Sharing pelayanan oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

Aku, pada tanggal 28 September 2015, siap merayakan Ekaristi untuk mengenang berpulangnya sahabatku ke rumah Bapa, Marcelllus. Sebelum aku berangkat ke rumahnya, aku membaca status PP di blackberry istrinya, Novi. Statusnya menyentuh kalbu karena merangkumkan makna dan kekuatan cinta: “Bye Marcellus … till we meet again. My love for you never dies (Selamat jalan Marcellus … sampai kita bertemu lagi. Cintaku kepadamu tak akan pernah berakhir)”. Statusnya menjadi permenunganku pada Misa yang membuat banyak umat terharu. Cinta memang tidak akan pernah mati walaupun raga telah bersatu dengan bumi.

Keabadian cinta dinyatakan dalam pesan-pesan dari peristiwa-peristiwa yang mengiringi kepergiannya. Setelah berbaring tenang di tempat peristirahatannya pada tanggal 23 Agustus 2015, peringatan pernikahannya dengan Novi jatuh pada tanggal 04 September 2015. Pesta pernikahan mereka itu melambangkan kebahagiaan abadi dalam Kerajaan Allah karena bersatunya cinta. Dua hari kemudian, tepatnya tanggal 06 September 2015, merupakan hari ulang tahunnya. Ulang tahunnya melambangkan kehidupan baru. Lima hari sesudah hari ulang tahunnya adalah hari ulang tahun puterinya, yaitu tanggal 11 September 2015. Ulang tahun kelahiran puterinya melambangkan kelahiran anak Allah. Kepergiannya, sebagai sebuah saat dukacita, dan peristiwa-peristiwa sukacita kehidupan yang mengikutinya itu memberikan pesan pengharapan. Kematian adalah jalan menuju sukacita Kerajaan Allah karena lahir baru sebagai anak Allah. Peristiwa-peristiwa cinta yang mengiringi kepergian Marcellus itu semakin memperkuat keyakinan Novi bahwa cintanya kepada suaminya tidak akan pernah terhapus di dalam dirinya. Cinta akan mempersatukan mereka lagi di surga.

Cinta tidak berarti tidak ada air mata. Air mata cinta mengandung kekuatan yang luar biasa. Sebutir air mata cinta mampu menanggung sejuta derita dan memberi sejuta pengharapan. Kekuatan cinta itu disharingkan Novi pada akhir Misa. Ia mensharingkan pesan terakhir dari suaminya pada detik-detik terakhir hidupnya. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Marcellus meletakkan kepala Novi di bahunya sambil menyampaikan pesan di tengah deraian air mata: “Ma, maafkan Papa karena tidak bisa menemanimu sampai pada garis finish kehidupanmu”. Ia juga memberikan pesan kepada puteri bungsunya, yang duduk di sekolah lanjutan atas: “Nak, maafkan Papa karena Papa tidak bisa menemanimu untuk mencapai cita-citamu sebagai arsitek”. Pesan yang disampaikannya kepada puteri sulungnya, yang sedang belajar di fakultas kedokteran: “Nak, engkau harus fight/berjuang sekuat tenaga untuk dapat meraih cita-citamu menjadi dokter”. Setelah menyampaikan pesannya penuh cinta kepada orang-orang yang tercinta, ia menghadap Bapa dengan tenang, pada tanggal 20 Agustus 2015. Ia menghadap Bapa dengan telah menerima Sakramen Perminyakan Suci dariku tanggal 17 Agustus 2015.

Pesannya menjadi pesemangat bagi Novi dan anak-anaknya dalam menjalani kehidupan. Marcellus tetap ada walaupun tak bisa dilihat mata seperti yang Novi ungkapkan:

“Walaupun engkau telah tiada,

nafasmu tetap terasa,

menenangkan jiwa,

untuk terus melangkah,

sampai aku pun meraih mahkota jiwa,

bersama engkau di tahta surga

Itulah cinta bagaikan nafas,

yang tiada pernah berhenti berhembus

untuk memberi kehidupan”.

Kesimpulan sebagai pesan: air mata cinta itu lemah lembut bagai rumput yang tak hancur dipukul angin ribut. Ia juga kuat bagai batu karang di dasar lautan yang tak terusik dilanda gelombang. Air mata cinta mengalir dari hati Bapa yang senantiasa tersedia untuk menampung duka dan menyalurkan kekuatan. Hidup ini diperlukan badai untuk membuktikan tempat bernaung yang sejati, yang diberikan Tuhan bagi yang tekun mencari: “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yesaya 40:31).

Tuhan Memberkati