam dunia, dan pada akhirnya Dia meninggalkan dunia ini dan pergi kepada Bapa (lih. Yoh 16:28). Rasul Yohanes juga menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang telah naik ke Sorga, selain dari Dia yang telah turun dari Sorga, yaitu Kristus sendiri (lih. Yoh 3:13). Para Santo-santa juga berada di Sorga, namun mereka berkumpul di Sorga bukan karena kekuatan dan kesucian mereka, namun karena mereka tergabung bersama Kristus dalam persatuan dengan tubuh mistik Kristus. Kemenangan para Santo-santa dari dunia ini dengan cara bertumbuh dalam kekudusan dan dengan kerendahan hati, menyebabkan mereka dapat berkumpul bersama-sama dengan Kristus (lih. Why 3:21). Sikap kerendahan hati ini merupakan sikap yang meniru teladan Kristus, yang terlebih dahulu merendahkan diri dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (lih. Fil 2:8).
Kedua, Sorga menjadi hak Kristus karena kemenangan-Nya. Kristus telah menyelesaikan tugas-Nya di dunia – yaitu mengalahkan iblis dan segala belenggu dosa – dengan sempurna dan penuh kemenangan, sehingga Dia ditinggikan di Sorga dan duduk bersama dengan Allah Bapa di atas tahta-Nya (lih. Why 3:21).
Ketiga, Sorga menjadi hak Kristus karena kerendahan hati-Nya. Dalam kidung Magnificat, Bunda Maria menuliskan bahwa Tuhan memperhatikan kerendahan hamba-Nya (lih. Luk 1:48) dan Kristus menegaskan dalam satu kotbah-Nya bahwa barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Mat 23:12). Tidak ada seorangpun yang merendahkan diri dengan sehabis-habisnya dan tak terhingga selain dari Kristus sendiri, yang tidak mempertahankan ke-Allahan-Nya namun rela menjadi manusia, bahkan menderita dan taat sampai wafat di kayu salib (lih. Fil 2:8), sampai akhirnya Ia juga turun ke tempat penantian. Oleh karena itu, sudah seharusnya, Kristus yang telah merendahkan diri dengan serendah-rendahnya akan ditinggikan dengan setinggi-tingginya (lih. Luk 14:11).
Segala kekuasaan telah diserahkan kepada Kristus
Kristus yang ditinggikan dengan setinggi-tingginya diungkapkan dengan perkataan “Duduk di sebelah kanan Allah Bapa.” Perkataan dalam syahadat ini mempunyai beberapa arti yaitu: (1) kesetaraan dengan Allah Bapa, (2) Yesus tetap membawa kodrat kemanusiaan-Nya setelah naik ke Sorga, (3) menyatakan kekuasaan Mesias, dimana kekuasaan-Nya tidak akan berakhir. Katekismus Gereja Katolik menuliskan:
KGK 663. Sekarang Kristus duduk di sisi kanan Bapa: “Dengan ungkapan di sisi kanan Bapa kita mengerti kemuliaan dan kehormatan Allah di mana Putera Allah yang sehakikat dengan Bapa, hidup sejak kekal dan di mana Ia sekarang, setelah dalam waktu terakhir Ia menjadi daging, juga duduk secara badani, karena daging-Nya turut dimuliakan” (Yohanes dari Damaskus, f.o.4,2).
KGK 664. Duduk di sebelah kanan Bapa berarti awal kekuasaan Mesias. Penglihatan nabi Daniel dipenuhi: “Kepada-Nya diberikan kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal dan tidak akan lenyap. Kerajaan-Nya tidak akan musnah” (Dan 7:14). Sejak saat ini para Rasul menjadi saksi-saksi “kekuasaan-Nya”, yang “tidak akan berakhir” (Syahadat Nisea-Konstantinopel).
Akibat kenaikan Yesus ke Sorga bagi kita
Setiap pengajaran iman mempunyai akibat kepada kehidupan umat beriman. Demikian juga dengan pengajaran iman tentang kenaikan Kristus ke Sorga. Pertama, Kristus adalah Sang Pemimpin kita yang akan membawa serta kita semua yang digabungkan dengan Dia. Kristus adalah Kepala Gereja dan kita adalah Tubuh-Nya (lih. Ef 5:23; bdk. Mik 2:13), maka kalau Kristus naik ke Sorga dengan kodrat-Nya sebagai manusia dan Allah, maka kita sebagai anggota-anggota-Nya juga akan diangkat ke Sorga dengan tubuh dan jiwa kita. Apalagi kalau Kristus juga menjanjikan bahwa Dia akan pergi ke Sorga untuk menyediakan tempat bagi kita (lih. Yoh 14:2).
Kedua, kita dapat bersandar kepada Kristus. Dengan kenaikan Kristus ke Sorga, maka kita dapat sepenuhnya mempercayai Kristus. Dia yang telah menjanjikan tempat di Sorga telah menunjukkan kepada para murid, bagaimana Dia terlebih dahulu naik ke Sorga. Dengan kenaikan-Nya ke Sorga, maka Dia dapat menjadi Pengantara kita kepada Allah Bapa (lih. Ibr 7:25), sehingga kita yang berdosa dapat mempunyai kepercayaan yang besar akan belas kasih Allah karena kita mempunyai Pengantara yang adil, yaitu Kristus (lih. 1Yoh 2:1).
Ketiga, kita dapat berfokus pada Kristus. Setelah kebangkitan-Nya dan sebelum kenaikan-Nya ke Sorga, para rasul bertanya, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6). Para rasul yang pada waktu itu masih belum mengerti secara penuh akan Kerajaan Allah, masih berharap bahwa setelah kebangkitan-Nya, Kristus akan memulihkan kejayaan Kerajaan Israel. Namun, dengan kenaikan Kristus ke Sorga, maka Kristus sekali lagi menegaskan bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini namun dari Sorga (lih. Yoh 18:36). Oleh karena itu, sebagai umat beriman, yang telah dibangkitkan bersama dengan Kristus – dengan Sakramen Baptis – senantiasa mencari perkara-perkara di atas, di mana Kristus ada yaitu di Sorga (lih. Kol 3:1). Dengan demikian kita tidak boleh berfokus pada perkara-perkara di bumi, melainkan pada perkara-perkara yang di atas atau hal-hal sorgawi (lih. Kol 3:2).
Menurut saya, badan kita ini diperlukan waktu kita hidup di alam / di dunia. Apakah Yesus masih membutuhkan badan nya waktu naik dan berada di dalam surga? ….maka kita sebagai anggota-anggota-Nya juga akan diangkat ke Sorga dengan tubuh dan jiwa kita. Memang sejak dulu manusia sangat kuatir akan apa yang akan terjadi setelah kematian. Jadi janji seperti diatas tentu akan sangat memikat. Apakah Tuhan ingin mengubah hukum alam? Banyak tulisan di Alkitab yang saya anggap menyesatkan seperti terjadinya alam semesta (sangat bertentangan dengan teori evolusi), Tuhan dengan vulgarnya membelah laut, membinasakan anak sulung dll. Mungkin yang paling menyesatkan adalah kuasa untuk mengampuni dosa, sehingga terjadi jual beli surat pengampunan dosa. Saya telah mengalami banyak kesulitan dengan ulah para biarawati Ursulin dan juga biarawan yang katanya mewakili Yesus. Setelah saya membaca lebih banyak, terutama dari Yesus Seminar, baru saya menyadari bahwa ucapan Yesus ini banyak di ‘plintir’. Saya tidak akan mendendam kalo akibat ulah tsb hanya pada saya, tapi akibat ulah tsb telah membuat anak saya harus hidup sulit dan mungkin untuk waktu lama sekali.
Shalom Setiawan,
Saya terus terang tidak tahu topik mana yang ingin Anda diskusikan, karena apa yang Anda sampaikan tidaklah berfokus pada satu hal, namun meloncat dari satu hal ke hal yang lain. Saya tidak tahu apakah Anda telah dikecewakan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi panutan, sehingga menimbulkan kepahitan di dalam hati Anda. Di satu sisi hal seperti ini tentu saja patut disayangkan, dan sungguh tidak perlu terjadi. Dan memang kadang dapat menimbulkan kekecewaan dan sakit hati. Hal ini juga menjadi tantangan bagi kita semua agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Di sisi lain, orang-orang yang telah menyakiti hati Anda tidaklah mengubah kebenaran dogma dan doktrin. Sebagai contoh, kalau Anda mempercayai Jesus Seminar, maka sesungguhnya hal ini adalah dasar yang sungguh lemah. Silakan melihat link ini- silakan klik. Dan kalau Anda ingin berdiskusi tentang kebangkitan badan, silakan membaca artikel ini terlebih dahulu – silakan klik. Tentang apakah ada penjualan surat pengampunan dosa, silakan membaca ini- silakan klik. Semoga diskusi selanjutnya dapat membawa kita semua pada kebenaran.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Setiawan,
apa yang anda alami soal ursulin, juga saya alami atau biarawan. apa yang saya yakini adalah mereka juga manusia yang bisa salah juga.
soal teori evolusi saya kira itu masih dalam perdebatan dsb soal penyelewengan surat pengampunan dosa itu jelas salah, tapi kuasa pengampunan itu memang ada, tapi implikasinya cukup panjang. dari yang saya baca di Alkitab itu tidak sesederhana itu, benarkah pengampunan itu mutlak dan kalau bilang tidak diampunin juga mutlak, karena ada ayat lain yang menghendaki murid Yesus untuk mempertanggung jawabkan hal tersebut, dan hakim terakhir adalah Kristus sendiri. soal membinasakan dan sebagainya saya lebih melihat sebagai pencipta, kalau kita menciptakan sesuatu kemudian merusaknya karena kita bisa membalikkan kembali seperti semula, apa ada yang salah dengan hal tersebut. karena itulah kata katanya tentang emnghitam kan dan memutihkan rambut dan penjelasannya menjadi penting.
Kemudian soal akibat ke anak memang sangat disayangkan, tetapi tugas kita sebagai orang tua dan mungkin kelak imam lainnya untuk menguatkan anak tersebut, jaman sekarang terlalu protektif sehingga malah anak kita menjadi rentan, sedikit tersinggung atau malah mudah sakit. Saya rasa pengalaman tersebut bisa berubah menjadi pengalaman yang sangat positif tergantung kita membekali mereka seperti apa. salam
[dari katolisitas: Silakan melihat artikel tentang evolusi ini – silakan klik]
Kristus yang Naik ke Sorga dan Duduk di Sisi Kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa .
.
Lho disini TUHAN KALIAN umat Kristen ADA DUA dong !
1. Allah Bapa
2. Yesus Tuhan yg duduk disisi sebelah kanan Allah Bapa
.
ANALOGI nya :
.
Yusuf duduk disisi kanan Maria
Artinya disini terdapat DUA ORANG yang ada, yaitu Maria dan Yusuf yang duduk disisi kanan Maria bukan ?
.
Wah wah wah gimana nih ?
Shalom Beton,
Anda melihatnya demikian, atau mungkin sejumlah orang lain melihatnya demikian, karena membandingkannya dengan apa yang umumnya kita ketahui tanpa memperhitungkan adanya makna yang luas dari kata ‘duduk’ itu sendiri.
Namun Gereja tidak mengartikan istilah “duduk di sebelah kanan” dengan adanya dua Allah, sebagaimana kalau orang duduk bersebelahan, maka artinya ada dua orang. Sebab ungkapan “duduk di sisi kanan” dalam kalimat Syahadat ini bagi Gereja mengacu kepada kesamaan hakekat dan kemuliaan antara Allah Bapa dan Putera, yang telah ada bersama-sama sejak kekekalan. Dan kemudian setelah Sang Putera menjelma menjadi manusia, bangkit dari kematian dan naik ke Surga, kemuliaan ini juga dialami Sang Putera secara badani, sebab Tubuh-Nya itu turut dimuliakan. Maka Kristus dengan Tubuh kebangkitan-Nya, juga berada bersama dengan Allah Bapa, tidak lebih tinggi atau lebih rendah. “Duduk di sisi kanan” Bapa ini juga menandai dimulainya Kerajaan Sang Mesias (Kristus) atas seluruh dunia. Dari sanalah Kristus memerintah sebagai Raja sampai kelak di akhir zaman, saat semua ditaklukkan di bawah kaki-Nya, dan Allah menjadi semua di dalam semua (lih. 1 Kor 15:28, KGK 663,664). Demikianlah yang sudah kami sampaikan di artikel di atas.
Selanjutnya, penjelasan St. Thomas Aquinas tentang bagaimana memahami istilah ‘duduk di sebelah kanan Allah Bapa’, kami sampaikan di artikel terpisah, yang baru saja ditayangkan, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Sdr Tony,
Menurut saya konteks ayat tsb :
Kalau AKU adalah AKU, itu perkataan yang menjelaskan bahwa Aku adalah benar benar Allah dan mengatakannya langsung kepada Musa.
( Dialog antara Allah dengan Musa )
.
Sedangkan :
Dengar perkataan Yesus “Sudah lama engkau bersama sama dengan AKU, namu kamu belum mengenal AKU.
Ini adalah suatu percakapan ketika Yesus berkata kepada murid muridnya
( Dialog antara Yesus dengan muridnya )
.
Jadi sejauh ini menurut penglihatan saya , masuk tetap TIDAK DIJUMPAI confirmasi secara LETTERLIJK didalam BIBLE versi atau terjemahan manapun yang mengatakan bahwa Yesus adalah anak tunggal Allah dan sembahlah aku ( Yesus )
Shalom Beton,
Dalam menginterpretasikan Kitab Suci, Gereja Katolik tidak mengandalkan pemahaman pribadi. Maka Anda atau siapapun dapat mempunyai pendapat, namun belum tentu benar. Yang pasti benar adalah interpretasi dari Gereja, yang kepadanya Kitab Suci itu diberikan. Nah dalam menginterpretasikan Kitab Suci, Gereja selalu melihat konteksnya, kaitannya dengan ayat-ayat yang lain dalam Kitab Suci, termasuk juga bahasa aslinya, maupun gaya bahasa yang digunakan. Maka agar seseorang dapat memahami dengan benar makna Kitab Suci, ia perlu mendengarkan ajaran Gereja, sebab jika tidak, ia dapat sampai pada pemahaman yang salah.
Nah, frasa yang diucapkan Allah, “Aku adalah Aku” / I AM WHO AM, (“I Am” itu bahasa aslinya adalah Ego Eimi) , itu bukan untuk diartikan sebagai ungkapan biasa seperti menurut pandangan Anda, namun untuk dihubungkan kepada frasa YHWH (Yahweh), atau “He is”. Istilah “Yahweh”/ He is ini adalah istilah yang ditujukan kepada Allah, berkaitan dengan apa yang dinyatakan Allah tentang diri-Nya, sebagai “I Am”. Selanjutnya tentang apa itu arti I Am/ Ego Eimi, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Selanjutnya, Anda menuntut supaya dalam Kitab Suci, Kristus berkata secara literal, “Aku adalah Anak Allah, sembahkah Aku”. Sejujurnya ini adalah pemikiran praktis manusia, yang cenderung meminta bukti menurut kemauan kita agar kita menjadi yakin. Jika ini dipaksakan kepada Allah, maka seolah kita mau mengatakan, hanya kalau Engkau berbuat demikian, Tuhan, baru aku percaya. Tetapi Tuhan tidak mempunyai pikiran dan rancangan yang sama dengan pikiran dan rancangan manusia. Rancangan-Nya jauh melampaui rancangan kita (Yes 55:8-9). Maka cara Allah menyatakan bahwa Kristus adalah Allah, tidak diungkapkan seperti pikiran dan kehendak manusia, tetapi menurut pikiran dan kehendak Allah. Demikianlah, Allah menyatakan keAllahan Kristus dengan menubuatkan kedatangan-Nya ke dunia melalui para nabi selama berabad-abad sebelumnya. Dan Kristus mengungkapkan identitas-Nya bahwa Ia adalah Allah, dengan berbagai cara, terutama melalui kuasa-Nya dalam memberikan hukum Tuhan dan mengampuni dosa, melalui pengakuan dari orang-orang di sekitar-Nya, melalui mukjizat-mukjizat-Nya, terutama mukjizat kebangkitan-Nya dari kematian. Semua bukti ini bicara lebih lantang daripada sepotong perkataan, “Aku adalah Anak Allah, sembahlah Aku”. Namun untuk menangkap kebenaran tentang hal ini diperlukan kesediaan untuk menanggalkan ide-ide kita sendiri, tentang apa yang seharusnya Allah lakukan; dan sebaliknya dengan rendah hati membuka diri untuk melihat apakah yang Tuhan mau nyatakan menurut kebijaksanaan-Nya. Sebab jika kita membaca Kitab Suci dengan kerendahan hati, kita juga akan melihat, bahwa buktinyapun sungguh jelas, bahwa Yesus adalah Allah. Hal inipun kita baca dalam Kitab Suci, hanya susunan kata dan cara penyampaiannya memang tidak seperti yang Anda minta.
Tentang ayat-ayat dalam Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah, sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik, sehingga tak perlu diulang di sini.
Selanjutnya, jika Anda tertarik dengan topik ini, silakan membaca artikel berikut:
Seputar Kristologi
Mengapa Orang Kristus percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan
Yesus, Tuhan yang dinubuatkan oleh Para Nabi
Yesus, sungguh Allah sungguh manusia
Mungkin saja, Anda bukan umat Kristiani, maka Anda mempunyai pandangan sebagaimana yang Anda tuliskan. Kami tidak memaksa Anda untuk percaya dengan apa yang kami tuliskan di sini. Namun setidaknya Anda mengetahui bahwa umat Kristiani mempunyai dasar yang kuat sehingga percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Selanjutnya, Anda dapat berdialog dengan hati nurani Anda sendiri untuk menyikapinya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pernahkah Yesus Mengatakan “Akulah Allah Tuhanmu, maka sembahlah Aku saja”???
Untuk lebih jelasnya marilah kita simak kisah didalam Alkitab yaitu pada Injil Matius 4:8-10, yaitu ketika Yesus dicoba oleh Iblis sebagai berikut :
“Dan Iblis membawanya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepadaNya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku. ” Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius 4:8-10)
Ayat-ayat tersebut adalah seputar kisah tentang percobaan di padang gurun ketika Yesus akan dicobai Iblis. Sebelumnya Iblis mencoba Yesus dengan menyuruh membuat batu-batu jadi roti, namun tidak berhasil, kemudian percobaan kedua Iblis menyuruh Yesus jatuhkan dirinya dari atas bubungan Bait Allah, namun tidak berhasil. Terakhir Iblis membawa Yesus kepuncak gunung yang tinggi dan menawarkan untuk diberikan kepada Yesus semua kerajaan dunia ini dan kemegahannya, asalkan Yesus mau sujud menyembah kepadanya.
Pada percobaan yang ketiga inilah Yesus menghardik Iblis tersebut seraya berkata, “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Dari ucapan Yesus tersebut dapat kita pahami:
1. Iblis tahu bahwa Yesus mengajarkan Tauhid, yaitu menyembah hanya kepada Allah saja (laa ilaaha ilallaahu).
2. Terhadap Iblis saja Yesus perintahkan bahwa menyembah dan berbakti itu hanyalah kepada Allah saja, bukan lainnya, bukan juga pada dirinya.
3. Iblis tahu bahwa Yesus itu bukan Tuhan, sebab jika Yesus itu Tuhan, tentu kata-kata Yesus sebagai berikut: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah aku Tuhan, Allahmu, dan hanya kepadaku sajalah engkau berbakti!”
Yesus sendiri yang memberikan kesaksian bahwa menyembah dan berbakti itu, hanyalah kepada Allah, bukan kepada dirinya, mengapa justru Yesus itu yang dijadikan sesembahan oleh umat Kristiani?
[dari katolisitas: Silakan membaca jawaban ini – silakan klik]
Sdr Ardi yang dikasihi Tuhan:
Begini, Allah itu maha kuasa, segala akal pikiran Nya tidak bisa tterukkur oleh manusia demikian pula secara nalar pun sulit diterima oleh manusia sebab manusia selalu mmengukur Allah dari sudut pandang manusia.
Saya faham maksud anda namun ketahuilah bahwa Allah punya rencana dalam setiap langkah dan bahasa Nya yang ia taruh dalam Mulut Yesus sebagai manusia saat itu.
Mengapa Yesus tidak menyebut dirinya Allah atau Tuhan di hadapan manusia saat itu, jawabannya adalah sebab Dia belum bangkit dan naik ke surga sebagai Tuhan. Saat itu Dia sebagai Yesus yang adalah manusia, sebagai daging saat itu (sebelum bangkit) dia tidak diperbolehkan meninggikan dri sama s Allah untuk itulah sebabnya Yesus tidak mmenenyebut dirinya Tuhan atau Allah, namun dia mmemenyebut dirinya dalam segala erumpanaan, misalnya. “Akulah Alpha dan Omega” sudah jelas bukan maksud bahasanya? kemudian Yesus mengatakan dirinya Tuhan itu sendiri kepada muridnya. “Sudah lama engkau bersama-sama dengan Aku, namun engkau masih belum mengenal Aku”?.
Kemudian saya mau katakan dalam perjanjian lama tertulis ketika Musa menanyakan kepada Tuhan Allah itu siapa namanya maka jawab alah : ” Aku adalah Aku, yang awal dan yang akhir dan yang tidak berkesudahan”. Dalam bahasa Musa saat itu “Aku adalah Aku pengertiannya adalah Yahwe”.
Dengar perkataan Yesus “Sudah lama engkau bersama sama dengan AKU, namu kamu belum mengenal AKU.
Bagaimana dengan yang ini: “AKU adalah AKU”. Ini pernyataan Tuhan kepada Musa.
Sdr Ardi yang dikasihi Tuhan, akan lebih bijak ketika anda ingin mengetahui apakah Yesus itu Tuhan atau bukan, maka dengan senntuhan hati anda sendirilah anda akan menemukan jawabannya. Meembuka hati daan menerima bahwa Tuhan Allah adalah segalanya dan maha dari segala maha, maka apapun yang mustahil bagi manusia termasuk anda maka tidak mustahil bagi Allah, itulah yang anda ragukan.
Menurut anda seharusnya Yesus langsung aja mengakui diri sebagai Tuhan, kan beres, nammun Allah punya rencana lain bukan seperti yang anda pikirkan. Begitu sdr Ardi.
terima kasih.
[dari katolisitas: Silakan juga membaca artikel ini – silakan klik]
Saya sangat terbantu dengan tulisan ini. Terima kasih.
Pak Stef, Bu Ingrid,
Banyak terima kasih atas tulisan yang sangat bagus ini.
Comments are closed.