Sumber gambar: http://www.stwalburge.org/2015/06/11/corpus-christi-procession-deanery-preston/

[Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Kej 14:18-20; Mzm 110:1-4; 1Kor 11:23-26; Luk 9:11-17]

Perayaan Hari Tubuh dan Darah Kristus atau yang umum disebut Hari Raya Corpus Christi tak terlepas dari kisah sejarah yang melatarbelakanginya. Kisahnya secara singkat demikian:

Sejak abad awal, Gereja tidak pernah meragukan kehadiran Tuhan Yesus dalam rupa roti dan anggur. Kita mengetahuinya tidak saja dari perkataan Yesus sendiri   yang dicatat dalam Injil, namun juga dari tulisan Rasul Paulus (lih. 1Kor 11:23-26) yang kita baca hari ini. Kebiasaan untuk menyimpan hosti yang sudah dikonsekrasi dalam tabernakel juga sudah dicatat dalam riwayat St. Basilius di abad ke-4. Ekaristi itu disimpan di gereja-gereja atau biara bagi keperluan orang-orang sakit dan yang menghadapi ajal. Namun menjelang akhir abad ke-11, Gereja mengalami “hantaman” dari Berengarius (999-1088) seorang pemimpin diakon di Angers, Prancis, yang secara terbuka menolak percaya bahwa Kristus secara nyata hadir dalam rupa roti dan anggur. Maka ada sejumlah orang yang percaya kepada ajarannya ini dan mulai menuliskan bahwa Kristus dalam Ekaristi tidaklah sama dengan Kristus dalam Injil, dan karena itu, Ia sebenarnya tidak sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi.

Begitu seriusnya kasus ini, sehingga Paus Gregorius VII memerintahkan Berengarius untuk menarik kembali ajarannya. Ia diminta untuk mengucapkan pengakuan iman tentang kehadiran Yesus secara nyata dalam Ekaristi. Ini adalah pernyataan definitif pertama Gereja tentang apa yang selalu dipercaya oleh Gereja dan tak pernah ditentang. Dengan pengakuan iman ini, maka gereja-gereja di Eropa mengalami semacam “kebangkitan” dalam penghayatan akan Ekaristi. Saat itulah ditetapkan adanya prosesi-prosesi Sakramen Mahakudus, rumusan doa-doa adorasi, umat didorong untuk mengunjungi Sakramen Mahakudus, dan seterusnya. Sejak abad ke-11 ini, devosi kepada Sakramen Mahakudus dalam Tabernakel menjadi semakin dikenal.

Maka tak ada yang mengejutkan ketika Paus Urbanus IV di tahun 1264 kemudian menetapkan Hari Raya Tubuh Kristus—Corpus Christi. Saat menentukan perayaan itu, Paus menekankan akan kasih Kristus, yang ingin menyertai umat-Nya secara fisik sampai akhir zaman. Paus mengatakan, “Dalam Ekaristi, Kristus di dalam hakekat-Nya sendiri ada bersama kita.” Sebab “ketika mengatakan kepada para rasul-Nya bahwa Ia akan naik ke Surga, Ia berkata, “Lihatlah, Aku akan menyertaimu selamanya, bahkan sampai akhir zaman” dan dengan demikian menghibur mereka dengan janji yang besar bahwa Ia akan tetap ada dan bersama-sama dengan mereka bahkan dengan kehadiran secara jasmani” (Paus Urbanus IV, Transiturus de hoc mundo, 11 Agustus, 1264).

Demikianlah, Tuhan Yesus menggenapi janji-Nya untuk menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman. Namun bukan hanya itu. Kehadiran kurban Kristus dalam rupa roti dan anggur juga menggenapi nubuat para nabi, yang  kita baca juga dalam Bacaan Pertama dan Mazmur hari ini. Yaitu bahwa Yesus adalah “Imam untuk selama-lamanya, menurut aturan Melkisedek” (Mzm  110:4). Dalam Kitab Kejadian, disebutkan bahwa Melkisedek, raja Salem adalah seorang imam Allah yang “membawa roti dan anggur” (Kej 14:18). Demikianlah kurban Tubuh dan Darah Yesus yang terjadi di Yerusalem dihadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus yang telah membangkitkan-Nya dari orang mati (lih. Rm 8:11) dalam rupa roti dan anggur. Dengan demikian, Kristus merupakan penggenapan nubuat Perjanjian Lama, dengan menjadi Imam dan sekaligus juga Kurban Perjanjian Baru dan kekal dalam Ekaristi.

Ajaran tentang Kehadiran Kristus dalam Ekaristi ini didukung juga oleh berbagai mukjizat Ekaristi di sepanjang sejarah Gereja—dan yang terakhir  diakui oleh CDF bulan April 2016 adalah mukjizat Ekaristi yang terjadi di Hari Raya Natal 2013 di Legnica, Polandia. Meskipun demikian, masih ada begitu banyak orang—bahkan orang-orang yang juga mengimani Kristus—yang tidak percaya akan kehadiran-Nya dalam Ekaristi. Maka di Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini, nampaknya kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri, tentang apakah yang dapat kita perbuat untuk semakin menghayati kebenaran ajaran iman ini? Bagaimana kita dapat turut menyebarkannya? “Kamu harus memberi mereka makan!”  kata Yesus kepada para murid-Nya (Luk 9:13). Kelaparan orang zaman sekarang, tidak saja terbatas pada makanan jasmani, tetapi juga makanan rohani. “Makanan rohani”-nya memang hanya Tuhan Yesus yang bisa memberi, yaitu Tubuh dan Darah-Nya. Namun sebagai murid-murid-Nya yang percaya penuh akan sabda-Nya, kita dipanggil oleh Kristus untuk berani menyatakan kepada dunia sekitar kita bahwa Tubuh dan Darah Kristus itulah yang kita sambut setiap kali kita merayakan Ekaristi.  Kristus itulah yang kita sembah dalam Adorasi Sakramen Mahakudus.  Kesungguhan kita dalam mempersiapkan diri menyambut Ekaristi dan menyambutnya dengan sikap batin dan penghormatan yang layak, dan juga kesediaan kita untuk semakin mau berkurban seperti Kristus, itulah yang menjadi kesaksian tanpa kata, bahwa kita semakin menghayati makna perayaan hari ini, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.

Di hari istimewa ini, marilah kita mengulangi perkataan doa dalam Adoro te devote, Dengan khidmat aku menyembah Engkau—doa yang disusun oleh St. Thomas Aquinas. Di hadapan Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus. “Tuhanku, buatlah aku menjadi lebih percaya lagi di dalam Engkau. Bawalah aku lebih dalam kepada iman, ke dalam harap-Mu, ke dalam kasih-Mu… Amin.”