Pertanyaan:

Dear Bp. Stefanus,

Terima kasih atas jawabannya.
Saya ingin bertanya beberapa hal :
1. Apa bedanya babtisan secara protestan dan secara katholik?
2. Salah apa tidak seorang protestan yang telah dibabtis secara protestan, akan tetapi menerima komuni pada saat penerimaan komuni.
3.Saya pernah membaca surat babtis istri saya, bahwa ia telah dibabtis dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Samakah Bapa, Putera dan Roh Kudus dengan Tuhan Yesus Kristus

Terima kasih, Daniel

Jawaban:

Shalom Daniel,

Berikut ini adalah yang dapat saya sampaikan untuk pertanyaan anda:
1. Gereja Katolik mengakui adalanya satu Pembaptisan, dan karenanya Gereja Katolik mengakui Pembaptisan dari gereja lain, asalkan dilakukan dengan forma/ rumusan yang benar, dan dengan intensi/ maksud yang sesuai dengan yang dilakukan oleh Gereja Katolik. Forma/rumusan yang benar adalah Pembaptisan dilakukan dalam nama Allah Bapa, dan Putera dan Roh Kudus.

Pastor Paroki mempunyai daftar nama-nama gereja Protestan yang Pembaptisannya diakui oleh Gereja Katolik, yaitu yang tergabung dalam PGI. Silakan klik di sini untuk mengetahui daftar nama gereja-gereja tersebut.  Jika gereja tempat istri anda termasuk di dalamnya, maka seandainya ia ingin menjadi Katolik, maka ia tidak perlu dibaptis ulang, hanya perlu dikukuhkan saja, setelah memperoleh pengajaran beberapa topik sesuai dengan ajaran Gereja Katolik seperti tentang sakramen-sakramen, Maria, Gereja, dst. Jika tidak, maka jika istri anda mau menjadi Katolik, maka ia harus mengikuti masa katekumen, dan kemudian dibaptis menurut ketentuan yang berlaku dalam Gereja Katolik.

Sesungguhnya makna umum Pembaptisan Katolik ada dua: yaitu penghapusan dosa (dosa asal dan dosa aktual/ pribadi) dan kebangkitan dan kehidupan baru bersama Yesus oleh kuasa Roh Kudus. Maka Pembaptisan bagi orang Katolik merupakan semacam ‘pintu gerbang’ untuk memperoleh rahmat Allah yang diberikan melalui sakramen- sakramen yang lain, yang memungkinkan umat beriman untuk mengambil bagian dalam kehidupan ilahi yang menghantar kita kepada hidup yang kekal. Silakan membaca lebih lanjut dalam artikel Sudahkan kita diselamatkan, silakan klik, memperoleh penjelasan akan makna Pembaptisan dalam Gereja Katolik.

2. Apakah seorang Protestan dapat menerima Komuni?

Saya pernah menjawabnya di sini, silakan klik.

Meskipun istri anda percaya akan kehadiran Yesus dalam Komuni kudus, namun komuni kudus juga dimaksudkan sebagai persatuan yang total antara kita dengan Tubuh Kristus, termasuk persatuan dengan Gereja Katolik sebagai Tubuh Mistik Kristus yang didirikan atas dasar iman Para Rasul. Di sinilah letak perbedaan pandangan, karena meskipun seseorang Protestan dapat mengakui bahwa Hosti itu adalah benar-benar Tubuh Kristus, namun ia tidak [belum] mengakui Gereja Katolik sebagai Tubuh Mistik Kristus di mana ia mau menggabungkan dirinya.

3. Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah Allah Tritunggal MahaKudus (Trinitas). Tuhan Yesus Kristus adalah Pribadi kedua dalam Allah Tritunggal. Rumusan baptisan “dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus,” sesungguhnya bukan rumusan yang sah menurut Gereja Katolik.

Romo Wanta menulis,

Rumusan baptis yang sah katolik: …. (nama baptis, misalnya Theresia) aku membaptis engkau dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. (dengan materi air dan forma seperti itu) dilakukan dengan menuangkan air di dahi-kepala calon baptis atau ditenggelamkan sebanyak 3 kali.

Maka di luar rumusan di atas, dianggap tidak sah.

Demikian yang dapat saya tuliskan tentang pertanyaan anda. Semoga berguna.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – www.katolisitas.org

26 COMMENTS

  1. Yth. Rm Boli Ujan atau pengasuh katolisitas
    Saya ingin bertanya tentang waktu pembaptisan orang dewasa di seputar Paskah. Seturut yg saya ketahui, baptisan yang paling ideal dilaksanakan di malam Paskah. Meski demikian, ada beberapa paroki yang membaptis di pekan kelima Prapaskah (sebelum Minggu Palma) dengan alasan praktis supaya misa malam Paskah tidak terlalu lama. Nah….sebetulnya bagaimana yang benar? Apakah memang boleh para katekumen dibaptis sebelum memasuki Pekan Suci atau di malam Paskah saja? Mohon juga diberikan dokumen-dokumennya sebagai pegangan bagi kami. Sebelum dan sesudahnya, kami ucapkan: Terima kasih. GBU always. Sukses selalu untuk katolisitas!

    • Shalom Barnabas,

      Memang idealnya, Pembaptisan dilaksanakan pada Malam Paskah, saat kita merayakan malam kebangkitan Tuhan Yesus dari maut. Sebab makna dasar Pembaptisan adalah sebagaimana disebutkan dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, demikian kutipannya:

      “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya….. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia….. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Rom 6:3-11, lih. juga KGK 1227)

      Berdasarkan arti ini, maka memang paling baik, jika memungkinkan, Pembaptisan dilakukan pada Misa Malam Paskah. Namun sering karena satu dan lain hal dan karena pertimbangan pastoral, ini menjadi tidak mungkin dilakukan, sehingga dicari waktu- waktu lain, seperti mendekati pesta nama Paroki, atau pada Misa hari Minggu lainnya. Hal ini tidak menyalahi ketentuan, sebab Kitab Hukum Kanonik 1983 menyebutkan bahwa Baptisan dapat dilakukan pada hari apapun juga, demikian:

      KHK 856    Meskipun baptis dapat dirayakan pada hari apapun, namun dianjurkan agar pada umumnya dirayakan pada hari Minggu atau, jika dapat, pada malam Paskah.

      Demikianlah, semoga uraian di atas berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. salam kenal, saya Krisan Paulino
    saya ingin bertanya.
    1. apa perbedaan sakramen pada agama Katolik dan Protestan??
    2. mengapa terjadi perbedaan tersebut??

    trimakasih….
    Salam Damai Kristus..

    • Shalom Krisan,

      Anda tidak menyebutkan sakramen apa dan gereja Protestan apa yang Anda maksudkan di sini, sebab terdapat puluhan ribu denominasi gereja-gereja non- Katolik, dan banyak di antara mereka malah tidak mengakui adanya sakramen-sakramen.

      Prinsip dasarnya, bagi Gereja Katolik, sakramen adalah pemberian Kristus, bukan sesuatu yang diciptakan/ dibuat oleh manusia. Oleh karena sakramen merupakan ‘pemberian’ maka terdapat syarat-syaratnya sesuai dengan kehendak Yang memberi. Dalam hal inilah Gereja Katolik secara turun temurun menyampaikan persyaratannya, dan salah satunya yang terpenting adalah adanya jalur apostolik yang menjadikan sakramen tersebut dapat dikatakan sah, yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang diajarkan Kristus dan para rasul. Itulah sebabnya sakramen- sakramen yang dilakukan oleh Gereja-gereja Timur yang memiliki jalur apostolik, juga diakui oleh Gereja Katolik sebagai sakramen yang sah.

      Maka perbedaan yang terbesar antara sakramen- sakramen di Gereja Katolik dan di gereja-gereja non- Katolik adalah jalur apostolik; dan dengan demikian pemahaman mereka akan makna sakramenpun menjadi berbeda dengan ajaran Gereja Katolik. Pemisahan diri dari kesatuan dengan Gereja Katolik itulah yang menyebabkan perbedaan- perbedaan pandangan tersebut, dan karena itu makna sakramen-sakramen dalam gereja-gereja non-Katolik tidak sama dengan makna sakramen-sakramen di dalam Gereja Katolik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Salam Kenal…..

    Saya johanes mau tanya mengenai pembaptisan, masalahnya begini :

    Adik saya menikah beda agama ( adik saya katolik n istrinya kristen ( GKI ) anaknya sudah dibaptis secara katolik tetapi kemudian mertua adik saya mau cucunya dibaptis lagi secara Kristen ( GKI ) yg saya tanyakan apakah baptisan secara katolik akan hilang maksud saya apakah nanti anaknya kalau sudah dibaptis secara kristen / GKI kalau ke gereja katolik bisa menerima sakremen-sakramen katolik? Dan seandainya anaknya tersebut ingin kembali menjadi katolik lg apakah ada syarat-syaratnya.

    Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan banyak terima kasih.

    Salam Damai Kristus.

    • Johanes Yth

      Pembaptisan dilakukan secarah sah tak terhapuskan maka dilakukan sekali saja terutama di Gereja Katolik. Kalau diulang lagi di gereja Protestan maka itu bukan pembaptisan menurut pandangan Gereja Katolik. Sekali lagi sakramen pembaptisan tidak akan hilang melainkan termeteraikan dalam diri anak yang terbaptis. Bila kembali ke Gereja Katolik bisa diterima kembali, maka mohon surat baptis jangan hilang.

      salam
      Rm Wanta

      • Terima kasih atas jawabannya Romo….

        Tapi bila si anak tersebut ke gereja katolik apakah diperbolehkan untuk menerima komuni?? dan apakah sakramen katolik yang lain bisa diterima si anak tersebut atau ada persyaratannya lagi?

        salam
        johanes

        • Shalom Johanes,

          Saya tidak tahu apakah anak tersebut telah dewasa atau tidak atau apakah masih kecil? Kalau dia telah dewasa dan dapat menggunakan akal budinya dan dia telah mendapatkan pendidikan iman Katolik secara benar, maka dia tidak akan mau dibaptis ulang. Gereja Katolik mengakui satu Tuhan, satu iman, satu baptisan (lih. Ef 4:5). Inilah sebabnya kalau umat dari gereja non-Katolik, yang telah menerima baptisan yang sah dan ingin masuk menjadi anggota Gereja Katolik, maka dia tidak dibaptis ulang. Dalam kondisi ini, maka kesalahannya bukan pada masalah baptis ulang di gereja lain, namun meragukan pengajaran dari Gereja Katolik. Kalau anak tersebut masih kanak-kanak, yang dipertanyakan adalah keputusan orang tuanya. Kalau memang anak tersebut telah menerima materai – yang tak terhapuskan – , mengapa pembaptisan tersebut harus diulang? Jadi, kalau memang belum terlanjur, menurut saya pribadi, janganlah anak tersebut dibaptis. Kalau hal ini telah terjadi dan anak tersebut telah dewasa, maka anak tersebut harus mengaku dosa terlebih dahulu sebelum menerima Komuni. Kalau anak tersebut masih kanak-kanak, maka orang tuanya (dalam hal ini ayahnya, yang Katolik) yang harus mengaku dosa, karena membiarkan anaknya dibaptis di gereja lain. Kalau kita benar-benar mempercayai bahwa kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik, maka kita harus yakin akan kebenaran iman kita, termasuk akan Sakramen Baptis yang telah kita terima. Semoga penjelasan ini dapat diterima.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • Terima kasih atas jawabannya…

            Sory saya banyak tanya,
            Kan bapak menyebutkan kalau anak tersebut mau menerima sakramen katolik dan anak tersebut blm dewasa maka orang tuanya yang akan mengaku dosa. sebaliknya kalau anak tersebut sudah dewasa maka si anak tersebut sendiri yg akan mengaku dosa.

            Kalau boleh tau batasan umur berapa anak tersebut bisa mengaku dosa sendiri tanpa harus orang tuanya yang mengaku dosa mewakili anaknya?? dan pengakuan dosa tersebut kepada romo atau uskup?

            Terima kasih
            Salam damai kristus
            johanes

          • Shalom Johanes,

            Terima kasih atas pertanyaannya. Secara prinsip, anak-anak dapat mengaku dosa setelah dia menerima komuni pertama, yaitu sekitar umur 10 tahun. Harapannya batasan umur ini dapat dipercepat, sesuai dengan dokumen Quam Singularis. Namun, saya mencoba membayangkan kalau anak seumur 10 tahun dan dipaksa oleh orang tuanya – yang dalam hal ini dipaksa oleh kakeknya – , maka anak tersebut mungkin hanya ikut saja. Ditambah lagi, kalau orang tua dari anak yang bersangkutan tidak memberikan pendidikan iman Katolik yang memadai. Oleh karena itu, tanggung jawab tetap di orang tua. Namun, kalau anak tersebut berumur sekitar 18 tahun, anak tersebut diharapkan telah dapat berfikir dengan lebih mandiri. Oleh karena itu, dia dapat setuju atau menolak keputusan baptis ulang. Dalam kondisi inilah, maka anak tersebut harus bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan dengan sadar. Tentu saja paksaan orang tua dapat mengurangi kesalahannya, namun pada akhirnya anak yang telah dewasa dapat mengambil keputusan. Namun, umur berapapun, kalau orang tuanya memaksa anak yang telah dibaptis Katolik untuk dibaptis lagi, maka orang tua yang beragama Katolik sebenarnya turut andil dalam kesalahan ini. Semoga jawaban ini dapat memperjelas.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

  4. Shalom bagi segenap tim Katolisitas.
    Saya memiliki beberapa pertanyaan seputar Ekaristi karena saya bingung untuk menemukan jawaban yang tepat atas pertanyaan2 dari teman yang bukan berasal dr Kristen Katholik.
    Mengapa didalam Ekaristi, umat hanya diberikan hosti yang telah dikonsekrasikan (tubuh Kristus) saja?Mengapa umat tidak diberikan anggur yang telah dikonsekrasikan (darah Kristus)?kenapa hanya Pastor yang boleh mengecap darah Kristus?memang dalam misa harian dimana umat yang hadir sedikit, sering dibagikan anggur yg telah dikonsekrasikan, tapi kenapa dalam misa mingguan tidak ya?
    bukankah Yesus sendiri telah bersabda untuk makan tubuh dan minum darahNya?
    Terima kasih.

    [dari katolisitas: silakan melihat jawaban ini – silakan klik]

  5. Shalom Tim Katolisitas,
    Saya ingin menanyakan hal2 yang berkaitan dg sakramen ekaristi. Karena saya ingin bs mempertahankan iman Katholik saya apabila ditanya oleh teman2 dr yg bukan Kristen Katholik.
    1. Mengapa didalam Ekaristi kita hanya menerima hosti yang telah dikonsekrasikan (tubuh Kristus) saja?

    [Dari katolisitas: silakan melihat jawaban ini – silakan klik]

  6. Salam Pa Stefanus

    Baptisan yg benar menurut bapak harus secara apa ya? Khatolik, protestan, atau sesuai dengan contoh kebenaran Firman Tuhan?
    Utk perjamuan, yg benar mana apa yg dilakukan di gereja khatolik yg jemaatnya makan hosty sedangkan pastor makan hosty dan minum anggur?

    Tolong ya pa di jawab

    • Shalom Adri,
      1. Baptisan yang benar adalah baptisan yang diadakan sesuai dengan Firman Tuhan, yaitu baptisan yang dilakukan di dalam nama Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, dengan air, yang dimaksudkan untuk melambangkan "pembersihan" dari dosa. Maka Pembaptisan yang demikianlah yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Sesuai dengan pengajaran Yesus sendiri dalam Yoh 3:5 bahwa seseorang harus dilahirkan kembali dalam air dan Roh untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, maka Gereja Katolik mengajarkan pentingnya Pembaptisan bagi seseorang untuk diselamatkan, yang melibatkan pertobatan dan kehidupan yang baru di dalam Kristus, dengan menjadi anggota Gereja-Nya. Silakan membaca dalam artikel "Sudahkah kita diselamatkan" silakan klik, untuk mengetahui tentang pengajaran Gereja Katolik tentang Pembaptisan, yang didasari atas pengajaran Alkitab.
      Sedangkan mengenai cara Pembaptisan, Gereja Katolik mengambil sikap seperti yang diajarkan oleh St. Thomas Aquinas. Berikut adalah tanggapan Gereja Katolik tentang Baptis selam, yang umum dilakukan oleh gereja Protestan, silakan klik
      Karena Gereja Katolik menghormati otoritas Yesus sendiri yang menginstitusikan Pembaptisan dan menyadari akan kehendak Tuhan yang universal akan keselamatan manusia, maka Gereja Katolik mengakui Pembaptisan yang dilakukan oleh gereja Protestan, asalkan dilakukan dengan forma yang benar (yaitu dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus) dan dengan materia yang benar (yaitu air), dan dengan maksud yang benar, yaitu demi keselamatan. Hal ini diajarkan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1256.
      2. Tentang pengajaran Gereja Katolik tentang Perjamuan Ekaristi, silakan anda membaca artikel Sudahkah kita pahami Ekaristi, silakan klik dan Ekaristi sumber dan puncak kehidupan Kristiani, silakan klik.
      Pada prinsipnya, karena umat Katolik menyadari kehadiran Kristus yang seutuhnya pada setiap partikel hosti dan setiap tetes anggur (setelah hosti dan anggur tersebut dikonsekrasikan oleh doa imam), maka hanya menerima Ekaristi dalam satu rupa (hosti saja atau anggur saja) itu tidak mengurangi makna/ hakekatnya. Maka tidak menjadi masalah jika umat hanya menerima Ekaristi dalam satu rupa yaitu hosti saja, sedangkan Imam dalam dua rupa, yaitu hosti dan anggur. Imam yang pada saat Misa Kudus bertindak "in persona Christi" (sebagai Kristus), menerima dalam dua rupa, karena ia mengucapkan doa konsekrasi yang diucapkan Kristus untuk mengubah kedua rupa tersebut, yaitu hosti dan anggur  menjadi Tubuh dan Darah-Nya.
      Umumnya dalam perayaan Ekaristi di Indonesia, memang yang dibagikan kepada umat hanya Tubuh Kristus dalam rupa hosti, tanpa anggur, tetapi hal ini tidak mengubah kenyataan bahwa kita menerima keseluruhan Kristus, “Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allah-an-Nya” KGK 1374, 1413, bdk. Konsili Trente, DS 1640; 1651. Selanjutnya ini dijelaskan sebagai berikut:
      KGK 1390 Karena Kristus hadir secara sakramental dalam setiap rupa itu [dalam rupa roti dan dalam rupa anggur], maka seluruh buah rahmat Ekaristi dapat diterima, walaupun komuni hanya diterima dalam rupa Roti saja. Karena alasan-alasan pastoral, maka cara menerima komuni inilah yang paling biasa di dalam ritus Latin. Tetapi “arti perlambangan komuni dinyatakan secara lebih penuh, apabila ia diberikan dalam dua rupa. Dalam bentuk ini lambang perjamuan Ekaristi dinyatakan atas cara yang lebih sempurna” (General Instruction of the Roman Missal/ GIRM 240). Di dalam ritus Gereja-gereja Timur cara menerima komuni macam inilah yang biasa dipergunakan.
      Maka karena Kristus hadir secara penuh secara sakramental dalam kedua rupa, yaitu rupa hosti saja atau Anggur saja, maka sesungguhnya seseorang dapat menerima keseluruhan rahmat hanya dengan menerima salah satu rupa, walaupun tentu dua rupa memang merupakan cara yang lebih sempurna dalam hal arti perlambangannya. Bahwa dalam perayaan misa di Indonesia, yang dibagikan adalah hosti saja, itu hanya untuk alasan kepraktisan, namun itu tidak mengurangi maknanya dan rahmat yang diterima tetap sama.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

      • Dear Inggrid,

        Saya lagi ikut katekumen tp saya tidak akan di baptis di gereja katolik karena saya sudah di baptis selam di gereja lain dan tentu dengan pendalaman iman tentang baptisan itu sendiri apakah baptisan saya sudah sah menurut GK, apakah sy boleh ikut komuni?

        Pertanyaan saya yg satu ini berbeda dgn topik, ketika saya mengikuti pendalaman iman tentang baptisan, saya diajarkan byk hal dan yg menjadi pelajaran yg saja dapat adalah saya diajarkan jangan hanya jadi pendengar saja tp jadi pelaku pernyataan ini bisa jadi byk arti salah satunya yg saya dapat, apa yg di dapat dan di dengar di gereja saat misa atau bentuk apa pun persekutuan pendalaman alkitab saya hrs mencari kebenarannya, yg menarik sejak kecil saya diajari bahwa maria naik kesurga dalam bentuk jiwa raga dan roh bersama2 Tuhan Yesus naik kesurga dan ungkapan ini juga dinyatakan oleh pastor di paroki salib suci bandung saya pulang dan sy tergerak baca alkitab tentang kenaikan Tuhan Yesus yg saya dapat tdk ada kata bahwa maria naik ke sorga tp saya tidak kecewa saya diajarkan bahwa orang katolik mengimani maria naik kesorga dan mendapatkan tempat yg luar biasa di sorga yaitu dijadikan ratu sorga, tp saya baca lagi di perikop setelah Yesus terangkat ke sorga di kisah para rasul 1:12-14 tentang para rasul berdoa dgn tekun menantikan Roh Kudus yg menarik di perikop ini adalah di ayat 14; Mereka semua bertekun dgn sehati dalam doa bersama sama dengan beberapa perempuan serta Maria ibu Yesus dan dengan saudara2 Yesus. Saya kaget dan bertanya2 siapakah yg diangkat Tuhan Yesus ke sorga bersama2 dengan Dia kata GK itu adalah maria tp alkitab berkata lain.
        Pastor di paroki salib suci bertanya mana yg lebih penting Alkitab atau rosario; jawaban pastor itu adalah Alkitab, setelah sy baca ayat itu saya mengambil keputusan bahwa saya harus menyelidiki alkitab lebih sungguh utk mencari kebenaran karena saya ingin masuk sorga.

        Satu lagi aja pertanyaan, saya ditanya teman yg seorang protestan ” kalau kamu mati kamu masuk sorga ngak?” saya bingung karena di GK tidak pernah di ajarkan bagaimana harus masuk sorga apa lagi istri saya yg aktivis di gereja dia sendiri tidak tau. Saya bilang masuk sorga tp ketika ditanya kenapa? saya bingung

        Tolong apa yg saya harus lakukan
        Adri

        • Shalom Adri,

          1. Jika anda sudah pernah dibaptis, dan gereja yang membaptis anda termasuk dalam daftar gereja -gereja di PGI (yang berarti anda telah dibaptis dengan menggunakan materi dan forma yang benar, serta intensi yang benar), maka anda tidak perlu dibaptis ulang, sebab baptisan anda sah dan jika anda ingin menjadi Katolik anda hanya perlu diteguhkan. Untuk pastinya, silakan berkonsultasi dengan Romo Paroki anda. Jika anda sudah diteguhkan maka anda boleh menerima Komuni di Gereja Katolik. Namun jika anda belum diteguhkan, anda tidak bisa menerima Komuni di Gereja Katolik, karena Komuni bagi Gereja Katolik tidak hanya bermakna persatuan dengan Tubuh dan Darah Yesus, namun juga persatuan dengan Gereja-Nya (yang adalah Tubuh Mistik-Nya), dalam hal ini Gereja Katolik, dengan menerima dan menaati semua ajaran-ajarannya.

          2. Mengenai Maria diangkat ke surga, sudah dijawab oleh Stef, ya, silakan klik di sini. Perlu anda ketahui bahwa dogma Maria diangkat ke surga, tidak pernah menyebutkan bahwa Maria ‘diangkat ke surga bersama-sama/ pada saat Yesus terangkat ke surga’. Mungkin maksud pastor di paroki anda berkata, ‘ Maria bersama- sama dengan Yesus’ itu maksudnya untuk menunjukkan bahwa sampai sekarang hanya Maria-lah yang diangkat oleh Tuhan tubuh dan jiwanya sehingga sekarang ia ada bersama-sama dengan Yesus di surga, tubuh dan jiwa-nya. (sedangkan para kudus di surga hanya jiwanya saja, sebab tubuh mereka baru dibangkitkan pada akhir jaman). Maka tidak ada pertentangan antara ajaran Katolik dan Kitab Suci. Bahwa di Kitab Suci (Kis 1:14) dikatakan bahwa setelah kenaikan Yesus ke surga, maka Maria bersama-sama para rasul sehati sejiwa menantikan Roh Kudus itu juga diajarkan oleh Gereja Katolik. Sebab Maria diangkat ke surga baru pada saat akhir hidupnya di dunia, seperti yang diyakini oleh para Bapa Gereja. Bahwa hal itu tidak dituliskan dalam Alkitab, itu tidak menjadikannya tidak benar. Sebab Alkitab sendiri mengatakan, "Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu dituliskan satu persatu maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. " (Yoh 21:25). Oleh karena itu, sebagai orang Katolik kita berpegang juga pada pengajaran lisan dari para rasul yang diturunkan kepada para penerus mereka. Dari mereka inilah kita mengetahui banyak hal tentang Bunda Maria. Alkitab memang tidak menuliskannya, sebab fokus utama Alkitab adalah Yesus Kristus. Namun bukan berarti bahwa ajaran para rasul yang lisan tersebut boleh diabaikan, apalagi jika prinsip-prinsip ajaran yang mendukungnya jelas ada di dalam Alkitab.

          3. Jika anda bertanya mana yang lebih penting, Rosario atau Alkitab? Tentu jawabnya Alkitab, namun itu bukan berarti bahwa doa Rosario tidak penting. Rosario yang didoakan dengan benar melibatkan renungan akan Peristiwa-peristiwa hidup Yesus seperti yang tertulis dalam Alkitab. Sehingga, mendoakan Rosario itu sama saja dengan merenungkan Alkitab. Kita merenungkan peristiwa hidup Yesus agar dapat menerangi peristiwa hidup kita. Dan dalam kita merenungkannya, kita memohon agar Bunda Maria mendoakan kita.

          4. Apakah Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bagaimana kita bisa masuk surga? Wah, ini pertanyaan yang saya rasa kurang tepat. Karena kalau anda benar-benar memahami pengajaran Gereja Katolik, maka anda akan mengetahui bahwa Gereja Katolik mengajarkan caranya agar kita masuk surga.

          Caranya?

          a. Dengan bertobat dan menyatakan iman kita kepada Allah Tritunggal yang telah mengutus Yesus Kristus Putera-Nya untuk menyelamatkan kita, melalui Sakramen Pembaptisan. Melalui Pembaptisan inilah kita menerima pengampunan dosa, pembaharuan hidup di dalam Roh Kudus, dan tergabung dengan Gereja Katolik menjadi anggota Tubuh Kristus.

          b. Dengan selalu bertobat dan hidup di dalam Kristus, yaitu dengan hidup kudus dan melakukan perbuatan-perbuatan kasih. Tentang apa itu kekudusan, silakan klik di sini, dan di sini. Panggilan hidup kudus bagi semua orang inilah yang menjadi pesan utama Konsili Vatikan ke II (1962-1965), yaitu pengajaran Magisterium Gereja Katolik, yang diteruskan sampai sekarang.

          c. Bertumbuh dalam iman melalui doa, Sabda Tuhan dan sakramen-sakramen Gereja Katolik, terutama Sakramen Ekaristi, karena Ekaristi merupakan "sumber dan puncak kehidupan Kristiani" (KGK 1324)

          Jadi tidak usah bingung kalau ada orang yang bertanya, apakah kita masuk surga atau tidak? Jawabnya sederhana:

          "Dengan bantuan rahmat Allah, saya mohon untuk tetap setia dalam iman dan kasih, dan kalau sampai saya bisa setia sampai mati kepada-Nya, saya punya pengharapan besar, bahwa Tuhan akan membawa saya ke dalam kerajaan Surga."

          Dengan jawaban ini, kita tetap tinggal dalam kerendahan hati, dan tetap menyerahkan segala keputusan di dalam tangan Tuhan, namun sebagai orang beriman, kita dapat memiliki pengharapan yang tidak mengecewakan, sebab Roh Kudus-Nya telah diutus-Nya kepada kita, sehingga Roh Kudus itu yang telah membangkitkan Yesus dari kematian akan juga membangkitkan kita dan memberi kita kehidupan kekal bersama Dia (lih. Rom 8: 11).

          5. Apa yang harus anda lakukan? Berdoalah memohon pimpinan Tuhan, akan apa yang anda lakukan atas panggilan-Nya untuk membawa anda masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Jika anda terpanggil untuk menjadi Katolik, hubungilah pastor paroki anda, dan jika anda sudah mengikuti katekumen, pelajarilah sungguh-sungguh dengan keterbukaan hati. Iman kepada Kristus adalah anugerah, demikian pula keinginan untuk menjadi seorang Katolik untuk menyatakan iman anda itu. Jika memang sudah menjadi panggilan anda, percayalah, Tuhan akan membuat jalannya bagi anda sehingga anda menemukan kebenaran di dalam Gereja Katolik, yang membawa anda semakin mengenal dan mengasihi Tuhan yang menyelamatkan anda.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati – http://www.katolisitas.org

  7. Shalom, Bp. Stef dan Bu Ingrid,
    Pernah dikatakan di website ini, kalau pemahaman “Perjamuan kudus” menurut protestant dan katolik berbeda, bisa tolong dijelaskan perbedaan pemahaman tsb?

    Terima kasih

  8. saya mau bertanya beberapa hal, kiranya saya telah lama mencari jawapan akan persoalan saya ini.
    1.apakah salah seorang katolik pergi ke gereja protestan (aliran SIB) untuk mengikuti misa?
    2.apakah katolik mempunyai ketetapan masa untuk sembayang?maksudnya sebaik2nya kita sembayang sebelum tidur(malam) dan sewaktu bangun(pagi) sahaja?

    makaseh…

    • Shalom PoNy,
      1. Jika anda sudah dibaptis secara Katolik dan anda mengabaikan kewajiban anda untuk mengikuti misa sedikitnya sekali seminggu pada hari Minggu, maka memang anda berdosa. Karena Pembaptisan anda di Gereja Katolik menggabungkan anda pada Tubuh Mistik Kristus, yaitu Gereja Katolik, dan dengan demikian membawa serta kewajiban untuk membina persatuan dengan Gereja Katolik, yaitu dengan menerima Ekaristi sedikitnya sekali setiap hari Minggu dan dengan menerima dan menjalankan ajaran-ajaran Gereja Katolik.
      Perlu anda ketahui bahwa upacara Misa dalam Gereja Katolik berbeda dengan perayaan kebaktian dalam gereja Protestan. Silakan membaca tulisan ini untuk mengetahui perbedaannya, silakan klik.
      2. Gereja Katolik memang tidak mensyaratkan lamanya seseorang harus berdoa. Minimal memang yang diajarkan oleh Gereja adalah kita berdoa di pagi hari, malam hari, dan doa sebelum dan sesudah makan. Namun tentu, jika anda ingin bertumbuh secara rohani, tidak cukup dengan doa sekedarnya di pagi dan malam hari. Doa tersebut dapat dikembangkan menjadi saat teduh/ hening bersama Tuhan, sambil merenungkan Kitab Suci, berdoa rosario, doa Divine Office (Liturgy of the Hour) ataupun doa meditasi/ hening di hadapan Tuhan. Bagi kita orang Katolik, bentuk doa yang paling sempurna adalah Misa Kudus. Maka alangkah baiknya jika memungkinkan, anda dapat mengikuti misa harian di gereja, jika anda ingin bertumbuh secara rohani.
      Selanjutnya, jika kita sudah terbiasa untuk membawa Tuhan dalam keseharian hidup kita, maka kita akan sering secara spontan di sela-sela kegiatan kita sehari-hari untuk mengucapkan doa-doa singkat sebagai ungkapan kasih kita kepada Tuhan. Inilah yang menjadi bentuk doa yang senantiasa tiada henti/ tiada terputus, seperti yang diajarkan oleh rasul Paulus (lih. 1 Tes 5:17), di mana hidup dan kegiatan kita sehari-hari kemudian menjadi ungkapan syukur dan doa kepada Tuhan. Jika kita menghayatinya dengan sungguh, maka kita dapat sedikit demi sedikit mengendalikan ucapan dan tingkah laku kita, sebab kita menyadari bahwa Tuhan menyaksikan segala sesuatu yang kita lakukan dan menatap kita dengan penuh kasih.Ya, semoga dengan kehidupan doa yang baik, maka keseluruhan hidup kita merupakan perwujudan iman dalam perbuatan kasih.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,

      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  9. Salam Pak Stef, Rm Wanta, Bu ingrid, saya mau tanya, teman saya baptis di GKJ (anggota PGI), tapi menurut pengakuannya, baptisannya dengan cara pendeta memercikkan air di kepalanya tiga kali dengan rumus Bapa anak dan Roh Kudus. Apakah jika jadi katolik harus dibaptis ulang karena airnya cuma dipercikan? Dia tidak mau baptisan ulang, hanya mau diterima di Katolik saja.
    Salom: Isa

    • Shalom Isa Inigo,
      Terima kasih atas pertanyaannya. Memang ada beberapa pendapat yang berbeda tentang hal ini. Berikut ini adalah pendapat saya, yang mungkin dapat didiskusikan dengan pastor paroki setempat. Secara prinsip, Sakramen Baptis di anggap sah (valid), kalau materi-nya adalah “air”, dan memakai forma yang tepat, yaitu “dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus” yang dilakukakan dengan intensi yang benar. Dalam kasus teman Isa, karena dia telah dibaptis di salah satu gereja anggota PGI (yang berarti dengan menggunakan materi dan forma yang benar, serta intensi yang benar), maka baptisan tersebut adalah sah (valid). Namun karena baptisan tersebut tidak dilakukan dengan selam atau tuang, melainkan dipercik, maka ini tidak sesuai dengan liturgi Gereja Katolik. Dan oleh karena itu, baptisan teman anda adalah valid namun tidak licit (tidak menurut aturan yang ada). Menurut pendapat saya, baptisan yang sah walaupun tidak licit tidak perlu diulang. Yang menjadi masalah dengan baptis percik adalah, belum tentu orang yang diperciki benar-benar terkena air yang menjadi materi dari Sakramen Baptis – apalagi kalau dilakukan baptisan bersama-sama dalam kelompok besar. Kalau teman anda ragu-ragu apakah dia telah terkena air atau tidak, maka teman anda dapat minta “conditional baptism” atau baptisan bersyarat, sesuai dengan Kan. 869 – § 1. “Jika diragukan apakah seseorang telah dibaptis, atau apakah baptisnya telah diberikan secara sah, dan setelah penyelidikan serius keraguan itu masih tetap ada, maka baptis hendaknya diberikan dengan bersyarat.”
      Semoga keterangan ini dapat membantu.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

      • Terima kasih banyak Pak Stef. Jawaban Pak Stef akan saya sampaikan ke teman GKJ itu. Tahun ini, mungkin menjelang Natal, ia akan diterima di Gereja Katolik. Maka mumpung masih lama, tentu semoga ia bisa berdiskusi dengan pastor mengenai baptisannya di GKJ. Sekali lagi terima kasih dan Katolisitas maju terus memberikan ajaran yang benar dari Gereja Katolik. Salom. Isa Inigo

  10. Dear Bp. Stefanus,
    Terima kasih atas jawabannya.
    Saya ingin bertanya beberapa hal :
    1. Apa bedanya babtisan secara protestan dan secara katholik?
    2. Salah apa tidak seorang protestan yang telah dibabtis secara protestan, akan tetapi menerima komuni pada saat penerimaan komuni.
    3.Saya pernah membaca surat babtis istri saya, bahwa ia telah dibabtis dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Samakah Bapa, Putera dan Roh Kudus dengan Tuhan Yesus Kristus
    Terima kasih, Daniel
    [Dari Admin Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.