[Hari Minggu Prapaskah V: Yer 31:31-34; Mzm 51:3-15; Ibr 5:7-9; Yoh 12:20-33].
Ketika aku membaca penjelasan St. Agustinus tentang Injil hari ini, mata hatiku terbuka akan begitu indahnya makna perikop ini. Semoga penjelasan St. Agustinus ini mencerahkan kita semua:
“Lihatlah, sementara orang-orang Yahudi berusaha membunuh Yesus, namun di sini disebutkan, bahwa orang-orang Yunani mau berjumpa dengan-Nya. Dengan demikian, kaum yang bersunat dan tidak bersunat yang tadinya sangat jauh terpisah… kini bertemu di dalam iman akan Kristus. Dan Yesus menjawab, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.” Apakah Ia berpikir bahwa Ia ditinggikan karena orang-orang Yunani ini mau bertemu dengan-Nya? Tidak. Tetapi Ia melihat bahwa setelah wafat dan kebangkitan-Nya, bangsa-bangsa lain akan percaya kepada-Nya. Ia menganggap permohonan beberapa orang Yunani ini sebagai kesempatan untuk memaklumkan datangnya seluruh bangsa-bangsa lain, sebab saatnya Ia dimuliakan telah dekat, dan bahwa setelah Ia dimuliakan di Surga, bangsa-bangsa lain akan percaya; seperti disebutkan dalam Mazmur, “Tinggikanlah diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!” (Mzm 57:6)
Tetapi kemuliaan-Nya harus didahului oleh sengsara-Nya, maka Yesus berkata, “Sesungguhnya jika biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, Ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh 12:24). Yesus-lah biji itu, yang mati oleh ketidakpercayaan bangsa Yahudi, namun yang akan menghasilkan banyak buah oleh iman dari bangsa-bangsa lain.
Bagaimana memahami, “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya?” (Yoh 12:25) Ini dipahami dalam dua arti: 1) Jika kamu ingin mempertahankan nyawamu di dalam Kristus, jangan takut mati untuk Kristus. 2) Jangan mencintai nyawamu di dunia ini, sebab sesudahnya kamu akan kehilangan nyawamu. Ia yang membenci nyawanya di dunia ini, akan memperolehnya di kehidupan kekal. Tapi jangan terburu-buru berpikir, bahwa dengan membenci nyawamu, itu artinya kamu boleh bunuh diri. Sebab orang-orang yang menyimpang telah salah memahaminya, dan telah membakar diri atau mencekik dirinya sendiri… untuk mengakhiri hidupnya. Ini tidak diajarkan Kristus! Tetapi ketika tidak ada pilihan bagimu, ketika penganiaya mengancammu dan kamu harus memilih antara mengingkari hukum Tuhan atau mati, maka bencilah nyawamu di dunia ini, supaya kamu dapat memperolehnya dalam kehidupan kekal.
Tetapi apakah artinya “melayani Kristus”? Mereka yang melayani Kristus adalah mereka yang tidak mencari apapun bagi dirinya sendiri tetapi bagi Kristus, yaitu mereka yang mengikuti Dia, berjalan di jalan-Nya, dan melakukan perbuatan-perbuatan baik demi Kristus…, sehingga akhirnya mereka menyelesaikan karya kasih yang besar, dan menyerahkan nyawa mereka bagi saudara-saudara mereka. Tapi kamu bertanya, apakah upahnya? Jawabannya ada di kalimat berikut: “Dan di manapun Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada” (Yoh 12: 26). Maka kasihilah Dia demi diri-Nya sendiri, dan pikirkanlah upah yang demikian besar bagi pelayananmu, yaitu kamu akan ada bersama dengan Dia…
Yesus menghendaki kamu agar bangkit dari kelemahanmu. Ia mengambil kerapuhan manusia, supaya dapat mengajarkan kepada mereka yang rapuh untuk berkata, “Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu lah yang terjadi.” Dan Yesus melanjutkan, “Sebab untuk itulah aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!” Yaitu, di dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Mu. Maka dari Sorga terdengar suara, “Aku telah memuliakan-Nya”, yaitu sebelum Allah menciptakan dunia; “dan akan memuliakan-Nya lagi!” Yaitu, ketika Engkau bangkit dari kematian. Atau, “Aku telah memuliakan-Nya”, yaitu ketika Engkau dilahirkan oleh seorang Perawan, mengerjakan berbagai mukjizat, dinyatakan oleh Roh Kudus yang turun dalam rupa burung merpati; “dan akan memuliakan-Nya lagi”, yaitu ketika Engkau bangkit dari kematian, dan sebagai Allah, ditinggikan di atas langit dan kemuliaan-Mu mengatasi bumi. Para bangsa akan berdiri dan mendengarnya. Maka suara dari Sorga itu tidak datang untuk memberitahu Yesus—sebab Ia sudah mengetahuinya—tetapi kepada orang-orang banyak itu, yang perlu mengetahuinya. Jadi suara itu datang bukan demi Dia tetapi demi mereka.
Penghakiman di akhir dunia adalah berkenaan dengan penghargaan kekal atau penghukuman kekal. Tetapi terdapat penghakiman lainnya, yang bukan penghukuman tetapi pemilihan. Inilah yang dimaksudkan di sini, yaitu pemilihan orang-orang yang ditebus-Nya sendiri, dan pembebasan mereka dari kuasa setan. Kini penguasa dunia telah dilemparkan ke luar. Setan disebut penguasa dunia di sini, namun tidak untuk diartikan sebagai penguasa langit dan bumi. Tuhan tidak mengizinkan hal itu terjadi. Dunia di sini maksudnya adalah orang-orang jahat yang telah tersebar di seluruh dunia. Dalam arti ini, setan adalah penguasa dunia, yaitu: penguasa semua orang jahat yang hidup di dunia. [Namun] dunia juga kadang dimaksudkan sebagai orang-orang baik yang tersebar di seluruh dunia, contohnya di ayat: Allah, di dalam Kristus mendamaikan dunia, dengan diri-Nya (2Kor 5:19). Ini adalah mereka, yang dari dalam hati mereka-lah, setan, penguasa dunia dilemparkan ke luar. Tuhan kita telah mengetahui bahwa setelah sengsara, wafat dan kemuliaan-Nya, bangsa-bangsa di seluruh dunia akan bertobat. Dari dalam hati merekalah, yang telah sungguh menolak setan, setan itu akan dilemparkan ke luar.
“Apabila Aku ditinggikan dari bumi”, kata Yesus. Yesus tidak ragu, bahwa Ia akan menyelesaikan karya keselamatan, yang karenanya Ia datang. Ia ditinggikan, maksud-Nya adalah: dengan sengsara dan wafat-Nya di salib. Sebagaimana dikatakan Yohanes Penginjil, “Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana cara-Nya Ia akan mati” (St. Agustinus, seperti dikutip oleh St. Thomas Aquinas dalam Catena Aurea).
Di Minggu ke-V Prapaska ini, kita semakin mendekati peringatan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Kita diajak untuk menjadi orang-orang yang bertobat, sehingga dari dalam diri kita, setan akan dilemparkan ke luar. Kita dikuatkan di dalam kerapuhan kita, untuk berserah kepada Tuhan, dan membiarkan kehendak-Nya terjadi dalam kehidupan kita, sebab Ia pasti memberikan yang terbaik. Kita diundang untuk memberikan keseluruhan diri kita untuk Kristus dan melayani Dia, dan bukan melayani kehendak kita sendiri. Supaya dengan demikian, kita dapat selalu bersama-sama dengan Kristus: di manapun Ia berada, kitapun berada. Dalam kebersamaan ini, kita akan dimampukan menghadapi apapun pergumulan hidup kita, sebab bukankah firman Tuhan berkata, “Jika Allah ada di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rm 8:31)
Semoga Tuhan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sehingga kita dapat sungguh bertobat dan kembali kepada-Nya. Biarlah bersama pemazmur hari ini, kita daraskan doa ini dalam hati kita, “Sebab dengan belas kasih-Mu, Engkau begitu menyayangiku, dan karena itu kumohon, semoga Engkau rela membersihkan jiwaku” (lih. Mzm 51: 3-4).