Pertanyaan:

Mengapa tidak bisa diterima akal? Karena berikut…

LOGIKA :

Seorang ayah memiliki seorang anak, kekuasaan sang ayah pasti lebih besar ketimbang kekuasaan sang anak, wajar jika seorang anak meminta tolong kepada ayahnya. Tapi apakah mereka satu?? Ya.. mereka satu, satu DNA, satu GARIS KETURUNAN, satu TEMPAT TINGGAL tetapi mereka berbeda pribadi bukan??

Begitu pula dengan Yesus, Yesus berdoa karena dia tahu hanya dari bapanyalah ada keselamatan.

Yoh. 17:3 = “Inilah hidup sejati dan kekal; supaya orang mengenal Bapa, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang diutus oleh Bapa.” (Perhatikan, Yesus tidak menyebut dirinya, tetapi Bapaknya di surga sebagai ”satu-satunya Allah yang benar”)

2 pribadi :
1. supaya orang mengenal Bapa, satu-satunya Allah yang benar
2. dan mengenal Yesus Kristus yang diutus oleh Bapa

Kalimat YANG DIUTUS mengartikan bahwa ada SANG PENGUTUS yang mengartikan 2 pribadi yang berbeda, kuasa SANG PENGUTUS pasti lebih besar ketimbang YANG DIUTUS. jadi Yesus berdoa kepada yang lebih berkuasa daripada dia.

Mat. 4:10 = Yesus menjawab, ”Pergi kau, hai Penggoda! Dalam Alkitab tertulis: Sembahlah Tuhan, Allahmu, dan layanilah Dia saja!” (Yesus jelas tidak mengatakan bahwa dirinya sendiri harus disembah.)

Yoh. 8:17, 18= Di dalam Hukum Musa tertulis begini: Kesaksian yang benar adalah kesaksian dari dua orang. Yang memberi kesaksian tentang diri-Ku ada dua — Aku dan Bapa yang mengutus Aku.” (Jadi, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa ia adalah pribadi yang terpisah dan berbeda dengan sang Bapak.) ADA DUA.

Kol. 1:15, 16 = Kristus adalah gambar yang nyata dari diri Allah yang tidak kelihatan; Kristus adalah anak yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. Sebab melalui Dialah Allah menciptakan segala sesuatu di surga dan di atas bumi, segala sesuatu yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, termasuk juga segala roh yang berkuasa dan yang memerintah. Seluruh alam ini diciptakan melalui Kristus dan untuk Kristus. (Dengan demikian dia diperlihatkan sebagai makhluk ciptaan, bagian dari karya ciptaan Allah.)

Mrk. 13:32 = Meskipun begitu, tidak seorang pun tahu kapan harinya atau kapan jamnya. Malaikat-malaikat di surga tidak dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja yang tahu. (Dan andai kata, seperti dikatakan beberapa orang, Putra tidak tahu karena dibatasi oleh sifat manusiawinya, masih timbul pertanyaan, mengapa Roh Kudus tidak tahu?)

Mat. 20:20-23 = Kemudian istri Zebedeus datang dengan anak-anaknya kepada Yesus. Di hadapan Yesus ia sujud untuk minta sesuatu.
21 ”Ibu mau apa?” tanya Yesus. Ibu itu menjawab, ”Saya ingin kedua anak saya ini duduk di kiri dan kanan Bapak apabila Bapak menjadi Raja nanti.”
22 ”Kalian tidak tahu apa yang kalian minta,” kata Yesus kepada mereka. ”Sanggupkah kalian minum dari piala penderitaan yang harus Aku minum?” ”Sanggup,” jawab mereka.
23 Yesus berkata, ”Memang kalian akan minum juga dari piala-Ku. Tetapi mengenai siapa yang akan duduk di kiri dan kanan-Ku, itu bukan Aku yang berhak menentukan. Tempat-tempat itu adalah untuk orang-orang yang sudah ditentukan oleh Bapa-Ku.”

(Betapa aneh, jika, seperti anggapan orang, Yesus adalah Allah! Apakah di sini Yesus hanya menjawab sesuai dengan ’sifat manusiawinya’? Andai kata, seperti dikatakan, Yesus benar-benar ”Manusia-Allah”—Allah dan juga manusia, bukan salah satu—apakah akan benar-benar konsisten untuk memberikan penjelasan demikian? Bukankah Matius 20:23 menunjukkan bahwa Putra tidak setara dengan Bapak, bahwa Bapak mengkhususkan beberapa hak istimewa hanya untuk diri-Nya?

Kesimpulan yang sederhana bukan?? Menggunakan ayat” dari Alkitab untuk menjawab dan tidak memerlukan istilah” yang rumit sehingga orang menjadi bingung dengan istilah” yang digunakan. bukankah Yesus juga jaman dahulu menggunakan bahasa” yang sederhana untuk mengajar??

Jawaban:

Shalom Senyum,

Terima kasih atas tanggapannya. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan:

1. Yohanes 17:3

Anda memberikan ayat Yoh 17:3 – yang memang sering dipakai oleh Saksi-saksi Yehuwa – untuk membuktikan bahwa Yesus bukan Tuhan dan satu-satunya Tuhan adalah Allah Bapa. Saksi-saksi Yehuwa bukanlah yang pertama kali menggunakan ayat Yoh 17:3 untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, namun hanya sekedar utusan. Tujuh belas abad, ayat ini juga digunakan oleh Arius yang kemudian berkembang menjadi bidaah Arianisme.

Yohanes 17:3 menuliskan “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”  Dalam ayat ini, memang terlihat bahwa Bapa adalah satu-satunya Allah yang benar. Namun, di satu sisi, kita juga dapat melihatnya bahwa ayat ini ingin menekankan bahwa Allah itu satu dengan membandingkan allah-allah lain (interpretasi yang dikemukakan oleh St. Sirilius dan St. Krisostomus). Ayat ini juga untuk menekankan sebab dan akibat, yaitu ingin mengatakan bahwa sebab dari seseorang mendapatkan kehidupan kekal adalah dia harus mempunyai iman terhadap Allah Bapa dan Yesus Kristus. Bahwa Bapa satu-satunya Allah yang benar tidaklah menutup adanya Pribadi yang lain, yang mempunyai hakekat yang sama dengan Allah Bapa. Menjadi benar bahwa Allah Bapa adalah satu-satunya Allah, kalau tidak ada Pribadi yang lain yang setara. Kesetaraan ini dapat kita lihat pada ayat ini “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” (Yoh 5:19) Bahwa di ayat ini dikatakan Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya memang benar, namun sama benarnya bahwa apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Dan lebih lanjut ditegaskan bahwa semua orang harus menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. (lih. Yoh 5:23) Kalau Yesus hanya sekedar ciptaan dan Bapa adalah Allah, maka bagaimana mungkin Kitab Suci yang sama mengatakan bahwa manusia harus menghormati ciptaan sama seperti manusia menghormati Pencipta? Bukankah ini menjadi berhala?

Kalau anda masih belum menerima hal ini dan tetap berpendapat bahwa dengan struktur kalimat seperti di atas hanya dapat diartikan bahwa Allah Bapa-lah satu-satunya Allah tanpa ada Pribadi yang lain, maka bagaimana anda menafsirkan ayat-ayat berikut ini dengan cara yang sama seperti anda menafsirkan Yohanes 17:3?

Luk 18:19 “Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.Apakah anda setuju bahwa Yesus adalah baik atau apakah anda setuju bahwa Yesus juga tidak baik karena Yesus bukan Allah menurut anda?

Yudas 1:4Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.Apakah dengan cara penafsiran yang sama, maka anda berpendapat bahwa sebenarnya satu-satunya Tuhan adalah Yesus Kristus, yang berarti tidak termasuk Allah Bapa? Bagaimana anda membandingkan ayat ini dengan Yoh 17:3?

Jadi, kembali ke Yoh 17:3, memang yang diutus dan yang mengutus adalah dua pribadi yang berbeda. Dan inilah yang dipercayai oleh Gereja Katolik, bahwa Allah Bapa dan Allah Putera serta Allah Roh Kudus adalah tiga pribadi yang berbeda namun mempunyai hakekat yang sama atau satu substansi dalam tiga pribadi. Bahwa yang mengutus adalah lebih besar dari yang diutus atau Allah Bapa – yang mengutus – adalah lebih besar dari yang diutus – Allah Putera – adalah benar dalam pengertian Allah Bapa lebih besar dari Allah Putera dalam kemanusiaan-Nya. Namun, Kitab Suci yang sama juga menunjukkan bahwa Allah Putera bukan hanya sekedar utusan, namun ditunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan. Untuk lengkapnya, silakan membaca artikel ini – silakan klik.

2. Mat 4:10

Dituliskan: “Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!Memang Yesus tidak mengatakan bahwa diri-Nya sendiri yang harus disembah. Namun, jangan lupa juga bahwa Yesus tidak menolak ketika rasul Tomas mengatakan “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh 20:28). Menurut anda, mengapa Yesus menerima perkataan Tomas dan tidak mengkoreksi Tomas? Kalau Yesus bukan Tuhan, maka sungguh tidak layak dia menerima penghormatan dan pengakuan iman ke-Allahan-Nya dari rasul yang dipilihnya? Mengapa kaum Farisi mengatakan “Ia menghujat Allah.” (Mat 9:3)? Karena Yesus mengatakan di ayat sebelumnya “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” (Mat 9:2). Mengapa Yesus tidak menjelaskan kepada kaum Farisi bahwa Diri-Nya bukan Allah kalau memang Yesus bukan Allah? Kalau Yesus bukan Allah, mengapa Dia dapat mengampuni dosa?

3. Yoh 8:17-18

Tertulis: “17 Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; 18  Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.” Saya terus terang tidak tahu pengertian anda tentang Trinitas, karena anda menyajikan ayat-ayat yang mendukung bahwa antara Allah Bapa dan Allah Putera adalah dua pribadi yang berbeda. Dan ini yang memang sebenarnya dipercayai oleh Gereja Katolik, bahwa Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus adalah tiga pribadi yang berbeda, namun mempunyai substansi atau hakekat (substance) yang sama. Jadi, dalam ayat yang anda berikan ini tidak ada pertentangan apapun.

4. Kol 1:15-16

15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, 16  karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” (Kol 1:15-16) Dari ayat ini anda beranggapan bahwa Kristus hanyalah makhluk ciptaan Allah dan merupakan bagian dari karya ciptaan.

Ayat ini juga digunakan oleh Arianisme. Kita dapat menjelaskan bahwa ayat-ayat ini berbicara tentang kesetaraan Allah Putera dengan Allah Bapa, di mana Allah Putera merupakan gambar Allah (Bapa). St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa sesuatu disebut “gambar” adalah dalam dua cara. (lih. St. Thomas Aquinas, ST, I, q.35, a.2) Cara yang pertama adalah sesuatu menjadi “gambar” karena dia mempunyai kodrat yang sama, seperti gambar seorang raja ditemukan dalam diri anaknya. Cara yang kedua adalah, sesuatu menjadi “gambar” untuk menggambarkan ketidaksempurnaan, sama seperti manusia diciptakan menurut gambar Allah (lih. Kej 1:26), di mana manusia mempunyai karakter tertentu dari Allah, namun tidaklah sempurna. Inilah sebabnya dalam Kej 1:26 tidak digunakan kata “gambar” namun “menurut gambar”. Sedangkan kalau kita lihat, di ayat Kol 1:15 dikatakan bahwa Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Dengan demikian, gambar di sini adalah dalam pengertian yang pertama, yang mempunyai kodrat yang sama dengan yang digambarkan. Hal ini juga didukung dengan apa yang dikatakan di dalam Kol 1:16, yang mengatakan bahwa segala sesuatu, baik yang di Sorga maupun yang di bumi, yang kelihatan maupun yang tak kelihatan, baik singasana, kerajaan, pemerintahan diciptakan oleh (by), di dalam (in), untuk (for). Siapakah yang dapat melakukan ini kalau bukan Tuhan? Bagaimana anda mengartikan Kol 1:17 “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.“? Siapakah yang lebih dari segala sesuatu dan bagaimana menjelaskan bahwa segala sesuatu ada di dalam Dia?

5. Mrk 13:32

Tentang Mrk 13:32, anda dapat melihatnya dalam diskusi ini – silakan klik. Di ayat tersebut tidak disebutkan bahwa Roh Kudus tidak tahu. Kalau kita memberikan argumentasi bahwa Allah Putera tahu dari kodrat ke-Allahan-Nya, maka apakah yang menghalangi kita untuk mempercayai bahwa Roh Kudus, yang sungguh Allah atau pribadi ke-tiga dalam Trinitas juga tahu tentang hari dan saatnya? Alasan mengapa Roh Kudus tidak disebutkan di ayat tersebut, karena memang manifestasi Roh Kudus belum saatnya dinyatakan. Manifestasi Roh Kudus dinyatakan setelah pengorbanan Kristus telah selesai. Dan hal ini dinyatakan secara jelas, ketika Kristus sendiri memberikan amanat agung, yaitu “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat 28:19). Sungguh menjadi sesuatu yang tidak masuk akal, kalau baptisan diberikan dalam nama yang tidak sejajar. Kristus memerintahkan bahwa baptisan harus dilaksanakan dalam tiga nama, yaitu Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus, karena memang ketiganya adalah tiga Pribadi yang berbeda namun mempunyai hakekat yang satu. Dan karena ketiga Pribadi ini adalah setara, satu hakekat, maka dapat disejajarkan. Menurut anda, apakah alasan Matius memberikan formula baptisan dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus? Apakah mungkin baptisan diberikan dalam Allah dan kemudian disandingkan dengna nama ciptaan?

6. Mat 20:20-23

Dikatakan “20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 21 Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” 22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” 23 Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.”

Kembali ini juga ayat yang digunakan oleh Arianisme, yang mencoba untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah. Ayat tersebut tidak mempertentangkan bahwa apa yang dapat dilakukan Bapa tidak dapat dilakukan oleh Kristus – dalam ke-Allahan-Nya. Kita juga mengingat ayat yang lain “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Mat 28:18). Mengapa segala kuasa telah diberikan kepada Yesus? Karena Kristus “6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Fil 2:6-8) Karena Kristus adalah sungguh Allah, maka Dia memberikan perintah di ayat berikutnya, yaitu untuk membaptis dalam nama Allah, yaitu Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. (lih. Mat 28:29)

7. Kesimpulan dan pertanyaan-pertanyaan lain

Saya telah mencoba menjawab ayat-ayat yang anda gunakan, yang juga digunakan oleh Arianisme yang mencoba membuktikan bahwa Yesus bukan Tuhan. Semua ayat-ayat yang anda berikan tentu saja benar dan saya mempercayainya. Namun, perbedaan di antara kita adalah cara menginterpretasikannya. Dengan demikian tidaklah semudah yang anda katakan “Kesimpulan yang sederhana bukan?? Menggunakan ayat” dari Alkitab untuk menjawab dan tidak memerlukan istilah” yang rumit sehingga orang menjadi bingung dengan istilah” yang digunakan. bukankah Yesus juga jaman dahulu menggunakan bahasa” yang sederhana untuk mengajar??” Di Kitab Suci yang sama, juga dikatakan “Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.” (2Pet 3:16)

Terlalu menyederhanakan ayat-ayat tersebut tanpa memperhatikan ayat-ayat yang lain dapat menghasilkan interpretasi yang salah dan menyimpang. Ayat-ayat yang anda berikan sering digunakan oleh Arius dan juga diikuti oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Tuhan. Ayat-ayat yang anda berikan memang dapat menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kodrat manusia. Dalam beberapa ayat yang anda berikan memang terlihat bahwa Allah Bapa seolah-olah lebih tinggi dari Yesus. Hal ini disebabkan karena Kristus “6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Phil 2:6-7) Fakta bahwa Yesus masuk dalam sejarah manusia dan mengambil rupa manusia, sama seperti manusia kecuali dalam hal dosa, telah membuktikan bahwa Kristus adalah sungguh manusia. Dan Yesus yang sungguh manusia ini juga diakui oleh Gereja Katolik. Gereja Katolik tidak berhenti pada ayat-ayat yang anda berikan, namun, juga melihat ayat-ayat yang lain, yang juga menunjukkan ke-Allahan Kristus, seperti yang dapat kita lihat sebagai berikut:

a) Pertama-tama, ketika berusia 12 tahun dan Ia diketemukan di Bait Allah, Yesus mengatakan bahwa bait Allah adalah Rumah Bapa-Nya (lih. Luk 2:49). Dengan demikian, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Putera Allah.

b) Pernyataan ini ditegaskan kembali oleh Allah Bapa pada saat Pembaptisan Yesus, saat terdengar suara dari langit, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.”(Luk 3:22).

c) Pada saat Yesus memulai pengajaranNya, terutama dalam Khotbah di Bukit (Delapan Sabda Bahagia), Ia berbicara di dalam nama-Nya sendiri, untuk menyatakan otoritas yang dimiliki-Nya (Mat 5:1-dst). Ini membuktikan bahwa Ia lebih tinggi dari Musa dan para nabi, sebab Musa berbicara dalam nama Tuhan (lih. Kel 19:7) ketika Ia memberikan hukum Sepuluh Perintah Allah; tetapi Yesus memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri, “Aku berkata kepadamu….” Hal ini tertera sedikitnya 12 kali di dalam pengajaran Yesus di Mat 5 dan 6, dan dengan demikian Ia menegaskan DiriNya sebagai Pemberi Hukum Ilahi (the Divine Legislator) itu sendiri, yaitu Allah. Demikian pula dengan perkataan “Amen, amen…”, pada awal ajaranNya, Yesus menegaskan segala yang akan diucapkan-Nya sebagai perintah; bukan seperti orang biasa yang mengatakan ‘amen’ diakhir doanya sebagai tanda ‘setuju’.

d) Jadi dengan demikian Yesus menyatakan bahwa Ia adalah Taurat Allah yang hidup, suatu peran yang sangat tinggi dan ilahi, sehingga menjadi batu sandungan bagi orang-orang Yahudi untuk mempercayai Yesus sebagai Sang Mesias. Hal ini dipegang oleh banyak orang Yahudi yang diceriterakan dengan begitu indah dalam buku Jesus of Nazareth, yaitu dalam percakapan imajiner seorang Rabi Yahudi dengan Rabi Neusner, mengenai bagaimana mencapai kesempurnaan hidup. Kesempurnaan inilah yang dimaksudkan oleh Yesus ketika Ia berbicara dengan orang muda yang kaya, “Jika engkau mau sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan bagikanlah kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Mat 19:21). “Aku” di sini hanya mungkin berarti Tuhan sendiri.

e) Yesus menyatakan DiriNya sebagai Seorang yang dinantikan oleh para Nabi sepanjang abad (lih. Mat 13:17). Ia juga berkata,“…supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, … sampai Zakharia… semuanya ini akan ditanggungkan pada angkatan ini!” (Mat 23:34-36). Secara tidak langsung Ia mengatakan bahwa darah-Nya yang akan tertumpah dalam beberapa hari berikutnya merupakan rangkuman dari penumpahan darah orang yang tidak bersalah sepanjang segala abad.

f) Yesus sebagai Tuhan juga terlihat dengan jelas dari segala mukjizat yang dilakukan dalam nama-Nya sendiri, yang menunjukkan bahwa kebesaran-Nya mengatasi segala sesuatu. Yesus menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41) menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16), mengusir setan (Mat 8:28-34), mengampuni dosa (Luk5:24; 7:48), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19).

g) Pada saat Ia menyembuhkan orang yang lumpuh, Yesus menyatakan bahwa Ia memiliki kuasa untuk mengampuni dosa (Mat 9:2-8; Luk5:24), sehingga dengan demikian Ia menyatakan DiriNya sebagai Tuhan sebab hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa.

h) Pada beberapa kesempatan, Yesus menyembuhkan para orang sakit pada hari Sabat, yang menimbulkan kedengkian orang-orang Yahudi. Namun dengan demikian, Yesus bermaksud untuk menyatakan bahwa Ia adalah lebih tinggi daripada hari Sabat (lih. Mat 12:8; Mrk 3:1-6).

i) Yesus juga menyatakan Diri-Nya lebih tinggi dari nabi Yunus, Raja Salomo dan Bait Allah (lih. Mt 12:41-42; 12:6). Ini hanya dapat berarti bahwa Yesus adalah Allah, kepada siapa hari Sabat diadakan, dan untuk siapa Bait Allah dibangun.

j) Yesus menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan, dengan berkata “Aku adalah… (I am)” yang mengacu pada perkataan Allah kepada nabi Musa pada semak yang berapi, “Aku adalah Aku, I am who I am” (lih. Kel 3:14):

Pada Injil Yohanes, Yesus mengatakan “Aku adalah….” sebanyak tujuh kali: Yesus menyatakan Dirinya sebagai Roti Hidup yang turun dari Surga (Yoh 6:35), Terang Dunia (Yoh 8:12), Pintu yang melaluinya orang diselamatkan (Yoh 10:9), Gembala yang Baik yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (Yoh 10:10), Kebangkitan dan Hidup (Yoh 11:25), Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6), Pokok Anggur yang benar (Yoh 15:1).

Yesus menyatakan diri-Nya sebagai sumber air hidup yang akan menjadi mata air di dalam diri manusia, yang terus memancar sampai ke hidup yang kekal (Yoh 4:14). Dengan demikian Yesus menyatakan diri-Nya sebagai sumber rahmat; hal ini tidak mungkin jika Yesus bukan Tuhan, sebab manusia biasa tidak mungkin dapat menyatakan diri sebagai sumber rahmat bagi semua orang.

Yesus menyatakan, “Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6); dan dengan demikian Ia menempatkan diri sebagai Pengantara yang mutlak bagi seseorang untuk sampai kepada Allah Bapa.

Ia menyatakan bahwa “… kamu akan mati dalam dosamu… jika kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia” (Yoh 8:24) yang datang dari Bapa di surga (lih. Yoh 21-29).

Yesus mengatakan, “Aku ini (It is I)…”, pada saat Ia berjalan di atas air (Yoh 6:20) dan meredakan badai.

Yesus mengatakan, “Akulah Dia,” pada saat Ia ditangkap di Getsemani.

Ketika Yesus diadili di hadapan orang Farisi, dan mereka mempertanyakan apakah Ia adalah Mesias Putera Allah, Yesus mengatakan, “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.”

Mungkin yang paling jelas adalah pada saat Yesus menyatakan keberadaan DiriNya sebelum Abraham, “…sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58)

Dengan demikian, Yesus menyatakan DiriNya sudah ada sebelum segala sesuatunya dijadikan. Dan ini hanya mungkin jika Yesus sungguh-sungguh Tuhan. Mengenai keberadaan Yesus sejak awal mula dunia dinyatakan oleh Yesus sendiri di dalam doa-Nya sebelum sengsara-Nya, “Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” (Yoh 17:5)

k) Dengan keberadaan Yesus yang mengatasi segala sesuatu, dan atas semua manusia, maka Ia mensyaratkan kesetiaan agar diberikan kepadaNya dari semua orang. “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Mat 10:37). Ia kemudian berkata bahwa apa yang kita lakukan terhadap saudara kita yang paling hina, itu kita lakukan terhadap Dia (lih. 25:40). Ini hanya dapat terjadi kalau Yesus adalah Tuhan yang mengatasi semua orang, sehingga Dia dapat hadir di dalam diri setiap orang, dan Ia layak dihormati di atas semua orang, bahkan di atas orang tua kita sendiri.

l) Yesus menghendaki kita percaya kepada-Nya seperti kita percaya kepada Allah (lih. Yoh 14:1), dan Ia menjanjikan tempat di surga bagi kita yang percaya. Dengan demikian Ia menyatakan diriNya sebagai yang setara dengan Allah Bapa, “Siapa yang melihat Aku, melihat Bapa, (Yoh 14:9), Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yoh 10:38). Tidak ada seorangpun yang mengenal Anak selain Bapa, dan mengenal Bapa selain Anak (lih. Mat 11:27). Yesus juga menyatakan DiriNya di dalam kesatuan dengan Allah Bapa saat mendoakan para muridNya dan semua orang percaya, ”… agar mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau…” (Yoh 17:21). Ini hanya mungkin jika Ia sungguh-sungguh Tuhan. Pernyataan Yesus ini berbeda dengan para pemimpin agama lain, seperti Muhammad dan Buddha, sebab mereka tidak pernah menyatakan diri mereka sendiri sebagai Tuhan.

m) Ketika Yesus menampakkan diri kepada para murid setelah kebangkitan-Nya, Thomas, Rasul yang awalnya tidak percaya menyaksikan sendiri bahwa Yesus sungguh hidup dan ia berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku”. Mendengar hal ini, Yesus tidak menyanggahnya (ini menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah), melainkan Ia menegaskan pernyataan ini dengan seruanNya agar kita percaya kepadaNya meskipun kita tidak melihat Dia (Yoh 20: 28-29).

n) Yesus menyatakan Diri sebagai Tuhan, dengan menyatakan diriNya sebagai Anak Manusia, yang akan menghakimi semua manusia pada akhir jaman (lih. Mat 24:30-31), sebab segala kuasa di Surga dan di dunia telah diberikan kepada-Nya, seperti yang dikatakanNya sebelum Ia naik ke surga, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus…” (Mat 28:18). Dengan demikian, Yesus menyatakan diriNya sebagai Pribadi Kedua di dalam Allah Tritunggal Maha Kudus, dan dengan kuasaNya sebagai Allah ini maka ia akan menghakimi semua manusia di akhir dunia nanti, seperti yang dinubuatkan oleh nabi Daniel (Dan 7:13-14). Yesus tidak mungkin membuat pernyataan sedemikian, jika Ia bukan sungguh-sungguh Tuhan.

Jadi, saya mengundang anda untuk memberikan jawaban dari beberapa pertanyaan yang saya beri warna (merah) dan silakan memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat di atas di point 7 (kesimpulan). Saya hanya berharap bahwa anda juga dapat melihat bahwa di samping ayat-ayat yang membuktikan kemanusiaan Yesus, ada juga ayat-ayat di dalam Alkitab yang membuktikan ke-Allahan Yesus. Kita seharusnya mengambil semua ayat-ayat tersebut sebagai satu paket, sehingga kita dapat mempercayai Kristus yang sungguh manusia dan sungguh Allah. Dan satu hal yang harus direnungkan, kalau anda memang anggota saksi-saksi Yehuwa, apakah anda mempercayai semua yang diajarkan oleh Saksi Yehuwa? Silakan membaca artikel tentang Saksi Yehuwa di atas – silakan klik dan kalau anda tidak setuju akan artikel yang saya berikan, silakan memberikan argumentasi. Saya juga pernah memberikan tulisan yang menyanggah apa yang ditulis oleh traktat dari Saksi Yehuwa tentang Trinitas di sini – silakan klik. Kembali, saya mengundang anda untuk membaca dua link tersebut dan kemudian anda dapat memberikan tanggapan. Semoga diskusi ini dapat berguna bagi kita dan pembaca katolisitas.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

50 COMMENTS

  1. dear katolisitas .
    Mohon dibantu menjawabnya , saya mendapat pertanyaan dari umat muslim seperti ini
    1. periksa di “Kitab Raja-raja yang kedua” pasal 13 ayat 21.

    disini ada menyebutkan: “Maka sekali peristiwa apabila dikuburkannya seorang Anu, tiba-tiba terlihat mereka itu suatu pasukan lalu dicampakkannya orang mati itu kedalam kubur Elisa, maka baru orang mati itu dimasukkan ke dalamnya dan kena mayat Elisa itu, maka hiduplah orang itu pula, lalu bangun berdiri.”

    Disini menyebutkan malah tulang-tulang Elisa dapat menghidupkan orang mati. Jadi bukan Yesus saja dapat menghidupkan orang mati bahkan tulang-tulang Elisa dapat menghidupkan orang mati. Yang berarti tulang-tulang Elisa adalah tulang-tulang ketuhanan. Kalau Yesus di waktu hidupnya dapat menghidupkan orang mati, akan tetapi Elisa di waktu tak bernyawa, malah hanya dengan tulang-tulangnya, yang di dalam kubur dapat menghidupkan orang mati. Kalau perbuatan Yesus dikatakan ajaib maka Elisa lebih ajaib dari pada Yesus. Jadi seharusnya Ilyaspun dianggap Tuhan juga.
    2Periksa lagi di “Kitab Raja-Raja yang pertama,” pasal 17 ayat 22.
    apakah elisa pun bisa disebut tuhan?

    berkah dalem
    agustinus

    • Shalom Agustinus,

      Sebenarnya argumentasi yang diberikan teman dialog Anda tidaklah kuat, karena pembuktian Kristus sebagai Tuhan bukanlah hanya karena mukjizat membangkitkan orang mati, namun merupakan rangkaian argumentasi, seperti: mukjizat yang dilakukannya, Dia telah dinubuatkan terlebih dahulu, Dia memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri serta dapat mengampuni dosa dalam nama-Nya. Silakan bertanya kepada rekan Anda, adalah nabi yang dapat mengampuni dosa dalam namanya sendiri? Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. shalom aleichem,
    saya sungguh tidak mengerti kadang, Yesus dgn jelas berkata Hai orang israel Tuhan kita adalah Allah yang esa, dan nikodemus sang pengajar israel mengakui bahwa muzizat yg dilakukan Yesus karna Tuhan ikut menyertai, berkali kali Yesus mengajar bahkan dengan lantang berbicara kasihilah Tuhan Allah mu… hanya kepada Dia kamu menyembah bahkan Yesus juga bilang seorang hamba tidak lebih dari pada tuannya, dan Bapa lebih besar dari pada aku(yesus), tapi yang terjadi bapa2 gerejawi malah salah tafsir sendiri mereka membuat koncili nicea utk mempertuhankan yesus, sungguh ironis gereja yang menganut monoteisme di bantai habis2an bahkan mereka dibilang bidat atau sesat karena mereka tidak sepaham dengan gereja barat, mereka membuat keputusan sangat tidak alkitabiah, karena itu saya kecewa dgn bapa2 gerejawi, jika perintah Yeshua mengatakan kasihilah Tuhan Allahmu ya seperti itulah yg kita kerjakan, bapa2 gerejawi itu manusia biasa dan sangat mungkin salah dalam pemikiran2nya.

    • Shalom Simon,

      Anda berpandangan demikian, sebab Anda tidak melihat bahwa para Bapa Gereja itulah yang menentukan Kitab Suci. Kitab Suci tidak terbentuk dengan sendirinya, namun Gereja melalui para Bapa Gereja, itulah yang menentukan kitab-kitab apa saja yang ditulis atas inspirasi Roh Kudus, dan kitab-kitab itulah yang kemudian menjadi Kitab Suci sebagaimana yang kita ketahui sekarang. Maka Roh Kudus yang mengilhami para Bapa Gereja dalam menentukan Kitab Suci adalah Roh Kudus yang sama yang membimbing mereka dalam menginterpretasikan Kitab Suci. Para Bapa Gereja itu adalah para penerus Rasul, dan mereka hidup lebih dekat dengan zaman Kristus dan para Rasul, sehingga ajaran merekalah yang lebih akurat, ketimbang interpretasi sejumlah orang modern (yang terpisah belasan bahkan puluhan abad dengan zaman para rasul) dalam menginterpretasikan Kitab Suci. Sebab orang-orang modern cenderung menginterpretasikan suatu ayat tanpa melihat kaitannya dengan ayat-ayat yang lain, atau memilih ayat-ayat tertentu saja yang sesuai dengan prakonsepsinya tentang Yesus. Sedangkan para Bapa Gereja, mengartikan suatu ayat dalam Kitab Suci dengan keseluruhan ayat dalam Kitab Suci dan dengan pengajaran yang mereka terima dari para Rasul.

      Para Bapa Gereja itu tidak mempertentangkan monotheisme dengan ajaran tentang Allah Trinitas. Sebab memang dari dulu sampai sekarang dan untuk selama-lamanya, Gereja mengajarkan monotheisme, yaitu hanya ada satu Tuhan. Namun berdasarkan wahyu Allah sendiri, Allah yang satu itu menyatakan diri-Nya dalam tiga Pribadi. Hal ini dinyatakan dalam diri Kristus, dan tercatat dalam Kitab Suci. Bahwa ada ayat-ayat dalam Kitab Suci yang mengatakan bahwa Kristus memanggil Bapa-Nya dengan sebutan Allah, atau mengajarkan bahwa Allah adalah esa, itu tidak menihilkan fakta bahwa Kristus adalah Putera Allah, sebab di ayat-ayat lainnya Yesus menyatakan kesatuan-Nya dengan Bapa dan bahwa yang melihat Dia, melihat Bapa. Maka, mari jangan mengandalkan pemahaman hanya dari ayat-ayat yang tertentu saja. Kita harus dengan lapang hati menerima, bahwa oleh karena Putera Allah itu juga adalah sungguh manusia, maka ada banyak ayat dalam Kitab Suci yang terkait dengan kodrat-Nya sebagai manusia, namun juga banyak ayat dalam Kitab Suci yang terkait dengan kodrat-Nya sebagai Allah.

      Jadi Anda keliru jika menganggap bahwa baru pada Konsili Nicea, Yesus dianggap sebagai Tuhan. Ini adalah kesalahpahaman yang umum dari kalangan non- Kristen. Faktanya adalah hal ke-Tuhanan Yesus sudah diajarkan oleh para rasul dan diteruskan oleh para Bapa Gereja di abad-abad awal sebelum Konsili Nicea. Lagipula Konsili Nicea itu dihadiri oleh mayoritas uskup dari Gereja Timur, sehingga tidak tepat jika dikatakan bahwa apa yang ditetapkan di sana adalah ajaran Gereja Barat. Ajaran Konsili Nicea itu adalah ajaran seluruh Gereja, baik Timur maupun Barat. Jika Anda tertarik dengan topik ini, dan ingin mengetahui mengapa Gereja mengajarkan bahwa, dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, Yesus itu tetap adalah Tuhan, silakan untuk selanjutnya membaca artikel-artikel berikut ini:

      Di ayat-ayat  manakah dalam Kitab Suci, Yesus disebut sebagai Allah (God)?
      Ajaran Bapa Gereja sebelum abad ke-4 tentang Trinitas
      Allah Trinitas: Satu Tuhan dengan Tiga Pribadi
      Aku percaya akan Yesus Kristus, Putera Allah yang Tunggal
      Yesus sungguh Allah sungguh manusia
      Kristus yang kita imani =Yesus menurut sejarah
      Mengapa orang Kristen percaya bahwa Yesus itu Tuhan
      The Tome of Leo
      Yesus, Tuhan yang dinubuatkan oleh para nabi

      Dan sehubungan dengan Konsili Nicea, silakan membaca artikel-artikel berikut:

      Tentang ajaran sesat Arianism
      Apa yang terjadi di Konsili Nicea (325)?

      Jika Anda adalah Kristen non- Katolik, namun mempunyai pandangan yang berbeda dengan kami umat Katolik dan bahkan dari mayoritas umat Kristen non- Katolik lainnya, nampaknya itu adalah karena buah dari doktrin Sola Scriptura (Kitab Suci saja), yaitu prinsip yang menyerahkan interpretasi Kitab Suci kepada pandangan pribadi (walaupun dengan mengklaim memperoleh tuntunan Roh Kudus). Tentang Sola Scriptura, dan mengapa itu tidak cukup, kami sudah pernah mengulasnya di sini, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Shalom bagi saudara-saudara yang menuju kebenaran,
    Saya mempertanyakan Logika Ke-Allahan Yesus Kristus dalam pembukaan di atas:
    Seorang ayah memiliki seorang anak, kekuasaan sang ayah pasti lebih besar ketimbang kekuasaan sang anak, wajar jika seorang anak meminta tolong kepada ayahnya. Tapi apakah mereka satu?? Ya.. mereka satu, satu DNA, satu GARIS KETURUNAN, satu TEMPAT TINGGAL tetapi mereka berbeda pribadi bukan??

    Jawaban menurut pemikiran biasa saja menolak konklusi di atas anak dan bapak tentu saja mempunyai DNA yang tidak sama karena DNA anak sebagian dari DNA ibu dan sebagian dari DNA bapak, garis keturunan juga beda garis keturunan bapak pasti berbeda dari garis keturunan ibu, satu tempat tinggal juga tidak bisa diterima karena anak bisa saja tinggal di rumah neneknya atau orang lain mis: panti asuhan. Jadi dari mana kesamaannya.

    Menurut logika ada istilah “identik” dan “sama” sesuatu yang sama tidak berarti identik karena tidak ada sesuatu pun yang identik.

    Tapi kalau yang dimaksud adalah Yesus memiliki sifat ke-Allahan masig bisa diterima tapi itu tidak berati Yesus adalah (sama dengan or identik dengan) Allah, seperti seorang anak pasti memiliki sifat bapaknya tetapi tidak berarti anak itu adalah (sama dengan or identik dengan)bapaknya. Dan jangan lupa semua makhluk pasti memiliki sifat ke-Allahan dengan intensitas yang berbeda.

    dari katolisitas: Apakah Anda ingin benar-benar mencoba mengerti apanya yang sama dan apanya yang berbeda antara Allah Putera dan Allah Bapa? Silakan membaca perbedaan antara “pribadi” dan “hakekat” di sini – silakan klik. Kalau Anda ingin menggali lagi lebih dalam, silakan membaca terlebih dahulu beberapa artikel ini:

    Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal yang dinyatakan dalam doa syahadat bagian Aku Percaya akan Allah Bapa yang Maha Kuasa dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia, karena Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia. Semuanya itu menunjukkan kesempurnaan rancangan keselamatan Allah.

  4. Shalom Katolisitas,
    Sampai detik ini saya percaya bahwa Yesus itu adalah Allah Pencipta yang Maha Kuasa.
    Yang ingin saya tanyakan adalah{mohon maaf pertanyaan saya ini sangat naif}
    a.Adakah manusia biasa yang bisa mencelikkan mata orang buta dengan cara instan atas kuasa sendiri tanpa berdoa kepada Tuhan Allah dan tanpa Nama Yesus”? Saya pernah menonton tv yg menayangkan pengobatan mata di India dengan menggunakan pasir secara instan
    b.Adakah manusia biasa yang bisa menyembuhkan bisu tuli secara instan tanpa berdoa kepada Tuhan dan tanpa nama Yesus?
    c.Adakah manusia biasa yang menyembuhkan kelumpuhan secara instan tanpa berdoa kepada Tuhan dan tanpa nama Yesus?
    bdk.Yes 35 ayat 4b sampai 6
    d.Adakah manusia biasa yang bisa membangkitkan orang mati secara instan tanpa berdoa kepada Allah dan tanpa nama Yesus?
    e.Adakah manusia biasa yang bisa bangkit dari kematiannya sendiri? saya pernah menonton film2 horor dimana orang bangkit dari kubur sering jadi adegan2 yg sering muncul secara universal di seluruh dunia
    Mohon team katolisitas memberikan jawaban secara jujur dengan mencari sumber2 yg terpercaya{media massa,internet,literatur2,kesaksian hidup,dll}.Kita harus sepakat bahwa kebenaran lebih penting daripada agama.
    Saya mendasarkan iman saya bahwa Yesus adalah Allah karena Yesus dpt mencelikkan mata orang buta,menyembuhkan orang bisu tuli,menyembuhkan orang lumpuh,membangkitkan orang mati tanpa berdoa dahulu kepada Allah
    secara instan,bahkan Yesus bangkit dengan kuasaNya sendiri.Jika ada manusia biasa yang dapat melakukan hal2 tsb di atas,sebenarnya apakah lebihnya Yesus? Tetapi bila ternyata jawabannya sungguh2 tidak ada manusia biasa yg mampu melakukan hal2 tsb di atas,maka saya satu trilyun persen yakin bahwa Yesus adalah sungguh2 Allah yang menjelma menjadi manusia.Secara jujur saya akui bahwa pondasi iman saya masih berupa pasir bukan batu sehingga mudah goyah.
    Atas jawabannya,saya ucapkan banyak terima kasih.

    • Shalom Tarsisius,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Berikut ini adalah jawaban singkat yang dapat saya berikan.

      a. Silakan saja dunia medis yang membuktikan apakah mukjizat yang Anda sebutkan sungguh-sungguh terjadi dan dapat dibuktikan secara ilmu pengetahuan. Sebagai perbandingan, apa yang telah dinyatakan sebagai mukjizat di Lourdes harus disertai dengan bukti-bukti otentik medis sebelum terjadinya mukjizat dan dibandingkan dengan bukti medis setelah mukjizat dan juga disertai dengan bukti medis beberapa tahun setelah terjadinya mukjizat tersebut sehingga terbukti apakah secara medis sungguh telah terjadi penyembuhan yang tidak dapat diterangkan secara medis. Anggota tim medis juga bukan hanya anggota Gereja Katolik, namun juga dari non-Katolik.

      b. Sejauh Tuhan memandang baik dan atas seizin Tuhan, maka tentu saja mukjizat dapat saja terjadi. Namun, tentu saja tidak menutup kemungkinan juga bahwa mukjizat juga dapat dibuat oleh yang jahat. Bagaimana membedakan keduanya? Kita melihat dari buah-buah pertobatan.

      c. Yesaya 35 adalah menjadi gambaran bahwa Tuhan sendiri akan datang di tengah-tengah umat-Nya. Itu adalah salah satu nubuat bahwa Putera Allah datang mengunjungi umat-Nya.

      d. Saya tidak tahu apakah ada orang yang membangkitkan orang mati tidak dalam nama Tuhan atau Yesus. Dalam sejarah Santa-santo, kita juga dapat melihat bahwa santa-santo dipakai Tuhan untuk menyembuhkan orang sakit dan bahkan membangkitkan orang mati.

      e. Terus terang, saya juga tidak tahu apakah ada orang yang bangkit dari kematiannya sendiri dalam dunia nyata.

      Akhirnya, saya ingin memberikan penekanan, bahwa mukjizat yang dilakukan Yesus hanyalah salah satu bukti yang dapat langsung terlihat bahwa Dia adalah Allah yang telah dinubuatkan oleh para nabi. Namun, ke-Allahan-Nya tidak saja dilihat dari kemampuannya menyembuhkan banyak orang sakit, namun terlebih adalah Dia mengampuni dosa dalam nama-Nya sendiri dan memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri – yang menyatakan bahwa Dia adalah Sang Pemberi Hukum. Dan kebangkitan-Nya yang disaksikan oleh begitu banyak orang dan diimani oleh jemaat perdana, juga menambahkan bukti bahwa Yesus adalah sungguh Allah. Bahkan kebangkitan-Nya telah dinubuatkan sendiri oleh Kristus. Jadi, sesungguhnya iman kita mempunyai dasar yang kuat. Dan semoga kita tetap teguh dalam iman kita, iman yang sama yang diajarkan oleh Kristus, diteruskan oleh para rasul, diterapkan oleh jemaat perdana dan diteruskan oleh Gereja dari satu generasi ke generasi yang lain.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  5. Kalau tidak salah ingat,saya pernah memberi komentar.
    Tapi di ulang tidak apa.

    Menurut kebenaran alkitab, TIDAK mungkin Yesus itu adalah Tuhan

    Bagaimana mungkin.
    Menurut alkitab,Yesus dibangkitkan dari kematiannya pada hari ketiga.{Lukas 24:7]
    Jadi waktu diantara kematian Yesus dan kebangkitan Yesus ada TIGA hari.

    Maka selama tiga hari SEBELUM Yesus dibangkitkan TIDAK boleh ada Yesus dalam wujud APAPUN yang hidup,apakah dalam wujud jasmani ataupun rohani.

    Kalau ada Yesus dalam wujud apapun yang hidup di waktu TIGA hari sebelum Ia dibangkitkan maka,ini berarti Yesus sudah BANGKIT SEBELUM tiga hari.
    Ini bukan yang alkitab ajarkan.

    Nah,kalau Yesus adalah Allah maka,sewaktu Manusia Yesus mati dibunuh,manusia Yesusnya mati,tetapi karena Allah TIDAK mungkin bisa mati maka,Allah Yesus-nya TIDAK mati,jadi BELUM juga TIGA hari mati sudah ada Yesus Rohani [makhluk rohani Yesus]. Jadi BELUM juga Yesus PENUH sehari mati,sudah ada Yesus maka,TIDAK perlu ada kebangkitan.{kan Yesus dibangkitkan menurut Roh dan bukan jasmani]
    Padahal alkitab mengajarkan,bahwa Yesus dibangkikan pada hari ketiga {Lukas 24:7]

    Jadi ajaran yang mengatakan Yesus adalah Tuhan,bukanlah yang diajarkan alkitab.

    Saya betul-betul tidak dapat memahami mereka,yang begitu SULIT untuk menerima Yesus yang diperanakan,sebagai Anak Allah saja dan BUKAN ALLAH.

    Yehuwa dapat memberi kuasa kepada manusia-manusia yang TIDAK sempurna sehingga Musa dapat menyampaikan 10 tulah kepada Firaun dengan mujizat-mujizat yang luar biasa.Ia juga dapat membelah laut dengan kuasa Yeuhuwa.
    Yosua dapat MENGHENTIKAN matahari kira-kira sehari penuh dengan kuasa Yehuwa.Banyak sekali orang,sekarang tahu,bahwa MATAHARI diam di tempatnya dan planet-planetnya,termasuk bumi yang mengelilingi matahari maka, orang dapat membayangkan apa yang telah Allah Yehuwa lakukan dengan tatasuryaNya. Elia,Elisa dan beberapa rasul telah membangkitan orang-orang yang sudah mati dan melakukan mujizat-mujizat yang lain lagi,Semuanya dengan KUASA Allah Yehuwa.
    Apakah Yesus sebagai Firman Yehuwa BERDUSTA sewaktu Ia mengatakan,bahwa kalau rasul-rasulNya memiliki iman sekecil biji sesawi saja.mereka dapat memindahka gunung?

    Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah Yehuwa
    yang telah memberikan KUASA sedemikian kepada Manusia.
    Apakah orang banyak itu tahu ,bahwa Yesus adalah Tuhan? Kalau mereka tahu,apakah mereka akan mengatakan,bahwa Allah Yehuwa MEMBERIKAN kuasa sedemikian kepada MANUSIA [Yesus]?
    Kalau mereka di abad pertama TIDAK tahu,mengapa sekarang orang mati-matian ingin menerangkan sesuatu yang TIDAK diajarkan alkitab dan TIDAK perlu diajarkan? Ya kalau benar, kalau salah…?

    Kalau orang berada di dekat Yosua dan mendengar Yosua berteriak”Matahari berhenti di atas Gebeon dan orang itu menyaksikan ,bahwa benar telah terjadi.Apakah orang itu akan percaya ,bahwa Yosua itu pasti Allah?

    Mungkin belum ada yang merenungkan mengenai matahari diberhentikan Yosua dengan kuasa Allah Yehuwa.
    Coba renungkan: Matahari tetap pada tempatnya,bumi sambil dia sendiri berputar ,mengelilingi matahari. Satu titik sangat kecil dibumi berhenti terhadap matahari,padahal bumi sendiri harus berputar pada asnya.
    Begitu luar-luar biasanya kuasa yang Allah Yehuwa berikan kepada Yosua,apakah TIDAK masuk akal,kalau dikatakan,bahwa Allah Yehuwa juga dapat memberikan kepada Anak Allah Yesus, bahkan kuasa untuk mengampuni dosa?

    Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia adalah Anak Allah di banyak ayat di alkitab.Mengapa orang berani menyerempet-nyerempat bahaya yang sama sekali TIDAK peru dilakukan?

    Kalau saja orang memiliki kerendahan hati dan mau menerima saluran yang Yehuwa sediakan bagi siapa saja yang ingin memahami alkitab dengan SEPENUHNYA {Lukas 12 :42-44],tidak akan terjadi diskusi,perdebatan yang sebetulunya TIDAK perlu ada.

    semoga ada manfaatnya.

  6. Kalau saya pribadi, Allah Tritunggal tidak bisa dilogikakan dengan apapun..suatu konsep yang sudah sangat terlalu sempurna bagi saya sebagai manusia berdosa untuk menjelaskan dengan nalar..

    Anyway, terima kasih untuk segala penjelasan diatas.

    Rgds,
    Andrew Simbolon

    [dari katolisitas: Silakan melihat dua artikel ini – silakan klik dan klik ini]

  7. Saya ingin percaya bahwa yesus adalah Tuhan, karna ada t’tulis “hanya karena iman kita di benarkan” tpi saya tdk bisa membohongi diri saya sendiri kalau ada keraguan yg amat besar dalam hati saya yg paling dalam. Tolong bantu saya dalam iman. Di sini saya tinggal dalam komunitas nonkristen jadi saya merasa hidup saya penuh kesesakan. Tuhan tolong ampuni. Thanks

    [dari katolisitas: Silakan membaca artikel kristologi ini – silakan klik. Kalau setelah membaca Anda masih mempunyai pertanyaan, silakan untuk bertanya lebih lanjut.]

  8. Shalom katolisitas.org
    Dari berbagai artikel yang tetuang di dalam situs ini yang sudah saya baca dan saya tanggapi Khususnya jawaban dari Sdr. Stefanus Tay semakin meragukan saya akan keberadaannya sebagai fasilitator pencerahan iman., masalahnya beliau sendiri sudah tidak mengimani Yesus sebagai Allah. Menurut saya kita hidup dihadapkan oleh dua pilihan Yaitu “PERCAYA” atau “TIDAK PERCAYA” atau dengan kata lain “Mau memilih Jalan Yang Lurus” atau “Memilih Jalan Yang Bengkok” dan bisa juga diartikan “Mau pilih jalan yang terang” atau ” Jalan yang gelap”. Nah bila Sdr. Tay memilih jalan menurut Iman Katolik ya jangan setengah-setengah mengartikannya, yang jelas jika jalan yang kita tempuh dengan mengakui “TRINITAS” di mana Tiga Unsur adalah SATU/ESA ya konsekuen dong !!!. Arti memilih adalah ungkapan iman dan perasaan yang didukung oleh logika untuk kita miliki sampai akhir hayat, sedangkan mencari adalah ungkapan perasaan yang tidak didasari iman tetapi masih mengunakan logika namun ada kebimbangan di dalamnya.
    Nah sekarang marilah kita berjalan sesuai dengan pilihan kita bukan mencari pilihan melainkan memilih yang sudah ada di depan mata kita, tetapi ingat baca KS, Yoh. 5:19-47, kemudian di sambung ke Yoh. 7:14-24 Betapa hebat-Nya Dia dan disinilah sebenarnya Yesus sebagai Anak Manusia memberikan kesaksian dan pengakuan tentang diri-Nya bahwa …”Barangsiapa telah melihat AKU, ia telah melihat BAPA,…” dan bahwa “AKU ada di dalam BAPA, dan BAPA ada di dalam AKU, …DIALAH yang melakukan pekerjaan-NYA. “PERCAYALAH KEPADA-KU, bahwa AKU di dalam BAPA dan BAPA di dalam AKU” …
    ( YOHANES 14:9-14 ). Amin

    [dari katolisitas: silakan membaca artikel ini – silakan klik. Terus terang saya tidak tahu alasan anda memberikan tuduhan kepada saya bahwa saya tidak mengimani Yesus sebagai Allah.]

  9. “Saint Paul telah menulis di dalam salah satu suratnya bahwa hukum-hukum agama itu merupakan satu kutukan dan Jesus Kristus telah datang untuk menyelamatkan kita daripada kutukan tersebut. Apakah makna kata-katanya itu?”
    Menurut pendapatku apabila hukum-hukum agama itu merupakan satu kutukan dan Nabi Isa datang mahu menyelamatkan penganut-penganut agama Kristian dari kutukan itu maka pencurian, penzinaan, penderhakaan kepada ibubapa seharusnya dapat dibenarkan di dalam agama Kristian meskipun barangkali tidak ada orang Kristian yang percaya tentang pembenaran berlakunya perkara-perkara itu.”
    “ialah di dalam Kitab Perjanjian Lama, hukum-hukum agama memerintahkan bahwa kita tidak boleh mencuri, tidak boleh berzina, tidak boleh menimbulkan kesukaran kepada tetangga, tidak boleh derhaka kepada orangtua dan lain-lain lagi. Apabila seluruh hukum-hukum agama itu merupakan satu kutukan, maka mematuhi perintah-perintahnya juga merupakan satu kutukan karena perintah-perintah itu adalah sebahagian daripada agama, malah ia adalah intisarinya yang sebenar. Jikalau yang dikatakan oleh satu Paul itu benar, maka orang-orang Kristian boleh mencuri, boleh berzina dan boleh melakukan dosa-dosa lain. Apabila mereka mematuhi hukum-hukum agama ini maka mereka termasuk orang yang dilaknat dan orang-orang Kristian yang menentang pula dapat dihukum bersalah kerana mereka tidak mematuhi peraturan-peraturan agama.”

    • Shalom Allik,

      Tentang kutuk yang disebutkan dalam argumentasi anda, maka kita dapat melihatnya di dua ayat dari surat-surat Rasul Paulus sebagai berikut:

      Galatia 3:10.  Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.”

      Galatia 3:13.  Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”

      Untuk dapat mengerti ayat tersebut dengan benar, maka kita harus melihat konteks dari dua ayat dari surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia secara keseluruhan. Membaca kitab Galatia, kita akan dapat melihat, pada saat Rasul Paulus tidak berada bersama dengan umat Kristen di Galilea, maka ada orang-orang Kristen Yahudi yang mencoba mempengaruhi umat Kristen Galilea (non-Yahudi) agar mereka melakukan sunat dan hukum-hukum seremonial dari Perjanjian Lama untuk mendapatkan keselamatan (lih. Gal 5:2-16; Gal 6:12-13). Itulah sebabnya, Rasul Paulus mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang mengacaukan jemaat dan yang bermaksud memutarbalikkan Injil Kristus (Gal 1:6-7).

      Dari keterangan di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa “pekerjaan hukum taurat” yang dimaksud di sini adalah hukum seremonial (lihat tanya jawab tentang tiga hukum di dalam PL ini – silakan klik). Hukum ini merupakan ekspresi untuk memisahkan sesuatu yang sakral dari yang duniawi yang juga berdasarkan prinsip hukum kodrat, seperti: hukum persembahan, tentang kesakralan, proses penyucian untuk persembahan, tentang makanan, pakaian, sikap, dll. Hukum ini tidak lagi berlaku dengan kedatangan Kristus, karena Kristus sendiri adalah persembahan yang sempurna; sebab Kristus menjadi Anak Domba Allah yang dikurbankan demi menebus dosa-dosa dunia. Maka kurban sembelihan seperti yang disyaratkan di dalam Perjanjian Lama tidak lagi diperlukan, karena telah disempurnakan di dalam kurban Kristus di dalam Perjanjian Baru.

      Rasul Paulus ingin menyampaikan bahwa keselamatan seseorang bukanlah tergantung dari melakukan hukum seremonial, namun datang dari Kristus sendiri yang telah menebus dosa manusia. Dengan dihapuskannya hukum seremonial, maka kita juga melihat bahwa keselamatan yang ditawarkan oleh Kristus adalah bersifat universal, yang mencakup orang Yahudi maupun non-Yahudi, atau dengan kata lain untuk segala bangsa. Semoga keterangan singkat ini dapat menjawab keberatan anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • syalom pak stef,
        bagaimana manjawab pertanyaan seperti ini :
        1. jika Yesus dan Allah adalah satu, bukankah kesaksian (Yoh 8:17-18), harusnya berbobot satu, bukan dua?

        2. jika Yesus adalah Allah, siapakah yang akan datang pada waktu kiamat?

        • Shalom Xellz,

          Sebenarnya kalau kita dapat melihat kebenaran yang fundamental akan Trinitas (silakan klik), dan kodrat Kristus (silakan klik), maka tidak ada yang dibingungkan dengan pernyataan di atas. Sebagai contoh:

          Yoh 8:17-18 menuliskan “Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.” Konteks dari dua ayat tersebut adalah orang farisi menuduh bahwa kesaksian Yesus tidak sah, karena hanya satu orang yang bersaksi. Kemudian, Yesus memberikan pernyataan bahwa karena kesaksian dua orang adalah sah menurut Hukum Taurat, maka Yesus menyatakan bahwa ada dua Pribadi yang memberikan kesaksian, yaitu Pribadi Pertama (Allah Bapa) dan Pribadi ke-dua (Allah Putera). Dua Pribadi ini bukanlah dua Allah, karena pengertian Trinitas adalah satu Hakekat (Substansi) dalam tiga Pribadi. Jadi, penekanannya adalah bahwa yang memberikan kesaksian adalah dua pribadi.

          Yang akan datang pada waktu kiamat adalah Kristus dengan kodratnya – sungguh Allah dan sungguh manusia. Ini berarti Yesus datang dalam tubuh yang telah dimuliakan dan pada saat yang bersamaan dalam ke-Allahan-Nya – yang sebenarnya tidak terpisahkan dari Tritunggal Maha Kudus. Semoga dapat memperjelas.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

  10. Maaf, saya bertanya paling mendasar

    apakah diyakini, suatu zat yg tidak alami? Yang menguasai karena mampu menciptakan juga mampu menghancurkan sekaligus? Bila iya, tentunya zat itu hidup hingga sekarang, ada dan pernah menurunkan wahyu (sudah berakhir), ia mengerti bahwa seorang anak manusia itu mesti lapar, makan ataupun mati, namun sekaligus mengatur bahwa gandum itu akan tumbuh lalu dapat diolah menjadi roti, sekaligus juga lalat yg merebutnya dari piring kita secara bersamaan? Lalu, apakah zat tersebut mesti menjadi tuhan, pula? Keimananlah yang mampu menjawab, namun keimanan yang diajari oleh logika mampukah? Untuk itu, perlu diturunkan wahyu yang terakhir yang menyempurnakan

    [dari katolisitas: Dapatkah anda memberikan definisi apakah zat dan apakah Tuhan hanya sekedar zat? Apakah Tuhan mempunyai pribadi atau tidak? Apakah Tuhan mampu mengasihi atau tidak? Apakah definisi dari kasih dan bagaimana Tuhan mengasihi?]

  11. Shalom alaikhem..

    “Ada suatu tempo, yang di dalam tempo waktu itu Yesus belum ada, sedang Allah bersifat Maha Dulu dan Maha Abadi.
    Karena Yesus adalah makhluk Allah, maka dia bersifat fana (tidak kekal), dan sudah tentu tidak memiliki sifat abadi.
    Karena Yesus itu makhluk, maka dia termasuk obyek bagi perubahan seperti makhluk berakal lainnya.
    Karena hanya
    Allah saja yang tidak berubah, maka Yesus bukanlah oknum Tuhan.”

    “Jika Yesus sendiri telah mengatakan: “Bapa lebih besar dari pada Aku.” (Matius 14:28),

    bagaimana kita bisa percaya
    bahwa Allah dan Yesus itu sama?.
    Kepercayaan seperti itu sangat bertentangan dengan firman Yesus sendiri di dalam
    Kitab Suci.”

    dn lagi…
    Ada ayat yg mengatakan…
    …yesus duduk di sebelah kanan Allah…

    Kalau yesus adalah, Allah…tentunya tdk perlu duduk di sebelah kanannya…kan katanya satu pribadi…

    • Shalom Arif,

      Kalau anda mau berdiskusi tentang ke-Allahan Yesus, maka anda dapat mulai membaca beberapa artikel kristologi berikut ini:

      Kristologi

      Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia, karena Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.

      Dalam salah satu artikel, telah dibahas apa yang menjadi keberatan anda, seperti:

      Ada yang percaya bahwa menjelmanya Tuhan menjadi manusia adalah merupakan kontradiksi. Sesuatu dikatakan kontradiksi kalau sesuatu “to be and not be at the same way at the same time” atau “ada dan tidak ada dengan cara yang sama dan pada waktu yang sama.”
      Sebagai contoh, seseorang tidak bisa pergi berenang dan ke gereja pada
      waktu yang bersamaan dengan cara yang sama. Namun, Inkarnasi tidaklah
      merupakan kontradiksi. Akan menjadi kontradiksi kalau Tuhan menjadi
      Tuhan dan berhenti menjadi Tuhan. Namun Gereja Katolik tidak mengajarkan
      hal demikian tentang doktrin Inkarnasi. Gereja percaya bahwa Tuhan
      tetap Tuhan, namun mulai ada di dalam sejarah umat manusia, dengan cara
      menjadi manusia. Tuhan tidak dapat menjadi bukan Tuhan, walaupun Tuhan
      dapat melakukan segala sesuatu, karena Tuhan tidak dapat
      mempertentangkan diri-Nya sendiri. Dengan pemikiran ini, maka tidaklah
      bertentangan jika Tuhan menjelma menjadi manusia, bahkan sifat-sifat
      Tuhanlah yang menjadikan Inkarnasi sesuatu yang hanya dapat dipikirkan
      dan dilakukan oleh Tuhan. Kalau kita percaya bahwa Tuhan dapat melakukan
      segala sesuatu dan kita masih berpendapat bahwa tidak mungkin Tuhan
      menjadi manusia, maka kita yang sebenarnya mempertentangkan Tuhan.

      Keberatan yang lain datang dari sebagian orang yang berpendapat
      bahwa tidak mungkin Tuhan menjadi manusia, karena hal tersebut sama saja
      dengan merendahkan derajat Tuhan yang maha kuasa dan besar.
      Namun misteri Inkarnasi membuktikan sebaliknya, bahwa dengan menjadi
      manusia, Tuhan telah menunjukkan bagaimana Dia mengasihi kita dengan
      kasih-Nya yang tidak terbatas, sehingga kita seharusnya lebih mengasihi
      Tuhan dengan segenap kekuatan kita.  Dalam keseharian kita, bukankah
      dibutuhkan kekuatan dan kebesaran hati bagi seseorang yang ‘dari
      kalangan atas’ untuk merendahkan diri dan ikut solider dengan
      orang-orang jelata? Bayangkanlah kebesaran Tuhan Yesus yang
      dinyatakanNya, dengan menjelma menjadi manusia! Ia yang mengatasi segala
      waktu, masuk ke dalam waktu, Ia yang luar biasa besar dan tiada
      terbatas mengosongkan diri hingga menjadi setitik sel (embryo) dalam
      rahim Bunda Perawan Maria. Juga ‘kebesaran’ seseorang yang mengundang
      rasa kagum, tiada berarti jika tidak diimbangi kasih, bukan?  Dalam
      kehidupan kita sehari-hari, mungkin kita melihat dengan kagum pada
      sosok artis atau aktor tertentu. Namun tentu saja kita akan lebih
      mengasihi orang tua kita dibandingkan dengan para aktor atau artis,
      bukan karena orang tua kita lebih cakap dari aktor atau artis, namun
      karena orang tua kita telah mengasihi kita dengan kasihnya yang besar,
      yang terbukti dengan segala pengorbanan yang dilakukan oleh mereka
      untuk kebahagiaan kita.

      Untuk mengerti tentang Yesus secara menyeluruh, maka kita tidak boleh
      melupakan kodrat Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Anda
      dapat memberikan beberapa contoh ayat-ayat di dalam Kitab Suci yang
      menyatakan bahwa Yesus adalah manusia. Dan hal ini tidaklah ditolak oleh
      umat Katolik. Namun sebaliknya, kalau anda mengambil ayat-ayat di dalam
      Kitab Suci yang membuktikan Yesus mempunyai kodrat manusia, maka anda
      juga harus menerima ada ayat-ayat di Kitab Suci yang sama yang
      menyatakan bahwa Yesus adalah sungguh Allah. Dan semuanya ini telah
      dijabarkan secara cukup mendetil di dalam beberapa link yang saya
      berikan. Jawaban dari keberatan anda yang lain, dapat dilihat di sini – silakan klik.
      Dari pertanyaan anda, maka ada pengertian mendasar dari kekristenan
      yang anda salah artikan. Saya mengusulkan, mulailah dengan membaca
      beberapa link yang saya berikan dan berfokuslah pada satu topik diskusi.
      Semoga hal ini dapat diterima.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  12. Sebagai penganut protestan hingga hari ini saya belum yakin kalau Yesus itu Tuhan. Yesus lahir tahun 7-SM sementara langit dan bumi ini tercipta jutaan tahun sebelum Yesus lahir. Jika Yesus tuhan tak mungkin dia baru lahir setelah alam ini tercipta, lalu siapakah yang menciptakan jagad raya ini. Ketika Yesus msh kecil alam ini juga berputar sebagaimana adanya. Kalau begitu siapa yang menciptakan dan yang memutar alam inilah TUHAN yang sebenarnya. Kita harus jujur bahwa Yesus tak mungkin TUHAN tapi dia hanyalah manusia baik-baik yang disayangi tuhan. Menjadi orang baik dan pintar tidak harus dianggap tuhan. Maaf saya ragu…

    • Shalom Romundua,

      Yesus, sebagai pribadi ke-dua dari Trinitas telah ada bersama-sama dengan Allah, seperti yang dijelaskan dalam Yoh 1:1. Tentu saja sebelum Inkarnasi, Yesus belum mengambil kodrat sebagai manusia. Pada saat Inkarnasi, Yesus tidak meninggalkan ke-Allahan-Nya, namun tetap mempunyai kodrat Allah dan mengambil kodrat manusia. Kalau anda seorang Protestan dan meragukan keAllahan Kristus dan percaya bahwa Kitab Suci adalah Sabda Tuhan, bagaimana anda menjelaskan ayat-ayat dari Injil Yohanes sebagai berikut:

      Kesaksian dari Injil Yohanes

      Injil Yohanes, menampilkan Yesus dari sisi yang berbeda dibandingkan dengan injil sinoptik. Injil Yohanes memberikan kesaksian yang lebih mendalam akan Yesus Kristus yang adalah Anak Allah, seperti yang dituliskannya “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yoh 20:31).

      Dari pembukaan Injil Yohanes, kita dapat menangkap bahwa rasul Yohanes menempatkan Sang Sabda ada sebelum segala abad, bersama-sama dengan Allah, dan Sang Sabda adalah Allah, seperti yang tertulis “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yoh 1:1) Sang Sabda yang menjadi manusia ini adalah Yesus (Yoh 1:14), yang digambarkan sehakekat dengan Bapa, dan Yesus sendiri adalah terang (Yoh 1:4-5), yang memberikan keselamatan bagi seluruh umat manusia.

      1. Yesus adalah anak Allah

      Dalam Injil Yohanes, Yesus sering memanggil Allah Bapa sebagai “Bapa-Ku” atau “Bapa” dan memanggil Diri sendiri sebagai “Anak”. Yesus secara jelas membedakan antara Dia sebagai Putera Allah dan para murid sebagai anak-anak Allah. Kita dapat melihat ekspresi ini, di ayat Yoh 20:17 yang menuliskan “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.”

      2. Yesus telah ada bersama-sama dengan Allah

      Injil Yohanes menuliskan bahwa Yesus diutus oleh Bapa (Yoh 5:23, 37; 6:38-44; 7:28-33), di mana Dia datang dari Sorga (Yoh 3:13; 6:38,51) atau dari atas (Yoh 8:23; 3:31), dan Dia datang dari Bapa (Yoh 8:42; 16:27). Ayat-ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa Yesus telah ada bersama-sama dengan Allah, bahwa relasi Putera dan Bapa telah ada sebelum segala abad.

      3. Identitas Putera bersama Allah

      Dalam perikop Yesus menyembuhkan seseorang yang sudah tiga puluh delapan tahun sakit (Yoh 5:1-30), yang mengungkapkan bahwa Yesus adalah Allah dan Dia adalah Putera Bapa (Jn 5:17-30). Ketika orang-orang Yahudi mempertanyakan kesembuhan yang dilakukan oleh Yesus, maka Yesus menjawab otoritas yang dipunyainya serta identitas Yesus yang sama dengan Allah Bapa, dengan ungkapan “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yoh 5:17) Di ayat berikutnya dijelaskan bahwa apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan anak (ay.18) dan kemudian dijelaskan bahwa segala penghakiman akan dilakukan oleh Yesus (ay.22). Setelah itu, disusul dengan satu penjelasan “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa” (ay.23), yang mengungkapkan kesetaraan Yesus dengan Bapa atau manusia harus memberikan penghormatan yang sama kepada Bapa dan Putera.

      Lebih lanjut dijelaskan bahwa “Yesus dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). Hal ini mengungkapkan adanya kesatuan substansi/ hakekat. Hal ini dimengerti oleh kaum Yahudi pada waktu itu, sehingga pernyataan ini dianggap sebagai penghujatan terhadap Allah sehingga mereka ingin membunuh Yesus. Dituliskan “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” (Yoh 10:33). Menghadapi hujatan dari kaum Yahudi, maka Yesus bukannya mengkoreksi pernyataannya, sebaliknya Dia justru mengatakan, “tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” (Yoh 10:38) Persatuan antara Allah Bapa dengan Allah Putera juga diperkuat dalam percakapan antara Yesus dengan Filipus, di mana Yesus mengatakan, “Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yoh 14:11; bdk Yoh 17:11,21).

      4. Sifat Allah dan tuntutan dari Yesus

      Di dalam Injil Yohanes diungkapkan juga beberapa sifat Allah, yang mengungkapkan bahwa Yesus adalah Allah. Dituliskan bahwa Yesus adalah kekal, sehingga dikatakan bahwa sebelum Abraham jadi, Yesus telah ada (Yoh 5:58). Yesus juga digambarkan mengenal Allah Bapa secara penuh (Yoh 7:29; 8:55; 10:15); Yesus mempunyai kekuatan dan kekuasaan serta daya guna yang sama dengan Bapa (Yoh 5:17-30). Karena hanya Tuhan saja yang mampu mengampuni dosa dan Yesus dapat mengampuni dosa dalam nama-Nya sendiri, maka Yesus adalah Tuhan (Yoh 8:11). Dia juga dapat memberikan kuasa ini kepada orang lain (Yoh 20:23). Dia juga mempunyai kuasa untuk mengadili dunia (Yoh 5:22,27), Ia harus dihormati dengan derajat sama seperti penghormatan kepada Allah Bapa (Yoh 5:23). Lebih lanjut, tidak ada klaim dari manusia, seperti Yesus yang mengklaim bahwa Dia adalah Terang Dunia (Yoh 8:12) dan Dia adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6).

      Karena Yesus adalah Tuhan, maka Dia dapat menuntut manusia untuk mempunyai iman dalam diri Yesus (Yoh 14:1; bdk Yoh 5:24; 6:40,47; 8:51; 11:25). Yesus juga menuntut manusia untuk menjalankan semua perintah-Nya, sebagai perwujudan dari kasih mereka kepada-Nya (Yoh 14:15,21,23). Dan kalau manusia mengasihi Yesus, maka dikatakan “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” (Yoh 14:23) “Tinggal” dalam diri manusia adalah merupakan hak dan kemampuan dari Pencipta. Yesus juga mengajarkan agar manusia berdoa dalam nama-Nya (Yoh 14:13-14; 16:23). Dan akhirnya pernyataan iman dari Rasul Tomas kepada Yesus – ya Tuhanku dan Allahku (Yoh 20:28) – dan tidak ditolak oleh Yesus, membuktikan bahwa Yesus adalah sungguh Allah.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Pak Stef yang kami hormati

        apakah Gereja menetapkan bahwa memegang pendapat bahwa Allah Putra memiliki kodrat manusia sebelum Inkarnasi termasuk sesat? Bukankah Tuhan Yesus tetap sama untuk selamanya? Kalau kodrat manusia “didapatkan” setelah inkarnasi, berarti Tuhan Yesus berubah dong? Padahal Tuhan tidak terikat waktu. Masa ada periode Allah Putra hanya memiliki kodrat satu yaitu Allah dan ada periode Allah Putra memiliki dua kodrat?

        Saya bingung akan hal ini. Mohon penjelasannya.
        Terima kasih

        • Shalom Alexander Wang,

          Memang Gereja Katolik memegang ajaran bahwa Allah Putera mulai memiliki kodrat manusia mulai dari Inkarnasi sampai selamanya. Tentu saja kalau Allah Putera masuk ke dalam sejarah manusia, maka Dia harus menjadi manusia di dalam waktu dan tempat tertentu. Inkarnasi tidak mengubah hakekat Allah Putera yang adalah Firman dan telah ada sebelum dunia dijadikan, dan ada bersama-sama dengan Allah dan Dia adalah Allah (lih. Yoh 1:1). Hakekat Allah Putera ini adalah sama. Namun untuk menjadi manusia, Dia harus mengambil kodrat yang lain, yaitu kodrat manusia tanpa menghilangkan kodrat Allah. Dengan kata lain, di dalam ke-Allahan-Nya, maka Allah Putera tidak mengalami perubahan apapun.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

  13. saya semakin memahami ttg trinitas dsini.
    Mengapa sgt tdk mgkn 3 adl 1?
    Unsur air kita mengenalny dg 3 wujud. Cair, uap, dan padat. Ketiga unsur ini memiliki sifat bbeda, bentuk bbeda, dan FUNGSI berbeda. Tp mrk adl 1 yaitu air (walau nantiny memiliki nama bbeda. Padat = es)
    Begitu jg Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus. Tiapkali Yesus bkata bhwa kita hrz menyembh Allah Bapa krn mana mungkn es bs meninggalkan air yg cair? Mana mgkn kita bs membuat es teh bila hany ada es batu?
    Itulah yg sya tangkap dr trinitas. Bila slh m0h0n dbenarkan.

    • Shalom Elma,

      Ya, salah satu analogi yang mudah (walaupun tetap tidak sepenuhnya dapat menjelaskan secara tuntas) tentang Trinitas adalah analogi es batu, air dan uap air. Tetap tidak secara tuntas menjelaskan, karena Allah itu tidak berwujud (jadi bukan seperti ciptaan yang berwujud materi), dan Ia adalah Pribadi bukan hanya sekedar ‘sesuatu’.

      Namun bahwa ketiga hal itu (es, air dan uap air) pada hakekatnya adalah H20, itulah yang menyerupai Trinitas, bahwa walau ada Tiga Pribadi Allah, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus, namun ketiganya itu satu dan sama hakekatnya, yaitu sebagai Allah. Maka sebagaimana dalam wujud es, ia tetap H20; dalam wujud air, maupun uap air adalah juga H20, demikian pula Allah, dalam sebutan Allah Bapa, Putra maupun Roh Kudus, tetaplah Allah yang satu dan sama.

      Namun saya tidak mengerti tentang analogi air teh, karena di sini Anda memasukkan unsur yang baru yaitu teh, yang tidak sehakekat dengan air/ H20 tersebut.

      Jika anda tertarik, silakan membaca lebih lanjut dalam artikel Trinitas, Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  14. Ada kejanggalan jika menurut kristen Yesus sehabis “memproklamasikan” dirinya * sebagai Tuhan (???) selanjutnya malah sembunyi gara gara akan dilempari batu oleh orang Yahudi atas ucapannya itu …. Tuhan ternyata takut pada lemparan batu …..

    sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58)

    BIS (1985) ©SABDAweb Yoh 8:59
    Lalu orang-orang Yahudi itu mengambil batu untuk melempari-Nya; tetapi Yesus menyembunyikan diri, lalu pergi meninggalkan Rumah Tuhan.

    • Shalom Sitiawan,

      Dalam Yoh 8:58-59 dikatakan: “Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.”

      Lalu Anda mempertanyakan, “Ada kejanggalan jika menurut Kristen Yesus sehabis “memproklamasikan” dirinya * sebagai Tuhan (???) selanjutnya malah sembunyi gara gara akan dilempari batu oleh orang Yahudi atas ucapannya itu ….Tuhan ternyata takut pada lemparan batu …..

      Memang salah satu pernyataan Yesus yang menunjukkan ke- Allahan-Nya adalah Yoh 8:58. Kristus mengatakan bahwa sebelum Abraham ada, Dia sudah ada, dan dengan demikian menyatakan ke-Allahan-Nya. Para Bapa Gereja mengajarkan bahwa “Sebelum Abraham ada, Aku telah ada ( Before Abraham was made, I am)” mengacu kepada perkataan Allah di gunung Sinai, “Aku adalah Aku” (I am who am) (Kel 3:14). Bahwa setelah itu Ia menghilang -dalam artian masuk ke dalam kerumunan orang banyak- bukan berarti Ia takut dilempari batu. Di beberapa kesempatan, dikatakan bahwa kaum Farisi dan imam- imam kepala berusaha menangkap Dia, namun hal ini tidak terwujud, bukan karena Kristus takut, tetapi karena saat-Nya belum tiba. Contohnya saat Yesus di Yerusalem saat hari raya Pondok Daun, orang- orang di Yerusalem berusaha menangkap Dia, tetapi “tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba” (Yoh 7:30) Demikian pula saat Yesus mengajar di dalam Bait Allah tentang kesaksian mengenai Diri-Nya dan Bapa yang mengutus-Nya, tidak seorangpun yang menangkap Dia, karena saat-Nya belum tiba. (Yoh 8:20)

      Sebab saat-Nya tiba saat hal itu dikehendaki oleh Kristus sendiri.  Yesus ditangkap, disalibkan dan akhirnya menyerahkan nyawa-Nya seperti dikehendaki-Nya sendiri, seperti yang telah dinubuatkan oleh para nabi. St. Yohanes Krisostomus mengatakan bahwa Yesus menyerahkan nyawa-Nya dengan suara nyaring (Mat 27:50). Hal ini membuktikan apa yang dikatakan oleh Kristus Penebus kepada Pontius Pilatus: Engkau tidak mempunyai kuasa apapun; Aku mempunyai kuasa untuk menyerahkan nyawaku, dan Aku mempunyai kuasa untuk menariknya kembali …(lih. Yoh 10:17) Sebab Kristus berteriak dengan suara nyaring, dan tepat pada saat korban petang (lih. 1 Raj 18:36), untuk menunjukkan bahwa karena akibat kehendak-Nya sendiri Ia wafat/ menyerahkan nyawa-Nya (St. John Chrysostom, hom. lxxxix). Kita ketahui bahwa waktu korban petang (pukul 3 siang) adalah waktu dipersembahkannya korban di Bait Allah, dan merupakan waktu sembahyang (lih. Kis 3:1). Maka Tuhan Yesus yang berkuasa atas maut dan hidup, memilih untuk menyerahkan nyawa-Nya pada pukul tiga petang, sebagai korban tebusan untuk umat manusia.

      Selanjutnya, mengapa umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, silakan klik di sini; dan bahwa Kristus yang diimani = Yesus yang tercatat dalam sejarah, klik di sini. Tentang Yesus Tuhan yang dinubuatkan oleh para nabi, klik di sini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  15. Salam Bapak Ibu sekalian ..
    Saya tahu blog ini karena membaca undangan seseorang di sini..

    dan, sedikit bertanya gpp ya …

    Sebelumnya, mohon maaf …

    Memandang tentang siapa Yesus, saya memandang merupakan suatu yang terlihat aneh, bahwa Yesus yang dilahirkan dari rahim seorang Ibu, kemudian tentu beliau menyusu, dan pipis, dsb, ternyata Ia seorang Tuhan. Kalo ia seorang Tuhan, apa ia tidak malu ketika disembah ia sedang menyusu atau sedang pipis ? apalagi waktu Yesus sudah besar, apabila beliau makan, kemudian saat ke kamar kecil, bagaimana kira-kira beliau menanggapi yang sedang menyembahnya ?

    mohon maaf, terima kasih ..

    • Shalom Teas,

      Tampaknya yang menjadi kunci agar kita dapat memahami ajaran Gereja Katolik tentang Pribadi Kristus adalah, bahwa Kristus itu adalah sungguh-sungguh Tuhan dan sungguh-sungguh manusia. Maka memang ada dua kodrat dalam Pribadi Kristus, yaitu sebagai Allah dan sebagai manusia. Sebagai Allah, Ia sama sehakekat dengan Bapa, dan sebagai manusia ia melakukan segala sesuatu yang layak dan umum dilakukan oleh manusia, kecuali dalam hal dosa.

      Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

      KGK 470    Karena dalam inkarnasi, dalam persatuan yang penuh misteri ini, “kodrat manusia disambut, bukannya dienyahkan” (Gaudium et Spes 22,2), Gereja harus menegaskan sepanjang sejarah, agar mengakui kenyataan penuh dari jiwa Kristus yang manusiawi, dengan kegiatan akal budi dan kehendak-Nya, demikian pula dari tubuh manusiawi-Nya. Tetapi pada waktu yang sama, ia [Gereja] juga harus memperingatkan dalam setiap kesempatan bahwa kodrat manusiawi Kristus adalah milik Pribadi Putra Allah yang ilahi, yang mengenakannya.  Segala sesuatu yang Kristus ada dan lakukan dalam pribadi-Nya, ada dan dilakukan oleh satu “Pribadi dari Tritunggal”. Dengan demikian, Putera Allah menyampaikan cara ada-Nya sendiri dalam Tritunggal kepada kodrat manusiawi-Nya. Baik dalam jiwa-Nya maupun dalam tubuh-Nya, Kristus menyatakan kehidupan Tritunggal Maha Kudus secara manusiawi (Bdk. Yoh 14:9-10):
      “Sebab Dia, Putera Allah, dalam penjelmaan-Nya dengan cara tertentu telah menyatukan Diri dengan setiap orang. Ia telah bekerja memakai tangan manusiawi, Ia berpikir memakai akal budi manusiawi, Ia bertindak atas kehendak manusiawi, Ia mengasihi dengan hati manusiawi. Ia telah lahir dari Perawan Maria, sungguh menjadi salah seorang di antara kita, dalam segalanya sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa” (GS 22,2).

      Maka tidak menjadi masalah jika Yesus memang makan dan minum, lapar dan haus, dan melakukan segala sesuatunya sesuai dengan kodrat manusia, karena memang Ia dalam penjelmaan-Nya di dunia, memang sungguh adalah manusia, walaupun Ia juga adalah Allah. Justru ini mau mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu yang dilakukan manusia (makan, minum, tidur, bahkan ke kamar kecil dst) dapat mengarahkan manusia untuk bersyukur kepada Tuhan; dan bahwa Allah campur tangan dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya. Injil mengisahkan bahwa dalam kehidupan Yesus bersama para Rasul-Nya, Ia menampilkan kodrat keAllahan dan kemanusiaan-Nya sedemikian, namun secara umum Ia tidak disembah sehingga tidak dapat melakukan aktivitas-Nya sebagai manusia. Penyembahan kepada-Nya sebagai Tuhan memang nyata setelah wafat dan kebangkitan-Nya, yang oleh peristiwa itu para murid-Nya mengetahui bahwa Kristus itu sungguh adalah Tuhan. Dan penyembahan ini dilakukan oleh para murid-Nya di dalam perayaan Ekaristi yang terdiri dari pengajaran para rasul, persekutuan, memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:41).

      Selanjutnya tentang hal Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia, silakan klik di sini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

  16. Begitu Maha Kuasa Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus, sampai – sampai tidak ada kata kata yang mampu menjelaskan apalagi dengan menggunakan logika tentang Trinitas yang tunggal.
    Begitu Maha Kuasa Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus sampai – sampai pemikiran atau otak kita ini tidak mampu memahami tentang Trinitas yang tunggal.

  17. Ribet juga ya.. ^^

    Sebenarnya simple, kalau anda bisa mempertanyakan tentang ayat2 yg menyatakan Yesus = manusia, kenapa anda juga tidak mempertanyakan ayat2 yg menyatakan bahwa Yesus = Allah?

    Dalam beberapa konteks, memang mungkin sukar dipahami bahwa Yesus=Allah, dan masih menimbulkan kontradiksi, sebab masih merujuk pada interpretasi logis manusia, tetapi di beberapa dan bahkan banyak ayat, jelas sekali ditegaskan bahwa Yesus adalah Allah seperti yg sudah dipaparkan oleh saudara Stef..

    Baiknya direnungkan dulu dengan hati terbuka, pikiran yg jernih, terlepas dari segala kebekuan hati kita dalam menerima Firman Tuhan ^^

  18. Salam damai

    Saya penganut Katolik, namun tidak terlalu paham ajaran, saya berniat untuk rajin memantau site ini untuk lebih dalam lagi mengenal Tuhan Yesus. Dari pertanyaan dan tanggapan senior2 di atas, saya hanya mengambil kesimpulan bahwa saya bersyukur mempunyai Magisterium yang menginterpretasi Alkitab, karena kembali lagi bahwa tidak semua umat mempunyai karunia untuk memahami Alkitab secara benar, karena jalan yang dikira lurus oleh kita, kadang bisa membawa kita ke maut.— dan pelajaran kedua, membaca Alkitab, jangan dipotong-potong atau mengambil bagian per bagian, bisa repot hasilnya. Dan semoga site ini tetap ada sebagai tempat untuk belajar dan berkembang dalam iman. Terima kasih.

  19. Pertanyaan1 : (Yoh 5:23) Kalau Yesus hanya sekedar ciptaan dan Bapa adalah Allah, maka bagaimana mungkin Kitab Suci yang sama mengatakan bahwa manusia harus menghormati ciptaan sama seperti manusia menghormati Pencipta? Bukankah ini menjadi berhala?

    Jawban : Ingat konteks mengenai Yesus adalah utusan Allah dan di ayat sebelumnya ada kalimat “Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu kepada anaknya” ayat yang ke 22 dari Yohanes pasal 5, guru agung kita Yesus Kristus mengajarkan kita untuk melakukan perumpamaan, jadi perumpamaannya seperti ini, Seorang raja yang sangat berkuasa menyerahkan pemerintahan untuk sementara waktu kepada anaknya agar anaknya dapat melanjutkan pemerintahan, dan karena sang anak adalah perwakilan sementara dari sang raja, apakah masyarakatnya atau rakyatnya tidak perlu menghormati anaknya, karena ia hanya pengganti sementara?? Pastilah sang anak juga harus di hormati. Karena jika tidak berarti rakyatnya tidak menghormati keputusan sang raja. Begitu juga Allah dan Yesus setiap orang harus menghormati Yesus sebagai utusan dan juru selamat, tetapi tidak menyembah… bedakan kata “Menghormati” dan “menyembah”.
    Kita menghormati orang tua kita, tetapi tidak menyembah mereka…
    Karena Yesus adalah ciptaan dan jika dia disembah maka itu sudah dipastikan kalau ia adalah berhala.

    NB : saya senang jika anda dapat memberikan tanggapan yang berisi, padat dan dapat menjawab semuanya, tidak panjang lebar tetapi membingungkan saya, karena itulah mengapa Yesus memilih rasul-rasul nya dari orang” yang tidak berpendidikan tinggi, karena mereka memiliki pemikiran yang sederhana dan tidak terlalu mengerti istilah-istilah. thax..

    Maaf jika saya terlalu lama untuk menjawab, karena saya lagi liburan kulliah jadi saya harus mudik….

    Mungkin jawaban untuk yang selanjutnya menyusul setelah saya kembali ke Jakarta…
    :D

    • Shalom Senyum,

      Terima kasih atas tanggapan anda. Bahwa kita harus menghormati seseorang, seperti orang tua, malaikat, dan yang lain adalah benar, namun tidak pernah Tuhan menempatkan kehormatan seseorang pada tingkat Pencipta. Dan kalau kita melihat konteks ayat ini, maka kita melihat bahwa Yesus menyatakan bahwa Dia mempunyai derajat yang sama dengan Allah Bapa, karena Dia adalah Allah. Kaum Yahudi tahu tentang hal ini, sehingga di ayat 18 dikatakan “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.” (Yoh 5:18) Menurut anda, apa arti dari ayat di atas dan mengapa kaum Yahudi ingin membunuh Yesus? Menjawab tuduhan kaum Yahudi, Yesus bukannya menyangkal ke-Allahan-Nya, bahkan Dia menegaskannya dengan mengatakan: (a) Bahwa apa yang dikerjakan Bapa, itu  juga yang dikerjakan anak (ay. 19), (b) bahwa Bapa menunjukkan segala sesuatu yang dikerjakan-Nya kepada Anak yang berarti apa yang dikerjakan Allah Bapa tidak ada yang tersembunyi di hadapan Anak (ay.20), (c) Bahwa Anak dengan kekuatan-Nya sendiri dapat menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, yang berarti Yesus adalah Allah, karena hanya Allah saja yang mampu menghidupkan siapa saja yang Dia kehendaki (ay.21), (d) Bahwa penghakiman telah diserahkan kepada Anak, yang hanya mungkin kalau Anak adalah Allah, karena hanya Allah yang dapat menghakimi (ay.22). Ke-empat hal ini dikatakan Yesus untuk menyampaikan bahwa Dia adalah Allah, sehingga semua orang harus memberikan penghormatan kepada Anak sama seperti memberikan penghormatan kepada Bapa. Dapatkah anda menunjukkan pencipta yang diberi empat kuasa seperti di atas dan dihormati pada tingkat yang sama dengan Allah Bapa?

      Anda memberikan perbandingan dengan kita harus menghormati orang tua kita. Namun apakah kita harus menghormati orang tua kita pada tingkat menghormati Allah Bapa? Apakah orang tua kita diberi empat kuasa seperti yang saya sebutkan di atas? Tentu saja tidak. Anda memberikan perbandingan antara raja dan putera raja. Dengan perbandingan ini, anda melihat bahwa putera raja adalah raja dan bersifat sementara. Kalau kita terapkan dalam Allah, maka Putera Allah adalah Allah, dan bersifat selamanya, karena Allah tidak terikat oleh waktu dan Dia adalah kekal. Dan itulah yang ditegaskan oleh Yesus dalam bahasa manusia, yaitu Yesus mengerjakan apa yang dikerjakan Allah, tidak ada yang tersembunyi bagi Yesus, Yesus dapat menghidupkan dengan kekuatan-Nya sendiri dan Yesus yang akan menghakimi. Ke-empat tanda ini justru seharusnya semakin meyakinkan kita bahwa Yesus adalah Allah.

      Semoga jawaban ini tidak terlalu sulit. Kalau anda merasa bahwa jawaban saya membingungkan, silakan memberitahu di bagian mana yang membingungkan. Dalam teologi, terlalu menyederhanakan sesuatu dapat berakhir pada kesesatan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  20. Misteri Allah Tritunggal Maha Kudus tdk bisa diterima sepenuhnya dengan logika tetapi dengan iman yang dituntun oleh Roh Kudus itu sendiri…jadi kalau ada yang bertanya Trinitas tdk masuk akal atau sangat tdk bisa diterima akal sehat, berarti orang tersebut memang belum dikuasai Roh Kudus…biarkan saja kalau Allah berkehendak barulah orang tersebut bisa menerimanya…Arianisme baru sekarang ini sangatlah banyak…tetapi kita tdk perlu berkecil hati…karena penyesat2 itu tak akan henti2nya mengganggu orang2 yang percaya kepada Allah Tri Tunggal.

    • Wah……saya hanya mau kasih satu ayat saja.

      saya yakin sekali akan kata-kata Yesus Kristus saat berkotbah di Gunung tentang akhir zaman, yang dicatat di Matius 24 : 36

      ”Sehubungan dengan hari dan jamnya tidak ada yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, Putra pun tidak, kecuali Bapak”

      Yesus dengan gamblang bilang tidak tahu tentang hari itu.

      Apakah Yesus berbohong?

      Tentu saja Yesus bicara jujur dan apa adanya. Karena kalau Yesus berbohong…..maka nilai tebusan dari tubuh dan darahnya tidak bisa menebus dosa umat manusia di seluruh dunia.

      ayat ini adalah bukti kalau Yesus bukan Allah Bapa yang maha kuasa.

      Yesus hanya putra Allah.

      Teliti terus Alkitab …… akan banyak ayat-ayat di Alkitab yang bertentangan dengan Konsep Tri Tunggal.

      salam,
      budi halasan

      [dari katolisitas: silakan melihat ini – silakan klik dan diskusi ini – klik ini, juga ini – silakan klik]

  21. Injil Yohanes 1:1-4
    1:1. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
    1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
    1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
    1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.

    Bagi saya, perikop injil ini sudah jelas mensahkan ke-Allah-an Yesus. Saya tidak perlu logika lain ;p

    [Dari Katolisitas: Ya benar, memang ayat Yoh 1:1 adalah salah satu ayat yang penting untuk menyatakan ke- Allahan Yesus]

  22. Bagaimana dengan Amsal 8:22-36
    Apakah ayat ini menunjuk kepada Yesus.?
    Jika ya, mengapa di ayat 22, dikatakan “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.”
    Bukankan Yesus juga salah satu dari Pribadi Allah yang tidak diciptakan?
    Mohon pencerahan,
    Trimakasih.

    • Shalom Tony,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang Amsal 8:22-36. Kalau kita membaca kitab Amsal, maka kita menangkap adanya hikmat atau kebijaksanaan yang digambarkan seperti sebuah pribadi. Pribadi ini adalah merupakan Pribadi ke-dua dari Trinitas, karena Allah Putera adalah merupakan Sabda (lih. Yoh 1:1) dan juga Kebijaksanaan dari Allah Bapa. St. Irenaeus (115-202) menuliskan “Sebab bersama Dia (Allah Bapa) selalu hadir Sabda dan kebijaksanaan-Nya, yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan di dalam-Nya, …Ia menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda, “Marilah menciptakan manusia sesuai dengan gambaran Kita. (St. Irenaeus, Against Heresy, Bk. 4, Chap.20, Ibid., 148) Jadi kalau melihat Amsal 8:30 dikatakan “aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya” Kebijaksanaan ini senantiasa ada bersama dengan Allah Bapa, sama seperti Sabda atau Perkataan atau Akal Budi senantiasa ada bersama dengan Allah Bapa.

      Kalau kita melihat dalam konteks Trinitas, maka kita harus menyadari bahwa ada tiga Pribadi dalam Trinitas namun mempunyai hakekat (substansi) yang sama. Ketiga Pribadi ini hanya berbeda dalam relasi asal atau ‘relation of origin‘. Perbedaan Allah Bapa dan Allah Putera adalah Allah Putera menerima semuanya dari Allah Bapa, namun operasi ini – yaitu generation – adalah bersifat kekal dan tak terbatas. Allah Putera yang adalah Sabda merupakan gambaran (lih. Kol 1:15) dari Allah Bapa. Nah, dalam konteks inilah, kita mengerti kata di dalam Amsal 8:22, yaitu “diciptakan”. Diciptakan (generate) tidak di dalam waktu, karena Kebijaksanaan senantiasa ada di dalam waktu, karena Kebijaksanaan adalah Sabda Allah sendiri, yang kekal.

      Dalam istilah teologis, kita mengenal istilah operasi yang “immanent” dan “transitive“. Immanent operation menghasilkan sesuatu di dalam sedangkan yang lain menghasilkan sesuatu di luar. Contoh dari transitive operation adalah kalau kita memalu suatu paku dengan palu. Hasil pakuannya adalah di luar dari palu tersebut. Ketika kita membicarakan Trinitas, maka kita melihatnya sebagai immanent operation, dimana hasil dari operasi tersebut tetap ada di dalam kehidupan interior Allah. Dengan demikian apa yang dihasilkan dari immanent operation adalah tinggal di dalam Allah, dan karena Allah adalah simple, maka hasilnya adalah Allah juga.

      Kalau kita menganalisa, pengetahuan kita akan sesuatu menghasilkan sesuatu yaitu: kata atau konsep. Kita tahu kalau kita mempunyai konsep “rumah”, maka kita mempunyai pengetahuan di dalam diri kita bagaimana rumah sebenarnya. Kalau kita mempunyai konsep yang tinggal di dalam diri kita, maka Tuhan yang juga mempunyai akal budi, menghasilkan sesuatu di dalam pengetahuan-Nya, yaitu “Word” atau “Firman” – pribadi ke dua dari Trinitas. Karena Tuhan adalah “simple”, maka Firman bukan menjadi bagian dari Tuhan, namun Tuhan itu sendiri. Tidak ada bagian di dalam Tuhan atau tidak ada accidental di dalam Tuhan, karena Tuhan adalah simple. Catatan: di dalam kehidupan spiritual, semakin simple semakin tinggi tingkat spiritualnya. Dan dengan pemikiran yang sama, maka operasi kasih di dalam Tuhan juga membuahkan sesuatu, yaitu pemberian diri atau “the gift of self“, di mana ini juga merupakan Tuhan – yaitu pribadi ke-tiga dari Trinitas. Dan “generation” dan “procession” ini berlangsung dalam kekekalan, karena Tuhan adalah kekal. Dengan demikian, ketiga Pribadi ini adalah satu Tuhan.

      Semoga keterangan ini dapat membantu dan bukan semakin membuat bingung.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

    • kepada tony…

      kenapa ayat tersebut mengatakan hal itu??
      karena memang seperti itulah adanya, jadi kita tidak perlu berspekulasi sana-sini untuk mengartikan kalimat itu, karena alkitab sendiri menggunakan bahasa yang mudah dimengerti mengenai itu…

      • Shalom Senyum,

        Terima kasih atas komentarnya. Kalau memang Alkitab menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, bagaimana anda mengartikan beberapa ayat ini “nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri” (2Pet 1:20) dan “Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.” (2Pet 3:16)? Dan silakan juga mengartikan Yoh 6:51 dan tentang Perjamuan Suci di Mrk 14:22-24 serta Yudas 1:4.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – katolisitas.org

        • anda mengetikkan ““nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri” (2Pet 1:20)”. apakah saya menafsirkan dengan kata” sendiri?? tidak kan…

          saya mengatakan “kenapa ayat tersebut mengatakan hal itu??
          karena memang seperti itulah adanya, jadi kita tidak perlu berspekulasi sana-sini untuk mengartikan kalimat itu, karena alkitab sendiri menggunakan bahasa yang mudah dimengerti mengenai itu…”

          untuk ayat yang di berikan oleh tony saya tidak menambah kan apa-apa…
          saya mengatakan memang seperti itulah adanya…

          anda mengatakan : “Dalam istilah teologis, kita mengenal istilah operasi yang “immanent” dan “transitive“. Immanent operation menghasilkan sesuatu di dalam sedangkan yang lain menghasilkan sesuatu di luar. Contoh dari transitive operation adalah kalau kita memalu suatu paku dengan palu. Hasil pakuannya adalah di luar dari palu tersebut. Ketika kita membicarakan Trinitas, maka kita melihatnya sebagai immanent operation, dimana hasil dari operasi tersebut tetap ada di dalam kehidupan interior Allah. Dengan demikian apa yang dihasilkan dari immanent operation adalah tinggal di dalam Allah, dan karena Allah adalah simple, maka hasilnya adalah Allah juga.

          Kalau kita menganalisa, pengetahuan kita akan sesuatu menghasilkan sesuatu yaitu: kata atau konsep. Kita tahu kalau kita mempunyai konsep “rumah”, maka kita mempunyai pengetahuan di dalam diri kita bagaimana rumah sebenarnya. Kalau kita mempunyai konsep yang tinggal di dalam diri kita, maka Tuhan yang juga mempunyai akal budi, menghasilkan sesuatu di dalam pengetahuan-Nya, yaitu “Word” atau “Firman” – pribadi ke dua dari Trinitas. Karena Tuhan adalah “simple”, maka Firman bukan menjadi bagian dari Tuhan, namun Tuhan itu sendiri. Tidak ada bagian di dalam Tuhan atau tidak ada accidental di dalam Tuhan, karena Tuhan adalah simple. Catatan: di dalam kehidupan spiritual, semakin simple semakin tinggi tingkat spiritualnya. Dan dengan pemikiran yang sama, maka operasi kasih di dalam Tuhan juga membuahkan sesuatu, yaitu pemberian diri atau “the gift of self“, di mana ini juga merupakan Tuhan – yaitu pribadi ke-tiga dari Trinitas. Dan “generation” dan “procession” ini berlangsung dalam kekekalan, karena Tuhan adalah kekal. Dengan demikian, ketiga Pribadi ini adalah satu Tuhan..”
          di mana saya tidak mengerti apa makna nya…. bukankah “nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri” (2Pet 1:20)?

          Memang ada ayat-ayat yang sukar di pahami, tetapi bukan berarti kita mempersulit ayat-ayat yang sebenarnya sangat mudah di pahami. Karena hal itu seperti membuat rumus yang panjang untuk melakukan hitungan 1+1 = 2. apakah berguna?? Tentunya tidak kan??

          di Mrk 14:22-24 = ya roti dan anggur mengartikan darah dan tubuh Yesus (apa yang sulit dari ini??)

          untuk Yudas 4 saya tidak tahu anda menekan kan ke bagian yang mana ttp jika ada hubungannya postingan saya pada tanggal August 23, 2011 at 1:30 am pada artikel ini sudah dapat menjelaskannya.

          dan untuk Yohanes 6 : 51 saya perlu mempelajari hal tsb,

          kok saya yang ditanyaain ya..
          sayakan hanya S1 komputer yang belum tamat…
          :D

          • Shalom Senyum,

            Terima kasih atas tanggapan anda. Sebenarnya, kalau kita meneliti, baik sadar maupun tidak, baik disengaja atau tidak disengaja, maka dalam membaca Kitab Suci, pengertian yang kita dapatkan senantiasa melalui proses interpretasi. Kita dapat menerima interpretasi pribadi berdasarkan apa yang kita tahu, atau berdasarkan apa yang dikatakan oleh pemimpin gereja kita, berdasarkan buku teologi atau tafsir Kitab Suci, berdasarkan traktat-traktat, maupun berdasarkan informasi yang lain. Bagi umat Katolik, interpretasi dari Magisterium Gereja kita terima sebagai salah satu pilar kebenaran, karena tidak mungkin bertentangan dengan Kitab Suci dan Tradisi Suci. Mengedepankan interpretasi pribadi dapat membuat perpecahan, karena tidak ada sesuatu yang menjadi referensi kebenaran. Mari kita melihat beberapa ayat yang kita diskusikan:

            1. Mrk 14:22-24: Anda mengatakan “ya roti dan anggur mengartikan darah dan tubuh Yesus (apa yang sulit dari ini??)Kalau anda mengatakan bahwa roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, apakah berarti anda percaya akan Sakramen Ekaristi? Apakah dengan demikian, anda berpartisipasi dalam Sakramen Ekaristi di dalam gereja anda, karena itulah cara yang dipilih oleh Yesus untuk mengenang-Nya (lih. Luk 22:19)? Apakah dengan demikian, anda juga percaya bahwa dengan makan Tubuh Kristus dan minum Darah Kristus, maka akan mendatangkan kehidupan yang kekal (lih. Yoh 6:54)?

            2. Yud 4:1 mengatakan “…dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.” Dari ayat ini, apakah anda mempercayai bahwa satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita adalah Yesus Kristus?

            Pertanyaan-pertanyaan di atas hanyalah ingin menunjukkan bahwa apa yang kita percayai dari satu ayat dapat mempunyai implikasi akan apa yang kita percayai. Sama seperti kalau anda mempercayai bahwa Yesus bukanlah Tuhan, karena ada ayat-ayat pendukungnya, maka anda juga harus juga melihat ada ayat-ayat di dalam Kitab Suci yang mendukung bahwa Yesus adalah Tuhan. Inilah dua kenyataan yang terbentang di dalam Kitab Suci, yang harus kita terima semua. Dan kenyataan inilah yang membuat umat Katolik dapat menerima kodrat Yesus yang sungguh manusia dan sungguh Allah. Semoga jawaban ini dapat diterima.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

  23. Penjelasan yang menarik dan gamblang. Dan saya percaya kepada Allah Bapa Khalik langit & bumi, kepada Tuhan Yesus Kristus yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan manusia dan dunia, dan kepada Roh Kudus yang diutus oleh Allah sebagai Penghibur, Penolong dan yang membawa kita kepada Kebenaran dan takut akan Tuhan. Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Satu dan Sehakekat walapun masing-masing Berpribadi. Dengan kemampuan kita yang kita miliki saat ini tidak mungkin memahami semuanya, tetapi ada saatnya kita akan berjumpa dan paham.

  24. Terima kasih atas penjelasan dari Bpk. Stef yang menguatkan iman. Semoga bentuk-bentuk Arianisme yang kembali muncul ini dapat menemukan jalan kebenaran untuk pulang ke Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik.

Comments are closed.