[Minggu Biasa XXVI: Amos 6:1a,4-7; Mzm 146: 7-10;  1Tim  6:11-16; Luk 16:19-31]

Carpe diem. Semboyan ini diambil dari baris akhir sebuah puisi Latin kuno karangan Horace, artinya: Rebutlah hari ini! Banyak orang mengartikan slogan ini sebagai ajakan untuk menikmati ‘hari ini’ sampai sepuas-puasnya, sebab apa yang terjadi esok, tidak ada yang tahu. Tapi sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita hal yang sebaliknya, yaitu bukan semata-mata memikirkan untuk merebut hari ini tetapi merebut masa depan. Dan bagi kita umat beriman, masa depan kita yang sesungguhnya adalah hidup yang kekal di Surga. Rasul Paulus berkata, “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar, dan rebutlah hidup yang kekal.” (1Tim 6:12).

Nah, di sinilah masalahnya, sebab ada banyak orang, mungkin termasuk kita juga, yang kepingin masuk Surga, tetapi ogah bertanding dalam pertandingan iman. Ibaratnya, ingin hidup enak, foya-foya, tapi kalau mati nanti masuk Surga. Aha! Sayangnya, bukan ini yang diajarkan oleh sabda Tuhan. Sebab hidup berfoya-foya itulah yang dilakukan oleh si orang kaya dalam bacaan Injil hari ini, dan setelah wafatnya ia harus menerima akibatnya: yaitu mengalami penderitaan di alam maut. Sebaliknya, Lazarus yang miskin, akhirnya diperkenankan untuk duduk di pangkuan Abraham. Ada jurang yang tak terseberangi antara orang kaya itu dan Lazarus di pangkuan Abraham. Mungkin orang bertanya, apakah kesalahan orang kaya itu? Dia toh tidak mencuri, dan bukan dia yang menyebabkan kemiskinan Lazarus. Namun orang kaya itu melakukan kesalahan yang membuat Tuhan tidak berkenan kepadanya.  Semasa hidupnya, orang kaya itu terlalu egois, mementingkan dirinya sendiri, dan tidak peduli kepada kebutuhan dan kekurangan sesamanya. Keegoisannya ini telah menutup mata hatinya, sehingga ia gagal melihat penderitaan Lazarus di depan matanya. Lazarus itu sakit dan sehari-harinya berbaring di dekat pintu rumahnya, kelaparan dan mengharapkan sisa-sisa makanan darinya, namun ia tidak membagikan sedikitpun dari harta miliknya yang berlimpah. Rupanya tidak mencuri maupun tidak merugikan orang lain itu belum cukup untuk memenangkan pertandingan iman. Sebab satu hal yang terpenting belum ada, yaitu: kasih. Bukan kekayaan yang membuat orang kaya itu dihukum, melainkan karena cinta diri yang begitu besar yang membuat ia tidak mempunyai perhatian kepada sesamanya yang membutuhkan pertolongan.

Mari kita hening sejenak dan menilik ke dalam hati kita masing-masing. Semoga Tuhan memampukan kita untuk melihat penderitaan sesama kita, dan agar kita dengan senang hati berbagi kasih dan berkat kepada mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Semoga dengan perbuatan kasih ini, kita memenangkan pertandingan iman, dan kelak kitapun dapat digabungkan Tuhan dengan orang-orang pilihan-Nya, yang memperoleh kehidupan kekal dalam kerajaan Surga.

Carpe diem? Bukan. Carpe Caelum!  Raihlah Surga! Tentu karena kasih karunia Tuhan.

1 COMMENT

  1. terima kasih Bapak dan Ibu. Renungan yang sangat bagus dan sangat kontekstual untuk zaman ini dan juga untuk saya.

Comments are closed.