[22 Oktober 2017. Hari Minggu Biasa ke-29. Mat 22:15-21]
15. Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. 16. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.
17. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” 18. Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? 19. Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. 20. Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” 21. Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Teman-teman,
Injil hari ini berbicara mengenai integritas atau kesatuan hidup kita sebagai orang-orang Kristen. Integritas diwujudkan dalam dua hal: dalam keberanian kita untuk menghidupi iman Kristen tanpa “mencari muka” dan dalam usaha kita untuk mempersembahan segala sesuatu kepada Allah.
Pertama-tama, kita patut menghidupi iman Kristen tanpa “mencari muka”. Meskipun orang-orang di sekitar kita tidak menerima Kristus, kita harus berani menunjukkan identitas kita sebagai pengikut-Nya dan mewartakan kebenaran, karena “setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 10:32-33).
Kedua, kita diajak untuk mempersembahan segala sesuatu kepada Allah. Tentu kita bisa membedakan hal-hal alami yang berasal dari Allah (natural goods)—St. Thomas Aquinas menggunakan roti dan anggur sebagai contoh (Super Mt., cap. 22 l. 2)—dan hal-hal buatan tangan manusia (artificial goods); oleh karena itu, Kristus berkata: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (21). Namun, kita bisa mengartikan kata-kata ini secara mistik: segala hal duniawi haruslah diserahkan kepada Allah, karena Allah adalah “pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan” (Pengakuan iman Nisea-Konstantinopel; St. Thomas Aquinas, Super Mt., cap. 22 l. 2: “omnia quae sunt carnis, quae sunt mundi, vel hominum cum quibus conversantur, reddant Deo”).
Semoga Ekaristi hari ini menolong kita untuk menghidupi iman Kristen kita dengan integritas penuh: hendaknya kita menyerahkan kepada Allah hidup kita tidak hanya di dalam bangunan gereja, namun juga di rumah dan di tempat kerja kita tanpa “mencari muka”.