[Minggu Adven I: Yes 2:1-5; Mzm 122:1-9; Rm 13:11-14; Mat 24:37-44]
Ada suatu saat, ketika rumah kami sedang direnovasi, sahabat kami datang berkunjung. Waktu itu bertepatan dengan saat aku harus mengerjakan suatu tugas karena dikejar deadline. Akibatnya, aku tidak sempat membereskan rumah. Ada rasa tak enak, kedatangan tamu pada saat rumah sedang berantakan tak karuan. Setelah sahabat kami pulang, aku terhenyak: beginikah rasanya kalau Tuhan datang pada saat yang tidak aku duga?
Hari ini kita memasuki pekan Adven yang pertama. ‘Adven’ sendiri artinya adalah kedatangan. Maka di masa Adven ini, Gereja mengajak kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Sang Tamu Agung kita, yaitu Kristus, yang akan kita rayakan pada hari Natal sekitar 4 minggu yang akan datang. Bacaan-bacaan Kitab Suci di Misa sejak dari bulan lalu telah mengajak kita merenungkan saat Tuhan Yesus datang kembali, entah di saat kematian kita atau di saat akhir zaman. Permenungan tersebut membantu kita menilik ke dalam hati kita: Apakah aku siap menyambut Kristus? Apakah hatiku sudah bersih, sehingga Tuhanku dapat menemukan tempat yang layak bagi-Nya?
Di bacaan Injil hari ini, Yesus menggambarkan kedatangan-Nya seperti halnya pada zaman Nabi Nuh. Orang-orang disibukkan dengan urusan mereka sendiri, makan dan minum, kawin dan mengawinkan (lih. Mat 24:37), sehingga tidak mempedulikan kehendak Allah yang disampaikan oleh nabi-Nya. “Berjaga-jagalah”, kata Tuhan Yesus, “sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga” (Mat 24:44). Apakah yang harus kita lakukan untuk berjaga-jaga menantikan Yesus? Beato Paus Yohanes Paulus II, menjelang Natal di tahun 1980 berkhotbah di depan 2000 orang anak-anak di salah satu paroki di Roma. Paus memulai pengajarannya dengan dialog sederhana: “Bagaimana kalian mempersiapkan diri untuk hari Natal?” “Dengan berdoa”, jawab anak-anak itu. “Baik sekali, dengan berdoa,” kata Paus, “tetapi harus juga dengan mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan dosa. Maka kalian juga harus mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan… Maukah kalian melakukannya?” Dengan suara lebih keras anak-anak itu menjawab, “Kami mau!” Dan Paus berkata, “Ya, kalian harus melakukannya.” Lalu dengan suara yang lebih lembut Paus berbisik, “Paus juga akan mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan dosa, supaya dapat menyambut Kanak-kanak Yesus dengan layak.” Demikianlah, semoga kitapun dapat mempunyai kerinduan untuk mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan, di minggu-minggu mendatang ini menjelang hari raya Natal. Sebab kita dapat selalu menerima kerahiman Allah dalam sakramen ini dengan sikap batin yang lebih baik, sebagai hasil dari pemeriksaan batin yang lebih mendalam.
Mari menjadikan pengakuan dosa kita bukan sekedar formalitas menjelang hari Natal, namun menjadikannya kesempatan untuk sungguh membersihkan hati kita dari dosa-dosa kita, terutama dari dosa-dosa yang sering kita lakukan, ataupun dosa yang bertahun-tahun lamanya belum diakui, entah karena malu atau enggan. Masa Adven adalah masa persiapan untuk memberikan tempat yang layak di hati kita bagi Tuhan Yesus Sang Tamu Agung. Sebab tantangan di zaman nabi Nuh, juga menjadi tantangan bagi kita di zaman sekarang ini: yaitu apakah kita mau melaksanakan kehendak Tuhan atau malah kita lebih condong untuk sibuk dengan berbagai urusan kita sendiri, sampai-sampai tidak menyadari bahwa Tuhan Yesus mau datang, dan tinggal di hati kita.
“Bunda Maria, bantulah kami untuk memasuki masa Adven ini dengan lebih baik. Arahkanlah pikiran dan hati kami kepada Putera-Mu Yesus, sebagaimana dahulu engkau memusatkan perhatianmu kepada-Nya. Semoga pikiran dan hati kami tidak dipenuhi dengan berbagai hal yang kurang penting jika dilihat dalam terang kedatangan Yesus Tuhan dan Juruselamat kami.”