Ada yang pertanyaan, kalau Kristus adalah Kepala Gereja, kenapa masih perlu ada Paus? Ingin tahu jawabannya? Ikuti terus video ini.
Hi, saya Stefanus Tay. Selamat datang di Katolisitas.
Efesus 5:23 dan Kolose 1:18 mengatakan bahwa Kristus adalah kepala jemaat atau Gereja. Jadi tentu saja, umat Katolik mengakui bahwa Kristuslah Kepala Gereja. Namun demikian, dalam mengepalai umat-Nya ini Kristus melibatkan Paus sebagai wakil-Nya di dunia ini.
1. Kristus adalah Kepala Gereja yang melibatkan para rasul dan penerus mereka.
Kristus mendirikan Gereja dan mempercayakan Gereja-Nya ini kepada para rasul yang adalah para uskup yang pertama. Kesinambungan jalur apostolik ini menjamin bahwa misi Kristus terus berlanjut di sepanjang zaman, dengan para uskup bertindak sebagai pengajar iman dan gembala bagi jiwa-jiwa. Paus, sebagai uskup Roma dan penerus Rasul Petrus menempati kedudukan yang unik sebagai sumber dan dasar yang kelihatan bagi kesatuan Gereja.
Kesatuan yang kelihatan ini penting, sebab selain mempunyai dimensi ilahi, Gereja pun mempunyai dimensi manusiawi; dan keduanya tidak terpisahkan. Ini sama seperti Kristus mempunyai kodrat ilahi dan kodrat manusia. Ketika Saulus menganiaya anggota Gereja yang kelihatan, Kristus berkata, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” (Kis 9:4) Jadi ada kesatuan yang tak terpisahkan antara Kristus dan Gereja-Nya.
2. Peran Paus adalah untuk memimpin atas nama Kristus
Sebagai pemimpin atas nama Kristus, Paus tidak menjadi setara apalagi lebih tinggi dari Kristus. Ia bukan saingan Kristus, tetapi pelayan Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari, ini seperti ketika seorang direktur perusahaan harus pergi dalam jangka waktu yang lama, maka ia akan menunjuk seseorang untuk mewakilinya. Demikian juga dengan Kristus. Sebelum naik ke Surga, Kristus telah menunjuk perwakilan-Nya di dunia ini untuk menjaga umat-Nya. Ia mempercayakan penggembalaan umat Allah kepada Rasul Petrus (lih. Yoh 21:15-19). Dan karena Gereja-Nya dikehendaki Kristus untuk tetap ada di sepanjang zaman, maka tugas penggembalaan ini dilanjutkan oleh Paus sebagai penerus Rasul Petrus. Keberadaan Paus sebagai pemimpin Gereja yang kelihatan ini penting, sebab Kristus menghendaki Gereja-Nya ini kelihatan, seperti kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi (Mat 5:14).
Paus—sebagai pemimpin Gereja yang kelihatan ini— bertugas mewakili Kristus. Maka Paus bukan hanya pemimpin administratif tetapi lebih daripada itu, pemimpin rohani dan pastoral, untuk membimbing umat sampai kepada keselamatan kekal. Paus bertindak sebagai Kristus (in persona Christi) dalam perayaan-perayaan sakramen, secara khusus dalam perayaan Ekaristi. Paus mewakili Kristus sendiri dalam pelayanan tersebut, maka ia disebut vicar of Christ/ wakil Kristus. Artinya, Paus bertugas, atas nama Kristus memimpin dan mengajar umat sesuai dengan ajaran dan teladan Kristus. Otoritas Paus adalah cerminan dari misi Kristus sendiri, yang menekankan kepemimpinan atas dasar kasih dan pelayanan kepada sesama. Jadi Paus bukan pemimpin menurut ukuran dunia tetapi pemimpin yang melayani, yang menjaga, melindungi dan membina umat beriman. Itulah sebabnya Paus juga disebut sebagai ministerial head atau kepala pelayan. Dengan kepemimpinan Paus ini, Gereja Kristus akan terus bersatu padu, sebagaimana terlihat dalam sejarah. Gereja Katolik tetap bertahan selama 2000 tahun walaupun mengalami begitu banyak tantangan, baik dari luar maupun dari dalam.
3. Kepemimpinan Paus ada untuk menyatukan Gereja
Kita tahu bahwa Kristus menghendaki kesatuan sempurna dari umat yang mengimani Dia, dan Ia menyamakan kesatuan itu dengan kesatuan antara diri-Nya dan Allah Bapa. Artinya, Tuhan Yesus mau agar umat-Nya sungguh-sungguh menjadi satu, sebagaimana dikatakannya dalam Yohanes 17. Karena itu, wakil Kristus yang kelihatan di dunia ini, bertugas menjaga kesatuan umatNya dalam ajaran, liturgi dan kepemimpinan; agar mereka benar-benar menjadi satu.
Hal ini jelas kita lihat dalam peristiwa kunjungan Bapa Paus Fransiskus ke Indonesia tanggal 3 sampai 6 September 2024 yang lalu. Umat Katolik di seluruh Indonesia berkumpul, berdoa, mendengarkan pengajaran-Nya, dan memecah roti atau Ekaristi sebagai satu kesatuan, khususnya yang hadir dalam Misa Kudus di GBK. Ini sama seperti yang terjadi dalam jemaat perdana yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 2:42 “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Maka kesatuan itu mencakup pengajaran, persekutuan, perayaan iman dan doa. Paus menjadi pemersatu para uskup dan umat, dan kuasanya bersifat universal. Katekismus mengajarkannya demikian:
“Paus, Uskup Roma dan pengganti Petrus, merupakan ‘asas dan dasar yang kekal dan kelihatan bagi kesatuan para Uskup maupun segenap kaum beriman’ (LG 23). ‘Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi, dan universal terhadap Gereja…’.” (KGK 882)
Jadi apa kesimpulannya?
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Kristus tetap adalah Kepala Gereja yang memimpin, membimbing Gereja melalui Roh Kudus. Namun, karena Gereja selain mempunyai dimensi ilahi (yang tidak kelihatan) juga mempunyai dimensi manusiawi (yang kelihatan), maka dalam memimpin Gereja-Nya, Kristus memberikan kuasa kepada Paus (selaku penerus Rasul Petrus) sebagai wakil-Nya dan kepala pelayanan-Nya. Karena itu, kepemimpinan Paus ada untuk mewujudkan kepemimpinan Kristus dalam melayani umat beriman dan memajukan persatuan di dalam Gereja. Dengan demikian, Kristus dapat memimpin dan menggembalakan umat-Nya secara kelihatan sampai akhir zaman.