Dari editor:

Terima kasih Yudhi, karena anda mau berbagi kisah pengalaman hidupmu dengan kami di Katolisitas. Melalui kisahmu kami semakin percaya bahwa Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan kita dan membuang kita, yang sudah diangkat menjadi milik-Nya sejak pembaptisan kita. “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” (Yoh 6:37). Walau sering kita jatuh bangun di dalam kehidupan ini, Tuhan tetap setia untuk menopang dan membantu kita untuk kembali bangkit. Nampaknya inilah yang anda alami, dan kami turut bersyukur membacanya. Semoga Tuhan selalu memberkati anda dalam kehidupan anda selanjutnya, dan jika Tuhan berkenan, semoga Tuhan mengabulkan permohonan anda dan istri anda untuk dapat memperoleh keturunan.

Indahnya pengampunan Tuhan

Oleh Yudhi Raisan

Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN” (Mazmur 25:7)

Bapak Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus Yesus, dalam tulisan ini saya, Yudhi Raisan, mencoba untuk menuangkan pengalaman saya tentang pengampunan dari Tuhan.

Saya mempunyai iman warisan dari orangtua, iman non-Nasrani. Tetapi sejak masih duduk di bangku TK, saya sudah dikenalkan kepada Tuhan Yesus oleh orang tua saya. Mungkin karena sejak TK saya sudah bersekolah di sekolah Kristen dan kebetulan rumah saya berdekatan dengan sebuah gereja Protestan. Setiap Minggu pagi, mama saya selalu mengantar saya untuk mengikuti Sekolah Minggu. Saya mulai mengenal iman Katolik sejak saya duduk di bangku SMA, karena saya sekolah di sekolah Katolik. Saya merasa iman Katolik itu sangat indah, karena saya yakin bahwa Gereja Katolik benar-benar Gereja yang berasal dari Kristus, yang berawal dari St Petrus yang diberikan kuasa oleh Tuhan untuk menggembalakan domba-domba-Nya, yang kemudian menjadi Paus pertama dan diwariskan kepada penerusnya sampai dengan Paus yang sekarang. Juga karena saya melihat Gereja Katolik begitu kaya dengan adanya devosi kepada santo dan santa, adanya doa-doa kontemplasi, dan doa kharismatik. Banyak orang yang tidak bisa berdoa dengan keheningan, susah untuk berkonsentrasi karena pikirannya bercabang. Maka ia bisa berdoa dengan cara seperti komunitas kharismatik dengan cara berdoanya yang penuh semangat. Kekayaan dan keindahan itulah yang membuat saya terkesan dengan iman Katolik. Hingga kemudian saya pun memutuskan untuk dibaptis secara Katolik. Orang tua saya tidak keberatan, karena sejak awal orang tua saya memberi kebebasan kepada anak-anaknya. Sejak dibaptis, iman saya bertumbuh. Saya rajin ke gereja dan melakukan doa Rosario.

Pada suatu waktu, saya mempunyai seorang teman wanita yang cukup spesial dan kamipun berpacaran. Pacar saya itu tidak seiman dengan saya, tetapi tetap saja kami menjalin hubungan. Saat itu mungkin kami berpikir bahwa hubungan kami tidak akan lama dan hanya untuk main-main saja. Mungkin itu yang dinamakan cinta monyet. Namun ternyata tidak demikian. Hubungan kami terus berlanjut sampai 9 tahun lamanya, walaupun pada akhirnya kami berpisah. Selama 6 tahun kami back street karena orang tua pacar saya tidak menyetujui hubungan kami dengan alasan tidak seiman. Sepandai-pandainya kami bersembunyi, akhirnya hubungan kami ketahuan juga. Singkatnya setelah hubungan kami memasuki tahun ke-9, saya dipanggil oleh orang tua pacar saya dan kami diminta untuk menikah dengan catatan saya harus meninggalkan iman Katolik saya dan menjadi pemeluk agama keluarga pacar saya. Kalau tidak, saya harus putus. Karena saya sangat menyayangi si dia dan tidak mau kehilangannya, saya bersedia meninggalkan iman saya. Tanpa sepengetahuan orang tua, saya mengucapkan dua kalimat syahadat di depan pemuka agama pacar saya dan kaum kerabat pacar saya. Sejak saat itu saya tidak pernah pergi ke gereja lagi dan tidak pernah berdoa. Dari rumah saya pamit ke gereja, tetapi saya tidak ke gereja, saya pergi ke rumah pacar saya. Sesungguhnya di dalam hati, saya menolak itu semua, karena saya menjadi pemeluk agama pacar saya bukan dari hati saya. Saya merasa berdosa telah mengkhianati Tuhan Yesus. Mulai terjadi pergumulan dalam hati saya. Setiap hari saya merasa tersiksa dan kalau itu terjadi terus menerus, saya bisa gila. Saya merasa sudah tidak kuat lagi. Kini kalau saya ingat kembali akan peristiwa itu, saya teringat pemazmur yang tersiksa karena dosanya, yang membuatnya terpisah dari Allah. Sesungguhnya perasaan terpisah dari Allah karena saya mengingkari iman saya dan berbohong kepada diri sendiri, orangtua dan Tuhan itu yang membuat saya merasa tidak mampu bertahan lebih lama lagi. “Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku”(Mazmur 51:3).

Pada suatu kesempatan, saya curhat dengan seorang teman dan dia mengatakan, “Kamu bodoh telah menukar Yesus dengan seorang wanita.” Saya sangat tersentak oleh perkataan itu. Selama masa-masa saya berpacaran dengan kekasih saya itu, saya tidak pernah ke gereja dan tidak pernah berdoa. Saya jauh dari Tuhan, sehingga saya tidak merasakan pemeliharaan Tuhan. Tetapi tanpa saya sadari, Tuhan begitu mengasihi saya dan tidak pernah meninggalkan saya. Saya merasa Tuhan bekerja lewat teman saya yang menegur saya itu. Akhirnya saya membulatkan hati untuk menemui pastor dan saya mengaku dosa. Sebelum pastor memberikan penitensi kepada saya, dia mengatakan kalimat yang begitu menyejukkan hati saya, ”Berbahagialah anakku, engkau akan menerima hadiah Paskah yang begitu indah yaitu pengampunan dari Bapa, dan engkau akan kembali ke dalam pelukan-Nya.” Ketika itu menjelang Paskah tahun 2000. Seketika saya merasakan kegembiraan Bapa di Surga yang selalu menanti saya kembali. Saya merasa amat lega dan percaya akan kasih pengampunan Allah Bapa.

Keesokan harinya saya datang ke rumah pacar saya, saya mengatakan bahwa saya sudah mengaku dosa di depan pastor, dan kembali menjadi Katolik. Mendengar hal itu, orang tua pacar saya marah kepada saya, sambil menunjuk-nunjuk saya, mereka berkata, “Kamu berdosa besar telah mempermainkan agama kami”. Saya menjawab bahwa saya sudah berdosa besar ketika saya mengingkari iman saya dan berpindah memeluk agama yang tidak sesuai dengan panggilan hati saya , tetapi urusan dosa adalah urusan saya dengan Tuhan dan saya yakin Tuhan saya Maha Pengampun. Saya percaya saya sudah diampuni. Dan sejak saat itu, saya putus dengan pacar saya.

Tetapi permasalahan tidak cukup sampai di situ. Saat saya bergumul dengan masalah saya, pekerjaan saya di kantor terlantar, sehingga akhirnya saya ditugaskan hanya untuk mengarsip dokumen. Saya merasa sudah dibuang. Saya lantas merasa jenuh, dan akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri. Itu adalah saat-saat yang berat bagi saya. Saya merasa frustasi, seolah belum cukup menderita karena putus dengan pacar saya yang telah menjadi kekasih saya selama 9 tahun, tambahan lagi saya juga harus kehilangan pekerjaan. Mungkin Bapak Ibu dan Saudara-saudara dapat membayangkan bagaimana perasaan saya saat itu. Saya marah kepada Tuhan, Ia sudah mengampuni saya tetapi mengapa saya harus dihukum seperti ini. Padahal sesungguhnya apa yang terjadi pada saya adalah akibat pilihan saya sendiri, bukan karena Tuhan marah. Tetapi saat itu pemahaman saya belum sampai ke sana. Kehidupan saya berubah. Kembali saya absen untuk datang ke gereja lagi. Saat siang saya tidur, tetapi di malam hari saya keluyuran. Saya mulai senang berjudi. Lebih parah, ketika saya kalah berjudi, diam-diam saya mencuri uang mama saya. Saya tidak perduli itu uang hasil jualan Mama. Mama berjerih payah berjualan untuk kebutuhan hidup kami sehari-hari, karena Papa sudah pensiun dan mereka tidak mau meminta kepada anak-anaknya, apalagi kepada saya, yang seorang pengangguran.

Pada suatu malam, ketika saya sedang tidur, saya bermimpi Bunda Maria menampakkan diri pada saya. Tangan kanannya terbuka mengajak saya untuk mendekat kepadanya. Tangan kiri Bunda memegang Kitab Suci. Saya menghampiri Bunda, lalu saya dipeluknya. Bunda berkata, “Kemarilah, bacalah ini,“ sambil memberikan Kitab Suci kepada saya, “Maka hidupmu akan bahagia.”

Sejak mimpi yang amat mengesankan itu, saya mencoba membaca Kitab Suci dengan serius. Saya mulai dari Perjanjian Baru karena bagi saya Perjanjian Lama sangat membosankan, apalagi karena saya jarang bahkan hampir tidak pernah membaca Kitab Suci. Ternyata membaca Kitab Suci begitu indah, memberikan saya kekuatan baru. Saya pun lalu berniat untuk mendalaminya agar saya dapat mengenal Tuhan lebih dalam lagi melalui Sabda-Nya (mungkin itu satu alasan mengapa sekarang saya belajar di KPKS – Kursus Pendalaman Kitab Suci St Paulus yang diselenggarakan oleh LBI). Saya juga mulai berdoa Rosario lagi (satu alasan mengapa saya berdevosi kepada Bunda Maria). Setelah itu saya mendapatkan pekerjaan baru, yaitu tempat kerja saya yang sekarang. Selain itu saya juga mempunyai pekerjaan sampingan yang hasilnya lumayan. Dan akhirnya saya juga mendapatkan seorang istri yang begitu mencintai saya dan selalu mensupport saya. Kenangan indah akan kasih pengampunan Bapa yang kekal kembali memenuhi hati saya. Sungguhpun Engkau menghitung langkahku, Engkau tidak akan memperhatikan dosaku (Ayub 14:16). Saat itu saya menyadari lagi kegembiraan Surga pada saat saya bertobat, yang saya kenali di dalam Kitab Lukas 15 : 10, “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang dosa yang bertobat”.

Kini walau saya sudah menikah memasuki tahun ke-empat, kami belum dikaruniai seorang anak. Menurut dokter saya dan istri sehat-sehat saja. Mengapa saya belum dikaruniai anak sampai sekarang? Tuhan pasti punya alasan yang saya tidak pernah tahu, tetapi yang saya tahu, rencana-Nya pasti baik untuk saya dan istri saya.

Satu hal lagi yang membuat saya bahagia, saya bersama adik dan kakak telah membawa orang tua saya menjadi Katolik, walaupun papa saya dibaptis secara Katolik satu minggu sebelum beliau dipanggil Tuhan. Kalau saya ingat kembali perjalanan iman kedua orangtua saya, ya, walaupun kedua orangtua saya memiliki iman warisan non Kristiani, mereka memasukkan anak-anaknya ke sekolah Kristen karena mereka beranggapan di sekolah Kristen dikenal dengan kedisiplinannya. Kami anak-anaknya juga diantar ke Sekolah Minggu untuk mendidik moral kami, supaya kami tahu mana yang benar dan mana yang salah. Karena mereka sendiri walaupun beragama, pada waktu itu mereka jarang pergi ke tempat ibadah agama mereka, bahkan bisa dibilang tidak pernah. Mama saya sudah mengenal agama Kristen sejak kami masih sekolah. Mama belajar agama Kristen karena beliau ingin bisa membantu menjawab pertanyaan kami manakala kami menjumpai kesulitan dalam pelajaran sekolah khususnya pelajaran agama Kristen. Jadi beliau belajar dari buku, sehingga sebelum menjadi Katolik, Mama sudah tahu siapa itu Yesus, Maria, Yoseph, bahkan dia sudah tahu cerita tentang Zakeus, Yunus, Adam dan Hawa ketika jatuh ke dalam dosa dan sebagainya. Sedangkan keputusan papa saya untuk dibaptis adalah nampaknya merupakan suatu puncak kerinduan yang sudah dialaminya sejak beliau sakit. Pada saat Papa sakit, tetangga satu lingkungan sering datang untuk mendoakan beliau dan mereka sering bercerita tentang Yesus. Semua itu membuat papa saya merasa terjamah oleh kasih Yesus. Beliau sempat dua kali merayakan Misa di gereja sebelum dipanggil Tuhan. Itulah saat saya kembali merasakan penyelenggaraan Tuhan yang selalu sempurna, kasih-Nya yang tetap untuk selamanya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. (Pengkotbah 3:11a).

Demikianlah pengalaman yang dapat saya bagikan, semoga dapat berguna bagi kemuliaan Tuhan. Tuhan sudah memberi pengampunan penuh kepada saya, dan melalui Bunda Maria saya kembali ke jalan-Nya. Tuhan dan Bunda Maria telah bekerja dalam pergumulan dan masalah yang saya hadapi. Saya yakin Tuhan dan Bunda Maria akan bekerja juga dalam pergumulan dan masalah yang Bapak Ibu dan Saudara-saudara hadapi. AMIN.

Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali!” (Mazmur 51 : 9-10).

16 COMMENTS

  1. Sangat berkesan. Untuk momongan yang mas yudhi dan istri inginkan, janganlah pesimis Rencana Tuhan Indah pada waktunya.

  2. Saya ikut bahagia dan kesaksian ini mempertebal keyakinan saya, mencerahkan hati dan menumbuhkan iman

  3. “Jadi teringat cerita Domba yang hilang”, Ibu @Maria Ellen, kuatkanlah imanmu dan tegarkanlah hatimu, jangan putus mendoakan anakmu. Biar Tuhan yang menunjukkan jalan, sebagai orang tua dan manusia anda sudah berupaya, namun tidak boleh memaksa, biar Tangan Tuhan yang bekerja. Amin

    GBU

  4. Anak perempuan saya (23 tahun) juga sekarang sudah hampir 4 tahun berpacaran dengan pria Saksi Jehova, ketika saya mengetahuinya saya sudah ingatkan dia, bahwa jangan diseriuskan karena kita beda agama, tapi tampaknya malah terus berlanjut, saya juga pernah katakan, bahwa dia tanpa sadar telah menukar Jesus dan Bunda Maria dengan pria kekasihnya ini, tetapi anak saya tetap tidak perduli.
    Anak saya merasa kekasihnya ini adalah segalanya, sangat baik, selalu siap menolong, menyayangi dia, dan tak mungkin berpisah, kebetulan kami memang keluarga broken home, jadi anak saya kekurangan kasih sayang dari papi nya sejak dia berumur 5 tahun dan juga saya, ibunya yang selalu sibuk bekerja mencari nafkah.
    Saya cuma bisa berdoa, Novena, dan mengingatkan dia, saya tak mampu melarangnya.
    Kerinduan saya, semoga pada saatnya, segalanya menjadi indah pada waktunya, karena penyelenggaraan Tuhan Jesus dan bimbingan Bunda Maria untuk anak saya.
    Semoga pengalaman yang Bapak alami bisa juga terjadi pada anak saya, dia tidak akan meninggalkan Jesus dan Bunda Maria, dan dia juga akan menemukan kekasih, calon suami yang dipilihkan Tuhan untuknya, dan mereka bahagia.
    Bantu doakan anak saya, bantu doakan kami. Terima kasih.

    • Salam, Ibu Maria Ellen, aku akan bantu ibu untuk mendoakan putri ibu. Sekarang temanku juga mengalami hal yang sama bahkan dia sepertinya sudah hampir dibaptis di gereja itu supaya bisa menikah dengan kekasihnya. Aku sendiri sampai sekarang masih belum bisa menegur karena memang kami bukan teman dekat, jadi ada sedikit keragu-raguan.

      Saran aku, mungkin tidak cukup dengan doa saja walaupun doa memang yg terpenting. Mungkin ibu bisa mengajaknya untuk pergi retret bersama, kegiatan lingkungan juga atau memperkenalkannya dengan kegiatan OMK di gereja. Ajaklah dia buat semakin mengenal iman Katolik lebih dalam. Semoga nantinya hati putri Ibu bisa semakin terbuka & belum terlambat.

  5. LUAR BIASA…., membacanya membuat mataku berkaca2…., “bersabdalah saja Tuhan…maka saya akan sembuh”

  6. Puji Tuhan…pengalaman yg menarik untuk dibagikan..semoga bs menjadi kekuatan jg bagi saudara2 kita yg lain…amien! God Bless Us..

  7. Puji Tuhan sungguh luar biasa mas. Kalau diperbolehkan, akan saya copy untuk dibagi ke orang lain ya mas.

  8. Puji Tuhan…

    Semua indah pada waktunya bagi Pak Yudhi brsm keluarga…

    Ijin share untuk kesaksiannya..

    ** Ade A. **

  9. Sungguh,
    pengalaman yang indah. Smoga apa yg bpk alami in menjadi inspirasi iman dlm hidup menggereja. Amin.

  10. Suatu pengalaman yang begitu mengesankan, sungguh menyentuh hati saya. Ternyata iman anda lebih besar dari pada saya. Memang sangat sulit menghadapi kemelut hidup, kadang saya pun marah kepada Tuhan, mengapa begini, mengapa begitu, dan melihat pengalaman anda, ternyata andapun jatuh bangun menghadapi pergumulan hidup, namun sekali lagi, saya katakan, iman anda lah yang telah menyelamatkan hidup anda. PF.

  11. Selamat kembali ke GK semoga tetap setia dan selalu melayani Tuhan dan sesama…….

  12. Syalom…

    Ikut senang akhirnya Bp kembali ke GK n org tua Bp menjadi pengikut Yesus. Tuhan memberkati Bp n kel !

  13. Puji Tuhan,

    Sebuah pergumulan yang indah..
    Memang terkadang rencanaNya susah ditebak dan kita pun tidak bisa mengerti mengapa seperti itu, namun itulah karuniaNya.

    Puji Tuhan Ms Yudhi, sudah kembali ke Gereja Katolik.
    Tuhan selalu beserta kita.

    ~widi~

Comments are closed.