Pertanyaan:
Shalom Bu Ingrid,
Pertama-tama saya ingin menyampaikan kagum saya buat Bu Ingrid dan Pak Stef atas penjelasan – penjelasan yang disampaikan terhadap begitu banyak pertanyaan yang diajukan teristimewa yang berhubungan dengan iman. Saya sangat bersyukur menemukan website ini sehingga pengetahuan saya tentang iman Katolik saya sungguh diteguhkan. Sehingga sekarang saya sungguh merasakan sangat bangga menjadi seorang Katolik & lebih mencintai iman Katolik saya. Ternyata selama ini pengetahuan saya tentang ajaran Katolik adalah sangat-sangat minim. [Dari Katolisitas: kami edit.] Semoga team katolisitas dapat maju terus dalam mewartakan kasih Allah dan semakin banyak jiwa yang akan kembali kepangkuan gereja Katolik.
Dalam kesempatan ini juga, saya ingin mohon bantuan ibu bagaimana menjelaskan beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh teman dari Islam dimana dikatakannya sebagai “Firman lucu dalam Alkitab”. Ayat – ayat yang disorot adalah sbb :
1. Ul 14:21 Tuhan terkesan meracuni orang asing
2. Kej 3:8-10 Tuhan terkesan tidak tahu karena main petak umpet dengan Adam & Hawa
3. Kej 21:1-2 Tuhan mengauli Sara
4. Kej 6:6-7 Tuhan bisa menyesal & Pilu, bagaimana bisa ? Bukankah Tuhan Maha Kuasa ?
5. Kej 8:21 Bagaimana penulis bisa tahu Tuhan berfirman dalam hati ?
6. Yes 5:26 Tuhan bersuit ( sifat manusia )
7. Yer 25:30 Tuhan mengaum ( sifat binatang )
8. Yes 7:20 Tuhan mencukur
9. Yes 42:13-14 Tuhan memekik, mengerang, megap-megap
10. Hos 3:1 Tuhan menyuruh melacur
Demikian bu, mohon bantuannya yah. Terima kasih. Tuhan memberkati
Melati
Jawaban:
Shalom Melati,
Sebelum saya menjawab pertanyaan- pertanyaan anda, ijinkan saya menyampaikan beberapa point ajaran Gereja Katolik tentang inspirasi dan kebenaran Kitab Suci, seperti yang tertulis dalam Katekismus Gereja Katolik:
KGK 105 Allah adalah penyebab [auctor] Kitab Suci. “Yang diwahyukan oleh Allah dan yang termuat serta tersedia dalam Kitab Suci telah ditulis dengan ilham Roh Kudus”…..
KGK 106 Allah memberi inspirasi kepada manusia penulis [auctor] Kitab Suci. “Tetapi dalam mengarang kitab-kitab suci itu Allah memilih orang-orang, yang digunakan-Nya sementara mereka memakai kecakapan dan kemampuan mereka sendiri, supaya – sementara Dia berkarya dalam dan melalui mereka – semua itu dan hanya itu yang dikehendaki-Nya sendiri dituliskan oleh mereka sebagai pengarang yang sungguh-sungguh.” (Dei Verbum 11)
KGK 109 Di dalam Kitab Suci Allah berbicara kepada manusia dengan cara manusia. Penafsir Kitab Suci harus menyelidiki dengan teliti, agar melihat, apa yang sebenarnya hendak dinyatakan para penulis suci, dan apa yang ingin diwahyukan Allah melalui kata-kata mereka (Bdk. Dei Verbum 12,1).
KGK 110 Untuk melacak maksud para penulis suci, hendaknya diperhatikan situasi zaman dan kebudayaan mereka, jenis sastra yang biasa pada waktu itu, serta cara berpikir, berbicara, dan berceritera yang umumnya digunakan pada zaman teks tertentu ditulis. “Sebab dengan cara yang berbeda-beda kebenaran dikemukakan dan diungkapkan dalam nas-nas yang dengan aneka cara bersifat historis, atau profetis, atau poetis, atau dengan jenis sastra lainnya” (Dei Verbum 12,2).
Jadi Kitab Suci memang dituliskan atas inspirasi dari Allah sendiri, namun Allah melibatkan kemampuan orang- orang pilihan-Nya untuk menuliskan Sabda-Nya melalui kata- kata manusia. Oleh karena itu, jenis sastra juga mempengaruhi ungkapan- ungkapan yang tercantum dalam Kitab Suci, entah itu bersifat historis, profetis atau puitis.
Selanjutnya dalam mengartikan suatu ayat yang sekilas terlihat ‘sulit’, kita harus melihat kaitannya dengan ayat- ayat yang lain dalam Kitab Suci. Katekismus mengajarkan agar dalam menginterpretasikan Kitab Suci maka kita harus:
KGK 112 1. Memperhatikan dengan saksama “isi dan kesatuan seluruh Kitab Suci“…
KGK 113 2. Membaca Kitab Suci dalam “Tradisi Suci yang hidup dari Gereja secara keseluruhan.”
KGK 114 3. Memperhatikan analogi iman.
Selanjutnya tentang topik prinsip menginterpretasikan Alkitab, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Secara khusus, lihatlah bagian sub-judul ‘Gaya bahasa’, yang menyebutkan penjelasan tentang gaya bahasa simili, metafor, perkiraan, fenomenologi, anthropormofis, hiperbolisme.
Sekarang mari melihat ayat- ayat yang anda tanyakan:
1. Ul 14:21
“Janganlah kamu memakan bangkai apapun, tetapi boleh kauberikan kepada pendatang yang di dalam tempatmu untuk dimakan, atau boleh kaujual kepada orang asing; sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu.”
Orang Israel dilarang untuk memakan hewan yang mati secara natural, bukan karena alasan kesehatan (higienitas), tetapi karena hewan tersebut dianggap ‘najis’ karena jika dimakan tanpa disembelih dahulu dengan ritual tertentu, maka ada resiko darah binatang yang masih ada di dalam daging bangkai tersebut menjadi termakan. Sedangkan bangsa Israel pada jaman PL dilarang untuk mengkonsumsi darah, karena pada darah diyakini ada nyawa (lih. Ul 12:23). Maka larangan untuk memakan hewan yang mati tanpa mereka sembelih ini berkaitan dengan perintah tersebut. Sedangkan secara keseluruhan larangan meminum darah pada PL ini adalah cara Allah mempersiapkan umat-Nya untuk menghargai makna ‘Darah Kristus Sang Anak Domba Paska’ yang justru kita minum, agar kita menerima rahmat ‘nyawa’/ kehidupan yang kekal (lih. Yoh 6:53-56).
Dengan demikian, tidak benar komentar teman anda itu yang mengatakan bahwa Allah sepertinya ingin meracuni orang asing. Allah memperbolehkan agar binatang yang mati secara natural itu diberikan kepada orang asing, karena mereka tidak terikat oleh hukum Musa tentang larangan minum darah tersebut.
2. Kej 3:8-10
“Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?”
Tentang hal ini sudah dibahas secara khusus di jawaban ini, silakan klik.
3. Kej 21:1-2
“TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya. Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.”
Terus terang saja, saya tidak mengerti mengapa dari ayat tersebut di atas, lalu teman anda berkesimpulan bahwa Allah menggauli Sara. Ayat di atas sesungguhnya berhubungan dengan ayat dalam beberapa perikop sebelumnya, yaitu Kej 18:10-14, di mana Allah berjanji kepada Abraham dan Sara bahwa pada tahun berikutnya Sara akan melahirkan seorang anak laki- laki bagi Abraham. Pada saat mendengar janji ini Sara tertawa, karena menganggap tidak mungkin lagi baginya maupun Abraham untuk berhubungan suami istri karena mereka sudah tua. Namun Tuhan mengatakan, tidak ada yang mustahil bagi-Nya.
4. Kej 6:6-7
“maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN,” Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu… sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.”
Pada perikop ini, dipergunakan gaya bahasa antropomorfis, yang artinya menggambarkan Allah dari perspektif manusia, atau menggunakan penggambaran yang umum digunakan oleh manusia. Gaya bahasa macam ini memang digunakan di dalam Alkitab, seperti yang nanti akan timbul lagi pada beberapa ayat yang anda tanyakan. (Silakan membaca kembali link di atas tentang prinsip menginterpretasikan Kitab Suci, terutama di bagian gaya bahasa. Karena dalam Kitab Suci, selain gaya bahasa antropomorfis/ personifikasi dipergunakan juga gaya bahasa simili, metafor, perkiraan/ prediksi, fenomenologi, dan hiperbolisme)
Maka jika dikatakan Allah menyesal, itu adalah untuk menggambarkan, bahwa jika manusia yang ada di posisi Allah, maka ia akan menyesal. Namun sebenarnya, Allah sendiri telah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi, sebab Ia adalah Maha Tahu, sehingga keputusan-Nya tidak berubah. Tentang Allah yang tidak berubah ini disebutkan dalam Bil 23:19. Jadi ungkapan “Allah menyesal” ini adalah untuk menghubungkan akan apa yang kemungkinan dirasakan oleh Allah, jika ditinjau dari sudut pandang manusia.
5. Kej 8:21
Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia…. Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.”
Teman anda mempertanyakan bagaimana penulis kitab Kejadian tersebut dapat mengetahui, jika Tuhan hanya berfirman dalam hati? Tentu bagi kita yang percaya bahwa Tuhan sendiri yang memberi inspirasi terhadap penulisan Kitab Suci ini, ini tidaklah menjadi masalah. Sebab penulis itu tidak menulis kitab dari dirinya sendiri, tetapi atas pewahyuan dari Allah. Jadi kalau Allah berfirman demikian di dalam Diri-Nya, dan Ia ingin agar firman ini diketahui oleh umat-Nya, maka Ia mewahyukan hal ini kepada sang penulis. Bahwa kemudian penulis mengatakan, “berfirmanlah Tuhan di dalam hati-Nya”; di sini kembali digunakan istilah antropomorfis (dihubungkan dengan istilah yang dipakai manusia), untuk menggambarkan bahwa firman itu dikatakan Allah di dalam Diri-Nya sendiri; karena jika ini terjadi pada manusia, manusia mengatakannya sebagai “berkata dalam hati”.
6. Yes 5:26
“Ia akan melambaikan panji-panji kepada bangsa yang dari jauh, dan akan bersuit memanggil mereka dari ujung bumi…. “
Teman anda bertanya, mengapa Allah dapat “bersuit”. Namun seperti telah dijabarkan di atas, di sini digunakan istilah antropomorfis untuk menggambarkan bahwa Allah sendirilah yang memanggil para bangsa dari segala ujung bumi. Di sini istilah “bersuit” adalah istilah yang sering dipergunakan oleh manusia, yaitu kepala pasukan pada saat mengumpulkan para prajuritnya; atau gembala, yang bersuit untuk memanggil kawanan ternaknya. Jadi istilah ini hanya untuk menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang menjadi kepala, atau gembala, dari kawanan umat-Nya.
7. Yer 25:30
“…nubuatkanlah segala firman ini kepada mereka. Katakanlah kepada mereka: TUHAN akan… mengaum hebat terhadap tempat penggembalaan-Nya, suatu pekik, seperti yang dipekikkan pengirik-pengirik buah anggur, terhadap segenap penduduk bumi.”
Istilah “mengaum” di sini berhubungan dengan bagaimana Allah menjaga dan mengembalakan umat-Nya di Yerusalem dan Yehuda, suatu metafor tentang penggembalaan. Ia mengeluarkan “pekik” seperti halnya pekik para pengirik anggur/ para petani para waktu panen. Ini adalah penggambaran metafor tentang akhir dunia nanti, bahwa Pengadilan Terakhir bagi segenap manusia itu serupa dengan masa panen/ masa menuai di mana lalang akan dipisahkan dari gandum (lih. Mat 13:30).
8. Yes 7:20
“Pada hari itu dengan pisau cukur yang dipinjam dari seberang sungai Efrat, yakni raja Asyur, Tuhan akan mencukur kepala dan bulu paha, bahkan pisau itu akan melenyapkan janggut juga.”
Kembali di sini digunakan gaya bahasa antropomorfis, untuk menggambarkan bahwa Allah-lah yang memangkas umat-Nya di Yehuda, dengan menggunakan bangsa Babilonia atas pimpinan Raja Asyur. Lalu istilah mencukur kepala, bulu paha dan janggut, itu adalah istilah metafor/ perumpamaan yang menyatakan akan diusirnya bangsa Israel (seperti halnya rambut yang dipangkas). Hal ini diizinkan Allah terjadi, oleh karena mereka telah berdosa di hadapan Allah, seperti yang disebutkan dalam awal kitab Yesaya (lih. Yes 1). Maka ini merupakan nubuat kehancuran bangsa Israel karena invasi bangsa Asyur/ Babilonia 701 BC, di mana sekitar 200.150 orang Israel/ Yehuda dideportasi.
9. Yes 42:13-14
“TUHAN keluar berperang seperti pahlawan, seperti orang perang Ia membangkitkan semangat-Nya untuk bertempur; Ia bertempik sorak, ya, Ia memekik, terhadap musuh-musuh-Nya Ia membuktikan kepahlawanan-Nya. Aku membisu dari sejak dahulu kala, Aku berdiam diri, Aku menahan hati-Ku; sekarang Aku mau mengerang seperti perempuan yang melahirkan, Aku mau mengah-mengah dan megap-megap.”
Pada ayat ini, kembali yang digunakan adalah gaya bahasa antropormofis, untuk menggambarkan sifat Allah dengan istilah manusia. Dalam hal ini, yang ingin digambarkan adalah kesetiaan Allah untuk bertempur membela umat pilihan-Nya yang setia kepada-Nya, yang dipanggil-Nya untuk diselamatkan (lih. Yes 42: 6). Maka penggambaran sebagai seorang perempuan yang melahirkan adalah untuk menggambarkan betapa Allah sangat menantikan saatnya di mana Ia akan memuliakan kembali umat-Nya. Betapa Allah menghendaki kembalinya bangsa Israel, seperti seorang ibu menantikan kelahiran anaknya, dan berjuang untuk melahirkannya.
10. Hos 3:1
“Berfirmanlah TUHAN kepadaku: “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis.”
Teman anda menanyakan, mengapa Allah menyuruh Nabi Hosea melacur; padahal yang melacur itu adalah istrinya, dan bukan Nabi Hosea. Jadi ayat ini maksudnya adalah demikian: Bangsa Israel telah berpaling dari Allah, dengan menyembah allah- allah lain, seperti seorang istri yang telah berpaling dari suaminya. Supaya umat Israel memahami kesalahan mereka yang besar ini, Allah menyuruh nabi-Nya, Hosea, untuk menikahi seorang perempuan sundal (lih. Hos 1: 2). Setelah perempuan itu melahirkan anak- anak bagi Hosea, kembali perempuan itu menjadi tidak setia dan berpaling kepada para kekasihnya (lih. Hos 2:2-13). Namun, Hosea tidak dapat melupakan istrinya itu, sama seperti Allah mengasihi bangsa Israel, meskipun bangsa itu telah “melacur” dengan menyembah allah- allah lain yang disembah oleh bangsa- bangsa di Kanaan. Istilah “menyukai kue kismis” adalah istilah yang mengacu kepada para bangsa penyembah dewa Baal, seperti orang- orang Moab (lih. Yes 16:7). Terlihat di sini bahwa kisah Hosea bukan semata dongeng yang tidak masuk akal, tetapi justru sangat terkait dengan kehidupan bangsa Israel sendiri, yang memang pada waktu itu tidak setia kepada Allah.
Demikianlah sekilas yang dapat saya tuliskan tentang pertanyaan anda. Sebagai penutup saya ingin mengutip kembali apa yang diajarkan oleh Katekismus, tentang bagaimana kita harus menginterpretasikan Kitab Suci agar dapat kita mengerti maknanya:
KGK 111 Oleh karena Kitab Suci diilhami, maka masih ada satu prinsip lain yang tidak kurang pentingnya guna penafsiran yang tepat karena tanpa itu Kitab Suci akan tinggal huruf mati saja: “Akan tetapi Kitab Suci ditulis dalam Roh Kudus dan harus dibaca dan ditafsirkan dalam Roh Kudus itu juga” (Dei Verbum 12,3).
Artinya kita harus membaca dan menginterpretasikannya sesuai dengan tuntunan Roh Kudus yang sama, yang oleh-Nya kitab itu dituliskan. Jika Kitab Suci dibaca tanpa bimbingan Roh Kudus, maka kata- kata yang tercantum di sana hanya merupakan kata- kata belaka, yang bahkan terdengar ‘janggal’. Namun kalau dipelajari, direnungkan, dilihat kaitannya dengan ayat- ayat yang lain dalam Kitab Suci, maka kita dapat memahami maknanya, dan menemukan di dalamnya pesan yang hidup dari Allah sendiri. Maka penting bahwa sebelum membaca Kitab Suci kita harus berdoa terlebih dahulu. Tanpa doa dan asal membaca saja, dapat mengakibatkan kesalahpahaman, dan inilah yang harus kita hindari.
Semoga kita semua selalu terdorong untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci dan senantiasa dibimbing oleh Roh Kudus agar mampu memahami maknanya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
jawaban anda tentang kejanggalan yang ada dalam ayat bible terlihat sangat dipaksakan sekali dan tidak logis…
[dari katolisitas: Silakan memberikan argumentasi dan menunjukkan bagian mana yang tidak logis. Sering umat non-Katolik kurang dapat melihat bahwa ada makna spiritual, gaya bahasa, konteks yang digunakan dalam Kitab Suci]
Redaksi yang terhormat,
Mohon bantu saya untuk mengerti,
Kenapa yang dilarang pada Perjanjian Lama sekarang sepertinya tidak dilarang lagi seperti makan babi, darah, bangkai dan lain lain yang dilarang ? Dan banyak larangan dan perintah di PL tidak lagi dijalankan di Kristen sekarang, mohon penjelasan yang tegas, karena saya sering mendengar penjelasan yang kesannya dicari-cari/tidak tegas.
Kemudian dari pada itu bagaimana kalau perintah dan larangan pada PL itu tetap diikuti? Seperti bersunat, tidak makan babi dll.
Kenapa kita sepertinya tidak konsisten dan konsekwen dalam mempedomani Alkitab, sering kita dalam membahas maupun dalam khotbah selalu memakai dan berdasarkan PL sementara dalam beberapa hal tidak lagi mengikuti PL, saya bingung di mana kita bisa mengikuti PL, kapan tidak harus mengikuti dan kapan PL itu harus diabaikan?
Saya seorang Kristen yang awam, maaf saya juga kadang melihat agama saudara kita Islam, Injil mengatakan bahwa akan ada Nabi2 setelah Yesus, dan kita harus hati2 melihat Nabi tersebut karena ada yang palsu, kita menurut Injil menilai palsu atau tidaknya dari kehidupan/perbuatannya apakah sesuai/menghasilkan dengan buah2 roh, kalau memang begitu siapakah nabi setelah Yesus tersebut?
Apakah mungkin Muhammad dari Islam, atau dari saksi Yehuwa, atau dari Mormon atau dari yang lain ?
Saya kurang sreg kalau kita terus-terus memaksa diri dengan terus terus mengandalkan Magesterium ataupun tulisan para pendahulu kita yang kesannya sebagian menyimpulkan jawaban terkesan “daripada tidak ada jawaban” karena jawabannya terlalu bertele-tele dan terlalu ilmiah sehingga kami yang awam sulit mencerna, memang maunya diterangi Roh Kudus baru bisa dipahami, saya rasa Tuhan Allah tidak akan mempersulit umat-Nya untuk memahami perintahNya, atau jangan-jangan kita tidak mau membuka diri ?
Maaf redaksi saya memang dalam keadaan tanda tanya apalagi kalau ditanya yang awam ataupun agama lain, bagaimana saya mau menjala orang kalau saya tidak tau menjala? Bantu saya belajar…
Shalom Frist Marbun,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang hukum di dalam Perjanjian Lama. Untuk menjawab pertanyaan anda, maka silakan melihat pengertian: Ceremonial Law, Judicial Law, Moral Law di sini – silakan klik dan tentang makan babi – silakan klik, sunat – klik ini. Dengan mengerti dan menganalisa berdasarkan tiga hukum tersebut, maka tidak ada kebingungan. Tentang tanda-tanda kedatangan Kristus yang kedua dalam hubungannya dengan anti Kristus dapat anda lihat di sini – silakan klik dan ini – silakan klik. Bagi umat Katolik sebenarnya lebih mudah untuk tidak terjebak pada nabi-nabi palsu, karena umat Katolik mempunyai Magisterium Gereja, yang memberikan pagar-pagar iman untuk melindungi umatnya.
Jadi, kalau anda tidak ‘sreg’ dengan Magisterium Gereja, maka sebenarnya anda perlu menguji ulang pilar kebenaran anda. Apakah anda berpendapat bahwa pilar kebenaran hanya Kitab Suci? Silakan membaca tentang hal ini – silakan klik dan ini – klik ini, serta diskusi panjang ini – silakan klik. Justru keberadaan Magisterium Gereja sesungguhnya sangat Alkitabiah. Pernahkan anda berfikir, kalau memang satu-satunya sumber kebenaran adalah Kitab Suci, mengapa dari zaman Martin Luther sampai saat ini ada sekitar 28,000 denominasi yang mengklaim pengajaran mereka berdasarkan Kitab Suci, namun masing-masing mempunyai pengajaran yang berbeda-beda, dan bahkan bisa terjadi saling bertentangan? Bukankah kalau Roh Kudusnya sama dan Kitab Sucinya sama, seharusnya tidak perlu terjadi perpecahan? Anda dapat mulai diskusi dengan menjawab pertanyaan ini. Jadi, saya rasa ada baiknya, anda menggali lebih jauh tentang pokok-pokok iman yang anda percayai sebelum menjala orang lain. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
shalom….
saya mau nanya nih, kenapa waktu Yesus mau disalib, dia berseru mengatakan “Eli Eli Lama Sabakhtani (Tuhan Tuhan, Kenapa engkau meninggalkan aku). Kenapa Tuhan memanggil / berseru kepada Tuhan?
[dari Katolisitas: jawaban dari pertanyaan Anda telah pernah diuraikan di dalam artikel berikut, untuk membacanya, silahkan klik di sini.]
Shalom saudara2 yang seiman. Kiranya damai sejahtera dan sukacita dari Bapa selalu menyertai anak-anakNya.
Saya ingin bertanya di Lukas 8:56, kenapa Tuhan Yesus melarang mujizat2Nya diberitahukan kepada orang lain ? Tetapi kadang2 ada orang yang tetap melanggar laranganNya dan tetap diberitahukan kepada orang2 lain seperti dalam Lukas 5:14-15.. Apakah ini strategi Tuhan agar justru orang itu memberitakan ke orang lain ?
Dan pada Lukas 4:41 kenapa Tuhan melarang murid2Nya untuk memberitahu kapada orang lain bahwa diriNya adalah Sang Mesias ?
Shalom Monik,
Memang di awal masa pengajaran-Nya, Yesus melarang orang- orang memberitahukan tentang mukjizat- mukjizat yang dibuat- Nya. Tentu ada maksud di balik larangan Yesus ini, sehingga larangan ini bukan basa- basi, ataupun dimaksudkan agar orang melakukan hal yang sebaliknya. Alasan mengapa Yesus melarang pemberitaan mukjizat- mukjizat-Nya itu berkaitan dengan kehendak-Nya agar jangan sampai orang- orang banyak mempunyai persepsi yang salah tentang figur Mesias (Mesias yang memberikan kelimpahan jasmani), sehingga mereka menjadikan-Nya seorang raja (lih. Yoh 6:15).Hal ini tidak sesuai dengan rencana Allah, sebab yang menjadi titik perhatian Allah adalah Mesias itu adalah penyelamat manusia dari penjajahan dosa, dan bukannya penyelamat bangsa dari penjajahan pemerintah duniawi (dalam hal ini kaisar Romawi).
Jika diperhatikan, menjelang akhir masa hidup-Nya, Kristus sendiri memberitakan gambaran Mesias (yaitu diri-Nya sendiri) yang direncanakan Allah, yaitu bahwa Mesias ini harus menderita, dan diserahkan oleh para imam kepala/ ahli Taurat untuk dihukum mati, namun kemudian bangkit pada hari ketiga (lih. Mat 16: 21-28; 17:22-23; 20: 17-19) Sesudah pemberitahuan ini, dan sesudah Ia dimuliakan di atas gunung, maka larangan untuk merahasiakan bahwa Yesus adalah Mesias, tidak ada lagi, sebab Yesus sendiri telah mengatakan bahwa diri-Nya adalah Mesias, dengan penjelasan tentang ciri- ciri Mesias menurut kehendak Allah. Pada saat Yesus memberitahukan bahwa Diri-Nya adalah Mesias, Yesus telah mengetahui bahwa saatnya hampir tiba, bahwa Ia akan diserahkan kepada kaum tua- tua Yahudi untuk menggenapkan rencanakan Allah, seperti yang dinubuatkan oleh para nabi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom,
Saya ingin bertanya tentang bacaan dalam Mat 15:21-28. Mohon penjelasan tentang perikop tersebut, karena saya belum mengerti kenapa Yesus pertama – tama tidak mau mendengarkan teriakan dari seorang perempuan yang anaknya menderita kerasukan setan, walaupun akhirnya Dia mengabulkan permintaan perempuan tsb dan anaknya menjadi sembuh. Mohon penjelasan juga apa maksud Yesus dengan berkata “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” kemudian Dia menjawab lagi :Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Saya hanya bisa menangkap bahwa Yesus karena merasa kasihan dengan kerendahan hati perempuan itu maka Dia mau menyembuhkan anaknya yg kerasukan setan. Cuma itu saja pemahaman saya, tapi ya..itu tadi saya kesulitan untuk menangkap maksud Yesus dengan kata2Nya dalam perikop tersebut. Terima kasih sebelumnya atas penjelasannya.
Berkah Dalem.
Shalom Dewi,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang Mt 15:21-28, di mana seorang perempuan Kanaan mohon kepada Yesus dengan sangat untuk menyembuhkan anak perempuannya yang kemasukan setan dan sangat menderita (ay. 22). Ibu tersebut menyebut Yesus dengan “Tuhan, Anak Daud“, yang menjadi ungkapan Mesias. Dengan demikian, sang ibu sebenarnya mempunyai iman kepada Sang Mesias, yang dipercaya dapat menyembuhkan puterinya. Kita mengingat bahwa Yesus telah dikenal oleh begitu banyak orang, bahkan sampai ke daerah Siria (lih. Mt 4:24-25). Yang sering ditanyakan, adalah interaksi antara Yesus dengan sang ibu tersebut, yang seolah-olah terlihat kasar.
1. Yesus tahu bahwa ibu tersebut adalah orang yang mempunyai iman yang besar
Yesus adalah sungguh Allah dan karena Allah adalah maha tahu, maka Yesus tahu bahwa ibu tersebut adalah seseorang yang mempunyai iman yang besar. yang percaya bahwa Putera Allah dapat memberikan kesembuhan. Dan Yesus juga tahu bahwa ibu tersebut pada akhirnya akan memperoleh apa yang dimintanya karena ketekunannya, imannya dan kerendahanhatinya.
2. Prinsip mediasi dalam perutusan
Yesus mengatakan “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (ay. 24). Hal ini dikatakan oleh Yesus untuk memenuhi konsep keadilan dan mediasi, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Konsep keadilan: Adalah adil, kalau Yesus mewartakan kepada orang Yahudi, karena Tuhan sendiri telah menjanjikan kepada orang Yahudi seorang Mesias yang akan menjadi Raja bagi seluruh bangsa dan kerajaan-Nya tidak akan berakhir. Dengan cara ini, sebetulnya tidak ada alasan bagi bangsa Yahudi untuk memprotes Tuhan, karena Tuhan sendiri telah memenuhi janji-Nya kepada bangsa Yahudi, yang terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Untuk itu, silakan melihat artikel ini (silakan klik).
“Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:18-20). Lihat juga Mk 16:15-18).
b. Konsep Mediation: Menjadi layak bahwa Yesus datang terlebih dahulu untuk bangsa yang telah dipersiapkan 2000 tahun sebelumnya, dan kemudian kepada orang-orang di luar bangsa Yahudi. Dan hal ini menjadi benar, karena keselamatan dari seluruh bangsa disebabkan oleh penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Oleh karena itu, setelah Yesus bangkit, Dia mengutus para rasul dan murid untuk mewartakan Kristus ke seluruh dunia, dimana Yesus berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:18-20). Lihat juga Mk 16:15-18).
Dengan prinsip inilah, karya Yesus mempunyai prioritas untuk memberikan pengajaran kepada bangsa Israel, karena itulah yang telah dinubuatkan di dalam Perjanjian Baru, sehingga kepenuhan keselamatan dapat diwartakan kepada bangsa Israel, dan kemudian pada saatnya juga diwartakan kepada seluruh bangsa. Jadi, pada waktu Yesus mengatakan “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” (ay. 26), maka Yesus hendak menyatakan suatu prioritas. Apalagi, kalau kita melihat bahwa bahasa asli dari anjing yang dipakai di ayat ini adalah “kunárion; gen. kunaríou, neut. noun, a diminutive of kúōn“, yang berarti “anjing peliharaan“. Anjing peliharaan akan tetap mendapatkan makanan setelah anak-anak dari si empunya mendapatkan makanan terlebih dahulu.
3. Kerendahan hati adalah dasar dari spiritualitas
Yang perlu dicatat dari kejadian di perikop ini adalah kerendahan hati dari ibu yang beriman ini. Dia menujukkannya dengan mengatakan “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” (ay. 27). Dalam hal ini, sang ibu menyatakan bahwa dirinya bukanlah apa-apa dan Tuhan adalah segalanya. Dua aspek inilah yang disebut kerendahan hati. Anda dapat membaca artikel tentang kerendahan hati di sini – silakan klik. Jadi, dengan kerendahan hatinya, sang ibu akhirnya mendapatkan apa yang dimintanya dengan penuh iman dan pengharapan dan kasih. Dan Yesus, yang tahu sejak semula bahwa sang ibu akan mendapatkan apa yang dimintanya, juga memberikan kesempatan kepada ibu tersebut untuk menyatakan kerendahan hatinya serta memberi kesempatan kepada semua orang untuk juga meniru apa yang dilakukan oleh ibu ini. Dan akhirnya perkataan Yesus yang terlihat keras ditutup dengan pujian kepada ibu tersebut, yaitu dengan mengatakan “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” (ay. 28).
Demikian apa yang dapat saya sampaikan untuk perikop ini. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terima kasih atas penjelasan dari Pak Stef, jadi lebih terbuka wawasan saya. Terus maju team Katolisitas, GBU.
udah deh gmpng aj , FIRMAN ALLAH IA DAN AMIN.semua yang ditulis adalah benar. JBU
Shalom katolisitas.org
berhubung ada orang yang bertanya tentang matematika bible, berikut tulisannya:
——
“Dalam tahun ketiga puluh satu zaman Asa, raja Yehuda, Omri menjadi raja atas Israel dan ia memerintah dua belas tahun lamanya. Di Tirza ia memerintah enam tahun lamanya… Kemudian Omri mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Samaria. Maka Ahab, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. Ahab, anak Omri, menjadi raja atas Israel dalam tahun ketiga puluh delapan zaman Asa, raja Yehuda” (1 Raja-raja 16:23-29).
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Omri menjadi Raja pada tahun ke-31 zaman Asa selama 12 tahun lamanya. Setelah raja Omri meninggal, maka ia digantikan anaknya pada tahun ke-38.
…Secara matematika yang sederhana, ayat tersebut mengalami kesalahan fatal…
Secara matematika yang sederhana, ayat tersebut mengalami kesalahan fatal. Seharusnya Omri meninggal pada tahun ke-43 pada jaman Asa, dan bukan tahun ke-38 pada jaman Asa. Karena 31 ditambah 12 adalah 43, bukan 38.
Atau seharusnya Omri memerintah hanya selama 7 tahun saja, bukan 12 tahun. Karena 38 dikurangi 31 adalah 7, bukan 12. Apakah ini bukan salah hitung yang fatal namanya?
thn 31 omri jadi raja atas israel,di memerintah itu 12 thn lamanya,,,kemudian setelah itu dia jadi raja di tirza memerintah selama 6thn…kemudian dia tuh mendapat perhentian bersama dengan nenek moyangnya,,,dia tuh dikubur di samaria,,maka anaknya menjadi raja menggantikan bapanya,,,namanya ahab,,,dia menjadi raja atas israel thn 38,,,
omri:31+12=43,
——–
jika pada site lain http://www.sarapanpagi.org/kontradiksi-perjanjian-lama-vt549-40.html#p1750
bagaimana tanggapan/jawaban menurut katolisitas?
Terimakasih, GBU…
Shalom Beni,
Berikut ini adalah penjelasan yang saya peroleh dari Rm. Pidyarto O.Carm, salah satu pakar Kitab Suci di tanah air:
Maka, di sini terlihat bahwa tidak ada kesalahan perhitungan matematika, sebab perhitungan tahun itu tergantung dari kapan dimulainya perhitungan. Bahwa secara ‘de facto’ Omri baru naik tahta pada tahun ke-31, namun secara ‘de yure’ sudah naik tahta pada tahun ke- 27, saat pemerintahan Zimri ‘tumbang’ pada tahun yang sama. Jika dihitung dari tahun ke-27 sampai dengan ke- 38, maka ada 12 tahun.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bu Ingrid,
Pertama-tama saya ingin menyampaikan kagum saya buat Bu Ingrid dan Pak Stef atas penjelasan – penjelasan yang disampaikan terhadap begitu banyak pertanyaan yang diajukan teristimewa yang berhubungan dengan iman. Saya sangat bersyukur menemukan website ini sehingga pengetahuan saya tentang iman Katolik saya sungguh diteguhkan. Sehingga sekarang saya sungguh merasakan sangat bangga menjadi seorang Katolik & lebih mencintai iman Katolik saya. Ternyata selama ini pengetahuan saya tentang ajaran Katolik adalah sangat-sangat minim. Syukur tidak sampai seperti Sherly. Semoga team katolisitas dapat maju terus dalam mewartakan kasih Allah dan semakin banyak jiwa yang akan kembali kepangkuan gereja Katolik.
Dalam kesempatan ini juga, saya ingin mohon bantuan ibu bagaimana menjelaskan beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh teman dari Islam dimana dikatakannya sebagai “Firman lucu dalam Alkitab”. Ayat – ayat yang disorot adalah sbb :
1. Ul 14:21 Tuhan terkesan meracuni orang asing
2. Kej 3:8-10 Tuhan terkesan tidak tahu karena main petak umpet dengan Adam & Hawa
3. Kej 21:1-2 Tuhan mengauli Sara
4. Kej 6:6-7 Tuhan bisa menyesal & Pilu, bagaimana bisa ? Bukankah Tuhan Maha Kuasa ?
5. Kej 8:21 Bagaimana penulis bisa tahu Tuhan berfirman dalam hati ?
6. Yes 5:26 Tuhan bersuit ( sifat manusia )
7. Yer 25:30 Tuhan mengaum ( sifat binatang )
8. Yes 7:20 Tuhan mencukur
9. Yes 42:13-14 Tuhan memekik, mengerang, megap-megap
10. Hos 3:1 Tuhan menyuruh melacur
Demikian bu, mohon bantuannya yah. Terima kasih. Tuhan memberkati
Melati
[Dari Katolisisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.