Ada pandangan sementara orang yang meragukan ke-Allahan Yesus, karena mereka menyangka bahwa di Kitab Suci tidak ayat yang menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Nampaknya mereka sampai pada kesimpulan ini karena: 1) mereka membedakan istilah ‘Tuhan’ dengan ‘Allah’; 2) mereka mengabaikan banyaknya ayat lain yang secara implisit namun jelas menyatakan bahwa Yesus adalah Allah, 3) mereka tidak mengartikan Kitab Suci dengan terang Tradisi Suci para Rasul.
Gereja Katolik tidak membedakan istilah antara Tuhan dengan Allah, karena memang keduanya sama maknanya, jika mengacu kepada Sang Ilahi. Bahwa kata ‘Kurios‘ (bahasa Yunani) /’Adonai‘ (bahasa Ibrani)/’Tuhan‘ dapat mengacu juga kepada arti kata ‘tuan’ atau bahkan ‘suami’, sebagaimana pernah diuraikan di sini, silakan klik, itu memang benar, tetapi jika istilah itu ditujukan kepada Sang Ilahi, maka istilah tersebut mengacu kepada Allah yang sama. Itulah sebabnya dalam ayat-ayat Kitab Suci istilah Allah dan Tuhan sering diletakkan berdampingan dan sejajar, untuk menunjukkan kesetaraan makna istilah tersebut.
Beberapa contoh ayat yang menyebutkan Yesus sebagai Tuhan dan Allah, sebagai Mesias, Kristus, Anak Allah, dan dengan demikian, sehakekat dengan Allah adalah:
1. Di hadapan Mahkamah Agama, sebelum para tua-tua Yahudi membawa Yesus untuk dihukum mati, mereka bertanya, “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” (lih. juga, Mat 26:63, “…katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak?”). Jawab Yesus: “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.” Lalu kata mereka: “Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri.” (Luk 22:70-71).
St. Thomas Aquinas dalam bukunya Catena Aurea menjelaskan ayat ini dalam Injil Matius, dengan mengutip pengajaran St. Ambrosius, “Tuhan Yesus lebih berkehendak untuk membuktikan bahwa diri-Nya adalah Raja [Anak Allah], daripada mengatakan bahwa diri-Nya sendiri adalah Raja [Anak Allah], sehingga mereka [para tua-tua Yahudi] tidak mempunyai alasan untuk menghukum-Nya, ketika mereka mengakui kebenaran yang atasnya mereka menuntut Dia. Maka Yesus berkata, “Kamu sendiri mengatakan bahwa Akulah Anak Allah.”
Yesus menyatakan Diri-Nya sebagai Allah, dengan berkata, “Aku adalah… (I am)” yang mengacu pada perkataan Allah kepada nabi Musa pada semak yang berapi, “Aku adalah Aku, I am who I am” (lih. Kel 3:14). “Aku adalah Aku” adalah arti dari kata Yahweh. Istilah “Alfa dan Omega” (sebab awal dan tujuan akhir segala sesuatu), yang mengacu kepada Allah sendiri, juga dikatakan oleh Kristus tentang siapa Diri-Nya (Why 1:8, 21:6; 22:13). Itulah sebabnya Yesus mengatakan bahwa sebelum Abraham ada, Ia sudah ada terlebih dahulu (Yoh 8:58), dan justru karena jawaban ini, yang secara jelas menyatakan bahwa Ia adalah Allah, maka Yesus dijatuhi hukuman mati atas tuduhan menghujat Allah.
Yesus juga jelas menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan, “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” (Yoh 13:13) Tidak ada seorang-pun yang lain, yang pernah berkata demikian.
2. Ketika Rasul Tomas melihat Yesus yang telah bangkit dan menampakkan diri-Nya, ia berkata, “Ya, Tuhanku (Kurios/ Lord) dan Allahku (Theos/ God)” – (Yoh 20:28).
Kitab Mazmur dalam Perjanjian Lama juga menyebut Allah dengan sebutan ‘Elohim’/ God, dan ‘Adonai’/ Lord, “Terjagalah dan bangunlah membela hakku, membela perkaraku, ya Allah [Elohim]-ku dan Tuhan [Adonai]-ku!” (Mzm 35:23).
“Sebab kepada-Mu, ya TUHAN [YHWH/ Yehovah], aku berharap; Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan [Adonai], Allahku [Elohim].” (Mzm 38:15)
“Ya TUHAN [YHWH/ Yehovah], Tuhan [Adonai] kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! …. Ya TUHAN [YHWH/ Yehovah], Tuhan [Adonai] kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! (Mzm 8:2,10).
Fakta bahwa Tuhan Yesus yang bangkit tidak mengatakan apapun yang menyanggah ucapan Tomas, menyatakan bahwa Ia membenarkan perkataan Tomas, dan bahkan meneguhkan kepercayaan Tomas dengan berkata, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh 20:29). ‘Percaya’, yang dimaksud di sini adalah percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah (Yoh 20:28), dan karena itu Ia dapat bangkit dari kematian, di mana kebangkitan-Nya merupakan kemenangan-Nya atas dosa dan maut.
3. Rasul Petrus mewakili para Rasul pada hari Pentakosta, mengajarkan bahwa Yesus adalah Kristus, dan sebutan Kristus mengacu kepada Mesias (lih. Yoh 1:41; 4:25), Anak Allah yang hidup (Mat 16:16).
“Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” (Kis 2:36)
“Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu …” (2Kor 1:19)
Rasul Petrus juga menyebut Yesus sebagai sumber keselamatan kekal, dan dengan demikian menyatakan bahwa Yesus adalah Allah, sebab hanya Allah-lah yang dapat memberikan keselamatan kekal kepada manusia (lih. Kis 4:12, 10:42-43)
4. Rasul Paulus juga mengajarkan bahwa Kristus adalah Allah:
“Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia [Yesus Sang Mesias] adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!” (Rom 9:5)
“Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus….” (Tit 2:12-13)
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Flp 2:5-11)
Sedangkan, di banyak ayat yang lain Rasul Paulus menyatakan bahwa Yesus adalah Allah, yang walaupun berbeda Pribadi dengan Allah Bapa, namun satu dan setara dengan Dia:
Yesus Kristus disebut sebagai Pencipta, maka Yesus adalah Allah, sebab hanya Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu: “Ia [Kristus] adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, … karena di dalam Dia [Kristus]-lah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, segala sesuatu diciptakan oleh Dia [Kristus] dan untuk Dia [Kristus]. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia [Kristus].” (Kol 1:15-17)
“Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia [Kristus]” (Kol 1:19).
“namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.” (1Kor 8:6)
“Ia [Kristus] adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan….” (Ibr 1:3). Hanya Allah sajalah yang menopang segala ciptaan-Nya dengan firman-Nya.
5. Rasul Yohanes juga mengajarkan bahwa Yesus, Sang Firman, adalah Allah:
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia [Sang Firman/ Kristus] dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia [Sang Firman/ Kristus] ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia…. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yoh 1:1-4, 14)
“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup– itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. (1Yoh 1:1-4)
Di samping ayat-ayat ini terdapat begitu banyak ayat yang lain dalam Kitab Suci yang menyatakan ke-Allahan Yesus, sebagaimana pernah ditulis di artikel ini, Kristus yang kita imani = Yesus menurut sejarah, silakan klik, dan Aku Percaya akan Yesus Kristus, Putera Allah yang Tunggal silakan klik. Sedangkan secara garis besar, Mengapa Orang Kristen percaya bahwa Yesus itu Tuhan, klik di sini.
Shalom pak stef dan bu ingrid…
Syukur dan puji Tuhan sa ketemukan ayat Alkitab yg mengatakan Yesus menyebut DiriNya Tuhan….Yoh 13:13 “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan dan katamu itu tepat sebab memang Akulah Guru dan Tuhan” John 13:13 “ye call Me Master and Lord and ye say well for so I am”
[Dari Katolisitas: Ya, seperti telah disebut dalam point 1 di atas, Yoh 13:13 itu adalah salah satu ayat yang menyatakan Yesus adalah Tuhan.]
Shalom..
Ada satu pertanyaan yang membingungkan saya,
singkat saja, saya ingin bertanya tentang arti dan makna dari kitab wahyu 22:9
banyak non kristen yang menggunakan ayat itu utk menjatuhkan iman saya.. karena disitu disebutkan
‘ Tetapi, ia berkata kepadaku: “Janganlah berbuat demikian! Aku adl hamba, sama seperti engkau dan saudara saudara mu, para nabi dan semua mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. sembahlah Allah’
mohon penjelasannya.. terimakasih
Shalom
Shalom Amanda,
Perikop kitab Wahyu bab 22:1-21 membicarakan tentang penglihatan St. Yohanes Rasul untuk melihat kota Yerusalem yang baru, yaitu Sang Mempelai Anak Domba Allah, yang sudah dibicarakan di perikop sebelumnya yaitu Why 21. Kota itu mempunyai 12 gerbang yang padanya terukir nama ke-12 suku Israel; dengan batu pondasi nya dari ke-12 Rasul (Why 21:12). Di kota itu mengalir sungai kehidupan yang mengalir dari takhta Allah dan takhta Anak Domba. Di tengah kota itu ada pohon-pohon kehidupan, dan kota itu diterangi oleh Allah sendiri. Semua penglihatan ini ditunjukkan kepada Rasul Yohanes oleh malaikat Allah (lih. Why 22:6,8), dan malaikat itulah yang berkata demikian kepada Rasul Yohanes, ketika ia tersungkur di depan kaki malaikat itu: “Aku adalah hamba sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!” (Why 22:9)
Nah, maka tak ada yang perlu membuat Anda bingung. Perkataan yang tercatat dalam Why 22:9 adalah perkataan malaikat Allah, yang memang adalah ciptaan Allah dan hamba Allah. Malaikat Allah itu bukan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus dalam perikop itu adalah Sang Anak Domba Allah, yang dari takhta-Nya dan takhta Allah (Bapa) mengalir sungai kehidupan (lih. Why 22:1). Ini sendiri secara implisit sudah menunjukkan ke-Allahan Kristus Sang Anak Domba, sebab jika tidak demikian, tidak mungkinlah Ia mempunyai takhta yang disetarakan dengan takhta Allah, yang daripadanya sungai air kehidupan dapat mengalir keluar.
Selanjutnya silakan membaca di artikel di atas, tentang di ayat-ayat manakah Tuhan Yesus disebut sebagai Allah, silakan klik. Silakan juga untuk membaca beberapa artikel tentang Kristus berikut ini:
Mengapa Orang Kristen Percaya bahwa Kristus adalah Tuhan
Yesus, Tuhan yang dinubuatkan oleh para Nabi
Aku percaya akan Kristus, Putera Allah yang Tunggal
Kristus yang Kita Imani =Yesus menurut Sejarah
Inkarnasi adalah Immanuel, Allah beserta Kita
Inkarnasi Membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan
Diskusi tentang ke-Allahan Yesus
Yesus Sungguh Allah, Sungguh Manusia
Akhirnya, jika Anda Katolik, saya mengajak Anda untuk mempelajari ajaran kita, tidak dari umat agama lain, tetapi dari Gereja kita sendiri, yang menyampaikan ajaran yang berasal dari Kristus dan para Rasul. Umat agama lain tidak mengimani Kristus, dan karena itu dapat dimengerti jika pada saat membaca Kitab Suci kita, mereka mencari ayat-ayat yang seolah-olah mendukung pemahaman mereka, bahkan sampai mengesampingkan konteks yang sedang dibicarakan, dan mengabaikan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci yang jelas menyatakan ke-Tuhanan Yesus. Cara membaca semacam ini, jelas akan membuat bingung. Namun sebaliknya jika kita berpegang kepada ajaran Gereja, tidak ada yang perlu membuat kita bingung, sebab segalanya jelas dan konsisten, yaitu bahwa Kristus adalah sungguh Putera Allah yang masuk ke dalam sejarah manusia dengan mengambil rupa manusia, untuk menyelamatkan umat manusia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Bapak / Ibu yg mulia
Mohon maaf saya ada pertanyaan,
Jika menurut pendapat anda, sebagaimana tercatat dalam injil bahwa Yesus telah ada sebelum Abraham ada (Yoh 8:58), bahkan jauh sebelum itu sudah ada (Yoh 1:1), berarti Yesus ikut terlibat aktif dalam penghancuran bangsa-bangsa yg tidak setia kepada Tuhan di masa2 lalu sebagaimana dapat kita saksikan kisah2nya didalam Alkitab.
Ini sangat kontradiktif dengan iman yang diyakini umat Kristen bahwa Yesus adalah juru selamat yang penuh kasih.
mengapa hal ini bisa terjadi ?
mengapa Tuhan merubah pendekatanNya dalam menyikapi perilaku ciptaanNya yg tidak setia, dari pendekatan Kekuasaan ke pendekatan Kasih melalui jalan penebusan dosa manusia dengan penghinaan Diri sendiri di atas kayu salib?
mohon penjelasannya.
terima kasih
Shalom Yon,
Ya, Injil mengajarkan bahwa Tuhan Yesus adalah Sang Firman Allah yang sudah ada sejak awal mula; Ia bersama-sama dengan Allah dan bahwa Firman itu adalah Allah (Yoh 1:1). Artinya memang Tuhan Yesus sudah ada sebelum Abraham ada (Yoh 8:58).
Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya, Allah memang mewahyukan Diri-Nya secara bertahap kepada manusia. Sejak awal mula penciptaan dunia, Allah telah menampakkan diri-Nya kepada manusia pertama (Adam dan Hawa); tetapi kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa, telah memisahkan manusia dari Allah. Namun demikian, Allah terus mengusahakan agar manusia dapat kembali kepada-Nya. Ia mengadakan perjanjian dengan manusia, mulai dari Adam dan Hawa, Nuh, Abraham, dan keturunannya, Musa dan para Nabi, Daud, dan seterusnya, sampai akhirnya Allah mengutus Yesus, Putera-Nya sendiri, untuk menyelamatkan manusia. Namun dalam sejarah penyelamatan ini, memang umat pilihan-Nya jatuh bangun dalam menjaga kesetiaan mereka untuk berpegang kepada perjanjian dengan Allah. Singkatnya, Allah tidak pernah tidak setia kepada umat-Nya, sedangkan umat-Nya yang sering tidak setia kepada Allah. Begitu mudahnya bagi manusia untuk berpaling dari Allah untuk menyembah allah-allah lain, sehingga Allah menjadi tidak berkenan. Berbagai kisah Perjanjian Lama menunjukkan masalah yang serupa, yaitu bahwa manusia jatuh dalam dosa penyembahan berhala dan menjadi jahat terhadap sesamanya sendiri. Dalam rangka mendidik umat-Nya itulah, Allah (dalam artian ini adalah Allah Trinitas) mengizinkan, atau bahkan menghukum umat-Nya yang tidak setia dan jahat itu, agar mereka bertobat. Allah tidak pernah tidak adil, namun manusialah yang tidak adil, baik kepada Allah dan kepada sesamanya. Maka tujuan dari pemberian konsekuensi/ hukuman tersebut selalu bermaksud untuk mendidik manusia, demi pertobatan manusia, dan kebaikan manusia itu sendiri. Tahapan yang dilakukan Allah dalam sejarah untuk mendidik manusia, sering dikenal dengan istilah divine pedagogy, yang sering dianalogikan dengan cara orang tua mendidik anak-anaknya. Pada masa kecil dididik dengan disiplin, agar dapat mengenal nilai-nilai keadilan, namun kemudian setelah semakin besar dan dewasa diberi pengertian, agar dapat menerapkan prinsip keadilan tersebut dengan kasih dan pengorbanan. Demikianlah dalam masa Perjanjian Lama (PL), Allah terlihat begitu saklek dengan keadilan-Nya namun dalam Perjanjian Baru (PB) Allah terlihat begitu lemah lembut dengan belas kasih-Nya. Namun sesungguhnya kedua sifat Allah ini ada bersama-sama, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Sebab Allah yang adil pada PL melakukan keadilan karena kasih-Nya; dan Allah yang penuh kasih dalam PB, juga mengasihi manusia, tanpa mengabaikan keadilan; dan bahwa pada akhirnya kasih dan keadilan Tuhan akan dinyatakan. Jika kita dapat memahami prinsip ini, maka kita akan melihat kedua sifat Allah, yaitu adil dan berbelas kasih, sebagai dua sifat yang tidak terpisahkan, dan bukan mempertentangkan antara keduanya.
Selanjutnya uraian tentang hal ini, dapat dibaca di sini, silakan klik. Silakan juga membaca tanya jawab di bawahnya, sebab mungkin itu juga berkaitan dengan pertanyaan Anda.
Sedangkan tentang Kasih dan keadilan Allah yang dinyatakan dalam pengorbanan Kristus, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih Ibu Ingrid Listiani atas tanggapan anda,
salam kenal,
semoga Tuhan memberkati ibu.
Saya bisa setuju uraian ibu tentang konsistensi kasih dan keadilan Tuhan dalam masa PL atau masa PB.
Sesuai dengan penjelasan ibu diatas, maka tidak akan salah jika ada sebagian orang yang akan mengatakan (maaf) Yesus bukan sekedar juru selamat, tapi sekaligus juga juru penghancur dan juru penyiksa manusia, meskipun mereka yg dihancurkan dan disiksa memang hanya manusia2 yg berdosa.
Saya membayangkan, jika Tuhan dipercaya mempunyai cara untuk mendidik manusia dengan istilah divine pedagogy ini. Bila dengan cara kedua (Mengirim anakNya) masih tidak mempan untuk membuat manusia bertobat kepada Tuhan, dengan cara2 yg lebih extrim apa lagi Tuhan akan mendidik manusia ? Apakah mungkin Tuhan Bapa sendiri yang akan turun menjadi manusia untuk menebus dosa kebanyakan manusia yg hingga detik ini tidak kunjung beriman ?
Setahu saya, mungkin ibu juga, selain sifat kasih dan keadilanNya, Tuhan juga mempunyai sifat pengampun dan penerima tobat sejak azali. Dengan sifat ini Tuhan tidak perlu atau membutuhkan perantaraan siapapun atau syarat apapun dalam menerima permohonan ampun dan pertobatan hamba2Nya yang sungguh2 ingin bertobat.
Tidak ada dosa yang tidak tertebus atau terampuni jika manusia tsb mau sungguh2 memohon pengampunan Tuhan, walaupun dosa2nya itu sebesar bumi dan langit.
Apakah menurut ibu sifat keadilan Tuhan tidak bisa disandingkan dengan sifat pengampunNya, sehingga diperlukan perantara untuk itu agar bisa menunjukkan sifat kasihNya ?
sejauh apa hubungan yg akan terjadi antara Tuhan dgn manusia kelak, sehingga dirasa perlu untuk diciptakan satu “penghubung” yg akan menyatukan faktor kesucian Tuhan yg tidak akan bisa disamai oleh kesucian manusia ?
Mohon maaf bila ada kata2 yg tidak berkenan.
Terima kasih atas perhatiannya.
Salam, semoga Tuhan memberkati
Shalom Yon,
1. Bagaimana menyikapi kehancuran manusia dalam PL?
Jika kita dapat melihat bahwa segala penderitaan dan kematian yang harus ditanggung oleh umat manusia, adalah akibat dari dosa asal, maka kita tidak akan dengan mudah menyalahkan Tuhan. Sebab, sebagai akibat dari dosa asal, semua orang pada akhirnya akan menemui ajalnya, setelah menerima anugerah kehidupan di dunia ini. Bahwa setiap dari kita diberi anugerah kehidupan, itu adalah karena kemurahan Tuhan, yang mengalir dari kebaikan-Nya. Maka hidup yang ada pada kita ini adalah pemberian Tuhan, dan bukan milik kita sendiri. Tuhan-lah yang berhak mengambilnya, dan dalam kebijaksanaan-Nya mengizinkan dengan cara apakah masing-masing dari kita akan wafat/ beralih dari kehidupan kita di dunia ini. Sabda Tuhan mengingatkan kita untuk tidak takut kepada kematian, yang bagi orang bodoh dianggap sebagai malapetaka, namun bagi orang percaya, kematian merupakan peralihan menuju kehidupan kekal di mana kita menerima kasih setia dan belas kasihan Allah (lih. Keb 3:1-9).
Maka bagaimana kita beralih dari dunia ini [keadaan yang menghantar kita sampai kita wafat], tidaklah sepenting bagaimana keadaan kita setelah wafat, yang akan menjadi keadaan akhir yang kita alami dalam kekekalan. Dalam Perjanjian Lama, seperti halnya dalam Perjanjian Baru dan bahkan sampai sekarang ini, sudah ada orang-orang yang wafat secara tragis, entah karena kecelakaan ataupun bencana. Bahwa ada kalanya orang menghubungkan kematian secara tragis sebagai konsekuensi dosa yang pernah dilakukan, itu memang pandangan umum, namun Tuhan Yesus mengatakan bahwa kecelakaan/ bencana tidak selamanya untuk dihubungkan sebagai hukuman atas dosa. Meskipun demikian, jika orang tidak bertobat, maka ia akan binasa dengan cara demikian (lih. Luk 13:1-5). Di sini terlihat bahwa Yesus yang Mahakasih tetap mengajarkan akan adanya konsekuensi dari perbuatan manusia yang tidak bertobat.
Maka pada prinsipnya, setiap perbuatan kita ada konsekuensinya. Kita menanggungnya di dunia ini, atau di kehidupan yang akan datang. Hal ini bukannya karena Allah semena-mena, tetapi karena Ia adalah Allah yang adil, yang memperhitungkan setiap perbuatan kita (lih. Why 20:12). Dan Allah melakukannya tidak tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa Allah tidak adil. Allah sudah memberitahukan sebelumnya, tentang hukum-hukum-Nya dan kehendak-Nya kepada umat-Nya, namun umat-Nya yang melanggarnya dan tidak setia kepada-Nya. Sedangkan Allah sendiri tidak pernah tidak setia. Walaupun umat-Nya jatuh bangun dan kerap tidak setia, Allah tetap setia dengan janji-Nya untuk mengutus Putera-Nya menjadi manusia, yang lahir sebagai keturunan Daud. Kisah Perjanjian Lama secara runtun menjabarkan rencana Allah ini, sampai tiba saatnya kelahiran Putera-Nya yang Tunggal, Tuhan kita Yesus Kristus.
Maka kedatangan Tuhan Yesus yang kemudian wafat menyerahkan nyawa-Nya, dan bangkit demi menyelamatkan umat manusia, merupakan puncak rencana keselamatan Allah itu. Tuhan Yesus yang ditinggikan di kayu salib itu merupakan penggenapan nubuat nabi Musa di Perjanjian Lama (lih. Yoh 3:14; Bil 21:9). Kasih Allah itu sudah dicurahkan sehabis-habisnya di kayu salib itu, sehingga kini tinggal bagaimana manusia akan menanggapi kasih Allah itu. Mereka yang percaya akan memperoleh hidup kekal; sedangkan mereka yang tidak percaya, akan binasa, sesuai dengan pilihan mereka sendiri. Maka bukan Allah yang menghukum manusia, namun manusia itu sendiri yang memilih untuk berada di bawah hukuman:
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (Yoh 3:16-21)
Kristus telah datang ke dunia, dan karya penyelamatan-Nya kini terus dilanjutkan oleh Gereja-Nya sampai akhir zaman. Maka selanjutnya tergantung pada setiap manusia, bagaimana menanggapi kasih Allah ini. Di dalam Kristus, tergenapilah segala cara Allah mendidik manusia, sebab Sang Pendidik itu sendiri telah menjelma menjadi manusia untuk memberikan contoh bagaimana melaksanakan perintah-perintah-Nya. Kristus itu sehakekat dengan Bapa, maka dalam penjelmaan Kristus, Allah Bapa sudah berkarya. Maka tidaklah relevan membicarakan bahwa di waktu yang akan datang Allah Bapa akan menjelma, seolah-olah penjelmaan Yesus yang sudah terjadi bukan merupakan karya Bapa. Penjelmaan Kristus menjadi manusia merupakan karya terbesar dari Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Sudah purnalah pernyataan kasih Allah di dalam Kristus. Kini tinggal bagaimana manusia mau berbalik dan bertobat kepada Allah dan menerima Kristus sebagai Penyelamatnya. Jika faktanya sekarang masih ada sejumlah orang yang tidak percaya kepada Kristus dan menolak Allah, tetapi adalah juga fakta bahwa di sepanjang sejarah manusia, telah ada banyak orang yang bertobat dan percaya kepada-Nya. Maka marilah kita melihat fakta dengan lebih berimbang.
2. Kalau Tuhan Maha Pengampun maka tidak perlu perantaraan?
Kini tentang peran pengantaraan para nabi, para imam dan pengantaraan Kristus. Jika kita membaca Kitab Suci, kita ketahui bahwa telah sejak awal Perjanjian Lama, Allah yang Maha adil dan Maha kasih ini menghendaki peran pengantaraan tersebut. Tentu saja Allah dapat mengampuni mengampuni umatnya secara langsung, tetapi yang kita ketahui dari Kitab Suci adalah Allah menghendaki umat-Nya menyatakan pertobatan mereka dengan mempersembahkan kurban yang dihantarkan ke hadirat Tuhan di bait Allah dengan perantaraan para imam. Demikianlah kita membaca persyaratan tentang kurban sebagai tanda syukur dan pertobatan dalam Perjanjian Lama sebagaimana dijabarkan secara rinci dalam kitab Imamat. Nah kurban Kristus adalah Kurban yang menggenapi segala kurban Perjanjian Lama. Kurban Kristus inilah yang kemudian terus dihadirkan kembali secara sakramental dalam perayaan Ekaristi dalam Gereja Katolik. Selanjutnya, tentang Penggambaran Ekaristi dalam Perjanjian Lama, klik di sini, dan tentang Ekaristi, sebagai Kurban yang berkenan kepada Allah, silakan klik di sini.
Dengan demikian, tidaklah pada tempatnya, untuk mempertentangkan antara peran perantaraan dengan sifat belas kasih Allah; dan seolah-olah kalau Allah Maha kasih dan Maha Pengampun, maka tidak diperlukan peran Pengantaraan Kristus, maupun pengantaraan para rasul dan para imam-Nya. Sebab sejak awalnya, sampai sampai saat ini, Tuhan menghendaki adanya peran pengantaraan itu. Di masa Perjanjian Lama, peran pengantaraan itu dilaksanakan oleh para nabi dan imam, sedangkan di masa Perjanjian Baru, pengantaraan itu dilakukan oleh Kristus dan yang kemudian diteruskan oleh para Rasul dan oleh para pengganti mereka, yaitu para imam, sampai akhir zaman.
Pengantaraan Kristus ini adalah pengantaraan yang inklusif, dan ini pernah diulas di artikel ini, silakan klik.
3. Bagaimana Sang Pengantara itu akan menyatukan Tuhan dan manusia dalam hal kekudusan?
Memang manusia tidak mungkin dapat menjadi sama dengan Allah. Namun adalah rencana Allah untuk mengangkat harkat manusia untuk dapat menjadi kudus seperti Dia yang adalah kudus. Hal ini dicapai dengan mengutus Putera-Nya sendiri, untuk memberikan hidup ilahi-Nya kepada manusia. Lewat kematian dan kebangkitan-Nya, dan kemudian Roh Kudus yang diutus-Nya kepada manusia, Allah melaksanakan karya-Nya itu (lih. Rom 8:11). Rahmat hidup ilahi dan Roh Kudus yang menguduskan itu diberikan-Nya secara khusus melalui sakramen-sakramen Gereja. Walaupun Allah dapat berkarya dengan banyak cara lain, namun sakramen merupakan cara khusus yang dipilih Allah untuk menguduskan umat-Nya, melalui peran Gereja. Sebab Gereja oleh kuasa Roh Kudus, menghadirkan kembali misteri sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga, demi mendatangkan keselamatan bagi umat manusia di sepanjang zaman.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam
Perkenalkan nama saya Yon
Mohon maaf ada beberapa yg perlu saya tanyakan dari banyak artikel2 anda yg telah saya baca.
1) Mengapa disebagian besar artikel anda, dalam memutuskan masalah2 mendasar dalam keimanan Kristen, lebih banyak digunakan opini atau pendapat2 pribadi dari bapa2 gereja terdahulu maupun pendapat2 pribadi anda sendiri, dimana Allah Bapa ataupun Yesus sendiri tidak mengeluarkan keterangan nyata atas persoalan tsb seperti tercatat dalam alkitab ?
Yang membuat saya terkesan adalah : benarkah kemampuan berfikir para bapa gereja terdahulu ataupun anda sendiri telah mampu menembus kedalaman pikiran Yesus atau Tuhan Allah, sehingga pendapat2 mereka sama benarnya dengan hakikat sejati hubungan antara Yesus terhadap Roh Kudus dan Allah Bapa, atau hakikat bunda Maria terhadap Yesus, Roh Kudus dan Allah Bapa ?
Bagimana jika pendapat mereka ternyata tidak sesuai (salah total) dengan kenyataan sebenarnya dari hakikat Ketuhanan yg sejatinya berada diluar wilayah pikiran manusia ?
Sedangkan hakikat ketuhanan hanya Allah yang tahu.
Seharusnya hanya dari Dia lah penjelasan tentang persoalan itu berasal, sebagai satu-satunya informasi yg paling benar dan paling terpercaya. Tidak layak bagi manusia yg sadar akan terbatasnya akal pikiran untuk mencoba menerka-nerka ke wilayah itu dengan keterbatasan akalnya, meskipun dia sudah dianggap sebagai orang suci oleh manusia, karena sesuci-sucinya roh manusia, tetap tidak ada apa2nya dibandingkan kekudusan Tuhan Allah.
2) Mengapa sebutan Tuhanku, Allahku, menjadi berbeda makna ketika itu diucapkan oleh SEORANG MANUSIA kepada Yesus, sedangkan gelar “ALLAH BAGI BANI ISRAEL” yg diberikan langsung dengan firman TUHAN ALLAH kepada Musa tidak pernah mendapatkan makna yg serupa dalam iman Kristen ?
Padahal pemanggilan kepada seseorang dengan idiom2 : Tuhan, Allah, anak Tuhan, anak Allah, adalah hal biasa dalam system kemasyarakatan Yahudi, Yunani ataupun Romawi di masa tsb.
Mengapa semuanya menjadi beda 180 derajat ketika sebutan2 tsb dialamatkan ke Yesus ?
3) Dalam artikel2 anda seluruhnya, selalu anda pisahkan perbuatan2 Yesus dalam kapasitas kodrat Ketuhanannya dan kodrat kemanusiannya (sesuatu yg tidak ada keterangan dari Tuhan Allah, ataupun dari Yesus sendiri dalam injil, tentunya).
Apakah ada standar tertentu untuk menafsirkan perbuatan, ucapan, bahkan diamnya Yesus yg tertulis di dalam injil dengan pendekatan kodrat keilahian atau menggunakan kodrat kemanusian ? Apa parameternya ?
Mengapa harus menggunakan pemisahan kedua kodrat tsb, sedangkan yg harus diimani adalah 100% Tuhan sekaligus 100% manusia ?
Yang berarti kedua kodrat tsb sudah tidak bisa dipilah2 lagi, karena kedua2nya sudah sama2 mentok 100%, yg artinya tidak ada ruang tersisa untuk diisi selain yg itu.
(Aduh saya bingung memahami 100% Tuhan sekaligus 100% manusia dalam satu pribadi, bagaimana itu bisa terjadi tanpa bisa saling mengalahkan dan mengungguli, bisakah kita melihat terang cahaya lilin dibawah terik cahaya matahari yg sedang terang benderang, meskipun kita yakin lilin itu sendiri sedang bercahaya? Mungkinkan sosok lilin tersebut disebut 100% lilin sekaligus 100% matahari ?)
4) Mengapa Tuhan harus menderita dan menghinakan diriNya untuk menebus dosa manusia, sedangkan Dia terkenal dengan Maha Kasih dan Maha Kuasa?
Dalam kenyataannya, penebusan dosa tidak serta merta diberikan kepada yg mengimani dan menerima penderitaannya di salib semata, tetapi harus disertai dengan amal keras untuk menjaga diri untuk selalu hidup sesuai dengan aturan yg telah Dia buat dan diabadikan dalam kitab suci sebelumnya. Tidak semua orang Kristen akan diselamatkan Yesus bukan ? Injil sudah mencatat tentang itu.
Pola seperti ini sudah berlaku sejak jaman para Nabi terdahulu sebelum Yesus, alkitab mencatat. Mengapa harus diganti dengan penebusan dosa oleh Anak Allah sendiri, yg pada akhirnya pengorbanan tsb bisa dibilang sia-sia karena ternyata tidak semua manusia tertebus dosanya, karena akhirnya pola lama kembali yg berlaku untuk menetapkan keselamatan manusia di hari akhir walaupun mereka mengimani Yesus?
Kalau boleh saya bilang, keputusan penebusan dosa manusia dalam cara salib telah menimbulkan fitnah bagi kemulian Tuhan.
Banyak yang perlu saya tanyakan, tetapi sementara cukup ini dulu, supaya tidak kepanjangan.
Akhirnya terima kasih saya sampaikan kepada anda untuk bersedia menjawab ketidak mengertian saya ini. Mohon maaf bila ada yg tidak berkenan.
Salam.
Shalom Yon,
Terima kasih atas beberapa pertanyaan yang telah Anda berikan. Berikut ini adalah jawaban singkat yang dapat saya berikan:
1. Sumber kebenaran: Untuk dapat mengerti dasar yang kami gunakan dalam penjelasan kami, maka diperlukan pengertian akan 3 dasar kebenaran di dalam Gereja Katolik, yang terdiri dari: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Lihat artikel ini- silakan klik. Kami berusaha untuk meminimalisir pendapat pribadi kami sendiri, kecuali kalau memang tentang diskusi tersebut tidak disebutkan dalam dokumen Gereja. Dengan cara seperti ini, harapan kami adalah situs ini dapat menyajikan kerangka berfikir yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
Dalam argumentasi yang Anda berikan, sebenarnya juga mempunyai kelemahan. Kalaupun Anda membaca Kitab Suci Anda sendiri, tentu juga tidak terlepas dari interpretasi pribadi, sehingga dapat terjadi di satu ayat yang sama, terjadi beberapa interpretasi yang berbeda. Dengan metode yang kami gunakan, maka minimal kami berusaha untuk menyajikan pengertian yang diajarkan oleh Gereja. Para Bapa Gereja memberikan pengertian berdasarkan kedekatan mereka dengan sumber. Menjadi satu hal yang dapat diterima umum, bahwa saksi yang semakin dekat dengan sumber akan semakin dipercaya.
Di sisi yang lain, kalau Anda menginginkan bahwa manusia tidak dapat mengerti Tuhan sama sekali karena Tuhan di luar pemikiran manusia, maka konsekuensi yang sama juga terjadi pada Anda, karena Anda juga dapat mempertanyakan bagaimana Anda tahu bahwa apa yang Anda percayai adalah sungguh-sungguh dari Tuhan. Bagi Gereja Katolik, tidak ada pertentangan antara akal budi dan iman, karena keduanya datang dari Tuhan. Akal budi memang terbatas, namun tidaklah bertentangan dengan iman. Dengan kata lain, kalau Gereja Katolik mengutip tokoh-tokoh dari jemaat perdana, maka Gereja Katolik tidak menganggap mereka sebagai saingan Tuhan. Sebaliknya, dari tulisan-tulisan mereka, maka mereka justru menerangkan dengan luar biasa siapa Tuhan itu, dan dalam kehidupan mereka, mereka telah membuktikan kasih mereka kepada Tuhan. Silakan melihat kehidupan seperti St. Teresa dari Kalkuta.
2. Tentang sebutan Allah. Sebenarnya, kalau Anda mencoba mengerti iman Katolik, maka Anda dapat melihat bahwa iman Katolik tidak hanya beriman kepada Allah Putera, namun juga Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Iman Katolik mengambil seluruh wahyu Allah, baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Kalau Anda ingin berdiskusi tentang ke-Allahan Kristus, maka mungkin ada baiknya kalau Anda membaca terlebih dahulu beberapa diskusi panjang tentang hal ini. Kalau Anda pikir bahwa sebutan Allah adalah umum dalam konteks masyarakat Yahudi dan Romawi, silakan menyebutkannya. Dan silakan juga memberikan beberapa bukti seperti ini:
3. Kodrat Yesus: Sungguh Allah dan sungguh manusia. Secara prinsip, walaupun kedua kodrat terikat dalam satu Pribadi, namun masing-masing kodrat menjalankan apa yang sudah seharusnya dilakukan oleh kodrat tersebut. Untuk mengerti secara lebih detil tentang hal ini, Anda dapat membaca artikel tentang Yesus Kristus, sungguh Allah dan sungguh manusia – silakan klik. Prinsip yang lain adalah, kalau kita bingung bukan berarti sesuatu tersebut adalah tidak benar. Kalau kita bingung tentang teori kuantum, bukan berarti teori tersebut tidak benar. Kembali ke Kristologi, menjadi satu kenyataan (yang mengatasi kebingungan kita) bahwa Kristus telah datang sebagai manusia – dan telah dicatat dalam sejarah, termasuk oleh Flavius Josephus, sejarahwan bangsa Yahudi – dan Kristus telah membuktikan bahwa Dia mengklaim dan melakukan tindakan yang hanya mungkin dilakukan oleh Tuhan.
4. Mengapa dengan penderitaan dan salib. Untuk dapat mengerti hal ini, saya mengundang Anda untuk membaca dua artikel ini, yaitu: kesempurnaan rancangan keselamatan Allah – silakan klik dan ini – silakan klik. Dari dua artikel tersebut Anda dapat melihat bahwa Inkarnasi dan jalan salib justru menunjukkan Allah yang maha kasih maha adil, dan maha baik, serta maha bijaksana. Karena Allah adalah sempurna, maka caranya menyalurkan kasih, keadilan, kebaikan, dan kebijaksanaan-Nya juga sempurna. Dan di sinilah, umat Kristen dapat mengatakan bahwa selain Allah itu besar, Dia juga Allah yang immanuel – Allah yang beserta umatnya. Dia mau menderita dan wafat bagi umat-Nya, karena kasih-Nya kepada umat-Nya, yang tidak membiarkan umat-Nya binasa.
Saya mengusulkan, agar diskusi dapat berfokus, maka silakan berfokus pada satu diskusi saja. Semoga diskusi ini dapat berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam kenal Bapak Stefanus Tay,
Terima kasih atas tanggapan anda, semoga Tuhan memberkati anda.
Perkenankan saya menanggapi pendapat anda point demi point,
Point pertama.
Suatu kenyataan tidak dapat dibantah kebenarannya, bahwa Tuhan diluar akal pemikiran manusia.
Akal manusia terbatas dalam mengenal Tuhan, bukan berarti tidak bisa digunakan untuk mengenal Tuhan dengan benar.
Bila akal tidak bisa digunakan mengenali Tuhan, gunakan cara sebaliknya, kenali yang bukan Tuhan dengan akal kita. Karena yg bukan Tuhan seluruhnya berada didalam pemikiran manusia.
Bukan begitu pak ?
Saya setuju dengan pendapat bapak, bahwa untuk memahami Tuhan dengan aman harus dengan apa yg Dia sampaikan sendiri melalui perantara orang2 yg diutusNya untuk menerangkan hal itu.
Informasi ini tersurat dalam kitab2 suci. Ini otoritas yg utama.
Kedua, bersumber dari ajaran yg diterima oleh murid2 sang Utusan, yg menjadi saksi mata terpercaya bagi sang Utusan.
ketiga, dari ajaran orang2 yg mendapat ajaran langsung dari murid2 sang Utusan ketika sang Utusan telah meninggalkan dunia.
Dengan kaidah2 yg harus dijadikan pedoman :
1. otoritas yg dibawah tidak bisa melawan yg diatasnya.
2. Hukum yg lemah tidak bisa menggantikan yg terang.
3. Yg tersirat tidak bisa menggantikan yg tersurat.
Sesuai dengan apa yg anda yakini dalam menerima ajaran2 Kristen, dari Kitab suci, tradisi suci, kemudian Magisterium (pengajaran gereja).
Namun yg menjadi ganjalan bagi saya adalah kaidah2 itu sering dilanggar oleh orang Kristen dalam menyikapi siapa Yesus itu.
Contohnya :
ketika Yesus mengajarkan secara terang, tersurat dalam kitab suci bahwa Tuhan adalah Allah, tidak ada yg selain Dia, dan dia (Yesus) adalah utusan yang diutus Allah, ternyata otoritas dibawahnya menggantinya menjadi Yesus adalah Allah, sehakikat dengan Allah, setara dengan Allah, dll. (sesuatu yg tidak diajarkan dimana-mana oleh Tuhan ataupun Yesus sekalipun)
Ketika Yesus berkata tidak tahu kapan datangnya hari kebangkitan, hanya Bapa saja yg tahu, ternyata otoritas dibawahnya menyatakan sebaliknya, dalam kapasitas manusia Yesus tidak tahu, dalam kapasitas Tuhan dia pasti tahu. (sesuatu yg tidak diajarkan dimana-mana oleh Tuhan ataupun Yesus sekalipun)
Masih banyak yg bisa diambil sebagai contoh yg membuktikan magisterium melakukan penafsiran yg terlalu jauh berbeda tentang ajaran2 Yesus (yang sebenarnya sangat sederhana untuk dipahami dan diterima oleh pembaca awam), menjadi filsafat luar biasa rumit yg tak mungkin dipahami lagi oleh orang awam, kecuali harus menerima atas dasar iman dengan seribu tanda tanya didalam kepala. (apalagi bagi non Kristen).
Terus terang pak Stef, ketika membaca injil yg bertulisan merah (yg konon dianggap sabda Yesus) saya bisa memahami tanpa menimbulkan pertentangan yg banyak dalam keyakinan saya. Tapi ketika membaca ajaran gereja tentang ayat2 sama itu, saya jadi pusing tujuh keliling.
Shalom Yon,
Mungkin yang Anda perlu lihat kembali adalah bahwa Anda menempatkan Kitab Suci lebih tinggi daripada Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Bagi Gereja Katolik, kedudukan tiga pilar ini saling terkait dan tidak ditempatkan bahwa yang satu lebih tinggi dari yang lain. Sebagai contoh dalam kasus yang Anda kemukakan, yaitu tentang hari dan saatnya bahwa tidak ada seorangpun yang tahu termasuk Anak (lih. Mat 24:36), maka Tradisi Suci dan Magisterium Gereja membantu umat Allah untuk dapat mengartikan hal ini dengan benar. Menjadi satu prinsip bahwa mengartikan Kitab Suci tidak dapat melihatnya hanya sepotong ayat, namun melihat konteks keseluruhan dari Kitab Suci, melihat Tradisi yang hidup dan juga anologi iman. Dengan mempertimbangkan semua ini, maka kita dapat melihat bahwa secara keseluruhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Allah. Silakan melihat beberapa artikel tentang kristologi di katolisitas. Dan dari prinsip Kristus sebagai Allah, maka penafsiran ayat Mat 24:36 dipandang dalam konteks ini, yang diperkuat dengan apa yang dipercayai oleh jemaat perdana melalui tulisan-tulisan mereka serta keputusan-keputusan Magisterium Gereja.
Justru kalau kita tidak mempertimbangkan Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, maka seseorang dapat terjebak pada kesalahan yang fatal. Sebagai contoh, pengajaran Sang Roti Hidup, di mana Yesus mengatakan bahwa barangsiapa makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya akan mendapatkan kehidupan kekal (lih. Yoh 6:54). Secara literal, seharusnya seseorang harus percaya akan perintah Kristus ini, namun orang yang tidak mempunyai rujukan kepada Tradisi Suci dan Magisterium Gereja dapat mempunyai interpretasi yang berbeda. Saya tidak tahu apakah agama Anda. Kalau Anda non-Kristen, maka contoh ini terlalu jauh bagi Anda. Namun, contoh lain, kita dapat melihat misalkan ketika Kristus mengatakan “Aku adalah jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh jn 14:6). Semoga hal ini dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Munculnya nama bangsa Isreal ialah ketika Yesus mengakui kehebatan Yakub dalam perkelahian semalam suntuk hingga matahari terbit.
Dan Yakub pun mendapat 3 keuntungan :
1. Meraih kemenangan
2. Diberkati Yesus
3. Melihat wajah Tuhan
Terus terang saya masih bingung mengapa Yesus berkelahi dengan nabi-Nya?
Lalu kalah dalam pertarungan itu, apakah Tuhan Yesus sedang berpura-pura?
Mohon pencerahannya. GBU.
[Dari Katolisitas: Pergulatan itu bukan antara Yakub dengan Yesus. Kitab Kejadian 32:24-28 tidak menyebut apapun tentang Yesus. Pembahasan tentang hal ini, silakan klik di sini.]
dua kodrat yang tak terpisahkan,..(?)
lalu pada saat disalib, apakah kedua kodrat itu sama-sama ikut tersalib?
bagaimana dengan teriakan yesus “eli, eli, lama sabakhtani”
dan bagaimana pula konsep penebusan dosa yang mustahil dilakukan oleh manusia, kaitannya dengan penyaliban yesus (kodrat manusia + kodrat ketuhanan)
mohon pencerahannya
thanks before
Salam, Andreas Patty
Anda benar bahwa selama hidup di dunia, Kristus memiliki dua kodrat yang tidak terpisahkan, termasuk ketika disalib. Demikianlah yang diimani oleh Gereja Katolik : “Segala sesuatu yang ada pada kodrat manusiawi Kristus harus dikenakan kepada Pribadi Ilahinya sebagai pembawaNya yang sebenarnya, bukan hanya karena mukizat-mukjizat, melainkan juga penderitaan dan malahan juga kematian, karena ‘Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan dalam daging adalah sungguh Allah dan Tuhan kemuliaan dan satu dari Tritunggal Mahakudus'” (KGK 468). St. Paulus juga menunjukkan bahwa Kristus tidak dikenal oleh dunia, sebab jika mereka mengenalNya, mereka tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia (1 Kor 2:8).
Teriakan Yesus di salib,”Eloi, eloi, lama sabakhtani!” tidak dapat kita tafsirkan sebagai kejadian dimana Allah Bapa meninggalkan Kristus. Allah Tritunggal bersatu dalam ikatan paling sempurna sehingga tidak mungkin terpisah satu sama lain. Teriakan tersebut adalah cerminan dari “betapa Kristus secara mesra merangkul kita -yang hidup jauh dari Allah karena dosa-dosa kita- sehingga Ia mengatakan atas nama kita : “Eloi,Eloi, lama sabakhtani” (KGK 603). Dengan kata lain, solidaritas Kristus terhadap manusia yang berdosa begitu mendalam sehingga teriakanNya mewakili manusia berdosa, yang begitu jauh dari Allah. Selain itu, doa tersebut juga adalah doa pengharapan dari kodrat kemanusiaan Kristus kepada Allah Bapa, yang diambil dari Mazmur 22.
Di zaman Yesus, adalah jamak bagi orang Yahudi untuk dapat mengingat Mazmur. Pada waktu seseorang memulai sebuah Mazmur, ini berarti orang tersebut berniat untuk menyatakan Mazmur tersebut sampai selesai. Karena keterbatasan fisik Yesus pada saat disalibkan (NB: pada saat seorang disalibkan, setiap tarikan nafas merupakan suatu siksaan), Dia hanya mengucapkan satu baris dari Mazmur 22. Oleh karena itu, umat Katolik percaya bahwa Yesus menyatakan Mazmur 22 secara keseluruhan, yang merupakan suatu pernyataan akan kemenangan Tuhan terhadap segala penderitaan dan juga termasuk kematian. Hal ini dapat dilihat bahwa Yesus mengutip Mazmur, di mana pada permulaan Mazmur dikatakan, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? …” (Mz 22:1) dan kemudian diakhiri dengan seruan pujian kepada Tuhan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah ayat-ayat dari Mzm 22:
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud.
1) Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.
2) Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.
3) Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.
4) Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka.
5) Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.
6) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak.
7) Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya:
(8) “Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?”
9) Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku.
10) Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku.
11) Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.
12) Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku;
13) mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum.
14) Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku;
15) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku.
16) Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku.
17) Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku.
18) Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.
19) Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!
20) Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing.
21) Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku!
22) Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah:
23) kamu yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!
24) Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.
25) Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia.
26) Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!
27) Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya.
28) Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa.
29) Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup.
30) Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang.
31) Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya.
Apabila kita berbuat salah kepada seseorang, kita harus menanggung konsekuensi, bukan? Melakukan kesalahan kepada tetangga tentu saja memiliki konsekuensi yang berbeda dengan melakukan kesalahan kepada Presiden. Begitu pula, konsekuensi yang harus ditanggung ketika melakukan kesalahan kepada Allah demikian besar sehingga hanya Allah sendiri yang dapat menebusnya. Oleh sebab itu, Kristus menjelma menjadi manusia untuk melaksanakan penebusan tersebut. Penebusan dosa oleh Kristus, sekalipun merangkul kodrat manusia, adalah mungkin karena Kristus merupakan Imam Agung Pembawa Kurban sekaligus Sang Kurban yang berkenan kepada Allah Bapa (Ibr 7:26-27;10:8-10). Ia sama dengan manusia dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa (Ibr 4:15). Dengan demikian, hanya Kristus, satu-satunya manusia benar, yang dapat mempersembahkan Kurban Sejati untuk penghapusan dosa manusia. Semoga penjelasan mengenai kodrat ganda Kristus, teriakan Yesus di salib, dan penebusan dosa oleh Kristus sebagai manusia dapat membantu anda.
Silakan untuk membaca artikel-artikel berikut ini yang masih berhubungan dengan topik yang Anda tanyakan ini:
“Eli, Eli Lama sabakhtani?” dan mengapa Yesus berdoa?
Yesus Sungguh Allah Sungguh Manusia
The Tome of Leo
Pax Christi,
Ioannes
Terima kasih atas jawaban anda
Banyak yang sebenarnya ingin saya tanyakan, namun pertanyaan, saya batasi khusus untuk penebusan dosa.
1. Sebenarnya Adam berdosa kepada siapa? kepada Allah, Allah yang mana? Bapa?, Putra?, atau Roh Kudus? atau kepada ketiganya?
2. Kalau Adam berdosa kepada salah satu dari Pribadi Allah, katakanlah kepada Bapa, LAYAKKAH Sang Bapa mengorbankan Putra-Nya untuk menebus dosanya (Adam dan keturunannya)?
Saya tidak tanya mengapa, tapi layakkah?….
Misalnya, anda mempunyai anak sematawayang, kemudian saya berbuat salah kepada keluarga anda, sebagai sang bapak, LAYAKKAH anda merencanakan pembunuhan anak anda sendiri untuk menebus kesalahan saya atas keluarga anda, hanya karena alasan bahwa anda begitu menyayangi saya? layakkah?
3. Pantaskah seorang yang tertipu (Adam), harus diputus hubungannya dari Sang Maha Adil bahkan sampai kepada seluruh keturunannya harus menanggung keterpisahan itu? pantaskah? mengapa?
Kalau ia (adam) sebagai korban penipuan iblis harus menanggung keterpisahan itu, mungkin dapat diterima walau harus dengan berat hati, tetapi kalau anak keturunnannya yang tidak tahu menahu bahkan tak terlibat sekalipun harus menaggung keterpisahan itu, dimanakah Keadilan dari Sang Maha Adil pada saat Ia menjatuhkan vonis untuk ketrurunan sang tertipu itu?
Mungkin itu saja dulu pertanyaan saya, walau masih banyak pertanyaan yang merontak dalam diri saya,…
Terima kasih sebelumnya.
Shalom Andreas,
Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. Adam berdosa terhadap Allah yang adalah Tritunggal Maha Kudus. Kita harus mengingat bahwa tidak ada satu waktupun satu Pribadi dari Trinitas terpisah dari Pribadi lainnya.
2 dan 3. Allah Bapa merelakan Putera-Nya untuk menebus dosa umat manusia karena memang manusia tidak mempunyai kekuatan untuk melepaskan diri dari belenggu dosa. Bahwa Allah merelakan Putera-Nya untuk menebus dosa dunia dengan penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga sebenarnya menunjukkan hakekat Allah yang penuh belas kasih. Di satu sisi, Allah juga maha adil. Misteri inkarnasi menjawab dan mengungkapkan hakekat Allah yang maha adil dan maha kasih. Penjelasan panjang lebar tentang hal ini pernah ditulis di sini – silakan klik. Silakan membaca terlebih dahulu link tersebut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Kalo Yesus Allah, Allah mana yg mengutus dia? tidakkah Yesus adalah utusan Allah seperti pengakuannya dalam Yoh 6:29, jawaban dari Yoh 6:28.
[dari katolisitas: Silakan melihat jawabannya di link ini: silakan klik.]
Dia yang membuat hukum,ketika hukum NYA di langgar adam dan hawa, maka semua manusia berdosa,kemudian dia turun ke dunia untuk menebus dosa dari aturan yang DIA buat sendiri…ini skenario yang sangat lucu menurut saya….
[dari katolisitas: Menurut kami ini adalah skenario yang sungguh luar biasa dan bijaksana. Dia mampu mendatangkan kebaikan dari keburukan yang bukan disebabkan oleh-Nya. Silakan membaca artikel ini – silakan klik]
Berikut adalah bukti yang diminta oleh Saudara/i non Kristen …
KITAB PERJANJIAN LAMA :
Ke-Allahan-Nya dapat dibuktikan dengan kedatangan-Nya yang dinubuatkan oleh para nabi dari generasi ke generasi;
# Kelahiran-Nya (lih. Yes 7:14, 9:6-8, 11:1-2, Mik 5:2),
# Kehidupan-Nya yang membuat banyak mukjizat (Yes 29:18, 35:5-6, 61:1; bdk. Mat 11:5; Luk 4:18; Mat 15:30),
# Penderitaan dan kematian-Nya (Yes 42, 49:6-9, 50:6, 53:3-7).
– Yesus menyatakan ke-Allahan-Nya juga dengan mengajar dan memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri– bukan dengan mengatakan “Beginilah firman Tuhan…. ” (Kel 4:22; 5:1; Yos 24:2; Hak 6:8; 1Sam 10:18, dst) seperti yg dikatakan oleh para nabi,
namun Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu…” (Matius 5-7, dan dibanyak ksmptan yg lain).
———————————————————-
KITAB PERJANJIAN BARU (DI DALAM 4 KITAB INJIL; Matius, Markus, Lukas, Yohanes)
# Pengakuan Elisabet (Luk 1:43),
# Pengakuan Rasul Yohanes Penginjil (Yoh 1:1-10, 14),
# Pengakuan Nabi Yohanes Pembaptis (Mat 3:11, Mrk 1:7, Luk 3:16, Yoh 1:26-27),
– Dengan perkataan-Nya, Yesus menyatakan diri-Nya bahwa Ia adalah Tuhan. “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan… ” (Yoh 13:13), dan Dia adalah Tuhan atas hari sabat (Mat 12:6, 8,
– Yesus juga menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan dengan menyatakan bahwa Ia berdiam di dalam hati setiap orang, terutama dalam mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan, dan bahwa semua orang kelak akan dihakimi atas dasar perbuatannya terhadap mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan itu, sebab dengan perbuatan tersebut mereka memperlakukan Dia (Mat 25:31-46),
– Yesus juga melakukan begitu banyak mukjizat:
‘Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta (Mat 8:1-4)
‘Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (Mat 8:5-13)
‘Yesus meredakan badai angin ribut (Mat 8:23-27, Mrk 4:39-41)
‘Yesus menyembuhkan dua orang yang kerasukan (Mat 8:28-34)
‘Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Mat 9:1-8)
‘Yesus menyembuhkan mata dua orang buta (Matius 9:27-31)
‘Yesus menyembuhkan seorang bisu (Matius 9:32-34)
‘Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (Mat 12:9-15a)
‘Yesus menyembuhkan seorang yang kerasukan setan (Mat 12:9-15a, Mrk 5, 1-20)
‘Yesus memberi makan lima ribu orang (Mat 14:13-21, Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13)
‘Yesus berjalan di atas air (Mat 14:22-33, Mrk 6:45-52)
‘Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret (Mat 14:34-36)
‘Yesus menyembuhkan anak perempuan seorang perempuan Kanaan (Mat 15:22-28)
‘Yesus menyembuhkan banyak orang sakit (Mat 15:29-31)
‘Yesus memberi makan empat ribu orang (Mat 15:32-39, Mrk 6:30-44)
‘Yesus menyembuhkan seorang anak muda yang sakit ayan (Mat 17:14-18)
‘Yesus membayar bea untuk Bait Allah (Mat 17:27)
‘Yesus menyembuhkan dua orang buta (Mat 20:29-34)
‘Yesus mengutuk pohon ara (Mat 21:18-19)
‘Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain (Mrk 1:29-34, Mat 8:14-17)
‘Yesus membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sedang sakit pendarahan (Mrk 5:21-43)
‘Yesus membangkitkan orang mati anak seorang janda (Luk 7:14)
‘Yesus menyembuhkan telinga Malkhus yang putus (Luk 22:50-51)
‘Yesus membangkitkan Lazarus (Yoh 11:39-44)
‘Yesus mengubah air menjadi anggur (Yoh 2:1-10)
‘Yesus memberikan hasil tangkapan ikan yang luar biasa (Yoh 21:4-6)
‘Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19),
– Yesus menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah karena Yesus berkuasa untuk mengampuni dosa (Mat 9:2-8; Mrk 2:3-12; Luk 5:24, Luk 7:48),
– Yesus mengatakan bahwa Dia mampu memberikan hidup yang kekal (Yoh 10:28), jika meminta dalam nama-Nya; Dia akan melakukannya (Yoh 14:14), di dalam nama yg tidak dikenal sebelumnya (Yoh 17:25-26),
– Yesus memberikan kuasa kepada para murid untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan (Mat 10:1), dan mengikat ajaran & perintahnya bersama dgn Kebijakan Petrus di dalam satu kesatuan yaitu Gereja (Mat 16:18-19),
– Yesus tidak menolak ketika Thomas mengatakan, “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28), tidak menolak ketika Dia disembah oleh para murid (Mat 28:16-17) dan seorang buta (Mat 20:29-31),
– Dengan cara-Nya sendiri Yesus menyatakan diri-Nya adalah Sang Yahweh, terutama dengan mengatakan bahwa diri-Nya adalah, “Aku adalah Aku/ I am who am”, yang adalah sinonim/ persamaan arti kata ‘Yahweh’ itu sendiri. Karena klaim ke-Allahan inilah, maka Yesus hendak dibunuh dan dilempari batu oleh orang-orang Yahudi (Yoh 10:33),
– Ia dan Bapa adalah satu (Yoh 10:30, 14:20, 17:22), memerintahkan para murid membaptis setiap orang dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus (Mat 28:19), Dia bekerja seperti Bapa; Menghidupkan siapapun yang dikehendakiNya; Bapa tidak menghakimi namun penghakiman telah diserahkan kepadaNya (Yoh 5:17-22),
– Yesus menjelaskan bhw Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yoh 18:36-37), sebelum Abraham jadi; Ia telah ada (Yoh 8:58), Kemuliaan-Nya telah ada sblm dunia jadi (Yoh 17:5),
– Yesus mengatakan bhw siapapun yang telah melihat Dia, juga telah melihat Bapa (Yoh 14:9-10),
– Dan akhirnya dalam Kitab Wahyu digambarkan bahwa Yesus bertahta dalam kemuliaan dan seluruh ciptaan menyembah-Nya (Why 5:13-14).
Silahkan kawan2 membaca beberapa ayat tersebut, dan semoga dapat menerangkan ayat-ayat yang mendukung ke-Allahan Yesus itu.
Sprt yg dibilang Katolisitas.org sblm2nya, bhw untuk mereka yg berargumentasi bhw Yesus tidak mengatakan: “Akulah Tuhan maka sembahlah Aku”, adalah sama dengan seseorang yang tidak mempercayai Bill Gates adalah orang terkaya di dunia, karena dia tidak pernah mengatakan bahwa ” Akulah orang terkaya, akuilah itu”.
Kalau hal2 sprt ini masih dianggap sebatas keniscayaan, apalagi jika dilihat dari kacamata kuda & dgn cangkir yg penuh, tentunya kebenaran tdk akan pernah ditemui. Memang Tuhan yang MAHA KUASA selalu punya cara yg tidak mampu kita pahami dengan keterbatasan otak manusia ciptaan-Nya.
Semoga sdra/i mendapatkan hidayah atas kerinduannya. Berdoalah +
Bila memang Injil adalah Kitab yang di diwahyukan oleh Tuhan,Pasti yang tidak akan kontradiktif/berbenturan satu dengan yang lainnya.Semakin di kaji semakin Sy Bingung.Apakah Yesus adalah Tuhan..??? Sepertinya Injil di buat oleh pemeikiran manusia yang tak bertanggung jawab..
Bila Memang Yesus adalah Tuhan mengapa..???????????????
INJIL BAHWA YESUS BUKAN TUHAN
Matius 10 : 34-36
“Engkau harus menyembah Tuhan, ALLAH-mu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti”
Ulangan 4 : 35
“Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui bahwa Tuhanlah ALLAH tidak ada yag lain kecuali Dia”
Markus 12 : 29
Jawab Yesus :”Hukum yang terutama ialah Dengarlah hai orang-orang Israel, Tuhan ALLAH kita, Tuhan itu Esa”
Lukas 6 : 12
“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman ia berdoa kepada ALLAH”
Apakah Doktrin Trinitas memang Murni dari Wahyu Allah..?
Matius 4 : 10
Engkau harus menyembah Tuhan, ALLAH-mu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti”
Ulangan 4 : 39
Sebab ketahuilah bahwa pada hari ini dan camkanlah bahwa Tuhanlah ALLAH yang di langit dan di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain”
Shalom Muallaf,
Sebenarnya, kalau kita membaca Kitab Suci, tidak ada yang dibingungkan dengan kodrat Yesus, yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Menjadi bingung kalau kita bersikeras bahwa Yesus sungguh Allah saja atau Yesus sungguh manusia saja. Tidak ada yang menyangkal bahwa Kitab Suci membuktikan bahwa Yesus adalah manusia, sehingga Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus adalah sungguh manusia. Namun, Kitab Suci yang sama juga membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan, sehingga Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa Kristus mempunyai kodrat Allah. Ke-Allahan-Nya dapat dibuktikan dengan kedatangan-Nya yang dinubuatkan oleh para nabi dari generasi ke generasi: Kelahiran-Nya (lih. Mik 5:2), kehidupan-Nya yang membuat banyak mukjizat (lih. Yes 29:18, 35:5-6, 61:1; bdk. Mat 11:5; Luk 4:18; Mat 15:30), penderitaan dan kematian-Nya (lih. Yes 42, 49, 50, 53). Yesus menyatakan ke-Allahan-Nya juga dengan mengajar dan memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri -bukan dengan mengatakan “Beginilah firman Tuhan…. ” (Kel 4:22; 5:1; Yos 24:2; Hak 6:8; 1Sam 10:18, dst) seperti dikatakan oleh para nabi, namun Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu…” (lih. Mat 5-6). Dengan perkataan-Nya, Yesus menyatakan diri-Nya bahwa Ia adalah Tuhan. “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan… ” (Yoh 13:13). Yesus juga menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan dengan menyatakan bahwa Ia berdiam di dalam hati setiap orang, terutama dalam mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan, dan bahwa semua orang kelak akan dihakimi atas dasar perbuatannya terhadap mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan itu, sebab dengan perbuatan tersebut mereka memperlakukan Dia (lih. Mat 25:31-46). Yesus juga melakukan begitu banyak mukjizat seperti menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41), menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16, 9:18-38, 14:36, 15: 29-31), memperbanyak roti untuk ribuan orang (Mat 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19). Yesus juga menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah karena Yesus berkuasa untuk mengampuni dosa (lih. Mat 9:2-8; Mrk 2:3-12; Luk 5:24, Luk 7:48); Kristus juga mengatakan bahwa Dia mampu memberikan hidup yang kekal (lih. Yoh 10:28) dan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30). Dengan cara-Nya sendiri Yesus menyatakan diri-Nya adalah Sang Yahweh, terutama dengan mengatakan bahwa diri-Nya adalah, “Aku adalah Aku/ I am who am”, yang adalah sinonim/ persamaan arti kata ‘Yahweh’ itu sendiri. Karena klaim ke-Allahan inilah, maka Yesus hendak dibunuh dan dilempari batu oleh orang-orang Yahudi (lih. Yoh 10:33). Selanjutnya, Yesus sendiri tidak menolak ketika Rasul Tomas mengatakan, “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28) dan tidak menolak ketika Dia disembah oleh para murid (lih. Mat 28:16-17). Dan akhirnya dalam Kitab Wahyu digambarkan bahwa Yesus bertahta dalam kemuliaan dan seluruh ciptaan menyembah-Nya (lih. Why 5:13-14).
Jadi, silakan membaca beberapa ayat tersebut, dan silakan menerangkan ayat-ayat yang mendukung ke-Allahan Yesus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dengan Hormat
Saya masih bingung dengan bagaimana dua hal yang mustahil bersatu secara substansi bisa wujud. maksud saya, Tuhan adalah entitas yang serba maha dan tidak memiliki kelemahan serta merupakan sang pencipta, sedangkan manusia adalah jelas merupakan ciptaan yang mempunyai banyak keterbatasan dan kelemahan (meski di konsili nicea dikatakan bahwa Yesus bukan diciptakan tapi dilahirkan, yang mana menurut saya juga aneh kerena secara prinsip semua yang dilahirkan otomatis juga merupakan ciptaan, karena hanya ciptaan/makhluk yang melahirkan dan dilahirkan). dua hal tersebut kontradiktif dan saling menafikan. Jika tidak punya kelemahan maka tidak mungkin sekaligus juga lemah. Jika Maha tahu maka tidak mungkin tidak tahu (meski sesaatpun). Jika dikatakan bahwa Yesus juga sungguh-sungguh manusia, apakah Yesus juga bisa bereproduksi sebagaimana manusia?
NB: maaf jika kata-kata kami kurang sopan atau menyinggung.
Shalom Jbro,
Prinsip pertama adalah kita melihat bahwa keberadaan Pribadi ke-2 dari Trinitas, yaitu Yesus bukanlah dimulai pada saat Dia mengambil kodrat manusia dalam peristiwa Inkarnasi. Karena sebelum Abraham, Dia telah ada (lih. Yoh 8:58) dan pada mulanya, Dia adalah Firman yang bersama-sama dengan Allah dan Dia adalah Allah (lih. Yoh 1:1). Jadi, Kristus adalah kekal, karena Allah adalah kekal. Keberadaan-Nya yang kekal dan tak terbatas baru menjadi terbatas ketika Dia sendiri mengambil kodrat manusia, yang dilakukan-Nya untuk menyelamatkan manusia. Silakan melihat artikel ini – silakan klik. Inkarnasi bukanlah Allah berhenti menjadi Allah, namun Allah mengambil kodrat manusia dengan tetap mempertahankan ke-Allahan-Nya. Dengan demikian tidak ada kontradiksi. Akan menjadi kontradiksi kalau dengan menjadi manusia, maka Allah berhenti menjadi Allah. Kalau kita mempercayai bahwa Allah adalah maha dalam segalanya, maka bagaimana mungkin kita berfikir bahwa Allah tidak dapat menjadi manusia tanpa kehilangan kodrat Allah-Nya? Dua kodrat – sungguh Allah dan sungguh manusia – dalam pribadi Yesus tidaklah saling bertentangan, karena masing-masing kodrat melakukan apa yang sepantasnya dilakukan oleh kodrat tersebut. Sebagai contoh, Kristus melakukan apa yang menjadi kodrat Allah: melakukan mukjizat dalam nama-Nya sendiri, memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri, mengampuni dosa dalam nama-Nya sendiri. Namun, Dia juga melakukan dan mengalami apa yang menjadi kodrat manusia (sejauh menunjang misi-Nya untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa), seperti: Dia dapat menderita, Dia harus bekerja, Dia mengalami kehausan dan kelaparan, Dia dapat wafat (dalam pengertian keterpisahan tubuh dan jiwa). Tentu saja Yesus juga dapat memberikan keturunan, namun hal ini tidaklah menunjang misi yang diemban-Nya, sehingga tidak dilakukan. Dia sama dengan manusia seperti kita, kecuali dalam hal dosa.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dear, Mr. Stefanus Tay
mohon maaf sebelumnya, tetapi saya belum bisa secara jelas menemukan jawaban pertanyaan saya sebelumnya. pada jawaban di atas, anda mengatakan bahwa ” Keberadaan-Nya yang kekal dan tak terbatas baru menjadi terbatas ketika Dia sendiri mengambil kodrat manusia, yang dilakukan-Nya untuk menyelamatkan manusia”. bagaimana mungkin sesuatu yang tak terbatas bisa menjadi terbatas? bukankah ini paradoks? jika Kristus “sempat mengalami keterbatasan” konsekuensi logisnya adalah Ia berarti bukan “Tak terbatas” karena sesuatu yang tak terbatas, tidak akan mengenal keterbatasan.
selanjutnya, pernyataan anda “Kalau kita mempercayai bahwa Allah adalah maha dalam segalanya, maka bagaimana mungkin kita berfikir bahwa Allah tidak dapat menjadi manusia tanpa kehilangan kodrat Allah-Nya?”
Saya pernah mendapat pertanyaan yang tricky yaitu “bisakah Tuhan menciptakan sesuatu yang tidak bisa diangkatnya?” jika anda menggunakan logika di atas, maka jawaban pertanyaan tricky tersebut adalah “bisa”. konsekuensi logis dari jawaban “bisa” adalah Tuhan itu lemah karena ada sesuatu yang tidak bisa diangkatnya. mohon penjelasannya.
terima ksih sebelumnnya atas perhatian dan jawaban bapak.
Shalom Jbro,
Sebenarnya tidak ada pertentangan antara “yang tidak terbatas” menjadi “terbatas”, selama kedua hal tersebut tidak “menjadi” dan “tidak menjadi” dengan cara dan dalam waktu yang sama. Dengan kata lain, ketidakterbatasan Kristus adalah karena memang Dia adalah Allah yang tak terbatas. Di satu sisi, dengan mengambil kodrat sebagai manusia yang terbatas, maka Dia menjadi terbatas. Dengan kata lain, ketidakterbatasan Kristus adalah karena kodrat Allah-Nya, dan keterbatasan Kristus adalah karena kodrat manusia-Nya. Hal ini mungkin dapat digambarkan dalam diri manusia, yang mempunyai tubuh yang fana dan terbatas, namun mempunyai jiwa yang kekal dan dapat dikatakan tak terikat waktu dan tempat. Pikiran manusia dapat melayang mengingat kejadian di masa lampau, yang terjadi di tempat yang lain.
Pertanyaan yang saya ajukan adalah berbeda dengan pertanyaan jebakan, karena saya telah memberikan argumentasi bahwa Kristus, Allah yang menjadi manusia adalah tetap Allah namun mengambil kodrat manusia. Dia tidak pernah kehilangan kodrat ke-Allahan-Nya. Sedangkan pertanyaan tentang apakah Tuhan dapat menciptakan batu yang tidak dapat diangkat-Nya telah bertentangan dengan prinsip non-kontradiksi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dear Mr. Stefanus Tay
terima kasih atas penjelasannya. jika anda mencermati argumen anda sendiri tentunya anda sudah mengerti mengapa saya menyatakan bahwa yang “tidak terbatas” tidak mungkin “terbatas”. karena jika itu terjadi hal itu akan bertentangan dengan prinsip non-kontradiksi. jadi pada dasarnya, pendapat bahwa Tuhan bisa “menjadi” atau “berbagi wujud” dengan makhluk juga bertentangan dengan prinsip non-kontradiksi.
pertanyaan saya tentang apakah Tuhan bisa menciptakan sesuatu yang tidak bisa diangkatnya bukan bermaksud menjebak karena saya sudah menjelaskan pada anda bahwa tidak ada jawaban untuk pertanyaan itu karena pertanyaan itu sendiri tidak valid. saya hanya ingin menganalogikan pertanyaan tersebut dengan doktrin bahwa Yesus itu Tuhan dan sekaligus manusia.
Terima kasih dan mohon maaf bila perkataan saya ada yang kurang berkenan.
NB: saya sangat senang dengan para penagasuh situs ini yang telah memberikan perhatian dan tanggapan terhadap tulisan dan pertanyaan saya. semoga diskusi kita bisa bermanfaat.
Shalom Jbro,
Sebenarnya kalau Anda mencermati argumentasi yang saya berikan, maka perbandingannya adalah bukan dari “tak terbatas” menjadi “terbatas”, namun seharusnya dari “tak terbatas” menjadi “tak terbatas dan sekaligus terbatas”. Dengan demikian, yang tak terbatas bukanlah kehilangan ketakterbatasannya, namun masih mempertahankan ketakterbatasannya sekaligus mengambil kodrat yang terbatas. Menjadi “tak terbatas” dan “terbatas” akan menjadi kontradiksi kalau pada saat yang sama dan dengan cara yang sama.
Kalau kita melihat Kristus, maka kita melihat bahwa Allah yang tak terbatas menjadi daging tanpa kehilangan ke-Allahan-Nya. Dia tak terbatas dalam segala hal, termasuk kekuatan-Nya, pengetahuan-Nya, dll. Itulah kodrat-Nya sebagai Allah. Namun, karena Dia mengambil rupa manusia, maka ketidak terbatasan-Nya juga ada di dalam tubuh yang terbatas. Dan itulah kodrat-Nya sebagai manusia. Dengan demikian, Gereja Katolik mengajarkan bahwa dalam penjelmaaan-Nya menjadi manusia, Kristus mempunyai dua kodrat: kodrat Allah dan kodrat manusia. Jadi, sekali lagi saya ingin memberikan penekanan bahwa Allah menjadi manusia tidaklah bertentangan dengan prinsip non-contradiction, karena Allah tidak berhenti menjadi Allah, atau Allah yang tak terbatas tidak meninggalkan kodrat-Nya yang tak terbatas. Namun, Dia mengambil rupa manusia, yang memang terbatas dalam waktu dan ruang. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.or
Dear Mr. Stef
sekali lagi, saya sangat berterima kasih anda masih mau dan sabar dalam melayani pertanyaan2 saya. saya tidak akan menambah pertanyaan baru, namun hanya akan mengomentari pernyataan anda.
anda menyatakan perubahan yang terjadi adalah dari “tak terbatas” menjadi “tak terbatas dan sekaligus terbatas”.
dari pernyataan anda saya dapat simpulkan bahwa Yesus ketika di dunia berada dalam kondisi “tak terbatas sekaligus terbatas” dalam waktu yang sama. hal ini jelas melanggar prinsip non-kontradiksi sesuai pernyataan anda bahwa “Menjadi “tak terbatas” dan “terbatas” akan menjadi kontradiksi kalau pada saat yang sama”
itulah yang saya dan logika saya pahami, mohon koreksi jika pemahaman saya keliru.
Terima Kasih
Salam Jbro,
Pertama, saya minta maaf, karena keterbatasan waktu, ini adalah tanggapan saya yang terakhir. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan. Dalam Kristus, dari ‘tak terbatas’ menjadi ‘tak terbatas sekaligus terbatas’ tidak melanggar prinsip non-contradiction, karena walaupun dalam waktu yang sama, namun tidak dilakukan dengan cara yang sama. Ingat, bahwa prinsip non-contradiction adalah sesuatu tidak dapat menjadi dan tidak menjadi pada waktu yang sama dan dengan cara yang sama. Cara yang sama inilah yang tidak memenuhi pertentangan ini. Sebagai contoh, saya dapat menimbang 1 kg buah apel dan terdiri dari 5 buah apel. Namun, kalau saya masukkan apel-apel yang sama ke dalam oven selama setengah jam, sehingga kandungan air di dalam apel tersebut berkurang, maka bobotnya akan berubah. Jadi ketika saya timbang lagi, 5 apel yang sama – setelah melalui proses masuk ke dalam oven – ternyata kurang dari 1 kg. Atau contoh yang lain, ketika apel-apel tersebut mau ditimbang lagi, saya masukkan besi kecil di dalam 5 apel, maka timbangannya akan menjadi lebih dari 1 kg. Mengapa? Karena caranya berbeda. Itu bukan apel-apel yang sama walaupun mungkin terlihat sama.
Dari contoh di atas, maka Yesus yang sebelum inkarnasi adalah ‘tak terbatas’ dan pada waktu inkarnasi menjadi ‘tak terbatas sekaligus terbatas’ tidak melanggar prinsip non-contradiction. Ketakterbatasan dari Yesus adalah karena ke-Allahan-Nya, sedangkan keterbatasan dari Yesus adalah karena kemanusiaan-Nya. Akan menjadi bertentangan kalau Yesus yang adalah Roh adalah ‘tak terbatas’, dan dengan keadaan Roh yang sama kemudian menjadi ‘terbatas’. Namun, dalam Inkarnasi, Yesus mengambil kodrat yang baru, yaitu kodrat manusia, yang memang terbatas, tanpa meninggalkan kodrat ke-Allahan-Nya yang tak terbatas. Semoga keterangan ini dapat menjelaskan keberatan Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Maaf, menurut saya Allah yang tak terbatas mau merendahkan diri menjadi yang terbatas(manusia) itu bukan suatu hal yang aneh. Memang Allah tak terbatas, tapi dalam diri Yesus, Allah tidak menggunakan ke “tak terbatas”an-Nya. Allah bekerja/melakukan/merasakan semua hal yang ada dengan hidup menjadi manusia yang “terbatas”. Ini merupakan tindakan kasih yang luar biasa, dimana Allah mau merasakan apa yang dialami oleh umatNya(kita manusia). Kasih memang kadang terlihat kurang logis. Yesus yang adalah Allah, mau mati di kayu salib (yang penuh kutuk dan derita), sementara Dia sendiri sebenarnya tidak berdosa. Memang terlihat aneh, tapi itulah kasih, dan hanya dengan belajar kasihlah kita akan mengerti mengapa Yesus melakukan itu.
Wakakakakakakak…
Sungguh Anda Memaksakan Sesuatu yg Sudah Jelas terang benderang Kekurangannya, dan di Definisikan Sesuai kemauan Pribadi anda yang telah Terdoktrin Gereja Katholik…
Mohon maaf,
Ini agak lucu menurut saya..
[dari katolisitas: Menjadi hak Anda untuk menganggap sebuah jawaban yang serius adalah lucu. Dan tentu saja kami tidak perlu menanggapi tanggapan Anda yang tidak memberikan argumentasi apapun]
syalom, komentar saya apapun sebutanNya, Tuhan itu berfungsi sebagai penghapus aib/kenajisan manusia. mungkin yang tadinya tidak dapat berbuat baik menjadi bisa karena Tuhan, bukan karena kehebatan orang tersebut. kalau di pikir pikir, kalaupun daun jatuh tokh atas se ijin Tuhan juga Khan. semoga ada hubungannya.
Salam Pardohar
[Dari Katolisitas: Tuhan itu Sang Pencipta, yang menyelamatkan dan menguduskan kita. Inilah yang kita ketahui dalam pewahyuan Allah Tritunggal, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kristus adalah Putera Allah yang menyelamatkan, yang melakukan karya keselamatan itu dalam kesatuan-Nya dengan Allah Bapa dan Roh Kudus.]
Perbincangan yang sia-sia !
Hanya dengan keimanan yang pintar kita bisa memahami bahwa YESUS adalah Tuhan.
Percuma jika kita berdebat dengan menghasilkan kesia-siaan.
Kita sebagai umat Nasrani atau anak-anak Kristus tetaplah melangkah dalam firmanNya,dan percayakanlah segalanya kepada Guru dan Tuhan(Yohanes 13:13 = Akukah Guru dan T uhan) kita yang selalu mengajarkan kebaikan dan Kasih.
Haleluya Yesus…
[dari katolisitas: Terima kasih atas komentarnya. Bagi Anda mungkin pembicaraan ini terlihat sia-sia, namun bagi sebagian orang mungkin diskusi ini dapat membawa seseorang lebih dekat kepada Kristus. Kita juga jangan melupakan bahwa iman timbul dari pendengaran (lih. Rm 10:17)]
9 PERTANYAAN, KRISTEN Tak BISA MENJAWAB ?
1. Mana pengakuan Yesus di dalam Alkitab bahwa dia beragama Kristen ?
Semua pengikut Yesus pasti mengakui bahwa mereka beragama Kristen. Tetapi apakah ada di antara mereka bisa memberikan bukti atau menunjukkan ayat-ayat yang tertulis di dalam Alkitab bahwa Yesus beragama Kristen?
…..
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban ini – silakan klik]
Tuhan Yesus…tdk mngajarkan Agama…
[Dari Katolisitas: Tuhan Yesus adalah Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia, dan Ia mendirikan Gereja-Nya agar manusia dapat mengenal dan mengasihi Allah. Itulah yang diajarkan oleh Gereja Katolik, yang dikenal dengan ajaran agama Katolik.]
Saya yakin kalian tidak akan meyakini ini,
Karena Kebenaran Ini tidak pernah kalian Ketahui…
“Tentang Barnabas, Pesannya Adalah Jika Dia Datang Kepadamu Sambutlah Dia” (Surat Paulus kepada penduduk Kolose Bab IV Ayat 10) (Halaman 1)
“Kemudian mereka mengkhitankannya dan memberi nama Yesus sebagaimana pesan malaikat sebelum janinnya dikandung dalam rahim Maria” (hlm 8)
Kemudian malaikat Gabriel menunjukkan seekor domba kepadanya untuk dikorbankan sambil memuji dan mensucikan Tuhan Yang Maha Mulia selamanya.” (hlm 18)
Yesus menjawab: ”Phillip, Dia adalah Esa tidak ada yang menyamainya,… Dia Tidak Punya Anak…”. (Hlm 24)
Yesus menjawab: “Aku tidak diutus kecuali kepada bangsa Israel” (hlm 34)
“Adam, begitu berdiri di atas kedua kakinya melihat tulisan di udara yang bersinar bagaikan matahari, tertulis “ Hanya ada satu Tuhan dan Muhammad adalah Utusan Tuhan, dan akan menjadi utusan-Ku, demi dia (Muhammad), Aku ciptakan segala sesuatu: yang akan menjadi cahaya kepada dunia di saat kehadirannya, yang jiwanya bersemayam di surga yang terang benderang, enam puluh ribu tahun sebelum Aku menciptakan apapun.” (hlm 71)
Yesus memberi pengakuan dan mengatakan kebenaran: “ Aku bukan seorang Mesias” (hlm 76)
“…dan ketika aku melihatnya jiwaku dipenuhi dengan penghiburan, sambil mengakatan: “O Muhammad, Tuhan bersamamu dan semoga Dia memberiku kelayakan untuk melepas tali sepatumu, karena dengan memperoleh kesempatan ini, maka aku akan menjadi seorang nabi yang besar dan suci.”(hlm 82)
“Oleh karena itu, aku berdo’a dan berpuasa untuk Tuhan kita.” (hlm 93)
Selanjutnya Tuhan akan memberikan kehidupan kepada semua manusia terpilih, dimana mereka akan berseru: “O Muhammad, ingatlah kepada kami.” (hlm 100)
Dan Tuhan berkata: “apakah engkau mempunyai saksi-saksi ini, sahabat-Ku Muhammad?” dan dengan penuh takjim dia berkata: Benar Yaa Raab.” Kemudian Tuhan akan menjawab : “Pergilah, panggil mereka, O Gabriel.” Malaikat Gabriel akan datang kepada Rasulullah dan akan berkata: “Tuan, siapa saksimu ?” Rasulullah akan menjawab: “Mereka adalah Adam, Abraham, Ismail, Moses, David, dan Yesus anak Maria.” (hlm 103)
Peter menjawab:“Engkau adalah Kristus, putera Tuhan.” Yesus marah dengar ini, & menegur Peter dgn keras sambil mengucap: “Pergilah & berlalulah dari hadapanku krn engkau adlh setan & berupaya membuatku terjerumus ke dlm dosa!.” (hlm126)
Yesus menjawab: “sungguh aku diutus kepada bangsa Israel sebagai seorang nabi yang membawa misi penyelamatan, tapi setelahku, akan datang seorang Mesias, yang diutus oleh Allah untuk semua penduduk di seluruh dunia ini, karena demi sang utusan inilah Tuhan menciptakan dunia ini.” (hlm 149)
Yesus berkata: “kata-kataku seperti sebuah pedang yg akan menebas mereka yg mempercayaiku sebagai lebih dari sekedar manusia.“ (hlm 168)
Yesus menjawab: “adalah benar bahwa Tuhan telah menjanjikan demikian, tapi sungguh, aku bukanlah sang Mesias yang dimaksud, karena dia telah diciptakan sebelumku dan akan datang sesudahku.” (hlm 178)
Kemudian Yesus berkata: “…tapi aku terhibur dengan (berita) kedatangan utusan Allah yang akan menghancurkan setiap pendapat yang salah tentangku dan keyakinannya akan tersebar dan (secara mengejutkan) akan menguasai seluruh dunia, karena sebagaimana Tuhan telah berjanji kepada Abraham leluhur kita. Dan yang juga dapat menghiburku adalah bahwa keyakinannya tidak akan pernah berakhir, tapi akan dijaga kemurniannya oleh Allah.” (hlm 175)
Yesus menjawab: “Nama Mesias itu adalah ‘Yang Terpuji’”, karena Tuhan sendiri telah memberi nama kepadanya ketika Dia menciptakan ruhnya dan menempatkannya dalam kemuliaan surgawi. Tuhan berfirman: “Tunggulah Muhammad, karena demi engkau, Aku akan menciptakan surga, dunia dan banyak sekali ciptaan lain, semua itu diciptakan sebagai hadiah untukmu, sampai pada tingkatan bahwa siapa yang bersholawat kepadamu, akan memperoleh berkah dan siapa yang mengutukmu akan dikutuk… Aku akan mengutusmu kedunia ini, Aku akan mengutusmu sebagai utusan penyelamatan-ku , dan kata-katamu akan menjadi kebenaran, sampai pada tingkatan bahwa langit dan bumi akan gagal, tapi ajaranmu tidak akan pernah gagal. “MUHAMMAD adalah namanya yang penuh berkah.” (hlm 176)
Kemudian kerumunan orang banyak itu menyerukan suara-suara: “O, Tuhan, kirimkan kepada kami utusan-Mu:
O, Muhammad, datanglah segera untuk menyelamatkan dunia ini.” (hlm 177)
Tapi ketika Muhammad, utusan suci Tuhan, akan datang, maka semua hal yang tidak baik tentangku akan berakhir. Dan inilah yang akan diperbuat oleh Tuhan, karena aku telah mengakui kebenaran akan datangnya sang Mesias…” (hlm 205)
“Bangsa Israel semakin mengukuhkan ujaran-ujaran Yesus bahwa: “Allah itu Esa dan Yesus adalah nabi Allah.” (hlm 229)
Yesus menjawab: “setiap orang, siapapun dia, harus terlebih dahulu masuk ke dalam neraka. Ini adl kebenaran.“ (hlm 253)
Secarik kain linen (kafan) membalut tubuhnya: inilah ganjaran yang duiberikan dunia ini kepadanya.” (hlm 261)
“…dia berkata bahwa sang Mesias tidak akan datang dari anak cucu keturunan David…tapi mengatakan bahwa dia (Mesias itu) akan lahir dari keturunan Ismail, & bahwa perjanjian ini telah dibuat terhadap Ismail, bukan terhadap Isaac (Ishak).” (hlm 264)
Yesus menjawab dgn hati ceria: “ Dia-lah Muhammad, utusan Tuhan…Krn dia-lah awan putih (yg menaungi) yg penuh dgn rahmat Tuhan.” (308-9)
“…dan mengingat bahwa hanya ada satu Tuhan, Raab segala sesuatu…” (hlm 331)
“…kutuklah selamanya setiap orang yang memalsukan Gospel-ku yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, ketika mereka menuliskan bahwa aku adalah putera-Mu.“ (hlm 379)
Setelah berada di dalam rumah, Yesus mengundurkan diri menuju kebun dan beribadah, sebagaimana kebiasaan beribadah yang dia lakukan, dengan berlutut seratus kali dan menempelkan wajahnya ke permukaan tanah. “ (hlm 383; lihat hlm 151))
Malaikat-malaikat suci ini datang & membawa Yesus serta menempatkannya di langit ke tiga dengan kawalan rombongan besar malaikat-malaikat yang selalu mensucikan Tuhan.” (hlm 384)
Yudas sama sekali tidak berdaya selain berteriak: “Tuhan, mengapa Engkau meninggalkanku…” sungguh aku mengatakan yg sebenarnya bahwa suara itu, wajahnya, dan diri Yudas benar-benar sangat mirip dengan Yesus.” (hlm 392-3)
“Ejekan & hinaan ini akan terus berlangsung hingga kedatangan Muhammad sang utusan Tuhan, yg saat kedatangannya, akan menyingkap tirai kepalsuan ini kpd mereka yg menyakini hukum Tuhan .” (hlm 398)
“Aku mengatakan yg sebenarnya kepadamu bhw aku tidak mati, tetapi yg mati adalah Yudas sang pengkhianat. “ (hlm 400)
Sedangkan sebagian yg lain lagi mengkhotbahkan & masih mengkhotbahkan yg demikian ini, bhw Yesus adalah Putera Tuhan, termasuk di antara mereka yg tertipu & tersesat adalah Paul (Paulus).” (hlm 401)
[dari katolisitas: Darimana Anda tahu bahwa kitab tersebut adalah benar dan otentik?]
Katolisitas,
Tolong komentar2 anarkis seperti ini jangan ditampilkan lagi. Bosan membacanya…bikin pusing…untung migren saya tidak kambuh..
[Dari Katolisitas: Sesungguhnya kami sudah memfilter pesan-pesan yang masuk, termasuk yang terlalu kasar dan anarkis yang sama sekali tidak mencerminkan ajaran agama. Namun ada beberapa komentar yang walaupun tidak sesuai dengan ajaran iman kita, kami tayangkan, agar para pembaca dapat mengetahui bahwa memang terdapat banyak pandangan di luar iman kita yang sedemikian bertentangan atau tidak sesuai dengan iman kita, sehingga diperlukan sikap bijaksana untuk menyikapinya.]
Sebenarnya jawaban anda yang berupa pertanyaan atas comment diatas dapat dibalik,darimana anda tau bahwa Injil sendiri adalah otentik,mengingat penulisnya tidak jelas asal usulnya, contohnya Yohanes{
Mari kita buka hati dan pikiran untuk mencermati informasi ini. nilai kebenaran apa serta kesompulan yg anda ambil adalah hak dan tanggung jawab kita masing2. Informasi ini bukan ut menjust sesuatu tp menjadi pertanyaan sepanjsng masa oleh para Ilmuwan ttg penulis Injil. Kali ini cb kita perhatikan pernyataan LAI dan teolog Kristen ttg Injil Yohanes
YOHANES
“Memang ada banyak kejadian yg diceritakan dalam Injil Yohanes berdasarkan pada sejarah, termasuk penyaliban itu sendiri. Tetapi itu semua sudah melewati penyulingan otak penginjil terkait, lalu keluar dalam keadaan sudah berubah.” (Crawford Burkitt, sarjana Bibel Perancis)
Lembaga Al-Kitab Indonesia dalam buku Injil Yohanes Edisi Studi, halaman 7 mengatakan bahwa penulis Injil Yohanes masih belum diketahui secara pasti. Karena Yahya Sang Pembaptis sudah dibunuh oleh Raja Herod Agrippa II semasa Isa AS masih hidup. Sedangkan Yahya bin Yabdi, salah satu murid Yesus konon juga sudah tewas dalam penjara tahun 67M
Pendeta Gaius meyakini bahwa penulis Injil Yohanes adalah seorang GNOSTIK bernama Carinthus. Corinthus kemungkinan besar adalah seorang anggota Jemaat Nikolaus yg terlibat dalam konspirasi pembentukan Agama Kristen seperti sekarang ini. Bukti bahwa Injil Yohanes adalah sebuah karya gnostik adalah sbb:
– Teologi Pagan
Menurut Poimandres, dewa Pagan digambarkan sebagai Akal (nous) dan Firman (logos). Tuhan sebagai Akal memancarkan Firman yg hidup dan menjadi Anak Tuhan. Sama dengan dalam Injil Yohanes 1: 1-5
– Teori Kultus Kesuburan
Tuhan berinkaranasi menjadi anakNya sendiri dalam bentuk manusia yg berjalan di atas bumi, dibunuh, dan dibangkitkan kembali sebagai penjelamaan dari panen dan kehidupan tumbuh2an. Lihat Injil Yohanes 1:14
– Teologi Dualisme
Doktrin2 Majusi Persia meyakini bahwa Tuhan (Ahura Mazda) telah menjadikan Mitra, Tuhan Kebenaran dan Cahaya, sebagai zat yg memeliki keagungan yg sejajar dg dirinNya. Lihat Injil Yohanes 1:6-14
Beragam reaksi ummat kristen yg diperlihatkan terhadap pendapat2 teolog dan pakar Al Kitab tsb. Sebagian menerima pendapat tersebut sebagai kebenaran yg selama ini disembunyikan oleh gereja, sebagian lagi menutup mata dan telinga mereka, dan tidak memperdulikan apakah pendapat itu benar atau tidak. Dikarenakan mereka tidak menunjukan bantahannya atas pendapat para teolog & pakar Al Kitab tsb.
mohon direspon dengan baik..
Shalom A.R. Hadi,
Pertama-tama, boleh saja kita membaca informasi sehubungan dengan Kitab Suci, tetapi pada akhirnya, diperlukan kebijaksanaan untuk menyikapinya. Bagi umat Katolik, sesungguhnya panduannya cukup jelas, yaitu, apakah informasi itu sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja Katolik. Jika ya, maka informasi itu layak diterima ataupun dijadikan patokan, sedangkan jika tidak, maka informasi tersebut dapatlah hanya untuk diketahui saja.
Nah, hal otentisitas Injil Yohanes, tidak pernah diragukan oleh Gereja Katolik. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik. Bukti yang meneguhkan otentisitas Injil Yohanes (yaitu bahwa Rasul Yohaneslah yang menulis Injil Yohanes), itu berasal dari tulisan para Bapa Gereja yang hidup lebih dekat dengan masa kehidupan Rasul Yohanes, sehingga kebenarannya lebih terjamin daripada hipotesa para teolog modern yang hidup terpisah sekian abad dengan Rasul Yohanes itu sendiri.
Kalau kita mau mengetahui informasi yang akurat tentang suatu kecelakaan, misalnya, yang terbaik adalah mendengarkan kesaksian saksi kecelakaan itu sendiri daripada mendengarkan dari tetangga dari kakak temannya teman dari orang yang mengalami kecelakaan itu. Pointnya adalah semakin dekatnya narasumber terhadap terjadinya peristiwa, semakin akuratlah informasi yang disampaikan, karena jika tidak sesuai, ada para saksi lainnya yang masih hidup yang dapat membantahnya. Nah kesaksian tentang otentisitas Injil Yohanes diperoleh langsung dari tulisan para murid Rasul Yohanes itu sendiri. St. Irenaeus adalah murid dari St. Polycarpus, yang adalah murid Rasul Yohanes.
Sejujurnya pandangan yang mengatakan bahwa Cerinthus (seorang Gnostik) adalah pengarang Injil Yohanes adalah pandangan yang tidak masuk akal. Karena ajaran Cerinthus itu justru bertentangan dengan ajaran yang dituliskan dalam Injil Yohanes. Justru karena bertentangan inilah maka dikatakan bahwa Injil Yohanes ditulis antara lain juga untuk meluruskan ajaran sesat Cerinthus yang memang hidup sezaman dengan Rasul Yohanes. Menurut catatan ahli sejarah Gereja abad awal, Eusebius, dalam bukunya Church History, Buku III, bab 28, disebutkan tentang Cerinthus dan ajarannya (silakan membaca teks selengkapnya di link ini, silakan klik). Penatua/ presbyter Caius menulis demikian:
“But Cerinthus also, by means of revelations which he pretends were written by a great apostle, brings before us marvelous things which he falsely claims were shown him by angels; and he says that after the resurrection the kingdom of Christ will be set up on earth, and that the flesh dwelling in Jerusalem will again be subject to desires and pleasures. And being an enemy of the Scriptures of God, he asserts, with the purpose of deceiving men, that there is to be a period of a thousand years for marriage festivals.”
Maka justru menurut catatan sejarah, penatua Caius malah menulis bahwa Cerinthus itu adalah seorang pengajar yang menyimpang, seorang musuh Kitab Suci “an enemy of the Scriptures of God“. Tidak mungkin malah Caius mengatakan bahwa Cerinthuslah yang mengarang Injil Yohanes. Cerinthus itu mengajarkan kenikmatan daging selama seribu tahun setelah kebangkitan Kristus. Hal ini sama sekali tidak diajarkan dalam Injil Yohanes. Silakan mengutip dengan lebih jelas, apakah judul yang lengkap, pengarang dan tahun terbitan dari buku yang Anda kutip itu, agar kami dapat memeriksanya. Sebab sejauh pengertian kami, Gereja-gereja di dunia secara umum tidak berpandangan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh seorang Gnostik.
Tentang adanya pandangan yang mencurigai adanya pengaruh teori pagan dalam Injil Yohanes, itu adalah sebuah asumsi. Sebab hal bahwa Allah menyatakan diri-Nya dalam Firman-Nya itu sejalan dengan pengajaran dalam kitab Perjanjian Lama. Sang Kebijaksanaan itu sudah diajarkan sejak Kitab Perjanjian Lama, jadi bukan inovasi Injil Yohanes.
Dikatakan demikian dalam Kitab Kebijaksanaan:
“Pada-Mu adalah kebijaksanaan yang mengenal segala pekerjaan-Mu, yang ada tatkala dunia semesta Kaujadikan, dan mengetahui apa yang diperkenankan oleh-Mu, dan lagi apa yang lurus menurut perintah-Mu. Maka sudilah kiranya mengirimkan dia dari sorga-Mu yang suci, dan mengutusnya dari takhta kemuliaan-Mu, agar ia ada padaku dan berusaha bersama denganku, dan aku mengetahui apa yang berkenan pada-Mu. Sebab kebijaksanaan mengetahui dan memahami segala-galanya, dan dengan bijak dapat memimpin aku dalam segala langkah lakuku serta menjaga aku dengan kemuliaannya.” (Keb 9:9-11)
Sedangkan dalam Injil Yohanes dikatakan:
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan…. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yoh 1:3, 14)
Di sini terlihat bahwa Injil Yohanes dalam kitab Perjanjian Baru merupakan penggenapan dari apa yang sudah secara samar-samar disampaikan dalam Kitab Kebijaksanaan dalam Perjanjian Lama. Sang Kebijaksanaan yang sudah ada tatkala dunia dijadikan Allah, adalah Sang Firman, dan kini Firman itu telah menjadi manusia, yaitu sebagai Anak Tunggal Bapa.
Berikut ini adalah tanggapan atas beberapa point yang Anda sampaikan:
1. Akal dan Logos berhubungan dengan dewa dewi Yunani?
Bahwa ada penggambaran tentang Akal dan Logos dalam filosofi Yunani, itu tidak berarti bahwa Allah “meniru-niru” filsafat Yunani. Sebaliknya, Allah dapat mendorong para filsuf Yunani itu untuk mendekati-Nya hanya dengan akal budi, yaitu ilmu fisafat. Namun untuk sampai kepada pemahaman akan apa yang diwahyukan-Nya dalam Kitab Suci diperlukan iman. Dengan demikian, akal budi dan iman memang keduanya diperlukan untuk sampai kepada pemahaman akan Allah. Itulah sebabnya, Gereja mengajarkan bahwa Allah yang menciptakan manusia menurut gambar-Nya, memang menciptakan manusia dengan akal budi dan kehendak. Itulah sebabnya manusia dapat mencari, mengenali dan mengasihi Allah Penciptanya. Bahwa hanya dengan akal budi saja, seseorang dapat sampai kepada pengertian akan adanya “Sang Penyebab segala sesuatu” dan “Sang Pemikir/Perencana segala sesuatu”, itu benar. Namun dibutuhkan iman untuk dapat mengetahui bahwa Sang Penyebab, Pemikir, Perencana itu adalah Allah. Allah sendiri mewahyukan Diri-Nya demikian, yaitu bahwa Ia, menjadikan segala sesuatunya dengan Firman-Nya. Maka Allah Sang Pemikir, yang menjadi satu kesatuan dengan Pikiran-Nya (Sang Firman), itulah yang menjadi Penyebab/ Pencipta segala sesuatu.
Maka hal bermacam dewa dewi Yunani tentu saja tidak sesuai dengan ajaran iman Kristiani, yang mengajarkan tentang Allah yang satu/ esa. Namun prinsip bahwa dalam keesaan Allah itu, ada Sang Firman Allah, itu sudah diwahyukan Allah dalam kitab Kebijaksanaan (abad-2 sebelum Masehi), dan bahkan jauh sebelumnya, yaitu di Kitab Kejadian (beratus-ratus ataupun beribu tahun sebelum Masehi), di mana dikatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya (lih. Kej 1:1-dst).
2. Inkarnasi berhubungan dengan kultus kesuburan?
Menghubungkan kultus kesuburan dengan Inkarnasi, menurut saya adalah sesuatu yang dipaksakan. Sebab bukan baru pada saat Inkarnasi Sang Firman itu baru ada. Sang Firman, yang disebut sebagai Putera Allah, sudah ada sejak awal mula, sejak kekekalan, dan bukan dilahirkan dari hubungan perkawinan seperti yang terjadi pada perkembangbiakan manusia. Putera ini berasal dari Bapa sebagaimana Sang Pengetahuan lahir dari Sang Yang Mahatahu. Hal Inkarnasi ada karena rencana Allah untuk membebaskan manusia dari dosa, sebab Allah tahu bahwa dari kekuatannya sendiri, manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Hal rencana Allah mengutus Sang Firman itu untuk menjadi manusia, untuk mengalahkan kuasa dosa/ iblis itu juga sudah dicatat dalam Kitab Kejadian (lih. Kej 3:15), sesaat setelah manusia pertama, Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, yang menurunkan dosa kepada segenap umat manusia. Untuk mengalahkan kuasa dosa, maka Sang Firman itu, ketika saatnya telah genap, menjadi manusia, sengsara, wafat dan bangkit dari kematian. Ia menjadi manusia, supaya bisa mewakili manusia, namun Ia tetap adalah Tuhan, sehingga pengorbanan-Nya mempunyai nilai yang tak terbatas untuk menebus dosa segenap umat manusia. Karena ke-Tuhan-an-Nya, Sang Firman itu, yaitu Yesus Kristus dapat bangkit dari kematian, dan inilah yang dirayakan oleh umat Kristen pada hari Raya Paska. Jika perayaan Paska itu kebetulan jatuh berdekatan dengan masa panen, itu adalah dua hal yang berbeda. Sebab Paska yang dirayakan oleh umat Kristiani lebih mengacu kepada penggenapan makna hari Raya Paska Yahudi, dan tidak ada acuan sama sekali kepada dewa dewi kesuburan. Pembahasan tentang hal ini, sudah pernah ditulis di artikel ini, silakan klik.
3. Dualisme Tuhan Kebenaran dan Cahaya dipengaruhi Doktrin Majusi Persia?
Sejujurnya, ada banyak sebutan lain bagi Tuhan Yesus yang tertulis dalam Kitab Suci, bukan hanya Kebenaran dan Cahaya/ Terang. Dalam Injil Yohanes, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia adalah “Jalan, Kebenaran dan Hidup” (Yoh 14:6), “Terang Dunia” (Yoh 8:12), “Roti Hidup” (Yoh 6:35,48,51), “Pokok Anggur” (Yoh 15:1), “Gembala yang baik” (Yoh 10:11,14), “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat” (Yoh 10:9), “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh 11:25). Maka sebutan untuk Tuhan dalam Kitab Suci bukan hanya bahwa Ia adalah Sang Kebenaran dan Terang, tetapi juga banyak yang lain, terutama juga, Allah adalah Kasih (lih. Yoh 4:8).
Maka jika doktrin majusi Persia menyebut dualisme kebenaran dan terang bagi apa yang mereka kenal sebagai Tuhan, itu tidak membuktikan apapun. Sebab dalam Kitab Suci Kristiani, Tuhan tidak hanya dualisme Kebenaran dan Terang. Sejujurnya malah yang jelas tertulis dalam Kitab Suci adalah kesatuan antara Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus (lih. Mat 28:19-20), yang umum dikenal dengan sebutan Trinitas atau Allah Tritunggal Maha Kudus.
Demikian yang dapat saya sampaikan menanggapi komentar Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ayolah teman…
Nubuwat itu harus selaras dengan LOGIKA, jika yesus itu Anak Tuhan, siapa yg berperan sebagai Istri Tuhan ??!!!
Jika tuhan Yang Maha Esa itu Berkehendak, jangankan Seorang Wanita Bisa mengandung tanpa benih Dari seseorang Lelaki, Matahari pun bisa terbit dari barat, Hujan Berbalik Kelangit..
Kalian perhatikan Dibawah Ini :
Peter menjawab:“Engkau adalah Kristus, putera Tuhan.” Yesus marah dengar ini, & menegur Peter dgn keras sambil mengucap: “Pergilah & berlalulah dari hadapanku krn engkau adlh setan & berupaya membuatku terjerumus ke dlm dosa!.” (hlm126)
Yesus menjawab: “sungguh aku diutus kepada bangsa Israel sebagai seorang nabi yang membawa misi penyelamatan, tapi setelahku, akan datang seorang Mesias, yang diutus oleh Allah untuk semua penduduk di seluruh dunia ini, karena demi sang utusan inilah Tuhan menciptakan dunia ini.” (hlm 149)
Injil Matius dan lain lain juga,
Apa kalian pernah membaca Injil Barnabas ???!!!!!!!!
Kembalilah ke Hal yg benar, jika tak kau gunakan Akal Sehat mu dalam menTerjemahkan Agama kau akan menjadi lebih rendah dari” Kera dan Babi”…
Jangan berpatokan dengan Injil yg telah di Porak porandakan Isinya akan kepentingan org2 tertantu, apa kalian pernah melihat Injil yg ASLI ??!!!
[dari katolisitas: Silakan menggunakan logika dan berikan alasan mengapa Injil Barnabas adalah dapat dipercaya dan menjadi pegangan iman. Lihat ulasan tentang Injil Barnabas – silakan klik. Silakan juga membaca link-link di sini – silakan klik.]
Injil Asli bukan menggunakan Bahasa Ibrani, semua Injil dituliskan berdasarkan bahasa di Mana Injil tersebut di Tuliskan padahal jika kita tilik lebih dalam Bahwa Bahasa yg digunakan dahulu adalah Aramiya..
Artikel dibawah ini lah Mula2 Penyesatan mendalam..
Bukan kah Nubuwat dalam perjanjian lama telah menjelaskan bahwa Mesiah adalah Manusia seperti Musa, dilahirkan dari seorang ibu yg mempunyai Suami, bisa diterima Kaumnya, sedangkan Isa Terlahir Karena mukjizat اَللّهُ (” bagaimana bisa aku Melahirkan sedangkan aku tak Bersuami” Jibril menjawab Jika Dia (اَللّهُ) berkehendak selalu akan ada kebaikan” Dia tidak diterima Kaumnya, terlahir dari Betlehem Bukan dari Dataran atau Perbukitan FARAN, perbukitan FARAN adalah Bakkah “mekkah” Bukan Betlehem.( Lihat perjanjian Lama )
“Tulisan-tulisan suci dalam bahasa Aramiya dibakar, hanya dalam bahasa Yunani (Koine) diselamatkan. Pada pertemuan itu, Kaisar Konstantin Yang Agung (sebagai Pontifex Maximus) memerintahkan agar semua Injil dalam bahasa dan huruf Aramiya yang disusun oleh Levi dan Yahya dan dimiliki Arius, dibakar habis. Hal ini adalah karena Konstantin Yang Agung menganut dan menyokong ajaran dari Athanasius (Uskup dari Iskandaria) yang mengajar bahwa Kristus sama dengan Tuhan dan dengan demikian menentang ajaran Arius yang mengajar bahwa Kristus adalah makhluk. Hingga kini Injil Barnabas dianggap kanonik. Kaisar Konstantin mengeluarkan Firman bahwa pada siapa terdapat Injil-injil yang sama yang dimiliki Arius dan tidak membakarnya, akan lantas dihukum mati”
“Hingga sekarang Injil Barnabas Dianggap Kanonik” injil barnabas Di Prasangkakan Kanonik oleh Konstantin Karena tidak Bisa Menerima Bahwa Yesus Itu Rasul.
[Dari katolisitas: Dapatkah Anda membuktikan bahwa Injil ditulis dalam bahasa Aram dan apakah bukti bahwa Injil Barnabas adalah kanonik?]
Boleh tahu mas Ferdyan, ?? Yang Anda maksud injil yang ASLI itu yang mana? boleh dipaparkan disini? Kalau tidak bisa menunjukkan, bolehkah saya simpulkan bahwa mas Ferdyan ini bicara tanpa fakta?
Kalian ini aneh, Yesus itu Menuntut kalian percaya akan Firman اَللّهُ yg disampaikan melalui dia, Bukan mempercayai Dia Sebagai Tuhan!!! Berpikirah dengan cermat, jangan mengartikan Ayat2 bibel hanya dengan Paradigma pemikiran kalian, coba artikan dengan Pengartian Bahwa Dia Hanyalah Seorang UTUSAN!!!
[dari katolisitas: Mengapa kami harus mengartikan bahwa Yesus hanyalah sebagai utusan, kalau Dia juga menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan? Lihat artikel ini – silakan klik.]
maaf hanya menambahkan :
menurut saya kenapa Yesus tidak di sebut Tuhan semasa hidup di bumi, karena dia memang datang bukan sebagai Tuhan tetapi sebagai anak manusia yg memberikan kasih,ajaran,tingkah laku,sifat,pemikiran yg selayaknya manusia yg taat kepada Allah sehingga kita lebih mengenal pribadi Allah lewat Tuhan Yesus. lalu mengapa di sebut Tuhan, karna tak ada selain kepada Yesus sendiri yg diberikan kuasa oleh Allah di Sorga dan di bumi. selain itu Ia juga di beri kuasa utk menghakimi yg hidup dan yg mati. kalau seandainya Yesus datang sebagai Tuhan, ngapain susah2 di lahirkan, langsung aja turun dari sorga bagaikan kilat menyambar-nyambar, trus langsung menunjukan mujizat2 yg lebih dasyat.Dan sekalipun datang sebagai Tuhan mata manusia takan pernah sanggup utk menatap wajah-Nya yg bersinar melebihi cahaya matahari. Namun sayang pikiran dan rencana manusia tak sesempurna rencana dan rancangan Allah.
yg menjadi pertanyaan saya :
apakah makna nama Tuhan dan Allah itu tdk berbeda,,,? kalau boleh terjemahan asli dari kata Tuhan dan Allah sebenarnya apa,,,?
Shalom Bram,
Kalau kita mempelajari sejarah Gereja, kita akan mengetahui bahwa dalam sepanjang sejarah ada banyak orang yang berusaha menyederhanakan kepenuhan kebenaran pewahyuan Allah tentang ke-Allahan dan kemanusiaan Yesus. Padahal, penekanan hanya kepada salah satu aspek saja dari kedua kodrat Yesus ini, merupakan ajaran yang menyimpang dari ajaran para Rasul. Silakan membaca di artikel Yesus Sungguh Allah Sungguh Manusia, silakan klik, untuk membaca berbagai macam ajaran sesat tentang Kristus yang ada di sepanjang sejarah Gereja, yang sering masih muncul kembali di abad-abad berikutnya. Silakan juga membaca secara prinsip apa yang menjadi pengajaran Gereja Katolik tentang Yesus yang sungguh Allah sungguh manusia ini, sebagaimana diajarkan oleh Paus Leo Agung dalam suratnya yang dikenal dengan sebutan, The Tome of Leo, silakan klik.
Nah, maka pandangan yang mengatakan, “Yesus datang ke dunia bukan sebagai Tuhan tetapi sebagai anak manusia“, ini tidak sepenuhnya benar. Sebab yang benar adalah sebagaimana disebutkan dalam Kitab Suci, yaitu bahwa Firman Allah, yang adalah Allah (lih. Yoh 1:1) itu, “telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yoh 1:14)
Perlu kita sadari bahwa umat Kristiani menerima pewahyuan Allah, sebagaimana dinyatakan sendiri oleh-Nya. Maka dengan rendah hati menerima, bahwa Allah memilih cara penjelmaan menjadi manusia dengan cara yang sederhana, tidak dengan menyatakan kuasa-Nya dengan kilat yang menyambar-nyambar. Ia menunjukkan kuasa-Nya justru dengan menunjukkan bahwa walaupun Ia Allah, namun Kristus mau mengosongkan diri-Nya dengan mengambil rupa seorang hamba, dan dalam kerendahan-Nya sebagai manusia, Ia merendahkan diri-Nya sampai wafat di kayu salib (lih. Flp 2:5-11), suatu kematian yang sangat hina di mata manusia, agar melalui pengosongan diri-Nya itu, justru segala mahluk mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Cara kerendahan hati inilah yang dipilih oleh Allah untuk menyatakan kuasa-Nya, untuk mematahkan ikatan dosa pertama manusia, yaitu kesombongan.
Bahwa kata ‘Kurios‘ (bahasa Yunani) /’Adonai‘ (bahasa Ibrani)/’Tuhan‘ dapat mengacu juga kepada arti kata ‘tuan’ atau bahkan ‘suami’, sebagaimana pernah diuraikan di artikel di atas, tetapi jika istilah itu ditujukan kepada Sang Ilahi, maka istilah tersebut mengacu kepada Allah yang sama. Selanjutnya tentang topik Allah, Tuhan, Yahweh, Samakah? sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bro bram yg budiman,
Saya senang sekali membaca kesimpulan anda ttg Hakikat Yesus sebagai tuhan..
Tapi aka lebih enak di terima akal sehat jika ” yesus adalah Rasul tuhan, yang di turunkan tuhan untuk menyampaikan Risalah risalah dan Norma dalam kehidupan Dunia agar Manusia Mengetahui akan Hal baikk dan buruk, Positif Negatif dll, agar dengan Norma tersebut Manusia bisa menjalankan Dunia ini dengan sebaik baiknya utk Bahan pertimbangan kehidupan yang Kekal Kelak”..
” Aku adalah Tuhan” bisa di artikan Aku adalah Utusan tuhan, karena pada zaman itu Hanya beliau yg terpercaya utk Menyampaikan Wahyu Tuhan ke umat manusia, tetapi Dia BUkanlah Tuhan” alangkah amat di sayangkan jika Seorang Manusia yg di emban tugas sebagai Rasul kalian anggap sebagai TUHAN??!!
[dari katolisitas: Silakan melihat ini- silakan klik]
anda mengatakan bahwa “ia setara dengan yahwe”. Apa anda mengerti arti Setara?? Ya.. setara tuhan berarti di sejajar dgn tuhan tetapi bukan tuhan. Cuma org bodoh yg menganggap dirinya setara dgn tuhan.
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas koreksi Anda. Terjemahan yang lebih tepat adalah adalah “se-hakekat”, terjemahan dari kata “con-substantial/ homoousios” Sudah kami perbaiki. Tuhan Yesus sehakekat dengan Allah yang disebut juga dalam Perjanjian Lama sebagai “Yahwe”, sebab di banyak ayat dalam Kitab Suci, Yesus menyebut Allah sebagai Bapa-Nya, bahwa Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30) dan bahwa seluruh kepenuhan Allah berdiam di dalam Kristus (lih. Kol 2:9)]
Izinkan saya yang awam ikut memberi opini mengenai pertanyaan Kang Iwan
Jika penjelasan dari team Katolisitas sangat lengkap
Saya coba memberi pandangan secara awam untuk dipahami
Pertanyaan itu berulang kali dituduhkan umat agama lain, dan bahkan sempat di muat di harian kompas, dengan persepsi bahwa ada salah
terjemahan “Lord” = “Tuan” = menjadi “Tuhan”
Perhatikan bahwa tujuan anggapan bahwa “salah penterjemahan” mengarah pada pemikiran bahwa “hanya umat di Indonesia” yang mempercayai Yesus sebagai Tuhan (Akibat dari salah terjemahan?).
Apa menjadi demikian arah logika-nya?
Inilah kekeliruan umum, karena umat Katolik seluruh dunia, bersumber dari pengajaran Gereja Katolik Roma, yang memang sejak awal mengakui dan menyatakan dengan jelas status ke-Illahian Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat manusia. (Seperti yang sudah dijelaskan panjang lebar oleh Katolisitas)
Kerancuan ketepatan penterjemahan kosa-kata dalam bahasa Indonesia sudah biasa terjadi di banyak kata bahasa Inggris lainnya
Demikian pendapat saya, terimakasih
Salam Damai
Luke
Terima kasih untuk artikelnya namun yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Yesus tidak pernah disebut GOD ?
Ya dalam artikel sudara disebutkan bahwa kata Lord itu terjmah dari kata Kurios sebagai pengganti Yahweh , pertanyaannya adalah, kenapa atas dasar apa yesus tidak disebut Yahweh,? dan kenapa harus diganti dengan kurios ? apakah Yesus tidak berhak atau tidak sepadan mendapat gelar Yahweh ? kalau memang tidak pentas atau tidak sepadan berarti Yesus bukan tuhan , dan kenapa Lord dalam bahas inggris diterjemahkan menjadi tuhan, sedangkan kita tahu bahwa kata Lord juga dipakai untuk gelar bangsawan
mohon dijelskan secara detail, untuk jawabannya bisa juga dialamatkan ke: [edit: alamat email dihapus]
Terima kasih
Salam hormat
Kang Iwan
Shalom Kang Iwan,
Silakan membaca terlebih dahulu artikel di atas, silakan klik.
Kata Kurios (Yunani)/ Adonai (Ibrani) bukan hanya dipakai untuk menjadi kata ganti Yesus, tetapi juga kata ganti dari Yahwe (Allah) dalam Kitab Septuaginta (Kitab-kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani). Itulah sebabnya, walaupun Yesus tidak disebut secara eksplisit sebagai Yahwe dalam Kitab Suci, namun dari Kitab Suci itu sendiri kita ketahui bahwa Yesus adalah Allah, dilihat dari penyebutan dan konteks ayat-ayatnya dalam Kitab Suci.
Memang Kurios (Lord) dapat diterjemahkan menjadi Tuhan, dan kata yang sama Lord itu dapat dipergunakan juga sebagai kata yang menyatakan sebagai ‘tuan’/ penguasa/ gelar bangsawan. Namun dalam konteks ayat-ayat Kitab Suci, memang kata tuan tersebut secara sempurna ditujukan kepada Allah, yang adalah Sang Tuan/ Penguasa atas manusia, dalam arti yang sempurna. Sebutan ‘Lord‘/ Tuhan ini menjadi gelar yang dipakai bergantian dengan sebutan Allah/ Yahwe, mengingat bahwa dalam Tradisi Yahudi, penyebutan nama “Yahwe” sendiri tidak dapat dilakukan dengan sembarang cara dan sembarang orang, namun hanya dilakukan setahun sekali oleh imam agung di bait Allah pada pesta Yom Kippur.
Maka walaupun Yesus tidak mengatakan secara eksplisit bahwa “Aku adalah Yahwe”, namun dengan banyak cara Ia menyatakan bahwa Ia setara dengan Yahwe (Allah). Karena itulah Yesus dituduh menghujat Allah dan dihukum mati. Jika Yesus tidak menyatakan diri-Nya sebagai Allah, maka Ia tidak akan dituduh menghujat Allah. Tetapi bahwa Yesus dijatuhi hukuman mati untuk tuduhan menghujat Allah, itu membuktikan bahwa orang-orang Yahudi di masa Yesus memahami bahwa memang Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Allah.
Agaknya harus diakui, bahwa mereka yang membaca Kitab Suci dengan terang Tradisi Suci para Rasul tidak akan menjumpai kesulitan untuk melihat bahwa Kristus telah menyatakan diri-Nya sebagai Allah, semasa hidup-Nya, maupun setelah kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga. Sebab hal kebangkitan Yesus dari kematian itu sendiri merupakan mukjizat dan fakta yang sangat lantang menyatakan ke-Allahan Yesus, sebab tidak pernah ada dalam sejarah, seseorang yang dapat bangkit dari kematian oleh kuasa-Nya sendiri dan selanjutnya naik ke Surga. Hal ke-Allahan Yesus ini merupakan salah satu artikel iman Kristiani, yang dengan teguh dipegang oleh para Rasul dan para penerus mereka dalam Gereja sampai sekarang. Namun mereka yang tidak membaca Kitab Suci dengan terang pengajaran para Rasul itu akan dapat sampai kepada pemahaman sendiri, yang berbeda dengan ajaran Gereja. Gereja Katolik tidak memaksa agar setiap orang dapat percaya akan ke-Allahan Yesus, sebab pada akhirnya, hal iman dan kepercayaan ini hanya dapat ada karena kasih karunia Allah; sejauh orang yang bersangkutan mau bekerjasama menerima kasih karunia Allah ini. Dan karena dasarnya adalah kasih karunia dan kasih tidak pernah memaksa, maka kerjasama dari pihak manusia untuk menerima karunia itu, sifatnya bebas/ tidak dapat dipaksakan.
Demikian tanggapan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
10:40 = Bukan memerintah melainkan melayani
(Mat 20:20-28)
(40) Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.”
apa maksud dari kata Aku tidak berhak ?
[dari katolisitas: Tentang apakah Yesus tidak berhak untuk menentukan duduk di sebelah kiri atau kanan, silakan melihat jawaban ini – silakan klik]
Terima kasih Saudara Luke atas jawabanya
Terima kasih Bu Inggrid dan Pak Stef
Saya setuju kata Lord tidak hanya ditujukan kepada Yesus , juga kepada Allah yang memang tuhan juga ada kalanya disebut Pelindung, penguasa guru atau rabbi dsb.namun Tuhan juga menyebut dirinya sebagai maha kuasa, maha pencipta dll yang disebut Yahweh itu , dan hal ini menjadi persoalan kenapa yesus tidak pernah disebut GOD atau Yahweh, pakah penyebutan Yesus sebagai lord tidak God itu hanya menghindari ancaman atau takut larangan orang yahudi ?, logikanya apa bila Yesus adalah Tuhan / Yahweh tidak perlu takut dan harus mengatakan yang sesungguhnya bahwa dia benar benar Yahweh yang maha kuasa.
Mohon ditanggapai
Terima kasih, salam hormat
Kang Iwan
Shalom Kang Iwan,
Pertama-tama, umat Kristiani menerima Injil sebagai Wahyu Allah sebagaimana diwahyukan Allah kepada Gereja, sehingga memang diterima apa adanya, sesuai dengan bagaimana Allah menyatakannya. Memang menurut logika manusia, mungkin akan lebih jelas, jika saat penjelmaan-Nya, Yesus mengatakan, “Aku adalah Yahweh, maka sembahlah Aku”. Dengan demikian, langsung nampak kekuasaan otoritas Allah. Namun Allah tidak melakukan demikian, justru karena menurut kebijaksanaan-Nya, Ia hendak menyampaikan kuasa-Nya dengan cara-Nya sendiri, yang tidak sama dengan pemikiran manusia. Cara-Nya adalah menyatakan kekuasaan-Nya dalam kerendahan hati, dalam kesederhanaan dan kemiskinan, sehingga cara Allah menyatakan Diri-Nya juga sejalan dengan kerendahan hati yang ditunjukkan Allah melalui penjelmaan-Nya itu sebagai manusia (lih. Flp 2:5-11).
Namun demikian, tidak berarti bahwa Sabda Allah tidak menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Dengan cara-Nya sendiri, Allah menyampaikan pewahyuan akan ke-Allahan Yesus, walaupun di banyak kesempatan disampaikan dengan cara yang terselubung/ tidak langsung. Cara penyampaian Allah ini sedemikian, sehingga walaupun dapat ditangkap maksudnya secara akal budi, namun pada saat yang sama diperlukan iman untuk menerima kebenaran pewahyuan Allah ini. Gereja Katolik mendefinisikan iman terhadap pewahyuan Allah ini sebagai “ketaatan iman (Rom 16:26; cf. 1:5; 2Kor 10:5-6) yang diberikan kepada Tuhan yang mewahyukan, sebuah ketaatan yang olehnya manusia menyerahkan keseluruhan dirinya kepada Allah, mempersembahkan ketaatan penuh dalam akal budi dan kehendak kepada Tuhan yang mewahyukan, dan dengan kehendak bebas setuju/ menerima kebenaran yang diwahyukan Allah itu.” (Konsili Vatikan II, tentang Wahyu Ilahi, Dei Verbum, 5).
Nah, Sabda Tuhan mengatakan bahwa nama ‘Yesus’ sendiri (dalam bahasa Ibrani: Yehôšûa’ or Yešûa’) artinya adalah: ‘Yahweh is Salvation‘: Allah/ Yahweh adalah Penyelamat, yang mengacu kepada arti bahwa Yesus adalah Allah/ Yahweh yang menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (lih. Mat 1:21). Pada saat malaikat Gabriel menyampaikan Kabar Gembira kepada Bunda Maria, secara eksplisit ia mengatakan bahwa Anak yang akan dilahirkan oleh Maria itu akan disebut “Anak Allah yang Mahatinggi…. dan kerajaan-Nya tak kan berkesudahan” (Luk 1:35); Ia akan disebut, “Kudus, Anak Allah” (Luk 1:35). Sedangkan kerajaan yang tak berkesudahan itu mengacu kepada kerajaan Allah di Surga (lih. Dan 6:27), dan sebutan ‘Kudus’ ini juga mengacu kepada Allah, sebab Kitab Suci menyebutkan bahwa ‘Kudus’ adalah sebutan bagi Allah itu sendiri (lih. 1Pet 1:16; Im 11:44-45). Allah Bapa sendiri memberikan kesaksian akan Yesus sebagai Sang Mesias, Anak Allah, baik saat baptisan di sungai Yordan, (lih. Mat 3:17; Mrk 1:11; Luk 3:22; Yoh 1:34), maupun saat Yesus dimuliakan di atas gunung, saat Allah Bapa mengatakan, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” (Mat 17:5; Mrk 9:7; Luk 9:35; bdk. 2Pet 1:17).
Selanjutnya ada banyak ayat dalam Kitab Suci yang menunjukkan ke-Allahan Yesus yang sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik dan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ibu inggrid yth,
Tks atas jawabannya, namun ijinkan saya untuk mengajukan pertanyaan dari pemaparan ibu sbb
1. Apakah nama yesus sendiri yg bersasal dari bahasa yunani yaitu yosua yg berarti yahweh, dan apakah ketika yeusus hidup dipanggil sebagai nama yahweh, adakah sejarah yang menyatakan nama yesus ketika hidup, apakah penamaan yosua atau yesus itu disandangkan kepada yesus sejak lahir dan apakah yesus sehari hari dipanggil yosua atau yahweh atau siapakah nama yesus sebenarnya, karena ibu bilang bahwa dijaman itu penyebutan yahweh sangat sakral dan ditunjukan kepada sangbmaha dan penyebutannyanhanya setahun sekali. Mohon ibu jelaskan.
2. Ibu menyatakan yeus disebut anak allah sehingga sama dgn allah, apakah ketika seorang anak presiden akan sama dengan presiden ?, kalu demikian bagai mana dengan firman tuhan mat.5:9 org yg mendamaikan dunia disebut anak allah , bisabdiartikan bahwa setiap orang bisa jadi allah .
3. Ibu menyatakan bahwa yesus disebut tuhan karena disebut kudus .petus I 1:16 ,kuduslah kamu, sebab aku kudus. Disini tidak disebutkan siapa yg kudus karena bukan yeus yg bicara, dan apabila kuduslah kamu ditujukan kepada siapa ?, kemudian katabkudus juga tdk selalu bermakna tuhan sebab mat.27:52 menyatakan banyak kuburan orang kudus yg bangkit, berarti kalu demikian banya orang kudus sama dengan tuhan yg banyak.
4. Ibu inggrid yth. Sayabingin sekali ibu berikan saya dalil yg secara eksplisit menyatakan bahwa yeus adalah god atau yahweh.
Salam hormat
Kang Iwan
Shalom Kang Iwan,
1. Tentang arti Yosua
Seperti telah saya tulis sebelumnya, Yosua itu artinya “Yahweh saves“: Allah menyelamatkan atau Allah Penyelamat. Maka nama Yosua memang memiliki arti yang sangat mendalam. Dalam Perjanjian Lama, nama Yosua sudah pernah disebut sebagai nama seorang nabi yang meneruskan pelayanan Nabi Musa. Yosua adalah nabi yang menghantar bangsa Israel masuk ke Tanah Terjanji yaitu Kanaan. Nabi Yosua tidak pernah dipanggil sebagai Yahweh, walaupun arti namanya adalah “Yahweh menyelamatkan”, dan memang ia adalah perpanjangan tangan Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel untuk masuk ke negeri yang dijanjikan Allah. Dalam Perjanjian Baru, nama Yesus menjadi penggenapan bagi nama Yosua, yang sama-sama berarti: Allah menyelamatkan; karena Yesus adalah Sang Penyelamat yang menyelamatkan umat manusia untuk masuk ke Tanah Terjanji yang sesungguhnya, yaitu Surga.
Lahir sebagai bangsa Yahudi, Yesus juga menjunjung tinggi tradisi Yahudi, yang sangat menghormati nama Allah, yang dinyatakan sebagai YHWH. Penyebutan nama YHWH ini hanya dilakukan sekali setahun oleh imam agung yang mewakili bangsa Israel di bait Allah. Maka nama Yahweh ini tidak untuk disebut dalam percakapan sehari-hari di kalangan orang Yahudi. Menjadi aneh, dan bahkan tidak masuk akal, jika Yesus saat itu dipanggil sebagai Yahweh, sebab ini pasti akan menyebabkan kemarahan bangsa Yahudi, yang memang sangat mensakralkan istilah YHWH (Yahweh).
Dalam bukunya “Jesus of Nazareth“, Paus Benediktus XVI dengan mengutip penelitian yang dilakukan oleh JM. van Cangh dan M van Esbroek tentang perayaan agama Yahudi, menjelaskan bahwa pengakuan Petrus (lih. Mt 16:16-19) terjadi pada pesta Yom Kippur yang terjadi di hari terakhir perayaan Tabernakel (yang disebut Sukkoth) yang dirayakan dalam waktu sekitar seminggu. Maka pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, jatuh pada hari raya Yom Kippur/ Day of Atonement/ Hari Pendamaian terhadap dosa-dosa manusia, yang dalam tradisi Yahudi dirayakan dengan imam agung sebagai wakil seluruh bangsa Yahudi, memasuki Tempat Maha Kudus dalam bait Allah di Yerusalem, sambil menyebut nama YHWH. ((Pope Benedict XVI, Jesus of Nazareth: from the baptism in the Jordan to the transfiguration p. 306-308, 1st ed., New York: Doubleday, 2007)). Yom Kippur menjadi pesta yang begitu istimewa, karena saat itulah -hanya setahun sekali- nama Yahweh boleh/ dapat diucapkan oleh imam agung. Pada perayaan Yom Kippur itulah Rasul Petrus menyebutkan pengakuan-Nya akan Kristus sebagai Sang Mesias, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup“. Dengan demikian, Petrus mengakui Kristus sebagai Allah Putera; dan pengakuan ini diterima oleh Kristus, dengan mengatakan bahwa pernyataan itu berasal dari Allah Bapa sendiri. (lih. Mat 16:18). Pengakuan Petrus ini menjadi penggenapan dari pengakuan para imam agung Yahudi yang telah sepanjang sejarah mengakui Allah (YHWH) sebagai Penyelamat.
2. Yesus sebagai Anak Allah sama dengan Allah?
Yesus sebagai Anak Allah sama dengan Allah, maksudnya adalah sama hakekat-Nya atau kodrat-Nya, sebagai Allah. Sama seperti seorang anak sama kodratnya dengan bapanya, yaitu sama-sama manusia. Sedangkan presiden atau pengusaha atau karyawan, itu bukan kodrat tetapi pekerjaan, maka memang benar anak presiden tidak selalu juga presiden, atau anak pengusaha tidak selalu juga menjadi pengusaha, walaupun kerap dapat terjadi demikian. Tetapi kalau kodrat memang demikian halnya, yaitu kalau manusia ya anaknya juga manusia. Maka, kalau dikatakan Yesus Anak Allah, Ia adalah Allah, walaupun prosesnya tidak melalui perkawinan laki-laki dan perempuan sebagaimana terjadi pada manusia.
Penyebutan “anak-anak Allah” dalam Kitab Suci, tidak saja ada di Mat 5:9 namun ada juga di banyak ayat lainnya. Pada Mat 5:9, dijelaskan tentang sebutan anak-anak Allah bagi mereka yang membawa damai, sebab Allah sendiri adalah Sang Raja Damai (lih. Yes 9:6). Maka jika kita membawa damai kita disebut menjadi anak-anak-Nya. Rasul Yohanes juga menuliskan hal yang sama dalam suratnya, “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah…” (1 Yoh 3:1). Namun frasa “anak-anak Allah” ini tidak untuk diartikan bahwa kita manusia setara dengan Kristus Sang Anak Allah. Ayat-ayat lainnya di dalam Kitab Suci menjelaskan tentang hal ini:
Kristus disebut sebagai Anak Allah yang Tunggal yang telah diutus Allah ke dunia (Yoh 1:18; 3:16, 1 Yoh 4:9) sehingga manusia dapat memperoleh hidup yang kekal. Maka kedudukan Yesus sebagai Anak Allah merupakan kedudukan yang tunggal, yang tidak dimiliki oleh siapapun lainnya.
Orang-orang yang mengimani Kristus dan dibaptis, menerima Roh Allah, sehingga oleh Roh Allah itu mereka menjadi anak-anak Allah, “tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15). Dengan demikian, umat Kristen yang dibaptis, yang dilahirkan kembali oleh air dan Roh Kudus (lih. Yoh 3:5), menerima Roh Allah itu sendiri, sehingga menjadi anak-anak angkat Allah di dalam Kristus. Oleh karena itu, umat Kristen dapat memanggil Allah dengan sebutan “Bapa”.
3. Karena disebut Kudus, maka Yesus adalah Allah?
Nampaknya Anda tidak mengutip ayatnya secara keseluruhan, sehingga terjadi kebingungan. Ayat yang bersangkutan adalah Luk 1:30-35:
“Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Maka Yesus adalah Allah, bukan hanya karena Ia disebut kudus, tetapi karena Ia disebut kudus, Anak Allah. Perkataan Allah ini disampaikan kepada Bunda Maria oleh malaikat, yang memberitahukan Kabar Gembira kepadanya, bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki yang hendaknya diberi nama Yesus, dan Yesus ini akan disebut Anak Allah yang Maha Tinggi, dan disebut kudus, Anak Allah. Tidak ada seorangpun dalam Kitab Suci, atau malaikat, yang kepadanya Allah menyebut sebagai Anak Allah yang Mahatinggi dan kudus, Anak Allah. Sebutan ini hanya ditujukan kepada Yesus Kristus.
Memang dalam 1 Pet 1:16, Allah memerintahkan umat-Nya agar hidup kudus. Maka jika dikatakan, “Kuduslah kamu…”, maka di sini yang harus kudus adalah umat/ Gereja-Nya, sebagaimana disebutkan di awal surat Rasul Petrus, yaitu kepada “orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus…. ” (1 Pet 1:2).
Sedangkan tentang orang-orang kudus yang bangkit dari kubur, sudah pernah saya tanggapi di jawaban saya di pertanyaan Anda yang lain, di jawaban ini, silakan klik.
4. Dalil eksplisit bahwa Yesus adalah God atau Yahweh?
Silakan membaca kembali artikel di atas, atau yang secara singkat pernah ditulis di sini, silakan klik
Bagi kami umat Kristiani, apa yang tertulis di Kitab Suci sudah jelas menunjukkan bahwa Kristus adalah Allah (God), walaupun Kristus memang tidak menyebut diri sendiri sebagai Yahweh. Memang tidak ada ayat di mana Yesus mengatakan, “Aku adalah Allah/Yahweh, sembahlah Aku”. Namun dari ayat-ayat yang tertulis dalam Kitab Suci ada banyak ayat yang menunjukkan bahwa Ia adalah Allah. Seperti halnya fakta bahwa Bill Gates adalah seorang yang sangat kaya, meskipun ia tak pernah mengatakan bahwa “saya adalah orang kaya”, karena data penghasilannya menunjukkan hal itu dengan gamblang. Atau Albert Einstein, tanpa perlu mengatakan, “saya sangat pandai”, namun dari segala penemuannya, orang mengetahui bahwa ia adalah seorang yang genius.
Kami umat Kristiani menghormati cara Allah menyatakan diri-Nya di dalam Yesus Kristus, dengan cara-Nya sendiri, yaitu dengan merendahkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi manusia, dan dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Ia merendahkan diri-Nya sampai wafat di kayu salib (lih. Flp 2: 5-11). Dalam semangat kerendahan hati-Nya ini, adalah kebijaksanaan Yesus untuk tidak menyatakan diri-Nya Allah dengan cara seperti yang diinginkan manusia (benar-benar secara eksplisit menyebut diri-Nya Yahweh), tetapi dengan cara-Nya sendiri Yesus menyatakan diri-Nya adalah Sang Yahweh, terutama dengan mengatakan bahwa diri-Nya, “Aku adalah Aku/ I am who am“, yang memang adalah sinonim/ arti kata ‘Yahweh’ itu sendiri. Demikian pula ada banyak ayat dalam Kitab Suci yang menuliskan bahwa Yesus adalah Tuhan, di mana Tuhan di banyak ayat yang lain, sama artinya dengan Allah. Lalu perkataan dan perbuatan Kristus sungguh mencerminkan bahwa Ia adalah Allah. Maka Yesus menyatakan diri-Nya Allah dengan banyak cara, sebagaimana juga pernah diuraikan di artikel ini, silakan klik, tanpa perlu mengatakan, “Aku adalah Allah, sembahlah Aku”. Di sinilah ada peran iman, dari pihak manusia, untuk dengan kerendahan hati menerima pernyataan Allah itu. Maka hal iman akan Kristus Yesus itu adalah suatu karunia. Karunia Allah ini memang diberikan kepada manusia bersamaan dengan kehendak bebas untuk menerima atau menolaknya. Bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah, tidak ada kesulitan untuk menangkap bahwa Yesus Kristus adalah sungguh Allah, walaupun Ia juga adalah sungguh manusia. Namun bagi sekelompok orang, mungkin sulit menerima hal itu karena alasan-alasan tertentu. Tuhan Yesus tidak pernah memaksa orang harus percaya kepada-Nya, namun bagi mereka yang mencari Allah dengan kesungguhan hati dan dengan kerendahan hati membaca Kitab Suci, tidaklah sulit untuk melihat kebenaran ini terpampang di depan mata hatinya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam, Kang Iwan
Syukur pada Allah karena Ia memberikan Kang Iwan semangat untuk terus mencari kebenaran Allah dengan kritis. Semoga melalui diskusi yang membangun dengan Katolisitas, Kang Iwan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat.
Kang Iwan, saya tidak tahu apakah Kang Iwan sudah membaca artikel-artikel yang berhubungan dengan pertanyaan Kang Iwan atau belum. Namun, pertanyaan Kang Iwan sebenarnya sudah pernah dibahas di berbagai artikel, terutama dalam bagian tanya jawab di bawah setiap artikel.
Saya hanya tahu sedikit, namun izinkan saya berbagi sedikit dari yang saya tahu mengenai Yesus menyebut diriNya Yahweh. Seperti yang kita tahu, Yahweh adalah pengucapan yang berasal dari YHWH. Nama Allah yang kudus bagi orang Israel dan hanya diucapkan setahun sekali oleh Imam Agung dalam perayaan Yom Kippur. Arti nama ini sebenarnya juga cukup unik, dimana artinya adalah “Akulah aku” atau “I who am”.
Yesus sering secara implisit mengasosiasikan nama ini dengan diriNya dalam beberapa peristiwa. Salah satunya adalah ketika kaum Farisi dihardik Yesus sebagai keturunan Iblis, yang kemudian membela diri mereka dengan menyebut diri mereka keturunan Abraham. Yesus lalu menjawab,”Before Abraham was, I Am (Yoh 8:58). Contoh lain adalah saat penangkapannya di Getsemani. Para penjaga jatuh ketakutan berkali-kali ketika pertanyaan mereka dijawab oleh Yesus dengan,”Akulah” atau “I Am”.
Secara tersamar, Yesus menyatakan Ialah Yahweh melalui berbagai kejadian lainnya, yang pernah didiskusikan dalam situs ini dan dapat Kang Iwan temukan dengan sedikit mencari. Masih ada juga sumber lain yang pernah membahas mengenai keAllahan Yesus. Memang sedikit merepotkan, namun apa yang kita peroleh setelah pencarian kita yang sedikit melelahkan itu bernilai. Semoga Allah menuntun kita pada kepenuhan kebenaranNya.
Pacem,
Ioannes
[Dari Katolisitas: Benar, bahwa YHWH/ Yahweh mempunyai arti, “Aku adalah Aku” (I Am Who Am). Ungkapan ini menunjukkan bahwa keberadaan, hakekat ataupun identitas Allah sebagai Asal dan Pencipta segala sesuatu, tidak tergantung siapapun atau apapun, sehingga nama-Nya (yang menggambarkan identitas-Nya) berasal dari Diri-Nya sendiri, tidak berasal dari sesuatu yang lain. Demikianlah, Yesus mengacu kepada ungkapan “I am” ini dalam beberapa kesempatan, salah satunya adalah ketika Ia menyatakan bahwa Ia sudah ada sebelum Abraham (lih. Yoh 8:58). LAI menerjemahkan “I am” ini menjadi “Aku ada”, demikian, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.”].
Sdr Ioannes dan redaktur katolisitas yg sya hormati, tks atas kesediaannya untuk memberi penjelasan, namun ijinkan lah saya untuk menyampaikan pertanyaan sbb:
1. Tentang nama yesus yang berasal dari kata yosua atau Yahweh,yang bermakna aku aku adalah aku, apakah nama yesus atau yosua itu memang sdh disandang yesus sejak lahir dan sdh dipercayai sebagai tuhan, apakah maria dan yusuf pd waktu yesus sejak dlm kandungan sudah mengetahui bahwa yesus itu tuhan. sebagaimana kita baca dalam injil mat.1:18-25, padahal disitu jelas namanya immanuel dan artinya beda yaitu tuhan bersama kita, dan anak yg dikadung maria dari roh kudus bukan roh kudus itu sendiri. Kenapa kalau memang yeusus adalah allah kenapa ayatnya tdk berbunyi bahwa bayi itu adalah allah, dan sikap yusuf dan maria biasa saja ketika kalau memang yg dikandungnya adalah tuhan, ada tuhan didalam perut saya kata maria mungkin demikian.
2. Yang menjadi inti pertanyaan yg belum terjawab adalah kenapa selalu digandengkan anata yesus atau lord dengan god atau allah seperti contoh mat.16:22″Tuan(lord/yesus)kiranya Allah (god) menjauhkan hal itu, hal itu tdk akan menimpa engkau (yesus/lord)”, maka ditarik kesimpulan bahwa yesus berbeda dengan Allah.
3. Kalau memang yesus sama dengan Allah atau yesus adalah Allah kenapa sampai saat ini selalu dimaknai individu yg berbeda antara allah dgn yesus,
Mohon tanggapanya,
Salam hormat
Kang Iwan
Salam, Kang Iwan
Terima kasih atas kesediaan Kang Iwan untuk berdiskusi. Semoga kita dituntun Allah kepada kepenuhan kebenaranNya.
Saya mengajak Kang Iwan untuk membaca Kitab Suci secara keseluruhan. Hanya dengan mengutip satu persatu ayat atau perikop tertentu dalam Kitab Suci tidak akan membawa diskusi dan pemahaman kita kemanapun. Termasuk ketika Kang Iwan mengutip peristiwa Kabar Gembira Malaikat pada Bunda Maria atau peristiwa dimana Petrus berusaha menyangkal penderitaan yang Yesus sendiri katakan akan Ia pikul.
Kitab Suci adalah rencana keselamatan Allah yang diwahyukan secara bertahap. Oleh sebab itu, kita dapat melihat pula bahwa dalam perjalanan para murid bersama Kristus, mereka juga tidak langsung memahami bahwa Yesus adalah benar-benar Allah. Mereka mengerti secara bertahap juga. Mungkin mereka pernah mendengar atau pernah terbersit bahwa Yesus menyatakan bahwa DiriNya adalah Allah. Namun, iman yang teguh akan pernyataan itu baru dimiliki mereka setelah kebangkitan Kristus dan pencurahan kuasa Roh Kudus di hari Pentakosta.
Disini, kita bisa melihat bahwa iman adalah anugerah. Para imam dan kaum Farisi juga mengetahui bahwa Yesus menyatakan DiriNya Allah, yang dianggap penistaan agama Yahudi dan membawa Yesus pada hukuman mati. Namun, mereka yang mengetahui tidak mengimani karena mereka menolaknya. Kita juga melihat pernyataan keAllahan Yesus ini tidak hanya diperdebatkan dalam peristiwa ketika Yesus hidup, namun hingga hari ini. Tidak semua orang percaya bahwa Yesus adalah Allah pencipta alam semesta [dari Katolisitas: karena segala sesuatu dijadikan oleh Kristus yang adalah Sang Firman yang adalah Allah, lih. Yoh 1:1-3)] yang rela menjelma menjadi manusia demi menebus dosa-dosa manusia. Dengan mengikuti perkembangan Gereja Perdana beserta Bapa-bapa gereja melawan bidaah, kita akan melihat bahwa kesaksian Yesus sebagai Allah bersumber dari Kristus dan dipertahankan seumur hidup Gereja.
Pada akhirnya, saya mencoba mengajak Kang Iwan untuk membaca Kitab Suci secara keseluruhan sambil memperhatikan konteks, gaya bahasa, dan jenis tulisan kitab-kitabnya. Kompleks? Memang membaca Kitab Suci secara analitik tidak pernah mudah. Oleh sebab itu, St. Petrus mengingatkan bahwa Kitab Suci tidak boleh sembarangan ditafsirkan [dari Katolisitas: edit, lihat 2 Pet 1:20-21: “….nubuat-nubuat Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Di sinilah perlunya peran Gereja yang telah diberi kuasa/ wewenang oleh Kristus untuk menafsirkan Kitab Suci, sesuai dengan kehendak Allah.], karena penafsiran pribadi dapat membawa kesesatan. Syukur, Kristus memberikan Gereja dengan Wewenang Mengajar yang dengan setia menjaga penafsiran Kitab Suci dan ajaran Kristus dari segala penyesatan.
Saya kira, perkara ini hanya bisa Kang Iwan mengerti bila Kang Iwan membuka hati untuk mempercayainya. Dan, langkah konkrit untuk membuka hati tentu saja adalah meminta Allah memberikan iman tersebut. Jangan takut! Setelah Allah memberikannya, Kang Iwan akan paham sebagaimana umat Katolik paham mengenai keAllahan Yesus. Dari situ, Kang Iwan masih bebas untuk memilih percaya atau tidak. Tetapi, setidaknya Kang Iwan akan memperoleh sudut pandang yang Kang Iwan butuhkan untuk menjawab pertanyaan Kang Iwan. Selanjutnya, terserah Kang Iwan :D
“Crede ut intelligas, intellige ut credas” – St. Augustine of Hippo.
[Dari Katolisitas: artinya, Saya percaya agar memahami, saya memahami agar percaya]
Pacem,
Ioannes
Comments are closed.