Keselamatan: susah atau gampang?
Pertanyaan:
Hai,
saya ingin bertanya sesulit apakah memperoleh keselamatan itu..
Di 1 sisi, digambarkan kerajaan surga sulit dmasuki karena Yesus pernah mengatakan bahwa lebih sulit orang kaya masuk surga dari pada unta masuk lubang jarum
DI sisi lain, dikatakan bila kita menyesal atas dosa kita saja, Tuhan akan mengampuni (seperti di buku Maria Sima)
Jadi, bagaimana konsep yang sebenarnya?
Terima kasih,
Cleo
Jawaban:
Shalom Cleo,
1. Keselamatan itu “susah- susah gampang”
Jika mau dijawab dengan jujur maka mungkin jawabannya adalah keselamatan itu kita peroleh dalam Kristus, dengan “susah- susah gampang”. Artinya kita memang dapat melihat dari dua sisi. Mudah/ gampang, karena “modal” utamanya adalah kasih karunia Allah (Ef 2: 8-9); sehingga yang bagian harus kita lakukan ‘hanya’ adalah menerima karunia ini dengan iman, dan bertobat; memberikan diri kita dibaptis dalam air dan Roh Kudus (Yoh 5:3). Selanjutnya, yang sulit adalah bertahan untuk hidup di dalam rahmat pengudusan yang sudah kita terima pada saat Pembaptisan ini. Artinya, kita harus tetap bertahan hidup sesuai dengan iman kita (lih. Mat 10:22, 24:13). Iman kita harus dinyatakan dalam perbuatan kasih agar sungguh dapat merupakan iman yang hidup dan menyelamatkan (lih. Yak 2: 17, 24, 26). Dengan perkataan lain agar kita dapat mempertahankan rahmat keselamatan yang telah kita terima pada saat Pembaptisan, kita harus berjuang untuk hidup kudus. Mengenai apa itu kekudusan, silakan klik di sini, dan bahwa semua orang dipanggil untuk hidup kudus, klik di sini.
2. Resepnya: ketaatan iman dan bertahan dalam kekudusan
Rasul Paulus mengajarkan kita untuk selalu taat, dan mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (Flp 2:12) dan ia sendiri memberikan teladan dalam hal ini. Ia sendiri melatih tubuhnya dan menguasai dirinya, dengan kata lain ia berjuang untuk tetap hidup kudus, supaya setelah ia memberitakan Injil kepada orang lain, ia sendiri tidak ditolak oleh Tuhan (lih. 1 Kor 9:27). Namun dalam usaha untuk hidup kudus ini, kita tidak boleh mudah berputus asa, dan merasa “ah sukar sekali“, sebab itu tandanya kita masih mengandalkan diri sendiri. Kita harus mengandalkan kekuatan yang dari Tuhan sendiri, dengan berakar dalam doa, Sabda Tuhan dan sakramen- sakramen Gereja, terutama sakramen Ekaristi dan sakramen Tobat. Dengan mengandalkan rahmat Tuhan ini, maka apa yang kelihatan sulit menjadi mudah, yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Maka, tulisan Maria Sima yang mendorong manusia untuk bertobat, bukanlah dimaksudkan untuk ‘menggampangkan’ keselamatan; sebab jika anda membaca keseluruhan buku itu (Bebaskan kami dari sini!); justru buku itu menjelaskan adanya Api Penyucian, dan bahwa jiwa- jiwa yang ada di Api Penyucian itu adalah mereka yang sudah bertobat, namun masih perlu untuk dimurnikan oleh Allah agar dapat sempurna bersatu dengan Allah dalam Kerajaan Surga.
3. Kesimpulan
Akhirnya, konsep keselamatan ini harus dilihat dengan seimbang antara dua sisi, yaitu dari sisi kasih karunia Allah dan dari sisi mempertahankan karunia tersebut. Memang dari sisi menerima karunia Allah, kesannya mudah, namun dari mempertahankannya itu membutuhkan perjuangan seumur hidup. Hal ini juga telah diajarkan oleh Kristus, yaitu tentang sulitnya orang kaya masuk dalam kerajaan surga (Mat 19:24; Mrk 10:25; Luk 18:25). Kita manusia umumnya memang sulit untuk menanggalkan ‘kekayaan’ diri kita yaitu segala bentuk keterikatan kita dengan kenikmatan dunia dan segala ciptaan, untuk memusatkan diri kepada hal- hal surgawi.
Oleh sebab itu Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa keselamatan itu diperoleh dengan mudah, sekali saja, dan setelah itu tidak dapat hilang (once saved always saved), yang sudah dibahas di sini, silakan klik. Kita tidak dapat menekankan berat sebelah hanya kepada kasih karunia saja, atau sebaliknya hanya usaha perbuatan manusia saja. Kedua paham ini tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Jika kita ingin setia menjalankan seluruh ajaran dalam Kitab Suci, kita harus menerima bahwa keselamatan itu memang adalah rahmat kasih karunia dari Allah, namun juga membutuhkan kerjasama dari kita untuk terus berjuang hidup sesuai dengan rahmat itu, dengan pertolongan Tuhan Yesus. Kita harus mengingat bahwa Tuhan Yesus telah melakukan bagian “yang tersulit”, yaitu dengan pengorbanan-Nya di kayu salib untuk menyelamatkan kita. Maka bagian yang harus kita lakukan adalah bertobat, menerima rahmat keselamatan itu dan bertahan di dalamnya sampai kesudahannya. Awalnya mudah bagi kita, namun selanjutnya adalah perjuangan. Jadi keselamatan itu “gampang dan susah”, namun tidak ada yang mustahil bagi kita orang yang percaya, sebab tiada yang mustahil bagi Allah (lih. Luk 1: 37)!
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas.
Ibu Ingrid / Bpk.Stef
Iman Kepada Jesus adalah Kasih Karunia Allah, itu benar adanya, Allah itu baik pada semua orang tanpa pilih kasih. Tetapi banyak orang menyalah artikan arti dari kata “Kasih Karunia” itu dengan beranggapan bahwa orang2 yang menolak perkataan injil dan Jesus sebagai Tuhan dan Juru selamat dunia karena orang itu tdk dibuka mata hatinya atau akal budinya oleh Tuhan.
Perenungan saya akan hal itu, bukan karena Tuhan tdk membuka mata hatinya atau akal budinya, tetapi orang2 itu sendiri yang MENOLAK kasih karunia Allah (Allah telah mengulurkan tanganNya tetapi banyak orang tdk menyambut uluran tangan Tuhan)) atau dengan kata lain, orang2 itu sendirilah yang menutup pintu hati dan akal budinya disaat Jesus mengetuk pintu hatinya supaya mereka membuka pintu hati dan akal budinya akan kebenaran firman-Nya.
Mohon Koreksi bila salah.
Terima kasih.
Salam Yohanes,
Dalam konsep keselamatan, maka yang perlu kita pegang adalah keseluruhan dari Kitab Suci, sehingga kita tidak hanya menekankan satu ayat saja. Memang keselamatan adalah karena kasih karunia (lih. Ef 2:5). Namun, kita juga tidak boleh melupakan ayat-ayat lain, yang menekankan pentingnya baptisan (lih. Mrk 16:16), pentingnya iman (lih. Ibr 11:6) dan juga pentingnya perbuatan kasih (lih. Gal 5:6).
Kita juga harus melihat bahwa Allah menghendaki agar seluruh umat manusia memperoleh keselamatan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4). Itulah sebabnya, Allah memberikan Putera-Nya yang tunggal, sehingga barangsiapa percaya kepada-Nya tidak akan binasa, melainkan memperoleh kehidupan yang kekal (lih. Yoh 3:16). Dengan kata lain, dari pihak Allah, Dia telah melakukan bagian-Nya dengan sempurna, yaitu menawarkan keselamatan, menyediakan cara dan membimbing manusia untuk memperoleh keselamatan. Namun, kasih karunia yang ditawarkan oleh Allah juga harus ditanggapi oleh manusia. Kalau sampai manusia tidak menanggapi kasih karunia Allah, maka kesalahan bukan pada Allah, tapi pada manusia sendiri. Namun, karena Allah maha tahu, maka sedari awal, Dia tahu siapa-siapa saja yang menanggapi dan yang menolak kasih karunia Allah. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Thank You Bpk Stef, atas tanggapannya, memang benar dalam konsep keselamatan adalah seluruh isi Alkitab, yang saya maksud dalam tulisan saya di atas adalah banyaknya orang beranggapan bahwa Kasih Karunia (Iman) adalah bahwa Tuhan tdk membuka mata hati dan akal budi seseorang hingga seseorang itu tidak mengerti Firman Tuhan dan menolak Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat. Sesungguhnya Allah telah mengulurkan tangan-Nya tetapi banyak orang tdk menyambut uluran tangan Allah, dengan kata lain, orang2 itu sendirilah yang menutup pintu hati saat Jesus mengetuk pintu hatinya dan mereka tidak memperdulikan kebenaran Firman-Nya.
Btw, sekali lagi terima kasih atas tanggapan Bpk Stef atas tulisan saya di atas. Tuhan Jesus memberkati kita semua.
Shalom Yohanes Triple,
Sebenarnya kasih karunia tidak sama dengan iman. Dan kasih karunia bukanlah Tuhan tidak membuka akal budi sehingga seseorang tidak mengenal Firman Tuhan. Justru Tuhan mencurahkan rahmat-Nya sehingga semua orang dapat sampai pada keselamatan dan pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4). Namun, seperti yang Anda kemukakan, ada sebagian manusia yang memilih untuk menolak kasih Allah. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Mohon penjelasan,
Menurut pendapat saya, bisa diartikan: Seseorang ingin selamat dibutuhkan juga oleh perbuatan kasih dari seseorang itu. jadi sepertinya perkataan : Jesus menebus dosa umat manusia adalah sebuah kata bersayap , sepertinya yg benar adalah Yesus menjembatin antara manusia dan Allah, agar manusia sampai kepada Allah yang telah terputus oleh akibat dosa manusia, dan dalam menjembatani itu Yesus menerima penderitaan hingga kematiaanNya dikayu salib.
Jadi Yesus telah “menjadi Jembatan” dan untuk manusia bisa berjalan melalui jembatan itu dibutuhkan perbuatan kasih dari diri manusia itu. sebab Yesus adalah Kasih.
Mohon koreksi jika saya salah.
Shalom Yohanes,
Memang seorang yang ingin diselamatkan harus berbuat kasih, seperti yang diperintahkan Kristus. Di satu sisi, pernyataan bahwa Kristus menebus dosa dunia adalah satu kebenaran, karena dengan penebusan Kristus, maka terbukalah keselamatan bagi seluruh umat manusia. Dengan kata lain, walaupun manusia berbuat kasih namun tanpa penebusan Kristus, maka tidak akan ada keselamatan. Keselamatan dimungkinkan karena Kristus sendiri yang mengangkat derajat manusia dari tingkatan kodrat ke tingkatan rahmat, sehingga manusia dapat mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Hal ini dicapai dengan misteri Paskah Kristus – penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Sorga.
Yesus memang dapat diumpamakan menjadi jembatan keselamatan. Namun, lebih dari hanya sekedar menjadi jembatan yang pasif, maka Kristus sendiri membantu manusia untuk melewati jembatan tersebut, yaitu melalui rahmat. Dan rahmat ini mengalir dari misteri Paskah Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
1. pak steff and bu inggrid, saya ingin bertanya ttg keselamatan yg kadang disalahartikan oleh umat.
begini di jaman sekarang asal berbuat yang penting bisa dapat keselamatan yang dari Allah (instan, asal bertindak, sehingga sok seperti pahlawan). bagaimana menurut Anda ttg hal tersebut?
2. masih ada pertanyaan yg selama ini saya pendam, mengenai orang yg meninggal. org meninggal jiwanya sudah tiada dari tubuh seseorg, nah dari itu bagaimana kelangsungan dari jiwa org tsb?
3. bagi Anda apakah keselamatan tsb?
adi condro, siswa Seminari Mertoyudan.
Shalom (Frater) Adi Condro,
1 & 3. Gereja Katolik tidak mengajarkan tentang keselamatan yang instan. Keselamatan harus terus diperjuangkan/ dikerjakan dengan takut dan gentar, sampai tiba saatnya kita dipanggil Tuhan. Ini sesuai dengan ajaran rasul Paulus: “Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar!” (Flp 2:12, lih. KGK 1949). Keselamatan bagi kita umat Kristen artinya keselamatan jiwa (2 Tim 2:10) yang memungkinkan kita masuk dalam Kerajaan Allah di Surga dan memperoleh hidup yang kekal (lih. Yoh 3:16).
Silakan anda membaca terlebih dahulu beberapa artikel tentang keselamatan:
Sudahkah kita diselamatkan?
Sekali selamat tetap selamat?
2. Kemana jiwa orang yang meninggal? Silakan anda membaca terlebih dahulu di sini:
Apa yang terjadi setelah kematian
Pengadilan khusus dan Pengadilan Umum
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
mengapa banyak imam yg tidak mau mempersembahkan Requiem bagi mereka yg meninggal karena bunuh diri? adakah alasan pastoralnya?
Riandika Yth
Dulu demikian aturannya bahwa orang meninggal karena bunuh diri tidak boleh dipersembahkan misa requiem. Mengapa? Karena dia meninggal melawan kehendak Allah, yakni dengan mencabut nyawanya sendiri. Namun sekarang tidaklah demikian jadi imam boleh mempersembahkan misa requiem bagi orang yang meninggal bunuh diri. alasannya selain pembaruan dalam Gereja sesudah Konsili Vatikan II dan undang undang Gereja yang baru 1983, Gereja berpendapat bahwa ketika manusia mengambil tindakan bunuh diri, sebelumnya ada peluang dan kesempatan orang itu memohon pengampunan dan mendapat belas kasihan Allah. Kita tidaklah bisa menghakimi orang itu berdosa sehingga tidak bisa mendapat pelayanan kasih lewat pelayanan sakramen Gereja. Kita harus menampakkan kasih Allah dengan melayani mereka yang meninggal, kita tidak tahu ketika saat meninggal dia memohon pengampunan dari Allah atas dosa-dosanya.
Semoga dapat dipahami.
salam
Rm Wanta
ingd ktika roh sudah meninggalkan tubuh , FINISHED , g ad Chance ..
Shalom Kelvin,
Terima kasih atas komentarnya. Ketika Roh sudah menginggalkan tubuh, maka manusia tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan sesuatu untuk keselamatannya. Namun, bukan berarti bahwa mereka tidak berhubungan dengan orang-orang yang masih hidup di dunia ini. Rasul Paulus mengatakan “38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39). Kita juga melihat Yesus bercakap-cakap dengan Musa dan Elia dalam peristiwa transfigurasi. Kalau anda ingin berdiskusi ini secara lebih mendalam, silakan untuk membaca tanya jawab ini – silakan klik. Anda dapat memberikan argumentasi yang baru di link tersebut. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Jawaban Romo tidak sepenuhnya benar…
Misa requiem untuk kasus bunuh diri hanya bisa dilakukan apabila si pelaku menunjukkan adanya akumulasi gangguan kejiwaan yang menghalangi diri si pelaku untuk melakukan suatu tindakan dari kehendaknya, secara bebas dan dengan kesengajaan/kesadaran penuh.
Jika tanda-tanda gangguan kejiwaan ini tidak ada, maka Misa requiem memang tidak bisa dilakukan ini sesuai dengan Kanon 1184 untuk kasus ke-3 yang disebutkan di sana.. itu sebabnya imam diminta untuk berkonsultasi dengan uskup sebelum menolak atau menerima Misa requiem untuk kasus-kasus bunuh diri.
Jove Yth
Kanon 1184 berlaku jika tidak ada penyesalan dalam diri orang yang bunuh diri dan menimbulkan batu sandungan umat beriman. Benar bahwa dalam keraguan harus berkonsultasi dengan Ordinaris setempat. Pada umumnya kasus bunuh diri adalah adanya tekanan dalam diri orang itu secara psikis, beban penderitaan karena ekonomi, sehingga bukan karena murtad ataupun tindakan kriminal melawan klerus, uskup. Contoh konkrit adalah pembunuhan terhadap komandan guarda swisera di Vatikan tahun 1999 yang menghebohkan itu, dan terjadi bunuh diri, dilakukan pemakaman biasa seperti orang beriman lainnya. Bagi saya, karena prinsip belas kasih Allah yang murah hati dan tindakan yang tidak diinginkan itu terjadi di bawah tekanan yang abnormal, menjadi pertimbangan Gereja bagi orang yang bunuh diri itu untuk dimakamkan seperti umat beriman lainnya.
salam
Rm Wanta
karena bunuh diri adalah pulang sbelum Tuhan suru plg , dan itu nama na g mnghargai anugrah terbesar dalam hidup manusia , dan hidup adlah berkarya bwt Allah , jd jelas aj dosa ,
Kalau pertanyaan nya diganti menjadi seberapa susah untuk menghindari neraka, apakah jawabannya sama?
Terima kasih
Shalom Cleo,
Ya, tulisan di atas berlaku juga sebagai jawaban pertanyaan: seberapa susah menghindari neraka. Karena menghindari neraka artinya yaitu seseorang menghendaki agar dapat masuk surga. Masuk dalam Kerajaan Surga inilah yang menjadi arti keselamatan kekal yang diajarkan dan ditawarkan oleh Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
cara mnghindar dr neraka , dekat dengan pribadi yang sempurna yaitu Yesus…gampang kan?.
Shalom Kelvin,
Terima kasih atas komentarnya. Jawaban anda benar bahwa untuk menghindari neraka, kita harus dekat dan mengasihi Yesus. Dan apa buktinya bahwa kita mengasihi Yesus? Rasul Yohanes menegaskan bahwa kita mengasihi Allah kalau kita menuruti perintah-perintah-Nya (lih. 1 Yoh 5:3). Dan perintah-perintah-Nya adalah termasuk sakramen-sakramen (Baptis, Ekaristi, Penguatan, Pengakuan Dosa, Orang Sakit, Imamat, Perkawinan), masuk ke dalam Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri (lih. Mt 16:16-19), hidup dalam kekudusan dan setia sampai pada akhirnya. Itulah manifestasi dari mengasihi Yesus secara penuh.
Salam kasih dalam Kristus,
stef – katolisitas.org
Hai,
saya ingin bertanya sesulit apakah memperoleh keselamatan itu..
Di 1 sisi, digambarkan kerajaan surga sulit dmasuki karena Yesus pernah mengatakan bahwa lebih sulit orang kaya masuk surga dari pada unta masuk lubang jarum
DI sisi lain, dikatakan bila kita menyesal atas dosa kita saja, Tuhan akan mengampuni (seperti di buku Maria SIma)
Jadi, bagaimana konsep yang sebenarnya?
Terima kasih,
Cleo
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
karena kita di bumi mau d pake TUHAN , tp tuhan cuma mau kita bersedia dan rela melepas apapun bwt ikut Tuhan. orang pelit g bakal masuk surga. Clear?
Shalom Kelvin Mathias,
Sesungguhnya yang anda katakan ada benarnya, walaupun memang mungkin memerlukan penjelasan lebih lanjut. Orang pelit tidak dapat masuk surga, karena umumnya mereka hanya melulu memikirkan diri sendiri, sehingga tidak dapat mengasihi Tuhan dan sesama, seperti yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus. Sedangkan kasih kepada Tuhan dan sesama inilah yang menjadi bukti dari iman yang menyelamatkan, yang kita peroleh dalam Kristus karena kasih karunia Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.
Shalom
saya bingung.Mengapa harus unta yang dijadikan hewan perumpamaan? mengapa tidak hewan lainnya saja misalnya, gajah atau keledai… ?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Shalom Tryas,
Terima kasih atas pertanyaannya. Saya sendiri tidak terlalu tahu persis akan alasan di balik hal tersebut, selain bahwa unta dipakai sebagai sarana pengangkutan yang umum – apalagi di daerah padang pasir – dan secara fisik memang besar, serta binatang ini juga dikenal secara luas oleh masyarakat setempat – karena dipakai untuk perang, membawa kereta, rambutnya dapat dimanfaatkan untuk pakaian, diambil susunya, dll. Dengan demikian, binatang yang besar ini dibandingkan dengan lubang jarum menjadi begitu kontras, ditambah dengan perilaku binatang ini yang seringkali tampak beringas ketika akan dinaiki. Perbandingan yang kontras ini juga diberikan oleh Kristus ketika dia mengecam kaum farisi yang mengurusi hal-hal kecil dan melupakan hal-hal besar, yang diumpakan bahwa nyamuk diusir dari minuman dan unta ditelan (lih. Mt 23:24). Jadi, kembali ke perumpamaan orang kaya yang sulit masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mt 19:24; Mk 10:25; Lk 18:25), maka Kristus ingin membandingkan bahwa seekor unta sulit sekali untuk masuk lubang jarum, apalagi orang kaya yang terikat oleh hartanya.
Dan mengapa Kristus tidak menggunakan keledai? karena kurang kontras. Dan mengapa Kristus tidak menggunakan gajah? Karena gajah tidak dikenal luas pada waktu itu, dan hanya disinggung gadingnya (lih. 1Raj 10:22; 2Taw 9:21), serta disebutkan dalam kitab Makabe: 1Mak 3:34; 6:30; 8:6). Namun, perumpamaan dengan menggunakan gajah juga disebutkan dalam kitab Talmud, dan binatang yang diambil sebagai perumpamaan di sana adalah gajah. Demikian juga, pepatah Yahudi mengatakan, “seorang manusia bahkan dalam mimpinya, tidak melihat seekor gajah memasuki lubang jarum” (Edersheim 2, 342). Semoga jawaban ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Tryas,
Perumpamaan keselamatan bagi orang kaya yang diumpamakan dengan unta memasuki lubang jarum, disebutkan dalam Mat 19:24; Mrk 10:25; Luk 18:25.
Mengapa unta dan bukan gajah atau binatang lainnya? Sebenarnya perumpamaan serupa disebutkan dalam kitab Talmud, dan binatang yang diambil sebagai perumpamaan di sana adalah gajah. Demikian juga, pepatah Yahudi mengatakan, “seorang manusia bahkan dalam mimpinya, tidak melihat seekor gajah memasuki lubang jarum” (Edersheim 2, 342).
Maka yang terpenting di sini bukan binatang apa yang disebut dalam perumpamaan, apakah keledai, atau gajah ataupun unta, tetapi apa makna utama yang akan disampaikan. Maksud utama dari perumpamaan ini adalah, semua binatang tersebut ukurannya tidak sebanding dengan lubang jarum, sehingga untuk mengatakan binatang tersebut melewati lubang jarum, merupakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Demikian pula, begitu sulitlah seorang yang kaya untuk masuk dalam kerajaan Surga [karena umumnya mereka terikat kepada harta mereka]. Namun demikian, segala sesuatu mungkin bagi Allah (Mat 19:26), artinya jika orang kaya itu tidak terikat dengan kekayaannya, dan ia mengarahkan hatinya kepada Allah dan melaksanakan segala perintah-Nya, maka ia dapat diselamatkan oleh Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
jadi sebenarnya orang kaya atau orang pelit yang tidak bisa masuk surga? karena di alkitab dikatakan orang kaya tidak bisa masuk surga bukan orang pelit.
jika semua orang kaya tidak bisa masuk surga, lalu macam raja salomo? masa tidak masuk surga? dia kan kaya?
inti dari pertanyaan saya ialah apakah saya bisa menjadi kaya atau sangat kaya dan masih terikat dengan hal dunia (seperti pasangan dan keluarga kita misalnya) namun tetap masuk surga dan menyembah Allah? misalnya setelah menjadi orang kaya saya membangun yayasan sosial dan menjadi donatur tetap gereja. apakah saya tergolong orang bisa masuk surga atau tidak? sangat mohon penjelasannya. karena saya ingin membangun usaha dan menjadi kaya namun saya tidak ingin meninggalkan gereja apalagi urusan surga.
maaf jika pertanyaan saya ini terkesan konyol dan terkesan tidak ingin melepaskan kekayaan dan indahnya dunia. saya hanya berpikir, jika seorang kaya dapat menjadi donatur dan membantu gereja dan sesama, mengapa kita harus menjadi orang miskin yang tidak bisa berbuat apa2 seperti saya selama ini?
Shalom Handy,
Terima kasih atas pertanyaannya. Di dalam Kitab Suci disebutkan tentang perumpamaan orang kaya yang sulit masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mt 19:24; Mk 10:25; Lk 18:25). Orang kaya di sini dapat diartikan secara literal, karena dalam kenyataannya, memang menjadi satu tantangan tersendiri bagi orang kaya untuk tidak sombong dan tetap mengandalkan Tuhan dalam kehidupannya. Namun, orang kaya di perikop tersebut juga dapat diartikan spiritual, yaitu orang-orang yang sombong, baik yang kaya maupun yang miskin. Kesombongan ini menutup rahmat Tuhan untuk bekerja dalam diri mereka. Dan tanpa rahmat Allah, maka manusia tidak akan pernah dapat masuk dalam Kerajaan Sorga.
Kerjasama dengan rahmat Allah, ketergantungan seseorang akan Allah, mengutamakan dan menjalankan perintah Allah dan setia sampai akhir, adalah yang menuntun seseorang pada keselamatan dan bukan pada status sosial atau kekayaan seseorang. Kekayaan kalau dipergunakan dengan semestinya dapat memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan serta dapat memperluas Kerajaan Allah. Menjadi tantangan tersendiri untuk menjadi kaya dan rendah hati serta terus bertumbuh dalam kekudusan. Namun, dengan rahmat Allah, hal ini mungkin.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Comments are closed.