[Minggu Paskah VII: Minggu Komunikasi Sedunia, Kis 7:55-60; Mzm 97: 1-9; Why 22:12-20; Yoh 17:20-26]
Hari-hari ini kita memperingati dan masuk dalam doa Novena yang berasal dari tradisi doa Gereja perdana. Yaitu, doa sembilan hari—sejak hari Kenaikan Yesus sampai dengan hari Pentakosta. Gereja berdoa menantikan Roh Kudus, sebagaimana dahulu dilakukan oleh para murid Kristus dan Bunda Maria. Kita semua menantikan curahan Roh Kudus, yaitu Roh Kudus yang sama yang telah kita terima saat Baptisan. Roh Kudus itulah yang mengikat kita semua dengan Kristus dan mengikat kita satu sama lain. St. Sirilus berkata, “Kita semua yang telah menerima … Roh Kudus, telah dipadukan satu sama lain dan dengan Allah. Sebab jika Kristus, bersama dengan Roh Bapa dan Roh-Nya sendiri, datang dan tinggal di dalam diri kita masing-masing, maka meskipun kita banyak, tetaplah Roh Kudus itu satu dan tak terbagi-bagi. Ia mengikat jiwa setiap kita bersama… dan membuat kita semua satu di dalam Dia. Sebab seperti kuasa Tubuh Kristus yang suci mempersatukan mereka yang di dalamnya ia tinggal, menjadi satu tubuh, … dengan cara yang sama, Roh Allah yang satu dan tak terbagi, yang tinggal di dalam semua [umat beriman], memimpin kepada kesatuan rohani” (St. Sirilus dari Aleksandria, In Jo. ev., 11,11, KGK 738). Dalam kesatuan rohani inilah Roh Kudus membantu Gereja untuk berdoa menyambut Tuhannya (lih. Why 22:17), yaitu Kristus Sang Alfa dan Omega.
Maka kesatuan Gereja menjadi tanda yang paling jelas mencerminkan kesatuan kasih antara Kristus dan Allah Bapa, sebab Roh Kudus adalah Kasih yang dengan-Nya Bapa mengasihi Kristus Putera-Nya dan sebaliknya. Kristus yang tak terpisahkan dari Gereja-Nya, menjadikan Roh Kudus ini juga tinggal dalam Gereja-Nya untuk mempersatukan anggota-anggotanya. Karena itu, St. Yohanes Krisostomus mengatakan, “Sebab tak ada skandal yang begitu besar seperti perpecahan, sedangkan kesatuan antara umat beriman adalah alasan yang kuat untuk percaya; sebagaimana dikatakan Yesus di awal ajaran-Nya. ‘Dengan ini semua manusia akan mengetahui bahwa kamu adalah murid-Ku, jika kamu mengasihi satu sama lain.’ Sebab jika mereka berkelahi, mereka tidak akan dipandang sebagai para murid dari Guru yang membawa damai. ‘Dan Aku’, kata-Nya, ‘[jika] tidak menjadi Pembawa damai, mereka tidak akan mengenaliKu sebagai yang diutus Allah…. [Maka] dengan ‘kemuliaan’ (ay. 22,24), yang dimaksudkan Kristus adalah mukjizat-mukjizat, ajaran-ajaran-Nya dan kesatuan; dimana kesatuan adalah kemuliaan yang lebih besar. Sebab semua yang percaya melalui pemberitaan para rasul menjaga kesatuan. Jika barangsiapa terpisah, itu adalah karena kecerobohan orang itu sendiri, bukan karena bahwa Tuhan kita telah mengharapkannya demikian” (St. John Chrysostom, in Catena Aurea, John 17:20-23).
Sebagaimana kesatuan dalam keluarga kita juga harus selalu dipupuk dan dipelihara, demikian pula, Kristus mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada Gereja sebagai “keluarga umat beriman”, agar kesatuannya terus terjaga. Itulah sebabnya kita merayakan sakramen-sakramen, dan Novena Roh Kudus. Katekismus Gereja Katolik mengatakan, “…Kristus, sebagai Kepala Tubuh, memberikan Roh Kudus kepada anggota-anggota-Nya, untuk memelihara mereka, menyembuhkan mereka, menyelaraskan mereka dalam fungsinya yang berbeda-beda, memberi mereka hidup, mengutus mereka untuk memberi kesaksian, dan mengikutsertakan mereka dalam penyerahan diri-Nya kepada Bapa dan dalam doa permohonan-Nya untuk seluruh dunia. Oleh sakramen- sakramen Gereja, Kristus membagi-bagikan Roh Kudus-Nya yang menguduskan kepada anggota Tubuh-Nya” (KGK 739).
Di hari Minggu ini, yang juga adalah hari Minggu Komunikasi sedunia, mari kita memeriksa diri kita, sejauh mana kita telah menjadi saksi bagi kehadiran Roh Kudus yang mempersatukan Gereja. Apakah kita senantiasa menjaga kesatuan dalam keluarga kita, lingkungan, komunitas ataupun paroki kita? Sikap menjaga kesatuan diuji dalam perbedaan pendapat, atau kalau ada kesalahpahaman. Apakah kita lekas marah, ‘ngedumel di belakang’ atau kita lebih suka berdialog dengan semangat kasih dan mencari penyelesaiannya? Apakah kita gigih mengusahakan persatuan dan menolak perpecahan? Sebab kesatuan kasih di antara kita sebagai umat beriman merupakan kesaksian yang paling lantang menyatakan bahwa Kristus adalah Sang Putera Allah yang diutus oleh Allah Bapa untuk membawa damai kepada umat manusia. Melalui kesatuan kasih dalam Gereja, dunia yang sudah tercerai berai oleh dosa, kejahatan dan kebencian, dapat mengenali wajah Allah yang penuh kasih, yang menyatakan kasih-Nya di dalam Kristus. Jika kita sungguh mengasihi Kristus, kita harus juga menginginkan dan mengusahakan kesatuan kasih ini, sebagaimana Kristus menghendakinya. Dengan demikian kita memuliakan Allah. Karena itu marilah kita berdoa:
“Tuhan Yesus Kristus, di malam menjelang sengsara-Mu, Engkau berdoa kepada Bapa, agar semua orang yang percaya kepada-Mu menjadi satu. Utuslah Roh Kudus-Mu kepada semua yang menyebut diri sebagai murid-Mu dan pelayan-Mu. Teguhkanlah iman kami akan Engkau, dan pimpinlah kami untuk saling mengasihi dalam kerendahan hati. Semoga kami yang telah dilahirkan kembali dalam satu Baptisan dapat dipersatukan dalam satu iman di bawah satu Gembala. Amin.”