Ada sejumlah orang menilai Tuhan tidak adil, karena walaupun Ia sudah tahu bahwa sejumlah manusia akan masuk neraka, namun Ia tetap menciptakan mereka juga. Benarkah demikian? Berikut ini adalah lima prinsip yang mendasari ajaran Gereja Katolik, yang tidak mempertentangkan tentang pengetahuan Tuhan dengan kenyataan bahwa sejumlah orang akan memilih untuk masuk neraka, dan kebijaksanaan Allah yang mengizinkan hal itu terjadi. Dengan kata lain, meskipun Tuhan mengetahui bahwa sejumlah manusia akan masuk neraka, namun Ia tetap menciptakan mereka juga, karena:
1. “Bonum diffusivum sui” (Kebaikan itu menyebar)
Kebaikan itu mempunyai sifat menyebar dengan sendirinya. Allah mengasihi manusia tanpa pandang bulu (lih. Kis 10:34). Allah yang mempunyai kebaikan yang sempurna, dengan suka rela menyampaikan kebaikan-Nya dengan menciptakan alam semesta, yang mencapai puncaknya pada manusia yang diciptakan-Nya menurut rupa dan gambar-Nya. Artinya manusia diciptakan sebagai mahluk yang mempunyai akal budi dan kehendak bebas, seperti diri Allah sendiri. Sebagai akibat dari kehendak bebas ini manusia memang dapat memilih untuk menolak Allah, namun dari pihak Allah, Ia tidak pernah menolak manusia. Ia tetap baik kepada semua orang. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa, “…. Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Mat 5:45)
Tuhan tidak menggantungkan kebahagiaan-Nya dari manusia. Apakah manusia itu akan menerima-Nya atau menolak-Nya, tidak mengubah kesempurnaan-Nya. Sebab Allah menciptakan manusia menurut kerelaan hati-Nya, tak ada yang memaksa, dan bukan karena Ia kekurangan apa-apa. Rasul Paulus berkata, “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.” (Kis 17:24-25)
2. Tuhan telah memberikan rahmat yang cukup kepada semua manusia untuk dapat diselamatkan.
Rasul Paulus mengajarkan bahwa Allah menghendaki, “supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (1 Tim 2:4). Demikian pula, Rasul Petrus mengajarkan bahwa Tuhan, “menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Ptr 3:9). Maka, Gereja Katolik mengajarkan bahwa sesuai dengan kehendak-Nya itu, Allah memberikan rahmat yang cukup kepada semua orang agar dapat diselamatkan. “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu”…. (2 Kor 12:9). Allah memberikan rahmat-Nya ini kepada semua orang, namun agar dapat terwujudnya keselamatan itu, manusia harus turut bekerjasama dengan rahmat Allah itu. St. Agustinus mengatakan demikian, “God who created you without you cannot save you without you” atau terjemahannya, “Tuhan yang telah menciptakanmu tanpa-mu, tidak dapat menyelamatkanmu tanpa-mu.” (Sermon 169, 11,13).
Dengan prinsip ini, maka Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa sejak awal mula Tuhan sudah secara aktif ataupun berinisiatif memasukkan sejumlah orang ke neraka, dan sejumlah lagi ke Surga, sebagaimana dikenal dengan istilah “double predestination“, yang umum diyakini oleh sejumlah denominasi Kristen non- Katolik.
Dari pihak Allah, Allah telah mengutus Yesus Kristus Putera-Nya untuk menebus dosa umat manusia, dan menghantar manusia agar dapat selamat dan memperoleh kehidupan yang kekal (lih Yoh 3:16). Kini tergantung dari pihak manusia, apakah ia mau menerima rahmat Allah ini dengan mengimani Kristus, dan melaksanakan semua perintah-Nya, atau tidak.
3. Mengetahui tidak sama dengan menyebabkan, “knowing is not the same as causing“.
Selanjutnya, perlu diketahui bahwa Tuhan tetap setia kepada manusia, meskipun manusia tidak setia kepada-Nya, sebab Ia tak dapat menentang hakekat Diri-Nya sendiri sebagai Allah yang setia (lih. 2 Tim 2:13). Tuhan akan tetap setia dalam bersikap adil dan berbelas kasih, meskipun sejumlah manusia menyalahgunakannya ataupun menentang-Nya. Maka Tuhan dapat mengetahui bahwa sejumlah orang akan menyalahgunakan kehendak bebas mereka, bahkan di saat yang paling genting dalam hidup mereka; namun demikian Allah akan tetap setia terhadap rencana-Nya untuk memberikan rahmat kasih karunia dan pemulihan terhadap dosa-dosa, bahkan meskipun Ia telah mengetahui bahwa orang-orang tersebut tidak akan menggunakannya.
Jadi harus dibedakan di sini: mengetahui tidak sama dengan menyebabkan. Tuhan sudah tahu bahwa sejumlah orang akan tidak bekerjasama dengan rahmat-Nya, namun bukan Ia yang menyebabkan mereka memutuskan demikian. Dengan kata lain, dalam setiap tindakan penyelamatan terdapat dua hal, yaitu: rahmat Allah dan kerjasama dari pihak manusia. Demikian pula dalam setiap perbuatan dosa terdapat dua hal: bantuan Tuhan bagi kita agar kita tidak melakukan dosa, dan juga, kekerasan hati kita menolak bantuan Tuhan itu. Dengan demikian, Tuhan tidak bertanggungjawab atas dosa-dosa yang kita perbuat, meskipun Ia telah mengetahuinya.
4. Tuhan memperlakukan manusia dengan hormat, dengan memberikan tanggungjawab moral kepadanya.
Tuhan tidak memperlakukan manusia seperti robot, yang dipaksa-Nya harus tunduk kepada semua kehendak-Nya. Namun Tuhan memperlakukan kita manusia dengan hormat -Ia menghormati martabat manusia- dengan memberikan kepada kita manusia tanggungjawab moral. Sebagai akibatnya, Allah juga memberikan konsekuensi kepada kita jika kita gagal melaksanakan tanggungjawab itu. Tuhan tetap memperlakukan manusia dengan layak, bahkan meskipun Ia telah mengetahui bahwa mereka akan menyalahgunakan kehendak bebas yang Tuhan berikan kepada mereka.
Maka hidup ini memang menyerupai arena pertandingan, di mana kita manusia secara nyata diuji. Allah memberikan ujian yang nyata ini, sebab adalah baik bagi kita untuk turut mengusahakan keselamatan itu. Rasul Paulus berkata, “tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar… ” (Flp 2:12). Maka Allah menghendaki agar kita setia dan bekerjasama dengan rahmat-Nya untuk mengerjakan keselamatan kita, agar lulus dalam ujian hidup dan memperoleh mahkota kehidupan (lih. 1 Kor 9:25; Yak 1:12; Why 2:10). Namun jika hidup ini merupakan ujian yang sungguh, bukan hanya rekaan, maka harus diterima bahwa sejumlah orang akan bekerjasama dengan Allah dan memenangkannya, namun sejumlah yang lain tidak. Tuhan yang Maha Tahu, mengetahui semuanya itu, namun ini tidak menjadikan ujian itu tidak ada artinya. Tujuan dari ujian dalam hidup ini adalah untuk mewujudkan kemungkinan kerjasama kita yang sejati dengan Tuhan, untuk mencapai kehidupan kekal di Surga.
5. Ada elemen misteri dalam rencana Tuhan sehingga kita manusia tak mampu menyelami sepenuhnya pemikiran Tuhan.
Namun pada akhirnya, memang harus diakui bahwa ada elemen misteri dalam rencana Tuhan sehingga kita manusia tidak dapat sepenuhnya memahami-Nya. Nabi Yesaya berkata, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. (Yes 55:8-9)
Maka mungkin saja kita sekarang belum sepenuhnya memahami mengapa Tuhan menciptakan dunia dengan segala isinya, termasuk mereka yang akan menolak Dia. Baru pada saat kelak kita memandang Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya di surga, kita akan memperoleh pengetahuan yang sempurna akan Dia (lih. 1 Yoh 3:2) dan segala penggenapan rencana-Nya. Dalam keterbatasan kita kita tidak bisa menilai dan menghakimi Tuhan, tentang keputusan Tuhan menciptakan umat manusia seperti sekarang ini; sebab apa yang kita ketahui tentang Allah sangatlah terbatas, sedangkan pengetahuan Allah itu sungguh tak terbatas. Allah mengetahui segala sesuatu dengan sempurna, termasuk alasan mengapa Ia menciptakan dunia sebagaimana adanya sekarang.
shalom, saya mau tanya, menurut anda mengapa Allah ingin menciptakan dunia dan manusia, sedang Ia bisa bahagia tanpa hal-hal ini? (berdasarkan isi artikel)
Karena jika Ia tidak melakukan penciptaan maka tidak ada konflik yang terjadi.
Shalom Andree,
Berikut ini adalah alasan mengapa Allah menciptakan manusia.
[qa id=14129]
Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom pak Stef & bu Ingrid yg t’kasih…
Saya amat suka dgn artikel ini. Sangat m’cerahkan mngenai perihal Allah yg mahatahu & kehendak bebas manusia utk mmilih keselamatan. Kita b’setuju bahawa Allah mngetahui akan ketidakupayaan manusia utk hidup kudus secara sempurna & cenderung b’dosa. Maka sebab itu Kristus datang k dunia utk mnebus kita, spy kita layak di mata Allah. Kita jg b’setuju bhawa Allah mngetahui bahawa manusia akan jg terus mnolak karya keselamatanNya, sehingga akn ada yg dlempar k dlam neraka.
Menarik kita kpd soalan saya, pada waktu Kejadian. Kiranya Allah mngetahui bhawa akan ada manusia yg mnolak Dia, mngapa Dia msh mau m’ciptakan manusia? Kiranya Allah adalah kasih, sdh tentu Dia tak ingin mlihat mnusia jatuh dlm dosa, sterusnya k neraka, bukan? So, in the 1st place, utk ap m’ciptakan makhluk yg kbnyakannya akan mnolak Dia, sterusnya akn mnyebab’n makhluk tersebut k neraka, & kmudian akn spt menafi’n kasihNya, krna m’ciptakan makhluk yg sdh Dia ketahui akan Dia hukum..?
Saya spt kurang mmahami kesinambungannya.- Allah maha tahu. Dia m’ciptakan malaikat, dgn pengetahuanNya bhawa sparuh dpd malaikat itu akn m’berontak. Kemudian Dia m’cipta pula manusia, dgn pengetahuanNya bhawa kebanyakan dpd manusia itu akn Dia bakar. Bagaimna dgn KasihNya? KasihNya m’dorong Kristus turun k dunia utk mnyelamatkan mnusia. Namun klau Dia maha tahu semenjak sepanjang segala masa, bukankh akn lebih baik mnusia tidak diciptakan? Supaya takkan ada penolakan k atas Dia, takkan wujud dosa yg mmerlukan penebusan dr Kristus, peribadi Tuhan sendiri. Memang kita manusia bukan robot kerana dkurniakan kehendak bebas, namun kita manusia pula spt alat utk mnunjukkan kasih & amarahNya…
Mohon pencerahan..?
Thanx in advance.
God Bless…
Shalom John,
Sejujurnya hal berapa banyak orang yang kelak masuk Surga dan berapa banyak yang masuk neraka, itu pada akhirnya hanya Tuhan saja yang mengetahuinya. Kita dapat mempunyai pandangan yang berbeda-beda, itu boleh saja, karena sepanjang pengetahuan saya, Gereja juga tidak pernah mengajarkan secara definitif tentang manakah yang lebih banyak: orang-orang yang masuk Surga atau neraka, atau berapakah prosentasenya.
Yang jelas kita ketahui adalah, Allah itu Allah yang Maha sempurna, karena itu dalam kesempurnaan-Nya, Ia sesungguhnya tidak memerlukan manusia untuk membuatnya bahagia atau tidak bahagia. Maka jika Allah menciptakan manusia, itu adalah karena kemurahan-Nya, yang mengalir dari kebaikan-Nya. Dalam kebaikan-Nya itu Allah tidak memaksa mahluk ciptaan-Nya untuk harus membalas cinta-Nya. Karena kalau demikian, Allah tidak sungguh mencintai ciptaan-Nya. Itulah sebabnya Allah mengizinkan jika ada sejumlah malaikat (sepertiga-nya) dan sejumlah manusia yang akhirnya menolak Dia. Neraka adalah keterpisahan dengan Allah, di mana dikatakan dalam Injil, di mana ada kegelapan,”ratap dan kertak gigi” (Mat 8:12,22:13; Luk 13:28). Bukan Allah yang secara aktif menciptakan keadaan ini, sebab keadaan di neraka merupakan keadaan absen-nya (tidak adanya) segala kebaikan yang dari Allah, sehingga akhirnya menyisakan keadaan yang menjadi lawan dari keadaan di Surga. Allah menciptakan Surga, namun ketiadaan di neraka ini hanya merupakan keadaan yang berseberangan/ opposite dari Surga, yang keberadaannya diizinkan Allah, karena Ia menghormati pilihan sejumlah manusia yang berkehendak memisahkan diri dari Allah.
Memang di internet ada banyak diskusi panjang tentang topik ini. Namun karena pada intinya kita manusia tidak dapat mengetahuinya dengan pasti, maka segala pandangan yang berkaitan dengan topik ini sifatnya adalah pandangan pribadi dan karena itu tidak dapat diambil sebagai patokan yang definitif. Bahwa memang ada sejumlah orang kudus (Santo dan Santa) yang mengatakan bahwa ada banyak jiwa yang masuk neraka, dan sebaliknya lebih sedikit yang masuk Surga, sebaiknya kita pandang sebagai ajakan agar berjuang untuk dapat sampai ke Surga. Tentang apakah benar pandangan mereka, mari kira serahkan kepada Allah saja, sambil terus berdoa dan berharap, semoga kita dapat termasuk ke dalam bilangan mereka yang diselamatkan dan memperoleh kebahagiaan kekal.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas mohon nimbrung:
Segala yang diciptakan TUHAN baik adanya,baca lagi kejadian : Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jika TUHAN HANYA TAHU MENCIPTAKAN kebaikan dan neraka sudahlah pasti bukan sebuah kebaikan darimanakah neraka? Dan siapakah yang menciptakanya?
Salam
Shalom Aida Bela,
Tentang neraka, Katekismus Gereja Katolik (KGK 1037) menuliskan demikian:
Dengan kata lain, Tuhan tidak pernah menentukan sedari awal bahwa sebagian manusia masuk ke dalam neraka. Kalaupun ada yang masuk neraka, hal itu disebabkan karena manusia secara bebas memang menolak kasih dan pengampunan Allah. Di satu sisi, keberadaan neraka menguatkan bahwa Allah adalah maha adil, yang menghukum orang-orang yang telah melawan Dia dan berbuat kejahatan terhadap sesama. Dengan kata lain, Allah mengizinkan akan keberadaan neraka untuk menyatakan keadilan-Nya. Kita dapat memberikan analogi seperti keberadaan penjara. Adalah baik kalau ada penjara. Namun, penjara ini akan kosong, kalau tidak ada orang yang melanggar hukum. Kalau ada yang melanggar hukum, maka orang tersebut secara sadar tahu bahwa dia akan masuk ke penjara kalau dia tertangkap karena melakukan pelanggaran hukum. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Aida
Siapakah yang menciptakan neraka ?
Neraka adalah suatu tempat dan kondisi dimana eksistensi Tuhan tidak ada. Tuhan mengijinkan adanya neraka karena rahmat kehendak bebas yang dimiliki oleh malaikat dan manusia. Artinya Tuhan tidak pernah menciptakan neraka tetapi mengijinkan keberadaannya.
Shalom bp Stefi Tay, terima kasih penjelasan dan pencerahannya. Kristus Jesus Tuhan Allah senantiasa memberkati pelayanan bp/ibu dan diberkati agar banyak orang menjadi terang. Amen. GBY.
Shaloom bp Stefanus Tay/ibu Ingrid Tay,
Sy perlu bertanya beberapa hal prinsip dasar katolik,
1. Mengapa “tradisi suci”, “ajaran” katolik tidak pernah menganjurkan atau mempunyai doa khusus kepada st. Petrus sbg “pemegang kunci kerajaan surga” dengan dasar alkitabiah Mateus 16:19 sebagaimana disampaikan bhw : “Kepadamu akan kuberikan kunci kerajaan surga, dan apa yang kau ikat di dunia akan terikat disurga ……”,
Demikian pula tidak ada devosi khusus st. Petrus seperti adanya doa dan devosi kepada st Maria memohon pertolongan, keselamatan dan pembebasan dari api pencucian sebagaimana termasuk dalam doa rosario.
2. Dalam Johanes 19:30 sebelum Jesus wafat, Jesus menyatakan “…..sudah selesai”.
Bahwa kita tahu bahwa keselamatan manusia terlaksana adalah setelah “kebangkitan” Kristus, sehingga keselamatan belum terlaksana apabila Jesus hanya wafat, justru setelah Jesus bangkit itulah terjadinya keselamatan.
Apa makna kalimat “sudah selesai” tersebut? karena sesungguhnya keselamatan belum terjadi saat itu (saat Jesus menyatakan itu.
3. Pada saat malam terakhir penangkapan, Jesus berkata kepada Judas : “….sekarang saatmu. …dan inilah kuasa kegelapan itu”.
Namun pada saat Jesus dicobai iblis di padang gurun, Jesus berkata “Janganlah mencobai Tuhan Allahmu …., ….dan ada tertulis bahwa hanya kepada-Nya lah engkau menyembah”
Perenungan saya adalah pada saat setelah berpuasa tersebut terlihat jelas : Jesus tidak membiarkan kuasa gelap bekerja atas dirinya, namun pada saat penangkapan kenapa terjadi pembiaran kuasa gelap bekerja?
Demikian pertanyaan/perenuangan saya, mohon pencerahannya.
GBY
notoheru
Shalom Notoherubowo,
Terima kasih atas pertanyaannya. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan atas beberapa pertanyaan Anda.
1. Kalau kita mempelajari doa-doa dalam Gereja Katolik, maka kita akan menemukan doa-doa yang menyatakan bahwa Petrus adalah pemegang kunci Kerajaan Sorga yang dipercayakan Kristus, karena doa adalah ungkapan iman. Sebagai contoh:
V. Pray for us, Saint Peter the Apostle,
R. That we may be made worthy of the promises of Christ.
LET US PRAY: O God, who hast given unto Thy blessed Apostle Peter the keys to the kingdom of heaven, and the power to bind and loose: grant that we may be delivered, through the help of this intercession, from the slavery of all our sins: Who livest and reignest world without end. Amen.
O Holy Apostle, because you are the Rock upon which Almighty God has built His Church,obtain for me I pray you: lively faith, firm hope, and burning love, complete detachment from myself, contempt of the world, patience in adversity, humility in prosperity, recollection in prayer, purity of heart, a right intention in all my works, diligence in fulfilling the duties of my state of life, constancy in my resolutions, resignation to the will of God and perseverance in the grace of God even unto death; that so, by means of your intercession and your glorious merits, I may be made worthy to appear before the Chief and Eternal Shepherd of Souls, Jesus Christ, Who with the Father and the Holy Spirit, lives and reigns forever. Amen.
Lord, have mercy. Christ, have mercy. Lord, have mercy.
Christ, hear us. Christ, graciously hear us.
God the Father of Heaven, Have mercy on us.
God the Son, Redeemer of the world, Have mercy on us.
God the Holy Ghost, Have mercy on us.
Holy Trinity, One God, Have mercy on us.
Holy Mary, Mother of God, pray for us.
Queen conceived without Original Sin, pray for us.
Queen of Apostles, pray for us.
Saint Peter, pray for us.
Prince of the Apostles, pray for us.
St. Peter, to whom were given the keys of the Kingdom of Heaven, pray for us.
St. Peter, so ardent for the glory of Christ, pray for us.
St. Peter, whose heart was pierced with one look from Jesus, pray for us.
St. Peter, who ceased not to grieve for having denied the Son of God, pray for us.
St. Peter, whose cheeks were furrowed by a stream of tears which flowed to the end of thy life, pray for us.
St. Peter; who cried out, “Lord, Thou knowest that I love Thee,” pray for us.
St. Peter, bound in chains for Christ, pray for us.
St. Peter, delivered from prison by an Angel, pray for us.
St. Peter, who rejoiced to suffer for Christ, pray for us.
St. Peter, whose very shadow healed the sick, pray for us.
St. Peter, whose voice even the dead obeyed, pray for us.
St. Peter, that we may have a constant and mutual charity among ourselves, pray for us.
That we may taste and see more and more how sweet is the Lord, pray for us.
That we may be zealous in loyalty to thy successor, the present Vicar of Christ, pray for us.
That we may help, at least by prayer, to restore to the unity of thy Holy See the scattered sheep, pray for us.
That we may be prudent and watchful in prayer, pray for us.
That we may die the death of the just, pray for us.
V. Let the mercies of the Lord give glory to him,
R. And His wonderful works to the children of men.
V. Pray for us, Saint Peter the Rock,
R. That we may be worthy of the Vicar of Christ.
Let Us Pray: O Lord Jesus Christ, Who upon blessed Peter, Thine Apostle, didst bestow the pontifical power of binding and loosing, and didst give to him the keys of the Kingdom of Heaven, grant that his intercession may ensure our deliverance from the bondage of sin, Thou Who livest and reignest with the Father and the Holy Ghost, ever one God, world without end. Amen.
Prayer:
Lord, have mercy. Christ, have mercy. Lord, have mercy. Christ hear us. Christ, graciously hear us. God the Father of heaven, Have mercy on us. God the Son, Redeemer of the world, Have mercy on us. God the Holy Ghost, Have mercy on us. Holy Trinity, one God, Have mercy on us.
Holy Mary, Mother of God, Pray for us. Queen conceived without original sin, Pray for us. Queen of Apostles, Pray for us. Saint Peter, Pray for us. Prince of the Apostles, Pray for us. St. Peter, to whom were given the keys of the Kingdom of Heaven, Pray for us. St. Peter, so ardent for the glory of Christ, Pray for us. St. Peter, whose heart was pierced with one look from Jesus, Pray for us. St. Peter, who ceased not to grieve for having denied the Son of God, Pray for us. St. Peter, whose cheeks were furrowed by a stream of tears which flowed to the end of thy life, Pray for us. St. Peter, who cried out: Lord, thou knowest that I love Thee! Pray for us. St. Peter, bound in chains for Christ, Pray for us. St. Peter, delivered from prison by an angel, Pray for us. st. Peter, who rejoiced to suffer for Christ, Pray for us. St. Peter, whose very shadow healed the sick, Pray for us. St. Peter, whose voice even the dead obeyed, Pray for us. St. Peter, that we may have a constant and mutual charity among ourselves, Pray for us. That we may taste and see more and more, how sweet is the Lord, Pray for us. That we may be zealous in loyalty to thy successor, the present Vicar of Christ, Pray for us. That we may help, at least by prayer,to restore to the unity of thy Holy See the scattered sheep, Pray for us. That we may be prudent, and watch in prayer, Pray for us. That we may die the death of the just, Pray for us.
V. Let the mercies of the Lord give glory to him, R. And His wonderful works to the children of men. V. Pray for us, Saint Peter the rock: R. That we may be worthy of the Vicar of Christ.
Let us pray. O God, Who, upon blessed Peter, Thine Apostle, didst bestow the pontifical power of binding and loosing, and didst give to him the keys of the Kingdom of Heaven: grant that his intercession may ensure our deliverance from the bondage of sin. Who livest and reignest with the Father and the Holy Ghost, ever one God, world without end. R. Amen.
Prayer Source: Kyrie Eleison — Two Hundred Litanies by Benjamin Francis Musser O.F.M., The Magnificat Press, 1944
2. Salah satu perkataan Yesus yang terakhir yang diucapkan-Nya di kayu salib adalah “sudah selesai” (Yoh 19:30). Pembahasan tentang hal ini dapat dilihat di sini – silakan klik. Walaupun memang benar bahwa tanpa kebangkitan Kristus, maka penderitaan dan kematian Kristus adalah sia-sia, namun perkataan “sudah selesai” mengungkapkan bahwa semua hal yang harus dilakukan Kristus di dunia ini untuk mendatangkan keselamatan bagi seluruh umat manusia telah selesai. Kemenangan ini disempurnakan dengan kebangkitan-Nya yang mengalahkan kematian, serta disusul dengan kenaikan-Nya ke Surga.
3. Dituliskan di dalam Luk 22:52-53 “Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu.” Prinsipnya adalah semua yang terjadi di dunia ini adalah atas seizin Allah, karena Dia adalah maha kuasa. Kalau kita melihat bahwa ada yang jelek terjadi, maka kita percaya bahwa Tuhan membiarkan hal tersebut terjadi untuk mendatangkan kebaikan yang lebih tinggi. Dan hal ini terbukti, bahwa dengan kematian-Nya, rahmat demi rahmat mengalir kepada seluruh umat manusia, untuk mendatangkan keselamatan bagi seluruh umat manusia.
Jadi, Yesus memang tidak membiarkan kuasa gelap bekerja pada saat Yesus dicobai di padang gurun, karena misi yang diemban-Nya baru pada tahap awal dan belum selesai. Di satu sisi, ketika genap waktunya, Yesus membiarkan kuasa gelap terjadi sehingga terjadi misteri Paskah, karena itulah saat yang ditentukan bahwa Sang Mesias harus diserahkan kepada penguasa, diadili, didera, menanggung penderitaan dan wafat untuk keselamatan manusia. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Menanggapi jawaban ibu dgn contoh dotter, sy kurang sependapat krn dotter adalah manusia biasa yg mempunyai keterbatasan, sy kira dokter tahu jenis sakitnya pasien namun juga tahu juga bhw ubatnya belum tersedia dan teruji secara kilnis. Ini berbeda dgn Allah sendiri yg tidak hanya tahu tapi pasti dpt menyelamatkan. Justru pertanyaannya adalah kita adalah umat terpilih, bagaimana mereka2 yg tak termasuk pilihan Allah, apakah mereka seperti sekam u/ kemudian dibakar? Thx GBY, notoheru.
Shalom Noto,
Allah telah melakukan semuanya agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1Tim 2:3-4). Jadi, kalau sampai ada yang tidak diselamatkan, maka kesalahan bukan pada Allah namun pada manusia. Kita mungkin dapat ‘mempertanyakan’ Allah, kalau Dia seolah-olah tidak melakukan apa-apa. Namun, bagaimana mungkin kita masih mempertanyakan Allah, kalau Dia telah mengutus Putera-Nya untuk menderita dan wafat bagi kita, sehingga melalui Gereja dan Sakramen-sakramen, serta doa pertobatan yang dipanjatkan dapat sungguh-sungguh berdaya guna untuk menyelamatkan kita semua, belum lagi kalau kita juga melihat bahwa rahmat-Nya senantiasa membantu seluruh umat manusia?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom pak, itu benar sekali bhw u/ kita yg hidup dalam pemeliharaan katolik boleh merasa aman sepanjang kita hidup dalam iman dan perbuatan ditambah Katolik mempunyai banyak facilitas atau feature untuk keseelamatan. Oleh sebab itu celakalah bila orang Katolik sampai perlu keluar atau bahkan menjual Kristus halnya untuk jabatan posisi atau kekayaan duniawi. Justru pertanyaan sy sebetulnya adalah bagi orang orang yg belum mengenal, Jesus atau dibesarkan di lingkungan atheis atau dilingkungan dewa dewa sesembahannya. Perenungan saya adalah mereka bukan umat pilihan, artinya mereka akan termasuk ranting atau ilalang atau sekam yg dibakar? Apakah kita ikut membiarkan mereka tanpa usaha merasul? Padahal itu termasuk perintah Jesus bhw kita hrs merasul, kecuali apabila kita sudah memberitahukan Injil dan mereka menolak, nah itu tepat seperti yg bp sampaikan. GBY thx, notoheru
Shalom Notoherubowo,
Prinsip yang kita pegang adalah bahwa Tuhan tidak akan menuntut manusia untuk melakukan sesuatu yang tidak diketahuinya. Maka di sini ada peran hati nurani. Adalah kewajiban manusia untuk mengasah hati nuraninya, namun memang ada kemungkinan orang itu, yang bukan karena kesalahannya sendiri, tidak sampai kepada pengetahuan akan Kristus dan Gereja-Nya. Gereja melihat bahwa jika memang bukan karena kesalahannya sendiri, namun orang itu selalu mencari Tuhan dan melaksanakan kehendak Tuhan yang ia ketahui melalui hati nuraninya, maka rahmat Tuhan tetap dapat menjangkau mereka. Namun jika hal ini terjadi, hal ini hanya mungkin karena jasa pengorbanan Kristus yang tak terpisahkan dengan Gereja-Nya.
Silakan membaca lebih lanjut artikel -artikel tentang Keselamatan berikut ini, atau selanjutnya gunakan fasilitas pencarian di sisi kanan atas homepage:
Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka?
Tentang EENS
Adakah Bapa Gereja di abad-abad awal yang berpandangan sedikit terbuka tentang EENS?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.og
Masih dengan Donny lagi.
Karena sangat tertariknya saya dengan point yang kelima, maka kadang saya merasa bahwa katolisitas.org kadang telah mencoba melewati batas tersebut.
Saya tidak terlalu suka dengan 4 point lainnya dalam artikel ini.
Tanggapan saya untuk point pertama.
Apakah kebaikan adalah benar-benar kebaikan jika kebaikan tersebut menciptakan kejahatan ? Dijelaskan kebaikan Allah memberikan manusia kehendak bebas sehingga ada manusia yang menolak Allah dan hidup dalam kejahatan. Secara tidak langsung ini mengatakan bahwa kebaikan dari Allah menjadikan kejahatan dalam diri manusia yang bebas memilih menolak Allah.
Tanggapan saya untuk point kedua.
Adalah usaha yang sia-sia dari Allah memberikan Rahmat yang cukup padahal sebenarnya Allah sudah tahu bahwa akan ada manusia yang menolak RahmatNya.
Tanggapan saya untuk point ketiga.
Ini menunjukkan ketidakmampuan dari Allah. Allah sudah tahu bahwa akan ada manusia yang masuk neraka namun Allah tidak bisa mengubahnya. Bahkan lebih kasar lagi saya akan berpendapat ini kesalahan dari Allah. Allah sudah tahu bahwa akan ada manusia yang masuk neraka, namun Allah sepertinya mengizinkan hal itu terjadi, Allah tetap menciptakan manusia dan terjadilah demikian. Dengan begini kita tidak bisa menyalahkan teman kita yang memilih untuk menolak kasih Allah, ya itu karena mereka hanya mengikuti apa yang telah diketahui oleh Allah sebelumnya.
Tanggapan saya untuk point keempat.
Dengan point ini seharusnya Allah tidak bisa memasukkan manusia ke neraka. Allah memberikan dan menghormati kehendak bebas yang ada pada manusia, maka seharusnya Allah juga harus menghormati pilihan manusia yang menolak RahmatNya. Allah seharusnya tidak boleh menghukum manusia yang menikmati kehendak bebas yang juga adalah pemberian Allah tersebut.
Empat point tersebut menurut saya tidak menjelaskan dengan baik. Saya merasa kita kurang menghormati Allah dengan penjelasan ini. Dengan pemikiran seperti ini, menurut saya tim katolisitas telah melewati batas untuk mencoba mengerti dan memahami rancangan Allah yang sebenarnya sangat berbeda jauh dengan rancangan kita manusia. Dengan pemikiran seperti ini, saya pikir kita akan menilai seberapa besar pengetahuan/Kemaha-tahuan Allah. Atau seperti kesimpulan saya tadi, saya tidak suka dengan 4 poin itu. hehe
[Dari Katolisitas: ini disatukan karena masih satu topik oleh pembaca yang sama]
Saya kurang paham dengan Allah yang maha Adil. Siapa yang membuat sistem keadilan tersebut, sehingga Allah harus mematuhinya ? Allah tidak mau ada manusia yang masuk neraka, namun karena sistem keadilan tersebut maka Allah harus mematuhi dan memasukkan manusia ke neraka. Adanya sistem keadilan di masyarakat kita saat ini adalah karena ada pihak yang harus lebih dihormati yaitu kepentingan umum. Sementara dalam pihak Allah sendiri saya tidak mengerti mengapa Allah begitu mematuhi keadilan tersebut, sehingga ada orang yang harus masuk neraka. Jika Maha Adil adalah bagian daripada kepribadian Allah, berarti itu adalah masalah Allah dengan dirinya sendiri. Seharusnya tidak boleh berimbas pada masuknya manusia(yang adalah ciptaan Allah) ke neraka.
Terima kasih.
Mohon penjelasannya.
Semoga kasih Allah selalu menuntun kita. Amin
Shalom Donny,
Terima kasih atas tanggapannya. Tidak ada maksud dari kami untuk melewati batas rencana Allah. Bahkan kami mengakui bahwa ada elemen misteri di dalam diskusi ini, yang kami sendiri dan semua teolog tidak akan mampu menjawab secara persis pertanyaan ini. Elemen misteri dalam teologi adalah sesuatu yang sebenarnya wajar, mengingat yang kita diskusikan adalah Tuhan yang tak terbatas. Jadi, dalam keterbatasan pemikiran kita, maka kita seperti mencoba menyusun puzzle, sehingga misteri Allah harapannya lebih terkuak dan dapat kita yakini lagi. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan atas beberapa tanggapan Anda.
1. Kebaikan adalah kebaikan, walaupun ada kejahatan, karena kejahatan tersebut ada bukan karena ada kebaikan bahkan sebenarnya ada karena ketidakadaan kebaikan. Adalah baik bahwa kita mempunyai kebebasan untuk dapat menentukan jalan mana yang kita ambil ketika kita menyetir mobil. Namun, jangan menyalahkan kebebasan kita kalau ternyata kemudian kita tersesat atau kalau mengalami kecelakaan karena kita melanggar rambu-rambu lalu lintas. Diperlukan kebebasan yang bertanggung jawab, sehingga kita dapat melakukan segalanya dengan baik. Namun, tidak pada tempatnya kalau kita mengatakan bahwa kita tersesat karena ada kebebasan. Tidak pada tempatnya juga kalau terjadi kecelakaan dan kemudian kita mengatakan karena kebebasan kitalah maka terjadi kecelakaan. Kesalahannya bukan karena ada kebebasan, namun pada kita sendiri yang menyalahgunakan kebebasan tersebut.
Demikian juga bukan kesalahan Tuhan kalau memberikan kehendak bebas kepada manusia, karena kehendak bebas diberikan oleh Tuhan sebagai bukti cinta-Nya kepada manusia. Kalau Allah menciptakan manusia tanpa adanya kehendak bebas, sesungguhnya justru bertentangan dengan hakekat Allah yang adalah kasih – di mana kasih tidak memaksa.
2. Rahmat Allah cukup untuk mendatangkan keselamatan bagi manusia, namun manusia harus menanggapi rahmat Allah. Bukanlah usaha yang sia-sia bagi Allah untuk memberikan rahmat-Nya kepada setiap manusia. Dan bukanlah sia-sia kalau rahmat Allah yang mengalir kepada manusia harus dibayar dengan wafat Kristus di kayu salib. Allah telah melakukan segala sesuatu yang diperlukan agar manusia dapat masuk Sorga, termasuk dengan memberikan Putera-Nya untuk menebus dosa kita.
Agar rahmat Allah berdaya guna, maka diperlukan kerjasama dari manusia. Kalau ada sebagian manusia menolak rahmat ini, maka kesalahan bukan pada Allah, namun dari pihak manusia yang menolaknya. Orang tua dapat memberikan modal usaha kepada anaknya, agar anaknya dapat sukses. Orang tua telah berusaha sedemikian rupa agar anaknya mau menerima dan menggunakan modal ini. Namun, kalau anaknya tetap tidak mau menggunakan modal ini sehingga tidak sukses, maka jangan menyalahkan orang tua yang telah memberikan modal namun disia-siakan.
3. Allah telah memberikan rahmat yang cukup untuk manusia. Bukan kesalahan dokter yang tahu bahwa seorang pasien kanker akan meninggal 3 bulan lagi, karena bukan dokter tersebut yang menyebabkan penyakit kanker itu.
4. Manusia diberikan kehendak bebas, Allah yang adalah Pencipta berhak untuk mengadili. Allah memberikan kehendak bebas dalam pengertian kehendak bebas yang baik dan bukan penyalahgunaan kehendak bebas. Orang sering salah mengerti bahwa kehendak bebas adalah seseorang dapat berbuat apa saja sekehendak hatinya. Bukanlah kesalahan hakim yang menjebloskan orang ke penjara karena orang tersebut salah menggunakan kehendak bebasnya, sehingga dia membunuh orang.
5. Keadilan Allah adalah hakekat-Nya, bukan sesuatu di luar diri-Nya. Kalau Allah membiarkan ada ketidakadilan di dunia ini, maka sudah seharusnya Dia yang adalah maha adil mampu menegakkan keadilan pada saat Pengadilan Terakhir atau hari penghakiman.
Semoga jawaban singkat ini dapat memberikan masukan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Makasih Pak Stef atas tanggapannya. Tapi saya masih lebih suka point yang kelima pada penjelasan di artikel atas. hehe
Saya masih berpikiran dengan begitu kita akan menilai keMahatahuan Allah: – Allah tidak mampu mendayagunakan RahmatNya(dalam hal ini jika manusia tidak mau bekerja sama dengan Allah.).
-Orangtua dengan segala usahanya tersebut ternyata tidak mampu menjadikan anaknya menjadi anak yang baik.
-Allah berbeda dengan dokter. Dengan menganalogikan pada dokter, kita akan bilang bahwa Allah tidak maha Kuasa.
Pertanyaan saya lagi mengenai kehendak bebas pada manusia. Seberapa besar Allah menghormati kehendak bebas pada manusia? Manusia diberi kehendak bebas adalah ketika manusia tersebut bisa memilih apa yang dia suka dan tidak ada resikonya. Misalnya rakyat Indonesia diberi kehendak bebas untuk memilih Presidennya, maka dalam hal ini tidak menjadi masalah jika rakyat Indonesia mempunyai pilihan yang berbeda. Tidak masalah jika sebagian rakyat memilih Capres A dan sebagian lagi memilih Capres B.
Kehendak bebas yang diberikan oleh Allah ini berbeda, manusia memang bisa berbuat baik atau berbuat jahat sesuai dengan kehendaknya. Tapi dalam hal ini ada akibat buruk jika manusia tersebut menggunakan kehendak bebasnya untuk berbuat jahat(yaitu mengalami siksa neraka). Apakah ini bisa disebut Allah memberikan kehendak bebas? Bukankah secara tidak langsung Allah memaksa manusia untuk berbuat baik(karena jika berbuat jahat akan diberi hukuman)?
Terima kasih.
Mohon penjelasannya.
Tuhan Memberkati kita.
Shalom Donny,
Harus diakui bahwa apapun analogi yang dibuat manusia untuk menggambarkan Allah ataupun sifat-sifat Allah tetaplah tidak dapat menggambarkan keseluruhan Allah. Sebab apapun atau siapapun yang digunakan dalam analogi itu sifatnya terbatas, sedangkan Allah tidak terbatas. Maka analogi hanya dapat menggambarkan sebagian dari realitas yang ada pada Allah, agar kita manusia memahami prinsipnya. Umpamanya, jika Allah dianalogikan sebagai orang tua, itu adalah untuk menggambarkan adanya kasih yang sedemikian pada Allah kepada kita, yaitu kasih tanpa syarat, kasih yang tidak memaksa dan kasih yang total sampai rela berkorban, yang umumnya diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Namun analogi ini memang tidak sempurna, sebab ada saja orang tua yang memaksa anak-anaknya, untuk memenuhi kemauannya sendiri. Namun bukan keadaan itu yang diambil sebagai analogi dalam konteks ini.
Demikian pula jika dianalogikan sebagai dokter, itu bukan berarti kemampuan Allah menjadi terbatas seperti dokter, yang masih mempunyai kemungkinan salah diagnosa, atau kurang tepat memberi obat atau treatment. Tentu bukan ini yang mau disampaikan. Yang mau disampaikan adalah kondisi umum, yaitu bahwa seperti halnya dokter yang mengetahui tentang suatu penyakit dan bagaimana menanganinya, namun kalau pasien tidak mau mengikuti petunjuk ini, maka pasien itu tidak dapat sembuh. Dengan analogi ini, secara umum kita dapat memahami bahwa Allah sudah menunjukkan jalan keselamatan dan bahkan memberikan rahmat yang cukup kepada semua orang sehingga semua orang dapat ‘sembuh’ (selamat), namun memang agar seseorang dapat mencapai keselamatan, tetap Allah menghendaki kerjasama dari pihak orang tersebut.
Tentang Misteri Predestinasi, yaitu misteri adanya rahmat Allah dan peran kehendak bebas manusia memang tak mudah kita jelaskan sampai sedetail-detailnya. Sebab tetap ada elemen misteri di dalamnya, yang mungkin baru akan kita pahami dengan sempurna, kelak kalau kita telah memandang Allah di Surga. Namun tentang hal Misteri Predestinasi, berikut inilah yang dapat kita ketahui, menurut ajaran Gereja Katolik berdasarkan tulisan para Bapa Gereja, silakan klik.
Mari mengacu kepada prinsip ajaran St. Agustinus tentang hal ini: “God who created you without you cannot save you without you” atau terjemahannya, “Tuhan yang telah menciptakanmu tanpa-mu, tidak dapat menyelamatkanmu tanpa-mu.” (Sermon 169, 11,13). Prinsip ini mengambil dasar dari begitu banyak ayat dari Kitab Suci, yang mengajarkan bahwa Allah menghendaki agar kita melaksanakan perintah-perintah-Nya, agar kita bertobat, saling mengasihi, dan agar kita menjadi kudus. Semua itu mensyaratkan keterlibatan kehendak bebas kita untuk “memilih Tuhan dan menolak setan/ dosa”. Pilihan yang saling bertolakbelakang ini (antara memilih Allah atau memilih setan/ dosa) menentukan apakah kita dapat diselamatkan atau tidak. Pilihan ini juga terjadi dalam hidup kita sehari-hari. Walaupun kita tahu bahwa Allah menghendaki kita memilih yang baik, tetapi tetaplah pada kenyataannya kita mempunyai kebebasan penuh untuk menentukan keputusan kita. Itulah sebabnya walaupun kita tahu hal yang baik, dapat terjadi kita gagal melaksanakannya. Apakah kita dipaksa oleh Tuhan? Tidak. Oleh rahmat Baptisan dan sakramen-sakramen yang lain dan oleh tuntunan Gereja, hati nurani kita mengetahui apa yang baik dan buruk. Namun dalam membuat keputusan, kita manusia selalu mempunyai kebebasan untuk menentukan. Ini adalah suatu misteri, namun demikianlah kenyataannya. Apakah Allah memaksa semua orang untuk berbuat baik? Tentu tidak. Tuhan menunjukkan kehendak-Nya, namun kenyataannya orang tetap dapat menolaknya. Apakah ini berarti Allah kurang berkuasa? Tentu tidak juga. Sebab sejak awal mula Allah telah mengetahui siapa-siapa saja yang akan menerima tawaran keselamatan-Nya dan siapa-siapa yang akan menolaknya. Tidak ada yang surprise/ kejutan bagi Tuhan.
Sebab hakekat kasih yang sempurna adalah kasih yang tidak memaksa, maka Allah yang adalah Kasih (1Yoh 4:8), juga menerapkan demikian. Neraka bukan sesuatu hukuman positif yang ditentukan oleh Tuhan sejak awal mula pada sejumlah manusia; tetapi adalah suatu keadaan negatif karena absennya Tuhan, yang dialami oleh sejumlah manusia sebagai tujuan akhir hidupnya, sebab itulah yang mereka inginkan sendiri. Maka neraka adalah keadaan di mana tidak ada Tuhan yang adalah sumber Hidup, Terang, dan Kasih. Mengapa manusia sampai ke situ? Karena ia sendiri dengan kehendak bebasnya selama hidupnya di dunia sampai akhir, memilih untuk menolak Tuhan. Adilkah kalau orang tersebut menerima neraka sebagai tujuan hidupnya? Jawabnya adalah adil, sebab memang itulah yang dipilih orang itu sendiri, Allah hanya mengizinkan itu terjadi, karena kasih-Nya tidak memaksa. Kalau Tuhan memaksa orang itu untuk masuk Surga, malah menjadi tidak adil, sebab semasa hidupnya bahkan sampai wafatnya orang itu sendiri tidak menghendakinya.
Nah sekarang, tentang kisah Capres A dan Capres B. Sejujurnya kisah itu tidak pas untuk dijadikan analogi untuk menjelaskan tentang misteri predestinasi. Sebab Capres A dan B itu umumnya bukan pilihan antara hidup dan mati. Itu lebih pas untuk dijadikan contoh pilihan antara sesuatu yang baik dan sesuatu yang lain yang juga baik. Bagaimana memilihnya, memang tergantung kebijaksanaan kita (dan kita dapat memohon kepada Tuhan agar kita dapat memilih dengan baik). Hal ini juga terjadi dalam pertumbuhan rohani kita. Setelah kita memilih hal yang baik, bukan berarti kita sudah tidak punya pilihan. Tetap ada pilihan di antara hal-hal yang baik itu. Contoh, apakah kita mau hidup menikah, atau mau hidup selibat untuk Kerajaan Allah? Keduanya baik, namun setiap orang dapat sungguh merenungkannya, untuk kemudian dengan kehendak bebasnya memutuskannya, sesuai dengan apa yang menurutnya baik sesuai dengan keadaannya, dan dapat memberikan kemuliaan yang lebih besar kepada Tuhan. Di sinilah kita mengingat semboyan St. Ignatius dari Loyola yang menjadi motto SJ: For the greater glory of God, Ad majorem Dei gloriam (AMDG).
Demikian tanggapan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih banyak Bu Inggrid. Tuhan memberkati kita semua.
Terima kasih atas artikel yang bagus ini.
Saya sangat tertarik dengan point yang kelima. Untuk dapat menerima Tuhan dengan baik, maka kita kita harus belajar untuk rendah hati. Kita harus belajar berterima dan menghormati semua rancangan Tuhan yang mungkin tidak dapat kita pahami. Seperti tertulis dalam Matius 18:1-4, kita harus belajar merendahkan diri seperti anak kecil yang polos. Anak kecil tanpa kesombongan.
Ya Allah Bapa di sorga, ajarlah hatiku untuk dapat menerimaMu seperti anak kecil. Hancurkanlah kesombongan yang ada dalam diriku ini. Amin
Terima kasih.
Tuhan memberkati katolisitas.org
Comments are closed.