Pertanyaan:

Aku betul-betul prustasi kenapa Tuhan Yesus harus mati ditiang salib, Kenapa Tuhanku sampai kalah dengan tentara Romawi ! Kenapa dia tidak tuntas dalam menyampaikan risalahnya ( Yohanes 16 :12-14) “12 Masih banyak hal yang harus aku katakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
13Tetapi apabila ia datang, yaitu Roh Kebenaran. Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran. Sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarnya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.

Dan siapa Roh Kebenaran itu ?

Manis

Jawaban:

Shalom Manis,

1. Kematian Yesus di salib adalah tanda kemenangan

Kematian Yesus di kayu salib itu bukanlah sesuatu tanda kekalahan, tetapi justru kemenangan. Penderitaan dan wafat-Nya itu memang merupakan suatu ‘kebodohan’ menurut hikmat manusia, tetapi merupakan ‘kemenangan’ menurut hikmat Allah (lih. 1 Kor 1: 18-31).

Sebab dengan pengorbanan Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari mati, maka Kristus mengalahkan kuasa dosa dan maut. Sebab tidak ada seorangpun di dunia ini dapat bangkit dari kematiannya, dan memang hanya Yesus Kristus saja, dan tidak akan pernah ada lagi. Yesus, Allah Putera yang menjelma menjadi manusia, wafat di salib sebagai korban tebusan dosa- dosa umat manusia (lih. Mat 20:28) agar dengan demikian jurang yang memisahkan antara Allah dan manusia akibat dosa, dapat terjembatani; sehingga manusia dapat kembali kepada Allah dan menerima kehidupan kekal. Silakan anda membaca artikel ini: Kesempurnaan rancangan keselamatan Allah, silakan klik.

2. Wafat Kristus dan kebangkitan-Nya memang merupakan puncak dalam rencana Allah menyelamatkan manusia.

Maka wafat Kristus dan kebangkitan-Nya memang merupakan puncak dalam rencana Allah menyelamatkan manusia. Karena melalui wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke surga, tercurahlah rahmat keselamatan bagi kita manusia. Kini, rahmat tersebut terus tercurah kepada kita melalui sakramen- sakramen Gereja oleh kuasa Roh Kudus, yaitu Roh Kebenaran yang disebutkan dalam Yoh 16:12-14. Pada saat Yesus menjelaskan kepada para muridnya di perikop Yoh 16 tersebut, para murid belum dapat memahaminya, karena mereka tidak menyangka bahwa untuk menyelamatkan dunia Kristus harus mengalami sengsara dan wafat di kayu salib sampai sedemikian rupa. Walaupun Yesus sendiri telah sedikitnya tiga kali memberitahukan para rasul-Nya tentang kematian-Nya ini (Mat 16:21; Mat 17:22-23; Mat 20:17:19), para murid-Nya baru memahaminya setelah segala sesuatu yang dikatakan Yesus terjadi.

Maka perasaan anda yang frustasi karena penyaliban Yesus, itu menyerupai pengalaman kedua murid Yesus di perjalanan ke Emaus (lih. Luk 24:13-35). Namun Kristus menampakkan diri kepada kedua murid tersebut, untuk membuktikan bahwa Ia sungguh bangkit dan hidup. Yesus berjalan bersama mereka sambil menjelaskan makna Kitab Suci dan mereka mengenali Kristus yang bangkit pada saat Ia memecahkan roti, namun seketika itu juga Ia lenyap dari pandangan mereka. Pengalaman ini mengobarkan hati mereka dan para murid lainnya, bahwa Kristus sungguh telah bangkit dari mati. Mukjizat kebangkitan ini membuktikan bahwa Kristus sungguh adalah Allah Putera yang menjelma menjadi manusia. Maka kematian Kristus di salib bukanlah kekalahan, namun sebaliknya adalah kemenangan; karena diikuti oleh kebangkitan, yaitu bukti bahwa Kristus telah mengalahkan kuasa dosa dan maut demi menebus dosa- dosa manusia. Wafat dan kebangkitan-Nya untuk membuka jalan keselamatan bagi kita.

3. Yesus menyerahkan nyawa-Nya atas kehendak-Nya sendiri, bukan karena ‘dikalahkan’ oleh orang- orang Yahudi ataupun Romawi.

Maka pada saat Yesus menyerahkan diri-Nya ke tangan orang- orang Yahudi itu adalah karena Ia sendiri menghendaki-Nya, demi memenuhi rencana keselamatan Allah. Tuhan Yesus telah berulang kali mengajarkan betapa Ia akan menyerahkan nyawa-Nya demi menyelamatkan umat-Nya seperti halnya Gembala yang baik menyerahkan-Nya nyawa bagi domba- domba-Nya.

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;….. Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.” (Yoh 10:11, 18)

Jadi bahwa Yesus menyerahkan nyawa-Nya bukan karena Ia ‘kalah dengan tentara Romawi‘. Yesus memang dengan kehendak bebas-Nya menyerahkan nyawa-Nya kepada orang- orang Yahudi; agar dengan demikian Ia dapat menjadi korban penebusan dosa umat manusia untuk memenangkan dari kuasa dosa dan maut, jiwa orang-orang yang percaya.

4. Dengan menyerahkan Nyawa-Nya di salib, Kristus menggenapi nubuat para nabi tentang Mesias yang diutus Allah.

Dengan kurban salib-Nya, Kristus memenuhi nubuat para nabi beratus- ratus tahun sebelum-Nya, bahwa sebagai Mesias, Ia akan wafat dengan cara demikian.

Sang Mesias digambarkan mengalami penderitaan:

a. Yakub menggambarkan bahwa Mesias akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur (Kej 49:11).

b. Daniel 9 memberikan gambaran akan Mesias yang menderita, dimana dia akan disingkirkan, walaupun tidak mempunyai kesalahan apapun (Dan 9: 26).

Gambaran akan penderitaan Mesias dan kebangkitan-Nya:

a. Nabi Yesaya memberikan gambaran yang begitu jelas akan penderitaan Sang Mesias (Yes 42; 49; 50; 53).

b. Mesias harus menderita untuk menanggung dosa dunia; oleh bilur-bilur-Nya, kita disembuhkan (Yes 53:5).

c. Mesias juga akan ditolak oleh orang banyak (Mzm 118:22).

Yesus ditolak bukan hanya oleh orang-orang, namun terutama adalah para ahli farisi, imam agung. Namun penolakan ini melahirkan Kerajaan Allah, dengan Yesus sendiri sebagai batu penjuru (Mat 21:42).

d. Daud berbicara tentang penderitaan Kristus di kayu salib, seperti: tangan dan kakinya akan ditusuk, segala tulangnya terlihat, membagi pakaiannya, menderita kehausan yang sangat (Mzm 22).

e. Nabi Yesaya mengatakan bahwa Mesias akan memberikan punggungnya bagi orang-orang yang memukulnya, dan memberikan pipinya bagi yang mencabut janggutnya. Dia dinodai dan diludahi, namun dia tidak menyembunyikan mukanya (Yes 50:6).

f. Kebijaksanaan Salomo menceritakan tentang penganiayaan dan penolakan akan Kristus (Keb 2:12-20).

Drama yang begitu kejam ini terpenuhi dalam diri Kristus yang mengalami penderitaan begitu hebat sesuai dengan yang dinubuatkan nabi Daud dan Yesaya (Mat 27:39-42).

g. Daud berbicara tentang kebangkitan Mesias ketika dia berkata bahwa Tuhan tidak akan memberikan Dia kepada dunia orang mati (Mzm 49:15).

Yesus menggenapi nubuat ini, dengan kebangkitan-Nya dari mati; dengan disaksikan begitu banyak orang yang masih hidup pada waktu Injil dan Surat Rasul Paulus ditulis (Mat 28:7). Yesus juga mengatakan bahwa Dia adalah kebangkitan dan hidup dan barangsiapa percaya kepada-Nya, dia akan hidup walaupun dia sudah mati (Yoh 11:25).

5. Roh Kebenaran (Yoh 16:12-14) adalah Roh Kudus yang turun atas para rasul pada hari Pentakosta.

Setelah Kristus bangkit dan naik ke surga, maka para murid berkumpul dan menantikan pemenuhan janji Kristus yang akan mengutus Roh Kebenaran (Yoh 16: 13). Roh Kebenaran ini adalah Roh Kudus yang turun atas para rasul pada hari Pentakosta (lih. Kis 2:4). Roh Kudus inilah yang mengubah para rasul, dari yang tadinya takut akan orang- orang Yahudi (Yoh 20:19) menjadi berani dalam memberitakan firman Tuhan (lih. Kis 2:14-40; Kis 3, 4, 5, dst). Karunia Roh Kudus menyertai para rasul pada saat mereka mengajar, sehingga mengakibatkan pertobatan banyak orang (lih. Kis 2:41, 47).

Roh Kudus juga mendorong para rasul untuk berbicara dengan hikmat Allah, seperti contohnya kepada Petrus, Yohanes dan Stefanus, sehingga tak seorangpun sanggup melawan hikmat mereka (lih. Kis 4, 6:10, 22:30-dst, Kis 25, 26). Ini merupakan pemenuhan janji Kristus, bahwa akan memberikan Roh Kudus-Nya kepada para rasul-Nya sehingga mereka akan dapat memberikan jawaban atas segala pertanyaan yang ditujukan kepada mereka:

“Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.” (Luk 12:11-12)

Maka Roh Kudus atau Roh Kebenaran (lih. 1 Yoh 5:6) adalah Roh Kristus sendiri yang telah membangkitkan-Nya dari kematian. Roh Kudus ini diberikan kepada semua yang percaya kepada-Nya dan dibaptis (lih. Kis 2:38). Roh Kudus inilah yang menjadikan kita milik Kristus, dan Roh ini akan memimpin kepada kehidupan dan kebenaran (lih. Rom 8:10-11); sebab Kristus adalah kebenaran dan hidup (Yoh 14:6). Roh Kudus ini juga disebut Roh Penghibur, yang diutus oleh Allah Bapa dalam nama Kristus, dan Roh Kudus ini akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita dan mengingatkan kita akan semua yang telah dikatakan Kristus kepada kita (lih. Yoh 14:26). Maka Roh Kudus (yang disebut juga sebagai Roh Penghibur dan Roh Kebenaran) ini adalah Pribadi ketiga dari Allah Trinitas: Roh Kudus dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Kristus Sang Allah Putera. Selanjutnya tentang Allah Trinitas, silakan klik di sini.

 

Demikianlah Manis, yang dapat saya tuliskan menanggapi pertanyaan anda. Jangan frustasi karena Kristus telah wafat di salib. Sebab Kristus telah bangkit! Justru kematian Kristus di salib harus menjadi sumber kekuatan dan pengharapan kita, agar dapat bangkit bersama Dia. Sebab jika kita mati terhadap dosa, maka bersama Kristus kita akan memperoleh hidup yang baru. Dan jika kita jalani hidup ini di dalam Kristus dengan iman, pengharapan dan kasih, maka kita akan dihantar-Nya untuk sampai kepada kehidupan yang kekal di Surga.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

23 COMMENTS

  1. Shalom Katolisitas,
    Mohon pencerahan ya…Ma’af kalau ada kata- kata saya yg salah.
    Mengapa murid- murid (rasul) Yesus harus mati secara mengenaskan? Padahal Allah dapat menyertai mereka (para rasul) hidup hingga akhir hayatnya (sampai tua). Dengan semangat penginjilan dan penyertaan Allah (Roh Kudus) yg begitu besar kuasaNya, dapat mengelakan kematian yang mengenaskan para rasul.
    Demikian pertanyaan dari saya, mohon kiranya diberikan pencerahan oleh tim katolisitas.

    Terima kasih

    • Shalom Sale,

      Kecuali Rasul Yohanes, para rasul yang lain (tidak termasuk Yudas) wafat sebagai martir. Dengan demikian, kita melihat bahwa Gereja dibangun di atas pengorbanan Kristus dan juga darah para martir. Fakta ini menjadi sungguh penting, mengingat bahwa perkembangan kekristenan di masa awal bukan berdasarkan kekuasaan duniawi, namun kekuasaan dari atas. Para rasul menunjukkan kepada kita semua bahwa mereka rela memberikan nyawanya – meniru teladan Kristus – untuk memberitakan Injil, bukan dengan pedang namun dengan pemberian diri mereka dengan sehabis-habisnya. Mereka melakukan apa yang dikatakan oleh Kristus sendiri “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.” (Mrk 8:34). Perlu ditekankan di sini, bahwa mereka mampu menjadi martir karena rahmat yang diberikan oleh Allah, yang memampukan mereka menghadapi kematian dengan mata tetap tertuju kepada kekekalan. Mari, kita juga meniru teladan mereka, untuk juga mau mati terhadap keinginan-keinginan pribadi kita demi kasih kita kepada Kristus – yang terlebih dahulu mengasihi kita dengan sehabis-habisnya dengan menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. kalau menjelaskan ketuhanan jesus kenapa susah sekali ya, njelimet dan gak jelas… agama ini agama kebohongan jadi susah membuatkan argumennya, coba ambil saja satu kalimat di injil yang menjelaskan ketuhanan jesus dengan tegas dan tidak wanprestasi ada gak sih?

    • Shalom Ayma,

      Kunci untuk dapat mengerti tentang karya keselamatan Allah dalam agama Kristen adalah mengerti bahwa Allah bukan hanya maha besar, namun Allah adalah maha kasih. Kalau kita mengerti tentang kasih ini, maka kita akan juga menerima Allah yang menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia karena kasih-Nya kepada manusia. Dengan demikian di dalam diri Yesus, kita melihat adanya dua kodrat: kodrat Allah dan kodrat manusia.

      Tidak ada yang menyangkal bahwa Kitab Suci membuktikan bahwa Yesus adalah manusia, sehingga Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus adalah sungguh manusia. Namun, Kitab Suci yang sama juga membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan, sehingga Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa Kristus mempunyai kodrat Allah. Ke-Allahan-Nya dapat dibuktikan dengan kedatangan-Nya yang dinubuatkan oleh para nabi dari generasi ke generasi: Kelahiran-Nya (lih. Mik 5:2), kehidupan-Nya yang membuat banyak mukjizat (lih. Yes 29:18, 35:5-6, 61:1; bdk. Mat 11:5; Luk 4:18; Mat 15:30), penderitaan dan kematian-Nya (lih. Yes 42, 49, 50, 53). Yesus menyatakan ke-Allahan-Nya juga dengan mengajar dan memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri -bukan dengan mengatakan “Beginilah firman Tuhan…. ” (Kel 4:22; 5:1; Yos 24:2; Hak 6:8; 1Sam 10:18, dst) seperti dikatakan oleh para nabi, namun Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu…” (lih. Mat 5-6). Yesus juga menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan dengan menyatakan bahwa Ia berdiam di dalam hati setiap orang, terutama dalam mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan, dan bahwa semua orang kelak akan dihakimi atas dasar perbuatannya terhadap mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan itu, sebab dengan perbuatan tersebut mereka memperlakukan Dia (lih. Mat 25:31-46). Yesus juga melakukan begitu banyak mukjizat seperti menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41), menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16,  9:18-38, 14:36, 15: 29-31), memperbanyak roti untuk ribuan orang (Mat 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19). Yesus juga menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah karena Yesus berkuasa untuk mengampuni dosa (lih. Mat 9:2-8; Mrk 2:3-12; Luk 5:24, Luk 7:48); Kristus juga mengatakan bahwa Dia mampu memberikan hidup yang kekal (lih. Yoh 10:28) dan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30). Dengan cara-Nya sendiri Yesus menyatakan diri-Nya adalah Sang Yahweh, terutama dengan mengatakan bahwa diri-Nya adalah, “Aku adalah Aku/ I am who am”, yang adalah sinonim/ persamaan arti kata ‘Yahweh’ itu sendiri. Karena klaim ke-Allahan inilah, maka Yesus hendak dibunuh dan dilempari batu oleh orang-orang Yahudi (lih. Yoh 10:33). Selanjutnya, Yesus sendiri tidak menolak ketika Rasul Tomas mengatakan, “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28) dan tidak menolak ketika Dia disembah oleh para murid (lih. Mat 28:16-17). Dan akhirnya dalam Kitab Wahyu digambarkan bahwa Yesus bertahta dalam kemuliaan dan seluruh ciptaan menyembah-Nya (lih. Why 5:13-14).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

    • Yohanes 13:13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.

  3. Misteri Penguburan Isa Al Masih
    Dalam keadaan pingsan serdadu menganggap dalam keadaan mati Isa Al Masih diturunkan dari kayu salib.
    Berikut adalah penjelasan Bibel, berkaitan dengan peristiwa-peristiwa setelah Isa Al Masih dianggap mati di kayu salib.
    “sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi meminta kepada Pilatus supaya ia diperholehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu ( Yoh 19:38 ).
    Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. la membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu. Kira-kira lima puluh kali beratnya ( Yoh 19:39 ).

    Mereka rnengambil mayat Yesus, menggapainya dengatt kain lerran dan membubuhinya dengan rempah-rampah menurut adat vrartg Yahudi bila menguburkan mayat (Y oh 19:40 ).
    Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan menggapainya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu kepintu kubur itu ( Markus 19:46 ).
    Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus ( Markus 16:1 ).
    Ayat-ayat tersebut, memang jika dibaca tanpa daya kritis, seolah menguatkan fenomena bahwa Isa Al Masih meninggal karena disalib. Tetapi marilah dengan kekuatan nalar, kita telaah makna-makna di balik ayat-ayat tersebut.
    Secara kronologis, peristiwa penurunan Isa Al Masih dari kayu salib, seperti dijelaskan ayat-ayat diatas, adalah sebagai berikut:
    Hari Jum’at, sebelum masuk waktu Sabat (sebelum maghrib) Yusuf dari Arimatea membawa Yesus ke kuburnya.
    Malam harinya, Nikodemus datang ke kubur dengan membawa campuran minyak mur dan gaharu. Lalu mengkafani Yesus dengan kain lenan.
    Ahad pagi hari, Maria Magdalena dan kawan-kawan membawa rempah-rempah ke kubur untuk meminyaki Yesus.
    Dari kronologi tersebut, muncul pertanyaan “mayat” Isa Al Masih sudah diberi rempah-rempah untuk diminyaki oleh Yusuf Arimatea dan Nikodemus serta dikafani, mengapa pada pagi hari dua hari berikurnya (hari Ahad) datang para wanita ke kubur dengan membawa rempah-rempah dan minyak untuk meminyaki Isa Al Masih?
    Jawabannya tidak sulit, datangnya para wanita tersebut pada dua hari sesudah “penguburan” justru menunjukkan bahwa Isa Al Masih belum meninggal. Kedatangan mereka dengan membawa tambahan rempah­rempah tersebut, tentu saja, dimaksudkan untuk mengobati Isa Al Masih. Mengingat rempah-rempah dan minyak mur antara lain berfungsi sebagai obat untuk luka.

    [dari katolisitas: Silakan melihat diskusi ini – silakan klik. Kalau boleh tahu, rempah-rempah seperti apa yang dapat membangkitkan orang mati? Dan apakah Anda mempunyai bukti tulisan dari para jemaat awal yang menyatakan bahwa Yesus tidak mati disalib?]

  4. Shalom Katolisitas,
    Saya ingin bertanya pada saat Yesus mengalami kematian,apakah sebenarnya yang terjadi
    a.Yesus secara jasmani dan rohani[kodrat Allah] mati untuk sementara waktu.Tiga hari kemudian bangkit dari kematian.
    Menurut saya walaupun Tuhan Yesus mati untuk sementara waktu,bukankah masih ada Allah Bapa dan Roh Kudus yg masih bekerja ataukah
    b.Yesus mati secara jasmani saja tetapi ke Allahan Yesus tetap hidup,mungkin berkeliling melihat lihat situsi dunia dan manusia,mungkin juga mampir ke tempat penantian mengunjungi Elia dan Henokh,kemudian setelah tiga hari bangkit dari kematian.
    Sebenarnya pertanyaan semacam ini sering ditanyakan penanya lain,tetapi menurut saya jawabannya kurang jelas dalam inti masalah.
    Terima kasih bila anda berkenan meemberi jawaban pertanyaan ini dan mohon maaf karena email saya yg terakhir saya kirimkan sempat mencela anda karena takut tidak dijawab pertanyaan saya.

    • Shalom Tarsisius,

      Untuk menjawab pertanyaan Anda, maka kita harus mendefinisikan terlebih dahulu arti “mati”. Bagi manusia, mati berarti keterpisahan antara tubuh dan jiwa. Prinsip yang lain adalah Kristus mempunyai dua kodrat – sungguh Allah dan sungguh manusia – yang tidak terpisahkan. Untuk menjawab pertanyaan apa yang terjadi ketika Kristus meninggal, maka Catechism of the Council of Trent menerangkannya sebagai berikut: [penekanan dari saya]

      The pastor should explain that these words present for our belief that Jesus Christ, after He was crucified, really died and was buried. It is not without just reason that this is proposed to the faithful as a separate object of belief, since there were some who denied His death upon the cross. The Apostles, therefore, were justly of opinion that to such an error should be opposed the doctrine of faith contained in this Article, the truth of which is placed beyond the possibility of doubt by the united testimony of all the Evangelists, who record that Jesus yielded up the ghost.   Moreover as Christ was true and perfect man, He of course was capable of dying. Now man dies when the soul is separated from the body. When, therefore, we say that Jesus died, we mean that His soul was disunited from His body. We do not admit, however, that the Divinity was separated from His body. On the contrary, we firmly believe and profess that when His soul was dissociated from His body, His Divinity continued always united both to His body in the sepulchre and to His soul in limbo. It became the Son of God to die, that, through death, he might destroy him who had the empire of death that is the devil, and might deliver them, who through the fear of death were all their lifetime subject to servitude.

      Dengan prinsip tersebut, memang Allah wafat, dalam pengertian Kristus yang adalah Allah namun sekaligus sungguh manusia, mengalami keterpisahan antara tubuh-Nya dan jiwa-Nya, sebagaimana layaknya ketika manusia mati, maka tubuh dan jiwanya akan terpisah. Karena kodrat Allah dari Kristus tidak terpisah dari kodrat manusia-Nya, maka Pribadi Allah ke-2 ini tidak terpisahkan dari tubuh-Nya yang terbujur di makam dan jiwanya yang turun ke tempat penantian. Jadi, kita harus melihat bahwa kata “mati” mengacu kepada keterpisahan tubuh dan jiwa. Dengan demikian, tidak menjadi masalah, kalau tubuh Kritus (yang adalah bagian kodrat manusia) terpisah dengan jiwa-Nya. Penjelasan yang dapat Anda baca juga dapat dilihat di sini di bagian communicatio idiomatumsilakan klik. Semoga jawaban ini dapat memberikan kejelasan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  5. Kenapa harus di salib yah…….kan allah nebus dosa tinggal ngomong. kenapa membuat seluruh jagat raya aja bisa?,koq nebus dosa umatnya mesti pake orang….

    [dari katolisitas: Silakan melihat artikel ini – silakan klik dan ini – silakan klik]

    • Shalom Matius,
      Saya pun pernah mempertanyakan hal yang sama dan saya merasa sudah menemukan jawabannya.

      Pertama, seorang Profesor bidang Kimia Nuklir yang juga seorang Katolik yang taat mengatakan kepada saya, bahwa hal tersebut perlu dilakukan agar manusia tahu betapa menjijikkannya dosa – dosa yang kita perbuat. Kalau Allah tinggal ngomong saja menurut dia jadinya nanti jadi kurang mendidik untuk umat manusia supaya jangan berbuat dosa lagi.

      Kedua, jawaban pertama di atas entah mengapa masih kurang memuaskan untuk saya dan jadi saya tetap bertanya – tanya dalam hati sampai suatu malam saat sedang berdoa rosario saya mendapatkan pengajaran ilahi seperti berikut ini. (Saya mohon bimbingan para romo di Katolisitas untuk menjadi hakim, apakah yang saya ceritakan di bawah ini bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik).

      a) Dalam Kitab Wahyu dituliskan bagaimana Lucifer memberontak dan akhirnya dibuang ke Bumi menjadi penguasa di Bumi. Karenanya sewaktu Yesus dicobai di padang gurun dan Iblis mengatakan, “Sembahlah Aku, maka seluruh kekuasaan di bumi akan ku berikan kepadamu.” Yesus menjawab, “Ada tertulis, hanya Allah yang boleh disembah!” Yesus tidak membantah bahwa memang saat itu dunia berada dalam kuasa si jahat karena itu Dia datang untuk mengambilnya kembali.

      b) Allah adalah Kebenaran Sejati. Ia tidak dapat mengkontradiksikan dirinya sendiri. Ia tidak dapat bersentuhan dengan dosa. Karena itu manusia yang berdosa, yang juga berarti memiliki kesombongan dan ketidaktaatan seperti si jahat berada dalam kuasa si jahat. Tetapi Allah begitu mencintai anak – anakNya maka walaupun mereka berdosa, Allah ingin mereka bertobat dan Allah tetap mengasihi mereka. Kalau ada dari kita yang mempunyai anak yang berbuat jahat lalu dimasukkan ke dalam penjara, pastinya kalau hakim mengijinkan kita bersedia menggantikan anak kita di dalam penjara. Karena itu Yesus berkata, kalau kalian saja yang jahat tahu berbuat baik terhadap anak kaian, terlebih lagi Bapamu di Sorga. Karena itu juga ada tertulis dalam Injil Yohanes, “Karena Allah begitu mencintai kita maka Ia rela mengirimkan putraNya yang tunggal ke dunia untuk menebus dosa kita.”

      c) Namun tentu saja si jahat tidak mau kehilangan jiwa – jiwa pendosa ini begitu saja dan menyerahkannya kembali ke tangan Allah. Allah pun tahu akan hal ini dan tentunya ini akan menjadi ketidakadilan kalau pendosa dengan orang kudus sama – sama dibiarkan masuk Sorga. Secara logika harus ada upah pengganti yang harus dibayar oleh Allah untuk mendapatkan kembali jiwa – jiwa yang malang ini. Setali tiga uang, si jahat yang cerdas ini pun menginginkan DARAH ALLAH. Mengapa darah? Karena Allah adalah roh maka Ia tidak memiliki darah. Hanya yang mempunyai daging yang punya darah dan daging memiliki hawa nafsu. Selain itu juga di dalam darah ada kehidupan. Tanpa darah tidak ada kehidupan. Dengan demikian Allah harus mengambil rupa manusia agar punya daging dan darah. Saya juga mendapat inspirasi bahwa iblis berharap dengan menjadi manusia, Allah dapat dicobai dan juga dapat membangkang sehingga rusaklah keharmonisan Tiga Pribadi Allah. Iblis tidak henti – hentinya menggoda Yesus sampai di Taman Getsemani pun Yesus sempat merasa ketakutan. Namun ketaatan Yesus kepada Bapa mengalahkan kelemahan dagingNya. Bagi yang pernah menonton film Passion of The Christ dapat melihat bagaimana si ular mencobai Yesus dengan segala tipu dayanya.

      d) Dalam masa kekaisaran Cina, melihat Jubah Kaisar ataupun Titah Kaisar sama seperti melihat Kaisar sendiri. Maka dari itu tidak mengindahkan gulungan kertas yang berisi perintah tertulis Kaisar, juga berakibat hukuman mati. Serupa tapi tak sama, benarlah saat Yesus mengatakan jika kamu melihat Aku, kamu melihat Bapa karena Aku dan Bapa adalah Satu. Dengan demikian, mendera dan mengolok – olok Yesus sama seperti mengolok – olok Bapa sendiri. Sekali lagi, yang pernah nonton Passion of The Christ, dapat melihat begitu senang dan puasnya para serdadu Romawi yang kesetanan sewaktu menyiksa Yesus. Seperti seseorang yang memiliki dendam kesumat. Karena mungkin itu kesempatan sekali dalam segala masa, si jahat dapat menyakiti Allah.

      e) Yang terakhir, dari Tiga Pribadi Allah kenapa Allah Putra yang menjadi manusia. Yang ini hasil pemikiran saya sendiri lagi – lagi dihubungkan dengan masa kekaisaran Cina. Allah Bapa sebagai Kaisar haruslah tetap berada dalam IstanaNya. Allah Putera Sang Sabda adalah Titah Kaisar yang keluar dari Istana untuk dilaksanakan oleh si penerima Titah. Allah Roh Kudus akan jadi tidak lucu kalau jadi menusia karena nanti jadi mengkontradiksi namanya sendiri sebagai Roh.

      Jadi saya rasa pertanyaan, “Bisa ngga Allah nebus dosa pake ngomong doang?” tidak lagi relevan. Tetapi kita harus bertanya, “Kenapa harus ada yang di salib?”

      Sedikit tambahan karena tiba – tiba saja saya mendapat inspirasi lagi. Kalau Matius seorang Kristen, tentunya Anda tahu bahwa Yesus adalah Sang Sabda. Saat Allah ngomong, yang keluar adalah Sabda, Yesus sendiri. Jadi mungkin dapat juga dikatakan Allah nebus dosa tinggal ngomong alias tinggal bersabda dan Sang Sabda melaksanakan dengan sempurna.

      Amin. GBU.
      Edwin ST

      PS: Sekali lagi mohon koreksi dan bimbingan dari tim Katolisitas.

      • Shalom Edwin,

        Pertama- tama mohon maaf atas keterlambatan tanggapan kami. Berikut ini, saya menanggapi pernyataan Anda:

        1. Mengapa Yesus sampai mati di salib?
        Ya, kurang lebih benar pemahaman bahwa pengorbanan Yesus di kayu salib dimaksudkan Allah untuk mendidik kita akan betapa seriusnya dan menjijikannya akibat dosa, sampai-sampai untuk menebusnya, Allah harus mengutus Putera Tunggal-Nya agar wafat menanggung dosa-dosa kita. Supaya oleh kurban Putera-Nya ini, kita manusia dapat diampuni dan dibenarkan oleh Allah.
        KGK 602     “…. Dosa-dosa manusia yang menyusul dosa asal, dihukum dengan kematian (Bdk. Rom 5:12; 1 Kor 15:56). Dengan mengutus Putera-Nya yang tunggal dalam rupa seorang hamba (Bdk. Flp 2:7), dalam rupa kodrat manusia yang jatuh dan yang diserahkan kepada kematian karena dosa (Bdk. Rm 8:3), Allah telah membuat Dia “yang tidak mengenal dosa… menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Kor 5:21).
        Maka pada kurban salib Kristus, nyatalah kedua sifat Allah: yaitu keadilan dan kasih. Keadilan-Nya ditunjukkan dengan fakta bahwa dosa membawa akibat maut; sedangkan Kasih-Nya ditunjukkan dengan kerelaan-Nya untuk wafat bagi kita, agar kita diselamatkan, memperoleh hidup yang kekal, dan dengan demikian dibebaskan dari maut yang kekal.

        2. Yesus datang untuk mengambil dunia dari kuasa Iblis?
        Memang dikatakan dalam kitab Wahyu bahwa setelah Iblis memberontak maka dibawanya juga para pengikutnya ke bumi. Namun tidak berarti bahwa setelah itu seluruh bumi rusak dan seluruhnya dalam kuasa Iblis. Kita mengetahui bahwa di dalam Perjanjian Lama, Allah tetap berkarya dalam sejarah umat manusia, melalui perantaraan para nabi, dan dengan demikian tidak dapat dikatakan bahwa seluruh dunia rusak total setelah kejatuhan Lucifer atau seluruh manusia rusak total setelah kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Bahwa ada akibat dosa asal manusia yaitu bahwa manusia memiliki kecenderungan berbuat dosa, itu benar. Namun demikian, akibat dosa asal tidak sampai menghilangkan sama sekali kebaikan dalam diri manusia. Manusia diciptakan sesuai dengan gambaran dan rupa Allah (Kej 1:26) dan ini tidak dibatalkan oleh dosa asal. Dengan demikian tidak dapat dikatakan bahwa manusia (ataupun dunia) secara keseluruhannya berada di dalam kuasa jahat.
        Maksud perikop Yesus dicobai di padang gurun adalah untuk mengajarkan kepada manusia bagaimana kita mengikuti teladan Yesus untuk mengatasi godaan dunia, yaitu yang menyangkut keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup (lih. 1Yoh 2:16). Yesus mengajarkan agar kita tidak tunduk kepada godaan dunia, namun agar kita mengalahkannya dengan mengandalkan Sabda Allah. Tentang makna perikop ini, silakan klik di sini.

        3. Allah adalah Kebenaran Sejati; Ia tidak dapat mengkontradiksikan dirinya sendiri…
        Pernyataan Anda di point b) adalah benar, asalkan dipahami bahwa dosa manusia memang terjadi karena kesombongan manusia; namun justru karena keadaan ini, Kristus datang untuk menebus kita. Dan karena masih ada ‘kebaikan’ dalam diri kita yang berasal dari Allah, maka kita manusia mampu untuk menanggapi rahmat penebusan Allah ini.

        4. Tentang upah dosa, apakah si Jahat menginginkan darah Allah?
        “Upah dosa ialah maut” (Rom 6:23); dan upah dosa umat manusia ini telah dibayar oleh Kristus dengan wafat-Nya di kayu salib. Oleh kematian-Nya ini, kita memperoleh karunia Allah, yaitu “hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom 6:23).
        Maka Yesus menyerahkan nyawa-Nya bukan karena Ia hendak mengabulkan keinginan si Jahat akan darah-Nya, tetapi karena Yesus mau memberikan Diri-Nya, hidup-Nya, kepada manusia, sebagai korban penebus dosa. Untuk memahami hal ini perlu dipahami makna korban bagi bangsa Israel selama masa Perjanjian Lama. Sejak kejatuhan manusia pertama (Adam dan Hawa) manusia selalu mempunyai kerinduan untuk memohon ampun kepada Allah akan segala dosa- dosanya, dan kemudian Allah menyatakan kehendak-Nya melalui para nabi, agar manusia mempersembahkan korban penebus dosa/ penebus salah, yang dilakukan melalui para imam yang dikhususkan bagi Allah. Hal korban dan imam inilah yang digenapi secara sempurna di dalam diri Kristus, yang adalah Sang Anak Domba Allah dan Sang Imam Agung, yang memberikan Tubuh dan Darah-Nya melalui korban salib-Nya; dan kurban yang satu dan sama inilah yang dihadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus dalam setiap perayaan Ekaristi.

        5. Hanya yang punya darah dan daging memiliki hawa nafsu? Tanpa darah tidak ada kehidupan?
        Hawa nafsu memang sering dihubungkan dengan nafsu kedagingan. Namun tidak berarti bahwa karena Yesus mempunyai darah dan daging maka Ia mempunyai nafsu kedagingan. Nafsu kedagingan itu disebabkan karena akibat dosa asal, sedangkan Yesus tidak mempunyai dosa asal. Sebab walaupun Ia sama dengan kita dalam segala hal, namun Ia tidak berdosa (lih. Ibr 4:15)
        Darah dalam Perjanjian Lama memang diartikan sebagai nyawa (Ul 12:23), sehingga tidak dimakan/ diminum. Maka larangan untuk menghargai darah sehingga tidak dimakan/diminum adalah suatu persiapan bagi umat Israel untuk menghargai Darah Kristus yang tercurah sebagai korban tebusan dosa umat manusia. Namun sesungguhnya kehidupan manusia ada bukan semata karena ada darah yang mengalir dalam tubuhnya, tetapi karena di dalam tubuh manusia ada jiwa rohani yang dihembuskan oleh Allah pada saat pertama kali ia terbentuk di dalam rahim ibunya.

        6. Analogi titah kaisar dan Kaisar sendiri sebagai penggambaran hubungan Kristus dengan Allah Bapa?
        Walaupun memang ada kemiripannya, kita mengetahui bahwa yang namanya analogi tidak dapat 100% menjelaskan secara sempurna tentang misteri Allah Trinitas. Memang benar dalam masa kekaisaran Cina, titah raja juga dihormati seperti seolah menghormati raja, namun keduanya ini tidak sama: yang satu adalah benda mati (gulungan titah) sedangkan yang lain adalah mahluk hidup (raja itu sendiri). Sedangkan Yesus, Putera Allah yang Tunggal, mempunyai hakekat yang sama dengan Allah Bapa, yaitu keduanya adalah Allah yang satu.

        7. Allah Bapa sebagai Kaisar haruslah tetap berada dalam Istana-Nya? Allah Putera Sang Sabda adalah Titah Kaisar yang keluar dari Istana? Allah Roh Kudus tidak jadi manusia karena nanti jadi mengkontradiksi namanya sendiri sebagai Roh?
        Sebenarnya dalam melaksanakan karya-Nya, Allah selalu melakukan-Nya dalam kesatuan Trinitas. Artinya, pada saat mencipta, bukan hanya Allah Bapa saja yang mencipta (sedangkan Allah Putera dan Roh Kudus berpangku tangan); namun ketiga Pribadi Allah itu dalam kesatuan, sama- sama mencipta langit dan bumi.  Demikian pula pada saat Inkarnasi, juga bukan berarti Sang Putera yang bekerja sendirian, sedang Allah Bapa dan Roh Kudus tetap berada di dalam Surga (seolah terpisah dari Kristus). Pada saat menjelma menjadi manusia, Yesus tetaplah Allah, dan dalam kodrat-Nya sebagai Allah, Ia selalu berada dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Roh Kudus. Jika sepertinya ada ‘keterpisahan’ antara Allah Bapa dan Putera, itu disebabkan karena dalam masa penjelmaan-Nya, Yesus mengambil kodrat manusia juga, walaupun Ia adalah Allah.
        Maka, jika Penciptaan dihubungkan dengan Allah Bapa, lalu Inkarnasi/ Penebusan dengan Allah Putera dan Pengudusan dengan Allah Roh Kudus, ini disebabkan karena adanya prinsip “appropriation” (pembedaan) agar kita dapat menangkap adanya ketiga Pribadi dalam Trinitas dengan ketiga peran khusus Allah yang terjadi di dalam sejarah manusia, yaitu penciptaan, penebusan, dan pengudusan. Namun sesungguhnya, ketiga peran tersebut dilakukan oleh Allah dalam kesatuan Trinitas, bukan hanya oleh satu Pribadi Allah saja tanpa melibatkan kedua Pribadi yang lain. 

        8. Mengapa harus ada yang disalib?
        Jawabannya mungkin adalah: karena Allah ingin menyatakan kepada manusia, tentang keadilan dan kasih-Nya yang mengatasi keadilan-Nya itu. Inilah kasih itu:… Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai kurban pendamaian bagi dosa-dosa kita (lih. 1 Yoh 4:10); supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (lih. Yoh 3:16). Tentang Salib Tanda Kasih Kristus, silakan klik di sini.
        Demikian, semoga membantu.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- katolisitas.org
         
         

        • Syalom bu Ingrid,
          membaca artikel di atas, ada beberapa pertanyaan:
          1. mengapa kita harus ditebus (bayar denda)? Tidak cukupkah Allah hanya mengampuni? Allah kan, Maha Kuasa dan maha pengampun…(saya pernah membaca jawaban dari buku Josh McDowell yang judulnya……’benarkah Yesus itu Allah?’ kalau tidak salah… :p), tapi sekali lagi, Allah kan Maha Kuasa?
          Saat saya membaca artikel tentang indulgensi : Gereja diberi kuasa untuk mengikat dan melepas, apa yang diikat di bumi akan terikat di surga dan apa yang dilepas di bumi akan dilepas di surga (bdk Mat 18:18). Bukankah Yesus hanya cukup mengatakan ‘dosamu sudah diampuni’?
          2. sebenarnya siapa yang berkurban? Allah? Atau Yesus yang mengurbankan diri? Jika Allah yang mengurbankan anaknya pertanyaannya : bukankah yang berdosa itu manusia? Mengapa malah Allah yang membayar?
          Jika yesus yang merelakan dirinya, tidak cukupkah Yesus sebagai Anak Allah hanya meminta ampunan dari Bapa? (seperti Muhammad yang hanya cukup meminta Syafaat untuk umatnya….)
          3. lalu sebenarnya, apa yang ditebus oleh Yesus? Dosa atau akibat dosa?

          thankz

          • Shalom Xeliz,

            1. Jika kita membaca keseluruhan Kitab Suci, kita akan mengetahui bahwa selain Allah Maha Kasih, Ia juga Maha Adil. Oleh karena itu, kita tidak dapat mempertentangkan kedua sifat Allah ini. Sebab Allah tidak mungkin mempertentangkan/ menyangkal Diri-Nya sendiri (lih. 1 Tim 2:13), maka kita tidak dapat mengandaikan bahwa karena kasih-Nya Allah akan mengabaikan keadilan. Kasih Allah yang melampaui keadilan-Nya itu benar, tetapi kasih-Nya tidak menghapus keadilan-Nya; keadilan-Nya tetap harus dinyatakan. Selalu ada konsekuensi yang harus ditanggung sebagai akibat dari dosa: Adam dan Hawa yang diusir dari taman Eden setelah jatuh dalam dosa, Nabi Musa yang tidak dapat masuk ke Tanah Terjanji karena ia telah tidak taat kepada Tuhan, Daud yang dihukum Allah (anaknya dengan Betsyeba wafat) sebagai konsekuensi dari perzinahannya dengan Betsyeba, dst. Kitab PL juga mengajarkan  bahwa konsekuensi dosa dinyatakan dengan kurban; manusia diminta agar mempersembahkan kurban sebagai tebusan bagi salahnya kepada Allah melalui para imam (lih. Im 4,5,6,7). Namun sesungguhnya kurban yang diadakan berulang- ulang oleh para imam itu sama sekali tak dapat menghapus dosa (lih. Ibr 10:11). Oleh karena itu, Allah mengutus Yesus Putera-Nya menjelma menjadi manusia untuk menebus dosa manusia dengan pengorbanan-Nya di kayu salib: 1) karena Yesus sungguh Allah, maka kurban-Nya bermakna tak terbatas dan dapat menebus dosa seluruh umat manusia; 2) karena Yesus sungguh manusia, maka Ia dapat mewakili umat manusia untuk mempersembahkan kurban kepada Tuhan demi pengampunan dosa mereka.

            2. Jadi yang berkurban adalah Kristus, yang sungguh Allah namun juga sungguh manusia. Mengapa Allah melakukannya? Karena kasih-Nya kepada kita manusia. Ia mau berkurban untuk kita, karena Ia mau menunjukkan kepada kita bahwa kasih-Nya mengatasi keadilan-Nya. Dengan demikian, Ia tidak membatalkan keadilan-Nya, yang menyatakan bahwa selalu ada konsekuensi yang harus ditanggung sebagai akibat dosa; namun Ia sendiri rela menanggungnya, demi kasih-Nya kepada manusia, agar manusia dapat diselamatkan dan dapat memperoleh hidup yang kekal. Dengan kurban Kristus ini, Allah mengajarkan kepada manusia tentang makna kasih yang tulus, yaitu kasih yang memberikan diri, kasih yang rela berkorban bagi pihak yang dikasihi.

            3. Jadi yang ditebus Tuhan Yesus dengan wafat-Nya di salib adalah dosa umat manusia (lih. 1 Kor 15:3; 1 Pet 2:24). Dan karena dosa manusia telah ditebus-Nya, maka akibat dosa yaitu maut (lih. Rom 6:23) juga sudah dibinasakan oleh-Nya (1Kor 15:26, 54).

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

             

          • Bu Ingrid,

            Ibu menulis ” Jadi yang ditebus Tuhan Yesus dengan wafat-Nya di salib adalah dosa umat manusia “.

            Manakah yang benar: yang ditebus oleh Yesus adalah dosa umat manusia, atau yang ditebus Yesus adalah manusia (yang meskipun berdosa) tetap berharga dan dicintai Allah?

            analoginya begini. Kalau kita ke pegadaian, maka yang kita tebus adalah sesuatu yang berharga bagi kita.

            Jika dikatakan yang Ia tebus adalah dosa umat manusia, maka seolah dosa umat manusia itu yang berharga. namun jika dikatakan yang Ia tebus adalah manusia yang berdosa, maka yang berharga adalah manusia.

            saya lebih setuju / senang mengatakan bahwa yang ditebus oleh Yesus adalah manusia yang berdosa. dengan kata lain Yesus manebus manusia (keluar) dari dosa. mohon tanggapan dan saya akan sabar menunggu tanggapan (yang penting pasti ditanggapi).

          • Shalom Yusuf Sumarno,

            Secara prinsip tidak ada yang perlu dipermasalahkan manakah yang ditebus oleh Kristus, karena Kristus memang menebus dosa manusia dan juga menebus manusia dari belenggu dosa. 1Pet 1:18 menuliskan “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas” (bdk. 1Kor 1:30; Gal 3:13; Gal 4:5; 2Pet 2:1). Sebaliknya, Ibr 9:15 menuliskan “Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.” Semoga dapat membantu.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

        • Ibu Ingrid,
          Akhirnya ditanggapi juga. Terima kasih atas pencerahannya. Penjelasan panjang lebar di atas semakin mempertajam apa yang ingin saya sampaikan dan menjadi bekal tambahan saya untuk mewartakan iman Katolik.
          Salam,
          Edwin

  6. berdasar injil Yohanes
    Yoh 19:34 tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.
    maka secara medis Yesus tidak mati ketika disalib .
    Orang mati tidak akan berdarah ketika ditusuk atau disembelih sekalipun
    keluarnya darah dari luka menunjukkan Jantung Yesus masih bekerja memompa darah

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah pernah ditanyakan dan ditanggapi di sini, silakan klik. Silakan Anda membaca di sana terlebih dahulu]

  7. Hi,
    Salam penuh kasih sayang untuk semua.

    Pertanyaan saya seperti ini:

    Kalau setan tahu bahwa kematian Tuhan Yesus atas salib adalah kemenangan ke atas kejahatan, mengapa setan tetap meneruskan rancangan kematian Tuhan Yesus menerusi pengkhianatan Yudas? Bukankah sepatutnya setan menghalang semua itu (kematian Yesus), justru menidakkan ramalan kematian Yesus?

    Salam penuh damai,
    kenzo.

    • Shalom Kenzo,

      Terhadap pertanyaan, apakah Iblis sudah tahu bahwa akan dikalahkan oleh Allah, jawabannya ialah, jika mangambil dasar Kej 3:15:  sesungguhnya Iblis sudah diberitahu oleh Allah bahwa ia akan dikalahkan. Namun demikian, mengingat bahwa dosa utama Iblis adalah kesombongan, maka dapat terjadi Iblis tidak mau percaya bahwa ia suatu saat akan dikalahkan. Dengan demikian ia mencari jalan terus agar dapat mengalahkan manusia, dan bahkan mengalahkan Tuhan.

      Maka, maksud utama Inkarnasi/ penjelmaan Kristus Sang Sabda menjadi manusia adalah untuk membentuk perlawanan antara Tuhan dan Iblis agar Iblis dan semua pengikutnya dibinasakan. Demikianlah yang tertulis dalam Kitab Suci:

      “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.” (1Yoh 3:8)

      “…. supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut…” (Ibr 2:14)

      Pertentangan antara Kristus dengan Iblis dan pekerjaannya telah terlihat bahkan sejak awal masa hidup Yesus di dunia. Bagaimana Raja Herodes ingin membunuh-Nya (bdk. Mat 2 dengan Why 12:1-6), godaan Iblis (Mat 4:1-11) dan banyak kejadian lainnya, seperti pengusiran setan (lih. Mat 8:28-32), penaklukkan setan (lih Luk 10:17, Why 12:7-9), pengikatan setan dan kuasanya (Mat 10:22-29; Why 20:1-3).

      Pertarungan antara Kristus dan para musuh-Nya terlihat nyata di kayu salib, ketika Iblis telah membuat memar tumit Yesus (lih. Kej 3:15; Yoh 13:2) dan Iblis mungkin berpikir bahwa telah mengalahkan Yesus (1 Kor 2:8) dengan membawanya takluk di bawah kuasa maut (lih. Kis 2:24; Ibr 2:14). Namun apa yang tidak diketahui oleh Iblis adalah apa yang dipikirnya adalah kemenangannya, malah menjadi kekalahannya dalam pertarungan melawan Tuhan, sebab salib itu sendiri, yang merupakan bukti bahwa Kristus atas kehendak-Nya sendiri menyerahkan nyawa-Nya demi pengampunan dosa manusia- merupakan tanda bahwa Kristus telah mengalahkan sengat dosa dan maut (lih. 1 Kor 15:55-57) dan karena itu telah membuat senjata utama Iblis menjadi sia- sia. Sebab dengan menanggung hukuman bagi dosa semua umat manusia (1 Yoh 2:2), Yesus “telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.” (Kol 2:15)

      Maka nampaknya Iblis tidak tahu atau tidak percaya bahwa Yesus akan bangkit dari kematian. Atau, Iblis ini berpegang dengan pengertiannya sendiri, dan bukan pengertian Allah; dengan menyangka bahwa wafatnya Kristus merupakan tanda kemenangan bagi pihaknya. Namun Iblis keliru, sebab kematian Yesus membuka jalan bagi kemenangan Allah yang lebih besar. Kuasa Allah yang membangkitkan Yesus dan membebaskan-Nya dari kubur telah menghancurkan sang Iblis dan para pengikutnya, sebab kebangkitan-Nya menunjukkan bahwa kuasa Kristus melampaui maut yang menjadi sengat Iblis yang terbesar sekalipun. Allah, “membangkitkan Dia [Kristus] dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.” (Kis 2:24). Ia mematahkan kuasa maut (Ibr 2:14-15) dan menghancurkan kepala Iblis (Kej 3:15). Dengan kebangkitan-Nya, Kristus menggenapi Sabda-Nya, “Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” (Why 1:8)

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

  8. Mohon supaya dapat dijelaskan lagi pasal salib…mengapa ya Kristen Katolik mempunyai statue salib yang mempunyai gambaran Yesus di kayu salib..bukankah Yesus telah bangkit dan telah naik syurga..dan akan kembali lagi…? Mohon supaya dapat dijelaskan lagi persoalan ne ya…

    • Shalom Reyers,

      Terima kasih untuk pertanyaan ini. Iman Katolik menghayati inti penebusan dari salib Kristus adalah sengsara dan wafat-Nya di kayu salib. Tuhan Yesus memang telah bangkit dan naik ke surga dalam kemuliaan, sehingga penebusan manusia dicapai dengan sempurna melalui kenaikan-Nya ke Surga. Namun kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke surga itu terjadi karena (atau diawali oleh) Yesus yang telah menderita begitu dalam hingga wafat di kayu salib. Penderitaan-Nya itu tidak bisa dilepaskan dari kemuliaan-Nya ke surga. Di dalam penderitaan-Nya yang dahsyat di kayu salib itulah Tuhan mengajarkan kasih yang sempurna sekaligus memberikan kasih itu secara total kepada manusia. Kemuliaan penebusan dapat terlaksana berkat derita yang dijalaniNya dengan penuh cinta dan kerelaan di kayu salib yang hina itu, hingga sampai menyerahkan nyawa-Nya. Tidak ada penebusan jika tidak ada sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, dan demikian juga tidak ada kebangkitan dan kenaikan ke surga jika tidak didahului sengsara dan wafat Tuhan di kayu salib.

      Momen penebusan yang sangat kudus ini diabadikan di dalam penempatan figur tubuh Kristus (corpus / crucifix) di kayu salib, yang mengingatkan kita akan rahmat yang kita terima melalui sengsara-Nya itu karena lewat sengsara-Nya itulah Kristus menyelamatkan dunia. Pengorbanan Kristus yang begitu besar di kayu salib juga memberi makna baru kepada penderitaan manusia dalam hidup ini. Penderitaan bukan lagi merupakan kutukan, tetapi oleh derita salib-Nya, penderitaan diubah menjadi berkat yang menjadi jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan abadi dalam kekekalan. Kurban salib Kristus yang masih terpaku di kayu salib lah bukti dari penderitaan itu. Sehingga saat kita memandang salib Kristus, kita akan selalu diingatkan akan betapa besarnya pengorbanan Allah yang menjadi manusia untuk keselamatan kita, betapa dalam dan luasnya cinta-Nya kepada kita, sekaligus memberi kita kekuatan bahwa penderitaan bukanlah akhir dari semua harapan, tetapi ada Tuhan yang juga sudah mengalaminya dan akan selalu bersama kita untuk mengubah penderitaan dan kutukan menjadi berkat yang menyelamatkan dan memberi hidup. Semua ini adalah makna yang disampaikan dalam Misteri Paskah Kristus, yang menjadi inti dari iman Katolik yang utuh yang membawa kita semua kepada keselamatan kekal.

      Rasul Paulus juga mengajarkan pentingnya makna penderitaan Kristus yang tersalib, sebab tanpa itu tidak ada kebangkitan; sebab Minggu Paskah hanya terjadi karena adanya Jumat Agung. Oleh karena itu, Rasul Paulus mengajarkan dalam Galatia 6 : 14, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” serta dalam 1 Kor 2:2, “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” Sebab Kristus yang disalibkan itulah yang bangkit dari mati untuk memberikan kepada kita hidup yang kekal.

      Selanjutnya tentang makna salib Kristus, silakan anda

      klik di sini

        dan

      di sini

       

      Semoga penjelasan kami menjawab pertanyaan Anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Caecilia Triastuti dan Ingrid Listiati – katolisitas.org

Comments are closed.